Beranda / Romansa / Humaira (Hati yang Mendua) / BAB 4 Kedatangan Emran

Share

BAB 4 Kedatangan Emran

Penulis: DJ.Ross
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira.

"Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"

Tanya Bibi Syarifah.

"Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat."

"Baik Nyonya Muda,"

Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang.

"Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya."

"Tidak apa-apa saya masih bisa."

"Nyonya tidak manja walaupun semua tersedia."

"Selagi saya bisa melakukan sendiri, saya tak akan minta bantuan Bi. Saya istirahat dulu di kamar."

"Ya Nyonya Muda." Humaira menaiki tangga dengan pelan. Bibi Syarifah memandangi majikannya dengan kagum.

Perempuan yang cantik, pintar dan tidak sombong.

Sambil tiduran Humaira mengecek ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Emran dan satu pesan dari W******p yang berisi pesan singkat dari Dimas kalau dirinya sudah berangkat kerja.

Humaira membalas pesan dari suaminya.

[Ya Sayang, aku lagi sakit kepala tidak ke kantor]

[Oke istirahat dan minum obat Sayang,]

[Udah Sayang ini lagi mau buat tidur biar sembuh sakit kepalaku.]

Humaira mengirim pesan juga ke Emran.

[Hari ini aku nggak ke kantor. Kepalaku sakit.]

Pesan terkirim dan centang hijau dua. Pesan masuk dari Emran.

[Aku akan ke rumah mengantar berkas untuk ditandatangani.]

Humaira kesal dengan maksud kedatangan Emran.

[Aku lagi nggak mau menemui siapapun hari ini. Mau istirahat.]

Emran kembali membalas pesannya.

[Tak apa aku datang sorean ke istanamu]

Istana? makin ngeselin aja Emran!

Humaira mengabaikan pesan Emran dan kembali tidur. Kepalanya terasa makin berat mendengar Emran mau datang.

🍃🍃🍃

Menjelang sore Humaira sudah merasa lebih baik. Apalagi setelah mandi air panas. Emran benar-benar datang sore itu. Tidak seperti perkiraan Humaira hanya membawa berkas-berkas tapi dia membawakan buket mawar merah. Humaira menerimanya dengan biasa saja.

"Sore ini kamu tampak makin cantik seperti bunga mawar itu." Ucap Emran menggoda. Sore itu Humaira memakai piyama berwarna maroon dengan bahan silky selutut.

"Kamu kenapa harus datang ke sini? besokkan bisa di kantor."

"Karena aku khawatir sama kamu. Aku ingin melihat keadaan kamu."

"Jaga sikapmu banyak penjaga dan CCTV."

"Baik Nyonya. Aku nggak bakalan macam-macam. Melihat keadaan kamu sudah baikan itu membuatku lega."

"Masa? kamu suka bercanda." Humaira tersenyum mendengar ucapan Emran.

Mereka ngobrol di ruang tamu dibawah pengawasan penjaga rumah. Ada beberapa orang yang menjaga setiap ruangan.

Emran memperhatikan ke sekeliling ruang tamu yang sangat luas dan mewah dengan interior yang serba mahal. Ada 4 orang yang menjaga di ruangan itu. Empat laki-laki berbadan tinggi besar.

Emran meminum jus jeruk dan makan cemilan yang di sediakan Bibi Syarifah.

"Semalam pestanya meriah sekali ya."

"Iya, aku nggak menyangaka Dimas akan memberikan kejutan itu."

"Kamu bahagia Ra?"

"Tentunya. Very Happy,"

"Aku menyaksikan acara live-nya."

"Oh ya?"

"Dimas sangat menyintaimu. Kamu bagaikan ratu di rumah ini dengan banyak penjaga dan lihatlah istana ini begitu mewah dan megah. Namun sayang belum ada suara tangis bayi."

" Kamu benar. Itu yang menjadi bebanku karena Papa dan Mama Dimas sudah menginginkan cucu."

"Nah benarkan? harus segera di wujudkan. Calon pewaris kerajaan ini."

"Kamu jangan bercanda aku lagi serius."

"Aku juga serius mau membantu kamu."

"Oh ya bagaimana caranya?"

"Kamu harus hamil."

"Ya aku tahu itu. Selama ini aku sering melakukan hubungan dengan Dimas bahkan hampir tiap malam. Tapi belum juga aku hamil."

"Mungkin Dimas mandul."

"Masa? Dimas tidak mau di ajak ke dokter."

"Ada satu cara untuk membuktikan agar kamu mengetahui apakah mandul atau tidak."

"Bagaimana caranya?"

Humaira semakin penasaran.

"Kita coba sekali,"

"Apa maksudmu?"

"Kita making love sekali saja. Jika kamu subur, kamu akan hami."

"Gila!!"

"Ini salah satu caranya untuk membuktikan siapa yang mandul. Ini demi keutuhan rumah tangga kamu juga dan demi calon pewaris kerajaan ini. "

"Kemarin Mama bilang jika Dimas nggak bisa ngasih cucu, dia nggak akan di kasih warisan oleh orang tuanya. Entah itu sekedar gertakan atau memang benar sebuah ancaman yang akan dibuktikan jika kita nggak punya anak."

"Makanya aku akan memberikan kamu anak. Nggak bakalan ketahuan jika kamu hamil itu benih dari aku."

"Memang itu yang kamu inginkan selama ini kan?"

"Aku hanya menyintaimu Ra tak ada maksud lain."

"Apa bayaran yang kamu inginkan dsriku?"

"Nggak ada. Aku menyintaimu tulus Ra, kamu yang kemarah-merahan seperti istri Nabi yaitu Aisyah telah membuatku jatuh cinta."

"Kamu sok kenal Aisyah. Shalat aja nggak pernah."

"Kamu juga Ra,"

"Iya sejak menikah aku jarang melakukan shalat. Padahal dulu aku rajin ibadah."

Humaira membetulkan piyamanya yang agak terbuka membuat Emran tak berkedip memandangnya.

Kulit Humaira yang putih terlihat jelas apalagi saat dia menyibakkan rambutnya ke belakang bagian dada terlihat setengah. Emran semakin menelan salivanya.

"Matamu nggak berkedip. Liar sekali kamu,"

"You are very nice wife and sexy women."

"Yes, I am beatiful and sexy." Humaira semakin menantang membuat Emran tak bisa menahan diri pikirannya tegang.

"Pikirkan ucapanku Humaira. Aku akan memberikanmu seorang baby.

"Aku pikirkan dulu. Banyak resiko yang harus kutanggung jika ketahuan oleh suamiku."

"Ya sudah dipikrkan dulu jangan lama-lama. Aku tunggu jawaban indahmu dan kita bisa menikmati bulan madu kita."

Emran berbisik dan bangkit dari duduknya.

"I love you. Aku pulang dulu." Humaira masih bengong dengan semua ucapan Emran. Dia memegangi buket mawar yang diberikan Emran.Buket mawar itu indah dan wangi tapi dia segera membuangnya ke tong sampah takut bermasalah dengan Dimas. Humaira melangkah ke kamarnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di ranjang mewahnya yang berukurukan king size. Entah kenapa kedatangan Emran tadi membuatnya berbunga-bunga serasa di hipnotis. Laki-laki keturunan Turki dengan badan atletis, tinggi, bercambang dan bulu-bulu halus yan tumbuh di dadanya menambah seksi. Pernah Humaira melihatnya sekali saat Emran keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Waktu Humaira sedang ke Apartemennya karena urusan pekerjaan. Angannya melambung tinggi jauh sore itu. Humaira mulai memikirkan kata-kata Emran tentang anak yang akan diberikan oleh Emran.

Apakah benar Dimas mandul? Atau aku yang mandul? Sepertunya kalau subur. Ibuku punya anak banyak. Kalau Dimas hanya anak tunggal. Kalau aku melakukan perselingkuhan dengan Dimas dan hamil apakah aman? Bagaimana kalau Dimas mengetahui kebohonganku? pasti aku akan di ceraikan atau bahkan dibunuhnya.

Humaira bermonolog sambil menatap wajah Emran diponselnya. Kemudian beralih ke foto pernikahan mereka yang terpampang besar di kamrnya. Haruskah aku melakukan perbuatan itu? Aku nggak pernah menghianati suamiku selama ini. Apakah demi keutuhan hubunganku dengan Dimas aku harus melakukan perbuatan dosa itu? Jika aku tidak memberikan anak pasti mama akan menyuruh Dimas menikah lagi. Aku nggak mau di madu atau bahkan diceraikan oleh Dimas. Aku sudah terbiasa hidup dalam kemewahan. Aku nggak mau menjadi perempuan biasa yang hidup dalam kekurangan. Emran juga menyintaiku dan sepertinya dia pria yang perkasa. Aku bisa mendapatkan keuntungan dobel. Tahta dan harta dari Dimas juga mendapatkan kepuasan batin dari Emran. Humaira bangkit dan mematut di cermin. Dipandangi tubuhnya yang masih seksi dan cantik.

Dia mengambil pakaian di lemari dan berganti pakaian. Sebuah dress polkadot tanpa lengan dan berpotongan dada agak ke bawah membuat penampilannya tambah seksi. Setelah merasa sempurna dia mengambil kunci mobil barunya dan melangkah pergi.

Bersambung..

Bab terkait

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

    Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya."Emran, kamu masih di kantor?""Iya, kenapa?""Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu." "What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.Yess!!"Aku tunggu di depan kantor."Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor."Hai! pakai mobil kamu saja ya.""Iya." Emran membuka kaca mobilnya.""Mobil kamu ditinggal di sini?""Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira."Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. M

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 1 KECEWA

    Hari ini tanggal 10 September. Humaira bersorak girang. Dia pasti akan mendapatkan kejutan dari suaminya. Humaira akan menunggu apakah suaminya ingat apa tidak hari ini. Sudah lama Dimas tidak mengajaknya makan malam romantis di tempat yang mewah karena sangat sibuk mengurus perusahaannya. Pagi itu Humaira sudah masak kesukaan Dimas. Semoga tidak di cela kurang ini dan itu. Walaupun banyak pembantu, tapi untuk urusan memasak dia tidak mau dimasakin oleh pembantu. Humaira harus memasak setiap pagi untuk Dimas."Bi, apakah sudah siap di meja?""Sudah Nyonya Muda, tinggal nunggu Tuan.""Ok Bi. Aku panggi Tuan." Humaira ke atas menemui suaminya yang sedang memakai baju. Humaira membantu memakaikan dasinya."Sayang, sarapan dulu. Semua sudah siap. Ayo," Humaira memandang suaminya mesra."Ok Sayang, masak apa hari ini?""Masak kesukaanmu. Semoga tidak ada yang kurang.""Makanya belajar masak sama Mami.""Nggak ah malu. Aku belajar dari You tube aja. Lagian kamu kenapa sih nggak mau makan m

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 2 Hati yang kesal

    Dimas benar-benar menyebalkan! dari dulu dia nggak pernah romantis. Kata-katanya pedas dan ketus. Kenapa aku menerimanya menjadi suamiku? Aku pikir menikah dengan laki-laki lebih tua itu lebih enak, lebih dewasa dan berharap bisa memberi rasa aman dan yang pasti lebih romatis. Tapi semua itu tak kudapatkan. Kuakui ia laki-laki yang jujur dan kaya. Sebenarnya buat apa aku kerja sedangkan suamiku nggak menginginkan aku bekerja. Aku bekerja hanya sebagai selingan untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku akan merasa bosan jika harus di rumah terus apalagi belum punya anak. Pernikahan ini tak seindah yang kubayangkan. Humaira bermonolog.Humaira menatap ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari suaminya. Tapi ternyata kosong. Dia bertopang dagu. "Kenapa Dimas bisa mengabaikan hari ulang tahunku? dia nggak perduli. Dihubungi juga susah. Bagaimana aku nggak marah?""Sudahlah. Mungkin Dimas sedang ada pekerjaan penting. Kita nikmati saja malam ini. Masih ada aku yang siap menemanimu."Emran tersen

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB Kejutan dari Dimas

    "Sudah sampai kantor Ra, bangun!" Emran membangunkan Humaira yang sudah terlelap di sampingnya. Humaira tak bergeming. Emran memandangi wajah Humaira dalam keremangan malam. Didekatkan wajahnya ke arah Humaira. Dia menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Tak sadar dia membelai pipi putih itu yang begitu lembut bak porselen. Hasratnya mulai bangkit memandang bibirnya yang yang merekah dan agak terbuka. Ingin sekali mengulum bibir menawan itu. Disentuhnya dengan pelan bibir itu dengan jari-jarinya. Tak terasa dia menelan salivanya. Kamu cantik sekali. Bibirmu seksi Humaira. Ingin aku mengecupnya sekali saja. Tiba-tiba Emran mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Humaira tanpa pikir panjang lagi. Sontak Humaira terbangun dan menampar Emran. "Kurangajar!"Humaira mengusap bibirnya dengan telapak tangannya. Dia pandangi Emran dengan sengit. "Kenapa kamu lakukan ini?""Aku sangat menyukaimu Humaira, sungguh aku mencintaimu.""Cinta apa nafsu?""Cinta dan nafsu bedanya

Bab terbaru

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

    Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya."Emran, kamu masih di kantor?""Iya, kenapa?""Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu." "What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.Yess!!"Aku tunggu di depan kantor."Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor."Hai! pakai mobil kamu saja ya.""Iya." Emran membuka kaca mobilnya.""Mobil kamu ditinggal di sini?""Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira."Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. M

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 4 Kedatangan Emran

    Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira. "Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"Tanya Bibi Syarifah."Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat.""Baik Nyonya Muda,"Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang."Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya.""Tidak

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB Kejutan dari Dimas

    "Sudah sampai kantor Ra, bangun!" Emran membangunkan Humaira yang sudah terlelap di sampingnya. Humaira tak bergeming. Emran memandangi wajah Humaira dalam keremangan malam. Didekatkan wajahnya ke arah Humaira. Dia menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Tak sadar dia membelai pipi putih itu yang begitu lembut bak porselen. Hasratnya mulai bangkit memandang bibirnya yang yang merekah dan agak terbuka. Ingin sekali mengulum bibir menawan itu. Disentuhnya dengan pelan bibir itu dengan jari-jarinya. Tak terasa dia menelan salivanya. Kamu cantik sekali. Bibirmu seksi Humaira. Ingin aku mengecupnya sekali saja. Tiba-tiba Emran mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Humaira tanpa pikir panjang lagi. Sontak Humaira terbangun dan menampar Emran. "Kurangajar!"Humaira mengusap bibirnya dengan telapak tangannya. Dia pandangi Emran dengan sengit. "Kenapa kamu lakukan ini?""Aku sangat menyukaimu Humaira, sungguh aku mencintaimu.""Cinta apa nafsu?""Cinta dan nafsu bedanya

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 2 Hati yang kesal

    Dimas benar-benar menyebalkan! dari dulu dia nggak pernah romantis. Kata-katanya pedas dan ketus. Kenapa aku menerimanya menjadi suamiku? Aku pikir menikah dengan laki-laki lebih tua itu lebih enak, lebih dewasa dan berharap bisa memberi rasa aman dan yang pasti lebih romatis. Tapi semua itu tak kudapatkan. Kuakui ia laki-laki yang jujur dan kaya. Sebenarnya buat apa aku kerja sedangkan suamiku nggak menginginkan aku bekerja. Aku bekerja hanya sebagai selingan untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku akan merasa bosan jika harus di rumah terus apalagi belum punya anak. Pernikahan ini tak seindah yang kubayangkan. Humaira bermonolog.Humaira menatap ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari suaminya. Tapi ternyata kosong. Dia bertopang dagu. "Kenapa Dimas bisa mengabaikan hari ulang tahunku? dia nggak perduli. Dihubungi juga susah. Bagaimana aku nggak marah?""Sudahlah. Mungkin Dimas sedang ada pekerjaan penting. Kita nikmati saja malam ini. Masih ada aku yang siap menemanimu."Emran tersen

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 1 KECEWA

    Hari ini tanggal 10 September. Humaira bersorak girang. Dia pasti akan mendapatkan kejutan dari suaminya. Humaira akan menunggu apakah suaminya ingat apa tidak hari ini. Sudah lama Dimas tidak mengajaknya makan malam romantis di tempat yang mewah karena sangat sibuk mengurus perusahaannya. Pagi itu Humaira sudah masak kesukaan Dimas. Semoga tidak di cela kurang ini dan itu. Walaupun banyak pembantu, tapi untuk urusan memasak dia tidak mau dimasakin oleh pembantu. Humaira harus memasak setiap pagi untuk Dimas."Bi, apakah sudah siap di meja?""Sudah Nyonya Muda, tinggal nunggu Tuan.""Ok Bi. Aku panggi Tuan." Humaira ke atas menemui suaminya yang sedang memakai baju. Humaira membantu memakaikan dasinya."Sayang, sarapan dulu. Semua sudah siap. Ayo," Humaira memandang suaminya mesra."Ok Sayang, masak apa hari ini?""Masak kesukaanmu. Semoga tidak ada yang kurang.""Makanya belajar masak sama Mami.""Nggak ah malu. Aku belajar dari You tube aja. Lagian kamu kenapa sih nggak mau makan m

DMCA.com Protection Status