Home / Romansa / Humaira (Hati yang Mendua) / BAB 2 Hati yang kesal

Share

BAB 2 Hati yang kesal

Author: DJ.Ross
last update Last Updated: 2022-11-09 02:10:10

Dimas benar-benar menyebalkan! dari dulu dia nggak pernah romantis. Kata-katanya pedas dan ketus. Kenapa aku menerimanya menjadi suamiku? Aku pikir menikah dengan laki-laki lebih tua itu lebih enak, lebih dewasa dan berharap bisa memberi rasa aman dan yang pasti lebih romatis. Tapi semua itu tak kudapatkan. Kuakui ia laki-laki yang jujur dan kaya. Sebenarnya buat apa aku kerja sedangkan suamiku nggak menginginkan aku bekerja. Aku bekerja hanya sebagai selingan untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku akan merasa bosan jika harus di rumah terus apalagi belum punya anak. Pernikahan ini tak seindah yang kubayangkan. Humaira bermonolog.

Humaira menatap ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari suaminya. Tapi ternyata kosong. Dia bertopang dagu.

"Kenapa Dimas bisa mengabaikan hari ulang tahunku? dia nggak perduli. Dihubungi juga susah. Bagaimana aku nggak marah?"

"Sudahlah. Mungkin Dimas sedang ada pekerjaan penting. Kita nikmati saja malam ini. Masih ada aku yang siap menemanimu."

Emran tersenyum sambil menatap Humaira yang bertopang dagu cemberut. Meskipun demikian tetap cantik. Emran tak berkedip memandang Humaira.

"Okelah kita nikmati saja malam ini." Humaira mengaduk Latte. Pikirannya melayang ke hal lain. Emran mengajak Humaira ke coffeshop berinterior klasik dekat kantor. Mereka sering datang ke tempat itu sambil menikmati secangkir kopi dan sepotong cake. Cake-nya bikin nagih. Apalagi yang namanya cappucino cake. Fresh cream sebagai topping dan kopi dalam cake benar-benar menyatu. Untuk menghilangkan penat sesaat setelah bekerja.

"Eh ngapain lihatin aku terus?" Humaira memegang wajah Emran kasar.

"Maaf," Emran terbangun dari lamunannya. Dia menyeruput latte-nya.

"Kamu cantik, pintar, dan baik hati. Apa coba kurangnya kamu sampai diabaikan oleh suamimu. Kenapa dulu kamu mau menikah dengan laki-laki yang lebih tua umurnya? Apa karena dia konglomerat?"

"Selain konglomerat, Dimas laki-laki yang baik, jujur, dan setia."

"Kamu yakin Dimas laki-laki yang setia?"

"Jangan terlalu lugu kamu Ra, bisa saja dia punya perempuan lain yang kamu nggak tahu."

"Aku yakin Dimas setia. Dia memang sibuk dengan pekerjaannya."

"Semoga kamu benar."

"Ya aku yakin 100%."

Humaira bicara dengan yakin tentang kesetiaan Dimas.

"Manusia tak ada yang sempurna. Ada plus minus-nya dan pasangan harus saling memahami demi keutuhan rumah tangga."

"Ya kamu benar. Tapi kamu juga harus waspada jangan terlalu mempercayai suamimu siapa tahu ada main belakang."

"Thanks atas sarannya. Ayo diminum lagi."

"Sebenarnya kamu puas nggak dengan Dimas?" Humaira tercengang dan memandang Emran.

"Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan hal itu?"

"Ya siapa tahu aja kamu nggak puas dengan nafkah batin suamimu."

"Apa urusanmu menanyakan hubungan ranjangku."

Humaira memerah wajahnya.

"Jangan marah please! nggak ada maksud untuk menyinggung perasaanmu, Ra."

"Cukup Emran! jangan banyak tanya tentang hubunganku dengan Dimas.!

"Ok, aku minta maaf."

Suasana menjadi hening. Humaira mengaduk latte-nya dan merasa diremehkan oleh Emran. Apakah dia salah jika menikah dengan laki-laki yang lebih tua? apa urusan mereka? sehingga menganggapku tidak beruntung dan tidak bisa mendapatkan laki-laki yang sempurna?"

"Maafkan aku Ra, aku sama sekali nggak ada maksud membuatmu sakit hati."

"Nggak apa. Mungkin aku yang salah memilih suami yang lebih tua dariku hingga sering dibuli. Aku yang cantik kata orang-orang kenapa mau menikah dengan laki-laki yang umurnya pantas untuk menjadi Papaku."

"Nggak juga. Selain kamu juga banyak yang menikah dengan laki-laki lebih tua tapi mapan finansialnya."

"Tapi dianggap nggak wajar."

"Yanga penting kamu bahagia. Kalau kamu nggak happy kasihan penderitaan jadi dobel."

"Tuh kan mulai lagi."

"Ya memang benar begitu. Tapi aku doakan semoga kamu bahagia dengan Dimas sampai ajal menjemput."

"Aamiin. Nhomong-ngomong kamu sendiri kenapa belum menikah?"

"Belum nemu yang cocok."

"Memang seperti apa kriteria perempuan idamanmu?"

"Seperti apa? seperti perempuan yang ada di depanku." Emran tersenyum memandang Humaira.

"Jangan berlebihan bercandanya Emran."

"Aku sedang tidak bercanda. Aku ingin mempunyai istri seperti kamu."

"Ngaco kamu!" Humaira memukul bahu Emran.

"Jujur Ra, sejak aku pertamakali keremu di kantor ini, aku sudah jatuh cinta sama kamu. Sayang kamu sudah menikah. Kamu yang cantik dan menarik membuatku tak bisa melupakan perasaan itu hingga saat ini."

"Bicaramu semakin ngelantur. Aku audah menikah. Lebih baik cari perempuan lain."

"Beneran. Demi Tuhan aku cinta padamu." Emran meraih jemari Humaira dan membelainya lembut. Humaira melepaskannya dengan cepat.

"Sadar Emran aku sudah menikah. Kamu cari perempuan lain. Aku tak akan menghianati suamiku walaupun Dimas kadang membuatku kesal, tapi aku sadar tak ada manusia yang sempurna."

"Nggak masalah kamu sudah menikah Ra, aku siap menjadi laki-laki simpananmu."

"Maksudmu apa? Laki-laki simpanan?"

"Iya aku tahu sebenarnya kamu kurang bahagia. Aku akan memberikan kebahagiaan yang tak kamu dapatkan dari suamimu."

PLAKK!!!

Sebuah tamparan mengenai wajah Emran. Laki-laki itu hanya tersenyum dan meringis kesakitan memegangi pipinya.

"Nggak masalah kamu tampar. Ini membuktikan kalau kamu benar tidak bahagia."

"Makin lama makin menyebalkan ucapanmu. Aku mau pulang!" Humaira mengambil tasnya dan pergi Emran mengikutiny. Humaira lupa kalau dia pergi bersama Emran dan mobilnya ditinggal di kantornya. Dia harus satu mobil lagi dengan Emran menuju kantornya.

"Kenapa diam?"

"Mobilku masih di kantor."

"Akhirnya kita bersama lagi."

"Udah nggak usah banyak omong. Ayo kita ke kantor."

"Baiklah." Emran membuka pintu mobilnya.

"Ayo masuk," Emran mengajak Humaira yang masih mematung. Perempuan itu masuk dan duduk di samping Emran tanpa sepatah katapun.

Mobil berjalan dengan perlahan menyusuri gelapnya malam. Malam kian larut tapi mereka masih di jalan. Humaira melihat ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Biasanya dia sudah di kamar bersama Dimas jam segini namun saat ini dia masih di jalan bersama laki-laki lain.

"Kenapa diam?"

"Sudah malam tapi aku masih di jalan. Tak biasanya aku keluyuran begini."

"Tadi yang ngajak ke Coffeshop siapa? Kamu ingin menghabiskan waktu ulang tahun kamu bersamaku. Baru jam segini sudah mau pulang."

"Hatiku tidak tenang. Seperti ada yang menunggu di rumah. Sepertinya Dimas sudah pulang. Aku harus segera pulang. Kira-kira kantor masih buka nggak ini? sudah tengah malam."

"Ada security yang jaga dua puluh empat jam."

"Mudah-mudahan saja."

Emran menambah kecepatannya. Sementara Humaira sudah merasa tidak tenang dengan kepergiannya yanf sampai larut malam.

Beberapa kali ia mengecek ponselnya tapi nggak pesan masuk. Hatinya merasa berdosa telah pergi tanpa izin suami dengan laki-laki lain.

Related chapters

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB Kejutan dari Dimas

    "Sudah sampai kantor Ra, bangun!" Emran membangunkan Humaira yang sudah terlelap di sampingnya. Humaira tak bergeming. Emran memandangi wajah Humaira dalam keremangan malam. Didekatkan wajahnya ke arah Humaira. Dia menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Tak sadar dia membelai pipi putih itu yang begitu lembut bak porselen. Hasratnya mulai bangkit memandang bibirnya yang yang merekah dan agak terbuka. Ingin sekali mengulum bibir menawan itu. Disentuhnya dengan pelan bibir itu dengan jari-jarinya. Tak terasa dia menelan salivanya. Kamu cantik sekali. Bibirmu seksi Humaira. Ingin aku mengecupnya sekali saja. Tiba-tiba Emran mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Humaira tanpa pikir panjang lagi. Sontak Humaira terbangun dan menampar Emran. "Kurangajar!"Humaira mengusap bibirnya dengan telapak tangannya. Dia pandangi Emran dengan sengit. "Kenapa kamu lakukan ini?""Aku sangat menyukaimu Humaira, sungguh aku mencintaimu.""Cinta apa nafsu?""Cinta dan nafsu bedanya

    Last Updated : 2022-11-09
  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 4 Kedatangan Emran

    Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira. "Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"Tanya Bibi Syarifah."Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat.""Baik Nyonya Muda,"Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang."Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya.""Tidak

    Last Updated : 2022-11-09
  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

    Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya."Emran, kamu masih di kantor?""Iya, kenapa?""Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu." "What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.Yess!!"Aku tunggu di depan kantor."Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor."Hai! pakai mobil kamu saja ya.""Iya." Emran membuka kaca mobilnya.""Mobil kamu ditinggal di sini?""Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira."Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. M

    Last Updated : 2022-11-09
  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 1 KECEWA

    Hari ini tanggal 10 September. Humaira bersorak girang. Dia pasti akan mendapatkan kejutan dari suaminya. Humaira akan menunggu apakah suaminya ingat apa tidak hari ini. Sudah lama Dimas tidak mengajaknya makan malam romantis di tempat yang mewah karena sangat sibuk mengurus perusahaannya. Pagi itu Humaira sudah masak kesukaan Dimas. Semoga tidak di cela kurang ini dan itu. Walaupun banyak pembantu, tapi untuk urusan memasak dia tidak mau dimasakin oleh pembantu. Humaira harus memasak setiap pagi untuk Dimas."Bi, apakah sudah siap di meja?""Sudah Nyonya Muda, tinggal nunggu Tuan.""Ok Bi. Aku panggi Tuan." Humaira ke atas menemui suaminya yang sedang memakai baju. Humaira membantu memakaikan dasinya."Sayang, sarapan dulu. Semua sudah siap. Ayo," Humaira memandang suaminya mesra."Ok Sayang, masak apa hari ini?""Masak kesukaanmu. Semoga tidak ada yang kurang.""Makanya belajar masak sama Mami.""Nggak ah malu. Aku belajar dari You tube aja. Lagian kamu kenapa sih nggak mau makan m

    Last Updated : 2022-11-09

Latest chapter

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

    Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya."Emran, kamu masih di kantor?""Iya, kenapa?""Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu." "What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.Yess!!"Aku tunggu di depan kantor."Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor."Hai! pakai mobil kamu saja ya.""Iya." Emran membuka kaca mobilnya.""Mobil kamu ditinggal di sini?""Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira."Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. M

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 4 Kedatangan Emran

    Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira. "Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"Tanya Bibi Syarifah."Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat.""Baik Nyonya Muda,"Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang."Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya.""Tidak

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB Kejutan dari Dimas

    "Sudah sampai kantor Ra, bangun!" Emran membangunkan Humaira yang sudah terlelap di sampingnya. Humaira tak bergeming. Emran memandangi wajah Humaira dalam keremangan malam. Didekatkan wajahnya ke arah Humaira. Dia menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Tak sadar dia membelai pipi putih itu yang begitu lembut bak porselen. Hasratnya mulai bangkit memandang bibirnya yang yang merekah dan agak terbuka. Ingin sekali mengulum bibir menawan itu. Disentuhnya dengan pelan bibir itu dengan jari-jarinya. Tak terasa dia menelan salivanya. Kamu cantik sekali. Bibirmu seksi Humaira. Ingin aku mengecupnya sekali saja. Tiba-tiba Emran mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Humaira tanpa pikir panjang lagi. Sontak Humaira terbangun dan menampar Emran. "Kurangajar!"Humaira mengusap bibirnya dengan telapak tangannya. Dia pandangi Emran dengan sengit. "Kenapa kamu lakukan ini?""Aku sangat menyukaimu Humaira, sungguh aku mencintaimu.""Cinta apa nafsu?""Cinta dan nafsu bedanya

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 2 Hati yang kesal

    Dimas benar-benar menyebalkan! dari dulu dia nggak pernah romantis. Kata-katanya pedas dan ketus. Kenapa aku menerimanya menjadi suamiku? Aku pikir menikah dengan laki-laki lebih tua itu lebih enak, lebih dewasa dan berharap bisa memberi rasa aman dan yang pasti lebih romatis. Tapi semua itu tak kudapatkan. Kuakui ia laki-laki yang jujur dan kaya. Sebenarnya buat apa aku kerja sedangkan suamiku nggak menginginkan aku bekerja. Aku bekerja hanya sebagai selingan untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku akan merasa bosan jika harus di rumah terus apalagi belum punya anak. Pernikahan ini tak seindah yang kubayangkan. Humaira bermonolog.Humaira menatap ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari suaminya. Tapi ternyata kosong. Dia bertopang dagu. "Kenapa Dimas bisa mengabaikan hari ulang tahunku? dia nggak perduli. Dihubungi juga susah. Bagaimana aku nggak marah?""Sudahlah. Mungkin Dimas sedang ada pekerjaan penting. Kita nikmati saja malam ini. Masih ada aku yang siap menemanimu."Emran tersen

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 1 KECEWA

    Hari ini tanggal 10 September. Humaira bersorak girang. Dia pasti akan mendapatkan kejutan dari suaminya. Humaira akan menunggu apakah suaminya ingat apa tidak hari ini. Sudah lama Dimas tidak mengajaknya makan malam romantis di tempat yang mewah karena sangat sibuk mengurus perusahaannya. Pagi itu Humaira sudah masak kesukaan Dimas. Semoga tidak di cela kurang ini dan itu. Walaupun banyak pembantu, tapi untuk urusan memasak dia tidak mau dimasakin oleh pembantu. Humaira harus memasak setiap pagi untuk Dimas."Bi, apakah sudah siap di meja?""Sudah Nyonya Muda, tinggal nunggu Tuan.""Ok Bi. Aku panggi Tuan." Humaira ke atas menemui suaminya yang sedang memakai baju. Humaira membantu memakaikan dasinya."Sayang, sarapan dulu. Semua sudah siap. Ayo," Humaira memandang suaminya mesra."Ok Sayang, masak apa hari ini?""Masak kesukaanmu. Semoga tidak ada yang kurang.""Makanya belajar masak sama Mami.""Nggak ah malu. Aku belajar dari You tube aja. Lagian kamu kenapa sih nggak mau makan m

DMCA.com Protection Status