Beranda / Romansa / Humaira (Hati yang Mendua) / BAB Kejutan dari Dimas

Share

BAB Kejutan dari Dimas

Penulis: DJ.Ross
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sudah sampai kantor Ra, bangun!" Emran membangunkan Humaira yang sudah terlelap di sampingnya. Humaira tak bergeming. Emran memandangi wajah Humaira dalam keremangan malam. Didekatkan wajahnya ke arah Humaira. Dia menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Tak sadar dia membelai pipi putih itu yang begitu lembut bak porselen. Hasratnya mulai bangkit memandang bibirnya yang yang merekah dan agak terbuka. Ingin sekali mengulum bibir menawan itu. Disentuhnya dengan pelan bibir itu dengan jari-jarinya. Tak terasa dia menelan salivanya.

Kamu cantik sekali. Bibirmu seksi Humaira. Ingin aku mengecupnya sekali saja.

Tiba-tiba Emran mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Humaira tanpa pikir panjang lagi. Sontak Humaira terbangun dan menampar Emran.

"Kurangajar!"

Humaira mengusap bibirnya dengan telapak tangannya. Dia pandangi Emran dengan sengit.

"Kenapa kamu lakukan ini?"

"Aku sangat menyukaimu Humaira, sungguh aku mencintaimu."

"Cinta apa nafsu?"

"Cinta dan nafsu bedanya tipis."

"Kamu hanya menginginkan nafsu saja."

"Nggak Ra, aku benar-benar mencintaimu dan kalau kamu mau akan menikahimu."

"Nggak mungkin. Aku sudah punya Dimas."

"Tinggalkan dia!"

"Tambah gila kamu! aku mau turun." Humaira membuka pintu mobil dan keluar menuju pintu gerbang kantor. Security masih berjaga.

"Malam Pak,"

"Malam Bu. Ibu belum pulang?"

"Mobil saya masih di dalam."

"Ohh Ibu dengan siapa?"

"Dengan Pak Emran."

"Baik. Silahkan!"

"Ya Pak terimakasih."

Security itu memandang aneh Humaira. Tidak biasanya Humaira pulang selarut itu. Apalagi dengan Emran. Security yang sudah sangat kenal dengan Humaira memandangi kepergiannya diantara keremangan malam. Tak lama klakson berbunyi. Ternyata Humaira sudah ada di depannya. Dia membukakan pintu pagarnya dan menyapa.

"Terimakasih Pak."

"Sama-sama Bu."

Humaira melesat tanpa menghiraukan Emran yang masih menunggunya di luar kantor.

Akan kudapatkan dirimu Himaira. Perlahan-lahan kamu akan mencintaiku.

Emran menghidupkan mesin mobilnya dan pulang. Sementara itu Humaira belum bisa melupakan kejadian yang baru saja dialaminya. Berulang kali dia menyentuhnya sambil menyetir. Emran mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Ada perasaan kesal tapi entah kenapa dia merasakan ada sesuatu yang lain dari ciumannya. Sebuah ciuman yang sangat berbeda dengan suaminya.

Gila! Apa yang kamu pikirkan Humaira!

Humaira terbangun dari pikiran yang aneh-aneh. Dia membawa mobilnya dengan lebih kencang agar cepat sampai rumah pikirannya tidak menentu. Tiba-tiba sebuah panggilan masuk. Humaira berusaha melihat layar monitor siapa yang menelponnya.

Dimas? jangan -jangan dia sudah di rumah.

Humaira segera mengangkatnya dengan mengurangi kecepatan berkendaraannya.

"Ya Sayang," Humaira menjawab panggilan Dimas.

"Kamu dimana jam segini belum sampai rumah." Humaira agak takut untuk menjawabnya. Tak biasa dia berbohong.

"Maaf Sayang tadi ada acara undangan makan malam di rumah teman."

"Kenapa nggak info ke aku Sayang?"

"Maaf Sayang, hape kamu dari tadi nggak aktif. Coba kamu cek aku berapa kali menghubungi kamu tapi nggak bisa."

"Masa Sayang? Coba aku cek." Hening sesaat untung tadi Humaira sempat melakukan panggilan ke hape Dimas.

"Iya Saayang kamu benar. Oke kamu sudah sampai mana?"

"Sebentar lagi aku sampai ini sudah masih pintu gerbang halaman."

"Oke Sayang," Panggilan berakhir. Humaira menarik napas lega. Perang bisa dihindari. Mobil Humaira memasuki pintu gerbang. Disambut oleh beberapa penjaga rumah yang begitu ketat.

Humaira turun dari mobil dengan berdebar-debar.

"Tuan sudah menunggu Nyonya Muda,"

"Panggil Nona aja Pak. Sama aja biar nggak aneh kedengarannya."

"Baik Nona." Humaira merasa aneh malam itu. Di depan pintu ada dua orang pelayan perempuan dengan memakai seragam layaknya Cinderella tersenyum menyambut kedatangannya.

"Selamat ulang tahun Nyonya Muda semoga anda selalu bahagia." Katanya serempak. Humaira terkejut sejenak memandang dua pelayan itu lalu masuk setelah di bukakan oleh mereka.

Saat Humaira masuk, semua menyambutnya dengan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun untuknya. Seakan tak percaya dengan kejutan itu. Humaira terharu dan bahagia. Dimas menyambutnya dengan pelukan dan ciuman.

"Selamat ulang tahun Sayang, semoga kamu bahagia selalu bersamaku."

"Terimakasih Sayang, aku tak menyangka kamu akan memberikan kejutan seperti ini. Kenapa kamu nggak bilang?"

"Kalau aku beritahu namanya bukan kejutan. Apakah kamu bahagia dengan kejutan ini?"

"So sweet banget Sayang," Humaira memeluk Dimas erat. Semua orang yang hadir, rekan bisnis Dimas, rekan bisnis Papanya, dan karyawan kantor Dimas, menyaksikan kemesraan pasangan beda usia itu.

"Ini hadiah ulang tahun untukmu Sayang kunci mobil keluaran terbaru."

"Terimakasih Sayang,"

"Asal kamu bahagia, akupun bahagia."

Tepuk tangan meriah terdengar.

"Selamat ya Sayang, semoga cepat dapat momongan. Mama dan Papa sudah tak sabar ingin menimang cucu."

Tiba-tiba seorang wanita bergaun merah maroon mendekati Humaira dan Dimas.

"Eh Mama datang?"

"Iya ada Papa juga. Masa di hari ulang tahun kamu kamu nggak datang."

"Terimakasih Ma atas kehadirannya."

"Cepat-cepat kasih kami cucu ya,"

"Ya Ma," Humaira menatap Dimas yang terlihat agak tidak suka dengan ucapan mamanya.

"Dimas, jangan lupa pesan Mama ini ya, cepat punya momongan."

"Iya Ma, kami juga ingin secepatnya punya anak tapi jika Tuhan belum memberi mau bagaimana?"

"Periksakan ke dokter bagaimanapun caranya diusahakan supaya cepat punya anak. Kalau sampai nggak punya anak, harta warisan tak akan kami berikan kepada Dimas. Ingat pesan Mama ini!" Mama Dimas meninggalkan Humaira dan Dimas dengan kesal.

"Mama selalu menanyakan kapan punya anak. Nggak ada bosannya. Dimas menggerutu.

"Wajarlah Sayang, kita sudah lama menikah tapi belum juga punya anak. Kita ke dokter aja ya Sayang cek kesuburan."

"Ya nanti kita bicarakan lagi." Dimas mengajak Humaira untuk ke depan. Acara selanjutnya yaitu berdansa dan makan-makan. Walaupun acara diadakan di rumah, tapi tetap mewah karena Dimas mempersiapkan segalanya dengan matang. Dia banyak mengeluarkan uang untuk acara malam itu. Nggak heran Dimas yang merupakan anak tunggal dari pengusaha terkenal nomor dua di Indonesia, yang asetnya ada dimana-mana. Namun sayang Yodha Pambudi Pratama yang seorang pengusaha properti hanya punya anak satu yaitu Dimas Pratama.

"Acara ulang tahun Humaira ternyata live di salah satu stasiun televisi swasta. Semua orang menyaksikan kemewahan acara di rumah kediaman Dimas Pratama pemilik PT. Pratama Nusantara.

Secara tak sengaja Emran yang malam itu sedang menonton TV tak sengaja menyaksikan acara itu dan melonjak.

Hah? Humaira dan Dimas? Dimas memberikan kejutan untuk Humaira? Tak kusangka Dimas sangat menyintai Humaira. Tapi aku tak akan diam saja. Secara materi Humaira mendapatkan dari Dimas namun dari segi kepuasan batin aku yakin dia nggak dapat. Aku yakin Humaira tak akan melupakan ciumanku tadi.

Emran senyum-senyum sendiri sambil menikmati kopinya.

Laki-laki berdarah Turki itu mengikuti acara live Humaira Dimas sambil membayangkan wajah Humaira saat dicium tadi. Dia tersenyum sendiri.

Sudah lama aku mengenalmu, hasratku lama terpendam dan baru tadi aku menciummu. Selama ini aku nggak pernah menyentuhmu tapi kenapa tadi bisa melakukan itu? Aku khilaf karena melihat kecantikanmu. Aku yakin tak lama lagi aku akan mendapatkan cinta dan tubuhmu.

Emran memandangi foto Humaira yang diambilnya secara diam-diam saat sedang di kantor. Sebuah foto full body dengan atasan boluse dan bawahan rok selurut. Dengan high heels terlihat indah kaki jenjangnya yang putih. Tiap malam Emran memandanginya sebelum tidur.

Bab terkait

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 4 Kedatangan Emran

    Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira. "Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"Tanya Bibi Syarifah."Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat.""Baik Nyonya Muda,"Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang."Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya.""Tidak

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

    Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya."Emran, kamu masih di kantor?""Iya, kenapa?""Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu." "What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.Yess!!"Aku tunggu di depan kantor."Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor."Hai! pakai mobil kamu saja ya.""Iya." Emran membuka kaca mobilnya.""Mobil kamu ditinggal di sini?""Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira."Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. M

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 1 KECEWA

    Hari ini tanggal 10 September. Humaira bersorak girang. Dia pasti akan mendapatkan kejutan dari suaminya. Humaira akan menunggu apakah suaminya ingat apa tidak hari ini. Sudah lama Dimas tidak mengajaknya makan malam romantis di tempat yang mewah karena sangat sibuk mengurus perusahaannya. Pagi itu Humaira sudah masak kesukaan Dimas. Semoga tidak di cela kurang ini dan itu. Walaupun banyak pembantu, tapi untuk urusan memasak dia tidak mau dimasakin oleh pembantu. Humaira harus memasak setiap pagi untuk Dimas."Bi, apakah sudah siap di meja?""Sudah Nyonya Muda, tinggal nunggu Tuan.""Ok Bi. Aku panggi Tuan." Humaira ke atas menemui suaminya yang sedang memakai baju. Humaira membantu memakaikan dasinya."Sayang, sarapan dulu. Semua sudah siap. Ayo," Humaira memandang suaminya mesra."Ok Sayang, masak apa hari ini?""Masak kesukaanmu. Semoga tidak ada yang kurang.""Makanya belajar masak sama Mami.""Nggak ah malu. Aku belajar dari You tube aja. Lagian kamu kenapa sih nggak mau makan m

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 2 Hati yang kesal

    Dimas benar-benar menyebalkan! dari dulu dia nggak pernah romantis. Kata-katanya pedas dan ketus. Kenapa aku menerimanya menjadi suamiku? Aku pikir menikah dengan laki-laki lebih tua itu lebih enak, lebih dewasa dan berharap bisa memberi rasa aman dan yang pasti lebih romatis. Tapi semua itu tak kudapatkan. Kuakui ia laki-laki yang jujur dan kaya. Sebenarnya buat apa aku kerja sedangkan suamiku nggak menginginkan aku bekerja. Aku bekerja hanya sebagai selingan untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku akan merasa bosan jika harus di rumah terus apalagi belum punya anak. Pernikahan ini tak seindah yang kubayangkan. Humaira bermonolog.Humaira menatap ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari suaminya. Tapi ternyata kosong. Dia bertopang dagu. "Kenapa Dimas bisa mengabaikan hari ulang tahunku? dia nggak perduli. Dihubungi juga susah. Bagaimana aku nggak marah?""Sudahlah. Mungkin Dimas sedang ada pekerjaan penting. Kita nikmati saja malam ini. Masih ada aku yang siap menemanimu."Emran tersen

Bab terbaru

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

    Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya."Emran, kamu masih di kantor?""Iya, kenapa?""Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu." "What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.Yess!!"Aku tunggu di depan kantor."Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor."Hai! pakai mobil kamu saja ya.""Iya." Emran membuka kaca mobilnya.""Mobil kamu ditinggal di sini?""Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira."Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. M

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 4 Kedatangan Emran

    Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira. "Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"Tanya Bibi Syarifah."Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat.""Baik Nyonya Muda,"Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang."Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya.""Tidak

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB Kejutan dari Dimas

    "Sudah sampai kantor Ra, bangun!" Emran membangunkan Humaira yang sudah terlelap di sampingnya. Humaira tak bergeming. Emran memandangi wajah Humaira dalam keremangan malam. Didekatkan wajahnya ke arah Humaira. Dia menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Tak sadar dia membelai pipi putih itu yang begitu lembut bak porselen. Hasratnya mulai bangkit memandang bibirnya yang yang merekah dan agak terbuka. Ingin sekali mengulum bibir menawan itu. Disentuhnya dengan pelan bibir itu dengan jari-jarinya. Tak terasa dia menelan salivanya. Kamu cantik sekali. Bibirmu seksi Humaira. Ingin aku mengecupnya sekali saja. Tiba-tiba Emran mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Humaira tanpa pikir panjang lagi. Sontak Humaira terbangun dan menampar Emran. "Kurangajar!"Humaira mengusap bibirnya dengan telapak tangannya. Dia pandangi Emran dengan sengit. "Kenapa kamu lakukan ini?""Aku sangat menyukaimu Humaira, sungguh aku mencintaimu.""Cinta apa nafsu?""Cinta dan nafsu bedanya

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 2 Hati yang kesal

    Dimas benar-benar menyebalkan! dari dulu dia nggak pernah romantis. Kata-katanya pedas dan ketus. Kenapa aku menerimanya menjadi suamiku? Aku pikir menikah dengan laki-laki lebih tua itu lebih enak, lebih dewasa dan berharap bisa memberi rasa aman dan yang pasti lebih romatis. Tapi semua itu tak kudapatkan. Kuakui ia laki-laki yang jujur dan kaya. Sebenarnya buat apa aku kerja sedangkan suamiku nggak menginginkan aku bekerja. Aku bekerja hanya sebagai selingan untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku akan merasa bosan jika harus di rumah terus apalagi belum punya anak. Pernikahan ini tak seindah yang kubayangkan. Humaira bermonolog.Humaira menatap ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari suaminya. Tapi ternyata kosong. Dia bertopang dagu. "Kenapa Dimas bisa mengabaikan hari ulang tahunku? dia nggak perduli. Dihubungi juga susah. Bagaimana aku nggak marah?""Sudahlah. Mungkin Dimas sedang ada pekerjaan penting. Kita nikmati saja malam ini. Masih ada aku yang siap menemanimu."Emran tersen

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 1 KECEWA

    Hari ini tanggal 10 September. Humaira bersorak girang. Dia pasti akan mendapatkan kejutan dari suaminya. Humaira akan menunggu apakah suaminya ingat apa tidak hari ini. Sudah lama Dimas tidak mengajaknya makan malam romantis di tempat yang mewah karena sangat sibuk mengurus perusahaannya. Pagi itu Humaira sudah masak kesukaan Dimas. Semoga tidak di cela kurang ini dan itu. Walaupun banyak pembantu, tapi untuk urusan memasak dia tidak mau dimasakin oleh pembantu. Humaira harus memasak setiap pagi untuk Dimas."Bi, apakah sudah siap di meja?""Sudah Nyonya Muda, tinggal nunggu Tuan.""Ok Bi. Aku panggi Tuan." Humaira ke atas menemui suaminya yang sedang memakai baju. Humaira membantu memakaikan dasinya."Sayang, sarapan dulu. Semua sudah siap. Ayo," Humaira memandang suaminya mesra."Ok Sayang, masak apa hari ini?""Masak kesukaanmu. Semoga tidak ada yang kurang.""Makanya belajar masak sama Mami.""Nggak ah malu. Aku belajar dari You tube aja. Lagian kamu kenapa sih nggak mau makan m

DMCA.com Protection Status