Share

Humaira (Hati yang Mendua)
Humaira (Hati yang Mendua)
Penulis: DJ.Ross

BAB 1 KECEWA

Penulis: DJ.Ross
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini tanggal 10 September. Humaira bersorak girang. Dia pasti akan mendapatkan kejutan dari suaminya. Humaira akan menunggu apakah suaminya ingat apa tidak hari ini. Sudah lama Dimas tidak mengajaknya makan malam romantis di tempat yang mewah karena sangat sibuk mengurus perusahaannya.

Pagi itu Humaira sudah masak kesukaan Dimas. Semoga tidak di cela kurang ini dan itu. Walaupun banyak pembantu, tapi untuk urusan memasak dia tidak mau dimasakin oleh pembantu. Humaira harus memasak setiap pagi untuk Dimas.

"Bi, apakah sudah siap di meja?"

"Sudah Nyonya Muda, tinggal nunggu Tuan."

"Ok Bi. Aku panggi Tuan." Humaira ke atas menemui suaminya yang sedang memakai baju. Humaira membantu memakaikan dasinya.

"Sayang, sarapan dulu. Semua sudah siap. Ayo," Humaira memandang suaminya mesra.

"Ok Sayang, masak apa hari ini?"

"Masak kesukaanmu. Semoga tidak ada yang kurang."

"Makanya belajar masak sama Mami."

"Nggak ah malu. Aku belajar dari You tube aja. Lagian kamu kenapa sih nggak mau makan masakan pembantu? atau cari koki yang profesional biar gampang."

"Aku maunya masakan kamu. Buat apa punya istri kalau nggak bisa masak."

"Iya Sayang. Ya udah ayo kita sarapan dulu." Humaira menghentikan perdebatannya dan menggandeng Dimas ke bawah. Saat sarapan, Humaira memperhatikan suaminya yang begitu menikmati masakannya. Tumben tidak banyak komentar.

Berarti masakanku enak

Humaira girang. Suasana hening hanya terdengar suara sendok beradu dengan garpu di atas piring.

"Bagaimana masakanku Sayang? Tumben nggak ada komentar. Biasanya berisik kurang ini dan itu."

"Pas." Jawaban Dimas pendek. Segitu saja sudah membuat Humaira senang. Sangat sulit mendapatkan pujian dari Dimas. Laki-laki yang umurnya 20 tahun lebih tua darinya memang cerewet dalam hal selera masakan. Humaira mau menerima lamaran Dimas Husin Pratama karena dia seorang CEO PT. HUSIN PRATAMA yang bergerak di bidang properti. Mereka bertemu saat ada meeting. Humaira yang dulunya bekerja di sebuah anak cabang dari PT. HUSIN PRATAMA. Dimas terpesona oleh kecantikan Humaira yang berkulit putih kemerahan, tinggi semampai, dan berambut panjang bergelombang. Meskipun terpaut 20 tahun, namun Humaira tetap menerimanya karena selain seorang CEO dia juga memiliki penampilan menarik. Tinggi, atletis dan kekar.Tak butuh waktu lama untuk mereka meresmikan hubungannya ke jenjang pernikahan karena orang tua Dimas sudah menginginkan kehadiran cucu sebagai pewaris nantinya.

Orang tua Dimas yang merupakan orang nomor dua di Indonesia kekayaannya banyak dan berharap semua asetnya akan di wariskan kepada Dimas anak satu-satunya. Namun di usia pernikahannya yang sudah tiga tahun belum juga di karuniai anak. Berapa kali Humaira mengajak Dimas ke dokter kandungan tapi banyak alasan sehingga belum pernah berhasil mengajaknya ke dokter kandungan. Humaira hanya bisa pasrah dengan sikap Dimas.

"Yang, nanti malam ada waktu nggak?".

"Kenapa? mau shopping lagi dengan

teman sosialita kamu?"

"Nggak, cuma tanya aja."

"Aku ada waktu nanti malam. Aku akan pulang cepat hari ini."

"Oh ya? kita makan malam yu, udah lama kita tidak diner romantisan." Humaira selalu membuat Dimas klepek-klepek dengan rayuan mautnya.

"Ok Sayang. Aku berangakat dulu. Nanti kamu share aja lokasinya."

Dimas bangkit dari duduknya. Humaira membawakan tasnya dan mengantarnya sampai halaman. Pak Subur sopirnya sudah menunggunya. Dia membukakan pintu mobilnya. Alphard hitam keluaran terbaru siap membawanya ke bilangan Jakarta Utara.

"Kamu ngantor hari ini?" Tanya Dimas setelah mengecup kening Humaira.

"Iya Sayang. Setelah ini aku ke kantor."

"Hati-hati jangan tergoda mata keranjang." Itu kata-kata yang sering di ucapkan saat Humaira mau ke kantor. Perempuan itu hanya tersenyum.

"Daa Sayang, see you mmmmuach."

Humaira melambaikan tangannya sebelum Alphard hitam meninggalkan istananya. Rumah Dimas yang begitu megah bak istana. Humaira masuk setelah suaminya hilang dari pandangan. Dia menuju kamarnya. Hari itu dia begitu bahagia karena hari ulang tahunnya yang ke -25 tahun. Lagi-lagi ia melihat tanggal yang sudah di lingkari beberapa hari lalu.

Apakah Dimas melihat tanggal yang aku lingkari? Entahlah yang jelas aku sangat senang nanti malam pergi diner. Sekarang aku ke kantor dulu.

Humaira berganti pakaian. Dia mengenakan dress selutut dan memakai balzer hitam. Setelah bermake up dia mengambil tas warna senada dan menggunakan high heels.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Bunyi pesan masuk dari aplikasi hijau. Terlihat sebuah nama yang tak asing lagi.

[HBD Ra, wish you always happy and get a baby in furure]

[Thanks a lot Emran]

Humaira terhenyak dengan isi pesan dari Emran teman sekantornya. Ada perasaan sedih saat Emran mendoakan tentang anak. Sudah tiga tahun menikah tapi belum juga kunjung diberikan anak.

[Kamu sudah berangkat?]

[Belum, lagi siap-siap mau Otw.]

[Ok, see you Emran.]

Humaira memasukkan ponselnya ke tas dan menuruni tangga. Humaira menyalakan mesin mobilnya dan menyusuri kawasan Jakarta Pusat. Dia terbiasa membawa mobilnya sendiri dan tanpa supir. Padahal suaminya menawarkan seorang supir untuknya. Namun Humaira lebih nyaman pergi sendiri.

💦💦💦

Rapat dengan klien dari PT. CNA, sebuah perusahaan fashion yang cukup terkenal di Jakarta baru saja berakhir. Humaira dan Emran masih duduk-duduk di sebuah kafe di daerah Jakarta Pusat. Di meja mereka, kertas-kertas, map berisi sampel bahan dan cangkir-cangkir kopi terletak tidak beraturan.

"Aku kagum sama kamu Humaira. Ide-idemu selalu briliant. Beruntung Dimas punya istri cantik, pintar dan masih muda."

Emran memandangi Humaira dengan tidak biasa membuat Humaira agak risih.

"Biasa aja. Oh ya kira-kira aku akan dapat kejutan apa ya dari Dimas?"

"He he paling Dimas lupa.." Emran ketawa.

"Kenapa kamu bilang begitu?"

"Kita buktikan saja nanti." Emran mengejek Dimas.

"Aku percaya dengan Dimas." Humaira membereskan berkas-berkasnya dan mengambil kunci mobil yang ada di meja itu.

"Mau kemana Ra?"

"Ke kantorlah, Meeting sudah selesai."

PT. CNA meminta pertemuannya di luar kantor. Emran membereskan barang-barangnya yang masih berserakan di meja lalu mengikuti Humaira.

Sepanjang perjalanan Humaira hanya terdiam membuat Emran bingung.

"Kamu kenapa diam saja sejak tadi?"

"Lagi kesel, sebel, pokoknya paket lengkap!"

"Memangnya kenapa? tadi happy banget sekarang badmood,"

"Dimas batalin janjinya. Katanya ada meeting mendadak. Nggak keburu waktunya kalau diner sama aku. "

"Apa ku bilang. Suamimu lebih mencintai pekerjaan dari pada kamu."

"Pokoknya aku sebel! sebel! hehhhh!"

Humaira memukul bahu Emrna yang sedang menyetir mobil.

"Sakit Ra, nanti aku bisa nabrak bawa mobilnya kalau kamu pukuli. Sudah tenang dulu jangan marah-marah sama aku."

"Kita ke Coffeeshop aja nanti temenin aku menghabiskan malam."

"Yang bener? yakin hanya ke Coffeeshop? nggak ke diskotik aja atau ke klab? kamu bisa happy di sana."

"Emangnya aku suka klabing? aku perempuan baik-baik dan istri yang baik."

"Oke, I am sorry. "

Bab terkait

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 2 Hati yang kesal

    Dimas benar-benar menyebalkan! dari dulu dia nggak pernah romantis. Kata-katanya pedas dan ketus. Kenapa aku menerimanya menjadi suamiku? Aku pikir menikah dengan laki-laki lebih tua itu lebih enak, lebih dewasa dan berharap bisa memberi rasa aman dan yang pasti lebih romatis. Tapi semua itu tak kudapatkan. Kuakui ia laki-laki yang jujur dan kaya. Sebenarnya buat apa aku kerja sedangkan suamiku nggak menginginkan aku bekerja. Aku bekerja hanya sebagai selingan untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku akan merasa bosan jika harus di rumah terus apalagi belum punya anak. Pernikahan ini tak seindah yang kubayangkan. Humaira bermonolog.Humaira menatap ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari suaminya. Tapi ternyata kosong. Dia bertopang dagu. "Kenapa Dimas bisa mengabaikan hari ulang tahunku? dia nggak perduli. Dihubungi juga susah. Bagaimana aku nggak marah?""Sudahlah. Mungkin Dimas sedang ada pekerjaan penting. Kita nikmati saja malam ini. Masih ada aku yang siap menemanimu."Emran tersen

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB Kejutan dari Dimas

    "Sudah sampai kantor Ra, bangun!" Emran membangunkan Humaira yang sudah terlelap di sampingnya. Humaira tak bergeming. Emran memandangi wajah Humaira dalam keremangan malam. Didekatkan wajahnya ke arah Humaira. Dia menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Tak sadar dia membelai pipi putih itu yang begitu lembut bak porselen. Hasratnya mulai bangkit memandang bibirnya yang yang merekah dan agak terbuka. Ingin sekali mengulum bibir menawan itu. Disentuhnya dengan pelan bibir itu dengan jari-jarinya. Tak terasa dia menelan salivanya. Kamu cantik sekali. Bibirmu seksi Humaira. Ingin aku mengecupnya sekali saja. Tiba-tiba Emran mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Humaira tanpa pikir panjang lagi. Sontak Humaira terbangun dan menampar Emran. "Kurangajar!"Humaira mengusap bibirnya dengan telapak tangannya. Dia pandangi Emran dengan sengit. "Kenapa kamu lakukan ini?""Aku sangat menyukaimu Humaira, sungguh aku mencintaimu.""Cinta apa nafsu?""Cinta dan nafsu bedanya

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 4 Kedatangan Emran

    Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira. "Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"Tanya Bibi Syarifah."Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat.""Baik Nyonya Muda,"Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang."Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya.""Tidak

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

    Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya."Emran, kamu masih di kantor?""Iya, kenapa?""Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu." "What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.Yess!!"Aku tunggu di depan kantor."Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor."Hai! pakai mobil kamu saja ya.""Iya." Emran membuka kaca mobilnya.""Mobil kamu ditinggal di sini?""Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira."Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. M

Bab terbaru

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 5 Hasrat Penuh Dosa

    Humaira meninggalkan rumahnya setelah mendapat pesan dari suaminya yang mengatakan akan menginap di Bandung selama dua hari karena ada proyek penting. Ini kesempatan untuk melancarka aksinya menemui Emran.Dia menelpon Emran sambil mengendarai mobilnya."Emran, kamu masih di kantor?""Iya, kenapa?""Sepertinya aku akan mengikuti tawaran kamu." "What? Really?" Emran melonjak kegirangan. Bagaikan harimau yang sudah di suguhi daging siap untuk melahap habis. Pikirannya sudah berada di atas ranjang bersama Humaira yang berpakaian seksi menawan.Yess!!"Aku tunggu di depan kantor."Humaira mengakhiri panggilannya. Sudah tak banyak kata lagi. Emran langsung bergegas keluar kantor. Hari sudah mulai malam saat Emran keluar dari kantor."Hai! pakai mobil kamu saja ya.""Iya." Emran membuka kaca mobilnya.""Mobil kamu ditinggal di sini?""Iya," Emran membuka pintu mobil Humaira dan duduk di samping Humaira."Kamu yang bawa mobilnya tukar tempat." Humaira bergeser ke kanan dan Emran ke kiri. M

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 4 Kedatangan Emran

    Humaira bangun ketika matahari sudah tinggi. Dia tidur sudah hampir pagi karena perlu ulang tahunnya tadi malam. Ketika bangkit dari tempat tidur, dia merasa kepalanya agak sakit dan berat. Humaira berjalan pelan ke kamar mandi untuk cuci muka dan kemudian turun ke ruang makan dengan piyama. Pagi itu dia tidak bisa memasak untuk Dimas jadi yang menyiapkan asisten rumah tangga dan Bibi Syarifah sebagai kepala asistennya di rumahnya. Bibi Syarifah sudah lama mengabdi di rumah keluarga Yodha Pambudi Pratama. Sejak Dimas menikah dipindahkan di rumah Dimas untuk melayani Humaira. "Nyonya Muda, Tuan sudah berangkat sejak pagi Apakah Nyonya tidak ke kantor hari ini?"Tanya Bibi Syarifah."Tidak Bi, saya agak sakit kepalanya. Tolong ambilkan aspirin di kotak obat.""Baik Nyonya Muda,"Setelah sarapan dan minum obat, dia memutuskan untuk berbaring di kamarnya sampai sakit kepalanya hilang."Seharusnya Nyonya tinggal pencet bel aja tidak usah turun biar diambilkan sarapan dan obatnya.""Tidak

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB Kejutan dari Dimas

    "Sudah sampai kantor Ra, bangun!" Emran membangunkan Humaira yang sudah terlelap di sampingnya. Humaira tak bergeming. Emran memandangi wajah Humaira dalam keremangan malam. Didekatkan wajahnya ke arah Humaira. Dia menyibakkan helaian rambut yang menutupi wajah cantiknya. Tak sadar dia membelai pipi putih itu yang begitu lembut bak porselen. Hasratnya mulai bangkit memandang bibirnya yang yang merekah dan agak terbuka. Ingin sekali mengulum bibir menawan itu. Disentuhnya dengan pelan bibir itu dengan jari-jarinya. Tak terasa dia menelan salivanya. Kamu cantik sekali. Bibirmu seksi Humaira. Ingin aku mengecupnya sekali saja. Tiba-tiba Emran mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Humaira tanpa pikir panjang lagi. Sontak Humaira terbangun dan menampar Emran. "Kurangajar!"Humaira mengusap bibirnya dengan telapak tangannya. Dia pandangi Emran dengan sengit. "Kenapa kamu lakukan ini?""Aku sangat menyukaimu Humaira, sungguh aku mencintaimu.""Cinta apa nafsu?""Cinta dan nafsu bedanya

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 2 Hati yang kesal

    Dimas benar-benar menyebalkan! dari dulu dia nggak pernah romantis. Kata-katanya pedas dan ketus. Kenapa aku menerimanya menjadi suamiku? Aku pikir menikah dengan laki-laki lebih tua itu lebih enak, lebih dewasa dan berharap bisa memberi rasa aman dan yang pasti lebih romatis. Tapi semua itu tak kudapatkan. Kuakui ia laki-laki yang jujur dan kaya. Sebenarnya buat apa aku kerja sedangkan suamiku nggak menginginkan aku bekerja. Aku bekerja hanya sebagai selingan untuk menghilangkan rasa jenuh. Aku akan merasa bosan jika harus di rumah terus apalagi belum punya anak. Pernikahan ini tak seindah yang kubayangkan. Humaira bermonolog.Humaira menatap ponselnya. Berharap ada pesan masuk dari suaminya. Tapi ternyata kosong. Dia bertopang dagu. "Kenapa Dimas bisa mengabaikan hari ulang tahunku? dia nggak perduli. Dihubungi juga susah. Bagaimana aku nggak marah?""Sudahlah. Mungkin Dimas sedang ada pekerjaan penting. Kita nikmati saja malam ini. Masih ada aku yang siap menemanimu."Emran tersen

  • Humaira (Hati yang Mendua)    BAB 1 KECEWA

    Hari ini tanggal 10 September. Humaira bersorak girang. Dia pasti akan mendapatkan kejutan dari suaminya. Humaira akan menunggu apakah suaminya ingat apa tidak hari ini. Sudah lama Dimas tidak mengajaknya makan malam romantis di tempat yang mewah karena sangat sibuk mengurus perusahaannya. Pagi itu Humaira sudah masak kesukaan Dimas. Semoga tidak di cela kurang ini dan itu. Walaupun banyak pembantu, tapi untuk urusan memasak dia tidak mau dimasakin oleh pembantu. Humaira harus memasak setiap pagi untuk Dimas."Bi, apakah sudah siap di meja?""Sudah Nyonya Muda, tinggal nunggu Tuan.""Ok Bi. Aku panggi Tuan." Humaira ke atas menemui suaminya yang sedang memakai baju. Humaira membantu memakaikan dasinya."Sayang, sarapan dulu. Semua sudah siap. Ayo," Humaira memandang suaminya mesra."Ok Sayang, masak apa hari ini?""Masak kesukaanmu. Semoga tidak ada yang kurang.""Makanya belajar masak sama Mami.""Nggak ah malu. Aku belajar dari You tube aja. Lagian kamu kenapa sih nggak mau makan m

DMCA.com Protection Status