“Ke-kenapa kamu setuju?!” seru Felicia, masih kaget.Theo menatap Marcell, seolah meminta Marcell untuk pergi sejenak agar ia ada waktu bicara berdua dengan Felicia. Dan, untungnya Marcell paham, ia mengangguk dan beranjak pergi dari sana.“Feli, Sayang … ini demi kita,” kata Theo dengan lembut. “Kamu tenang aja.”“Gimana aku bisa tenang?” tanya Felicia.Felicia mendekat pada Theo, ia langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Theo. Ia tak memikirkan akan ketahuan karyawan lain, yang ia inginkan saat ini adalah berada di dekat Theo agar bisa merasa tenang.Theo membalas pelukan Felicia dengan segera. Sejenak, ia mengecup puncak kepala Felicia dengan sayang.“Nggak lama lagi aku akan pergi dari sini, magangku selesai. Kita cuma harus berpura-pura sebentar. Setelah itu, kamu akan aman dari gosip buruk,” kata Theo.Felicia mendongak, menatap wajah kekasih berondongnya itu. “Tapi …”Felicia hendak mengeluarkan kalimat penolakan lagi, tapi ia langsung diam. Kalau dipikir-pikir, Theo ada b
“Theo, kamu—”“Ssttt!” bisik Theo kepada Sophia.Sophia masih menatap tajam Theo, ia kesal karena tingkah Theo tiba-tiba begini, melibatkannya. Dan, Theo juga menyela ucapannya.Sophia ingin menyingkirkan tangan Theo, tapi Theo malah mengeratkannya. Ah, sungguh menyebalkan!Dulu, Sophia memang sangat menyukai Theo. Namun, setelah ditolak dan Theo lebih memilih wanita seperti Felicia, ia merasa sangat kesal. Untuk apa ia mengejar Theo lagi? Selera Sophia pun berganti, ia ingin mendapatkan pria lain yang lebih keren dari Theo.Namun, Theo malah sekarang mendekatinya seperti ini, dan mengaku kalau mereka pacaran. Apa maksudnya itu?!Sophia memutar bola mata malas. Tapi, mari lihat, akan seperti apa drama ini.“Aku minta tolong sebentar, please,” mohon Theo, berbisik di telinga Sophia.Sophia menoleh, lantas mendongak menatap Theo. Ia sempat tertegun, tak menyangka Theo akan sampai memohon padanya.Sophia senang jika begini, ia suka kalau orang yang ia benci memohon padanya. Baiklah, akan
“Makan malam akan diadakan di restoran yang sama seperti saat penyambutan kalian ya,” kata sang mantan manajer di divisi Felicia.Baru saja hari ini, sang mantan manajer mereka mendatangi mereka, mengajak makan malam dalam rangka perpisahan dengan para anak magang.Memang, hari ini adalah hari terakhir para anak magang di sini. Dan, sang mantan manajer ingin memberi kesan baik kepada mereka, lebih tepatnya kepada Theo yang merupakan anak bosnya.“Oke, Pak!” angguk para anak magang dengan semangat.Felicia menunduk, perasaan sedih kembali menghampirinya karena ia hendak berpisah dengan Theo. Tepat besok, Theo tak akan berada di sini lagi, Theo akan kembali ke kehidupan kampus.Sejujurnya, Felicia belum siap. Entah akan seperti apa hari-harinya besok tanpa Theo di tempat kerja.“Fel, kenapa?” bisik Marcell.Felicia terkesiap. Ia memaksakan senyum. “Nggak apa-apa.”Namun, Marcell yakin ada sesuatu, karena dari sorot mata Felicia seperti menunjukkan kesedihan.Marcell masih mengamati Feli
Felicia masih merasakan kantuk, tapi ia terbangun dari mimpi saat merasakan ada yang menciumi permukaan wajahnya. Dan, tepat saat kecupan itu mendarat di bibir, bola mata Felicia langsung terbuka lebar.“Theo!” seru Felicia.Theo menyengir, tanpa rasa bersalah ia memposisikan diri di atas tubuh Felicia, mengungkung Felicia di bawahnya.“Jam berapa ini?” tanya Felicia sambil melirik jam dinding.Felicia melotot ketika melihat jam baru menunjukkan pukul empat pagi.“Kenapa kamu membangunkan aku sepagi ini, Theo?” protes Felicia.“Aku harus kembali ke kamarku, biar nggak ketahuan keluargamu. Aku perlu pamitan ‘kan? Jadi, aku membangunkan kamu.”Felicia berdecak, tapi setelahnya tersenyum. Theo ada-ada saja, mengapa harus pamitan? Padahal nanti juga mereka bertemu lagi.“Iya, sana ke kamarmu,” kata Felicia.Theo mengangguk. Sebelum itu, ia kembali mencuri satu kecupan di bibir Felicia.Cup!“Jorok, ih! Aku baru bangun tidur, belum sikat gigi!”“Tenang, nggak bau. Tadi ‘kan cuma kecup, buka
Sementara itu, lumatan Theo ke bibir Felicia masih berlangsung. Felicia sampai merasa kehabisan napas. Ia bergegas mendorong Theo, dan langsung terengah ketika ciuman terlepas.“Masuk ke dalam dulu!” seru Felicia.“Oke,” kata Theo akhirnya.Theo membuka pintu, kemudian dengan terburu-buru menarik Felicia. Begitu masuk ke dalam, Theo langsung mendorong Felicia hingga menghimpit pintu, tidak sempat mengajak Felicia duduk atau ke kamar, Theo kembali menyerbu bibir Felicia.Felicia mengerti mengapa Theo begini, karena mereka lama tidak bertemu, tidak saling menyentuh, apalagi berciuman. Theo pasti amat merindukannya, seperti ia yang juga merasa begitu.Tangan Felicia mengalung ke leher Theo, kini ia mulai membalas ciuman Theo. Dengan sama bergairahnya, mereka melahap bibir satu sama lain.“Theo …” erang Felicia ketika bibir Theo berpindah menjelajahi lehernya.Theo mencium dan menghirup leher Felicia dengan rakus, ia menghisap dan menggigit di sana untuk meninggalkan jejak, menandakan bah
Theo panik bukan main. Ia tak tahu sudah berapa lama tak sadarkan diri, dan sekarang terbangun dengan kondisi berada di atas kasur, di dalam sebuah kamar yang luas.Saat Theo menatap jendela, di luar sedang turun salju. Yang jelas, ini pasti di luar negeri.Theo panik, ia bergegas beranjak dari atas kasur lantas berlari ke pintu. Ketika pintu terbuka, ada beberapa pria berbadan besar yang sempat menculiknya.“Di mana saya sekarang?!” teriak Theo.“Anda berada di Inggris. Pak Martin memerintahkan kami untuk membawa anda kemari dan melanjutkan kuliah di sini. Semuanya sudah diurus, anda cukup menurut dengan patuh,” kata salah satu dari mereka.Theo yang mendengar itu langsung mengepalkan tangannya lalu mengumpat dengan kasar. Ia benci ini! Kehidupan yang diatur oleh Papanya, menjadi boneka Papanya. Sejak kecil hingga sekarang, apakah ia hanya bisa menurut?Theo duduk diam, meratapai nasibnya yang selalu menjadi boneka Martin, diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan keinginan Martin. I
Felicia masih mematung di tempat usai mendengar perkataan Sophia, rasanya dunia di sekelilingnya seperti berhenti berputar.Harus ke mana ia mencari Theo?Sophia memperhatikan Felicia sekilas.Sophia masih menaruh rasa tak suka pada Felicia karena merasa Theo direbut oleh Felicia, padahal ia yang lebih dulu menyukai Theo. Namun, sekarang, melihat Felicia tampak syok sampai terdiam lama seperti itu jadi membuat Sophia sedikit iba.Ya, hanya sedikit, ia tidak ingin peduli pada orang seperti Felicia yang sempat dibencinya.Maka, tanpa bicara apa pun lagi, Sophia berjalan pergi dari hadapan Felicia.“Theo …” gumam Felicia dengan suara bergetar menahan tangis.Felicia rasanya sulit untuk melangkah sekarang, jadi ia memutuskan untuk duduk sejenak. Ia tak tahu harus bagaimana setelah ini, apa Theo benar-benar pergi meninggalkannya tanpa kabar? Tapi, kenapa? Alasannya apa?Tunggu, Martin!Felicia terbelalak ketika menyadari soal Papa Theo. Bisa saja ini ulah Martin yang ingin memisahkannya de
2 tahun kemudian.Perkiraan Theo meleset.Theo mengharapkan bisa lulus hanya dengan menghabiskan waktu satu semester alias enam bulan. Namun, ternyata ia tak bisa. Akhirnya, ia baru lulus setelah satu tahun meneruskan kuliah di Inggris.Dan, rencana Theo untuk kabur belum matang.Theo merasa tidak bisa menemui Felicia hanya berbekal ijazah, ia ingin menjadi pria keren yang sudah berpengalaman dan nantinya bisa langsung mencari kerja saat di Indonesia. Jadi, Theo menyempatkan untuk bekerja di Inggris selama satu tahun.Setelah mendapatkan pengalaman kerja sekaligus mengumpulkan uang, Theo sudah siap untuk kembali ke Indonesia. Ia akan langsung mengajak Felicia menikah, entah bagaimanapun caranya.Meskipun sudah dua tahun tak saling bertukar kabar dan tak bertemu, Theo yakin perasaan Felicia masih sama untuknya. Dan, ia yakin Felicia pasti masih setia menunggunya.“Pak Martin baru saja menghubungi, beliau berkata akan berkunjung besok,” beri tahu salah satu bodyguard.Theo hanya mengang