Share

Bab 40 - Diikuti?

Author: Ainjae
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tatapan dingin Theo menusuk ibu tirinya yang berdiri di depannya. Felicia bisa merasakan ketegangan yang membesar di antara mereka.

“Nggak perlu menyapa Papa juga bakal ketemu lagi,” kata Theo dengan suara tajam, tidak bisa menyembunyikan ketidaknyamanannya.

Theo kembali menarik tangan Felicia. Baru saja hendak melangkah, tapi suara ibu tirinya kembali terdengar.

“Kamu mau langsung pergi? Nggak sopan sekali sama Mamamu,” ujar ibu tiri Theo.

Felicia menatap ibu tiri Theo yang tersenyum sinis. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres di antara Theo dan wanita itu.

Theo terdiam sejenak, tak merespon wanita itu. Setelahnya, dengan wajah tegang ia menarik Felicia menjauh. Mereka berjalan cepat meninggalkan tempat itu, menyusuri keramaian pasar. Felicia bisa merasakan betapa kuatnya genggaman tangan Theo.

Tanpa mereka sadari, ibu tiri Theo menyuruh salah satu bawahannya,

“Selidiki wanita itu,” tunju

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hot Night with Berondong   Bab 41 - Kedatangan Ibu Tiri

    Felicia berusaha mengenyahkan perasaan tidak nyaman yang menggelayuti pikirannya. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja. Ia mencoba melupakan kejadian aneh di bandara dan saat dalam perjalanan ke rumah.Saat Felicia baru saja merebahkan tubuh ke atas kasur, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Theo. Entah mengapa Theo meneleponnya, ia pun mengambil ponsel lalu mengangkatnya.[Halo, Feli. Udah sampai rumah?]Felicia mengernyit, dari nada bicara Theo terdengar khawatir. Memangnya ada apa?“Udah. Kalau kamu bagaimana?”[Saya juga udah di apartemen.]Felicia merespon dengan anggukan, meskipun ia tahu Theo tak melihatnya.[Besok mau saya jemput? Berangkat bareng.]Felicia bertanya-tanya di dalam hati, kenapa Theo mengajaknya berangkat bersama? Apa mungkin … Theo hendak mengungkapkan perasaan lagi padanya?Duh, Felicia jadi tak nyaman.“Nanti merepotkan, nggak usah,” u

  • Hot Night with Berondong   Bab 42 - Keluarga Theo (Sisi Lain)

    Felicia melangkah dengan cepat menjauhi lobi, perasaan tidak nyaman masih menggelayuti hatinya setelah bertemu dengan mama tiri Theo. Kata-kata wanita itu terus terngiang-ngiang di pikirannya.Felicia mencoba menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki ruang kerjanya kembali.Sesampainya di ruangan, Felicia langsung menuju ke meja Marcell. Ia mengetuk pintu dengan ragu sebelum akhirnya masuk.“Permisi, apa Pak Marcell memanggil saya?” tanya Felicia.Marcell menoleh, wajahnya tampak bingung. “Saya nggak memanggil kamu.”Felicia tertegun. “Nggak memanggil saya?”Marcell menggelengkan kepala. “Enggak. Memangnya ada apa?”“Enggak ada apa-apa, Pak. Tadi saya pikir dipanggil sama Pak Marcell. Kalau begitu, saya permisi.”Felicia berjalan ke tempat duduknya dengan raut bingung. Berarti, tadi Theo berbohong padanya. Theo bilang, dia dipanggil oleh Marcel

  • Hot Night with Berondong   Bab 43 - Memelukmu Sebagai Dopamin

    Tanpa Theo sadari, Samuel memergoki Theo yang sedang tersenyum tipis. Samuel curiga, jangan-jangan Theo sudah punya pacar?Samuel tersenyum menyebalkan. “Kak Theo, apa kamu sudah punya pacar sekarang?” tanyanya dengan nada menyindir, seolah mengejek.Theo menatap Samuel dengan tajam, bibirnya mengatup rapat.“Sepertinya sudah.” Itu bukan suara Samuel, melainkan Regina. “Ada seorang wanita yang dekat denganmu ‘kan, The? Kalau nggak salah, dia karyawan tetap di perusahaan, satu divisi di tempat kamu magang.”Rahang Theo mengeras. Dia mencengkeram pisau di tangannya, berusaha menahan marah yang membara di dalam dadanya.“Nggak, Mama salah.” Theo biasa memanggil Regina ‘mama’ jika ada Martin, terpaksa. “Wanita itu bukan siapa-siapa, dia hanya karyawan yang pernah membimbingku sebagai anak magang. Kami dekat karena itu.”“Apa benar begitu, Theo?” Kali ini Ma

  • Hot Night with Berondong   Bab 44 - Menginap Lagi

    “Saya butuh kamu untuk menemani sampai besok,” imbuh Theo.Felicia menatap ragu. “Tapi …”“Please …” mohon Theo disertai puppy eyesnya.Felicia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Tatapan memohon Theo membuat hatinya goyah.Ditambah lagi, sekarang ini Theo memasang ekspresi sok imut khas berondong ganteng yang menggemaskan. Astaga, kalau sudah begini, Felicia makin sulit untuk menolak permintaan Theo.Felicia menatap Theo dalam-dalam. Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Felicia mengangguk perlahan.“Saya ikut kamu ke apartemenmu,” ucap Felicia akhirnya.Senyum tipis terukir di wajah Theo. “Makasih, Feli.”“Saya cuma menemani kamu aja ‘kan? Nggak ada yang aneh-aneh?” tanya Felicia, memastikan.“Enggak. Saya nggak akan ngapa-ngapain.”“Oke, saya mau berkemas dulu,

  • Hot Night with Berondong   Bab 45 - Mengunjungi Makam

    Theo cepat-cepat memberikan tissue kepada Felicia sambil tertawa kecil.“Nih,” kata Theo dengan senyum hangatnya.Felicia membersihkan mulutnya sendiri lalu berujar, “Maaf, The. Kamu sih bikin saya kaget!"Theo malah kembali tertawa. Seolah terhibur dengan reaksi Felicia.Felicia yang merasa bersalah pun menyodorkan tissue kepada Theo. “Nih, bersihkan muka kamu.”Theo menerim tissue itu. Namun, sebelum menggunakannya, Theo tersenyum lalu mengambil sebutir nasi goreng di wajahnya dan memakannya.Sontak, Felicia melotot melihatnya. “Theo, jorok! Itu ‘kan bekasnya saya!”“Enak kok,” kata Theo.Felicia hanya bisa melongo. Sebelum Theo memakan lagi bekas nasi di wajah, Felicia beranjak dari duduk lalu membersihkan wajah Theo dengan tissue.“Nggak usah aneh-aneh,” ucap Felicia.Theo hanya tersenyum. Dan, tiba-tiba menahan tangan Felicia agar tak men

  • Hot Night with Berondong   Bab 46 - Meminta Kepastian

    Felicia terus mengusap punggung Theo dengan lembut, berusaha memberikan kenyamanan. Dia merangkul Theo lebih erat, membiarkan pria itu menangis sepuasnya.Beberapa menit kemudian, tangis Theo akhirnya mereda. Theo menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.“Maaf, Feli. Baju kamu jadi basah, saya nggak seharusnya nangis begini,” ucap Theo dengan suara serak khas seseorang habis menangis. Dia lantas menunduk, terlihat malu.Felicia menggeleng, menatap Theo dengan penuh pengertian. “Nggak apa-apa kok.”Theo tersenyum tipis, merasa lebih lega. Dia terdiam cukup lama, tatapannya lurus ke depan, seperti sedang mengenang kejadian di masa lalu.“Mama saya orangnya baik banget. Saking baiknya, Mama masih mau bertahan walaupun ada cewek ular merusak rumah tangganya,” ucap Theo, bercerita tiba-tiba dengan raut wajah yang berubah marah.“Apa maksudnya Mama tirimu?” tebak Felicia.“Ya,” angguk Theo. “Padahal Mama saya jauh lebih cantik.”Theo mengeluarkan dompet dari sakunya dan membuka

  • Hot Night with Berondong   Bab 47 - Theo Menyerah

    Felicia tertegun, pertanyaan Theo membuatnya bingung. Ia bisa merasakan intensitas emosi Theo yang berusaha menahan kecewa. Dalam situasi seperti ini, ia merasa tak berdaya, tak tahu harus menjawab apa."Theo, saya..." Felicia menghela napas panjang, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Saya butuh waktu."Theo menatap Felicia dengan mata penuh harapan yang mulai memudar."Berapa lama lagi, Bu Feli? Saya butuh kepastian. Saya udah berusaha sebisa saya, tapi rasanya seperti berjalan di tempat."Felicia mengalihkan pandangannya, mendadak ada perasaan bersalah yang menghinggapinya. Ada banyak alasan yang membuatnya tak bisa menerima perasaan Theo.“Kamu pasti tahu sendiri kalau kita nggak pantas bersama,” ucap Felicia, dengan terpaksa.“Karena apa? Jangan bilang alasannya masih karena umur saya dan karena saya cuma anak magang di sini?” tanya Theo dengan nada bicara yang mulai meninggi.Felicia tak menjawab. Ia

  • Hot Night with Berondong   Bab 48 - Menyadari Perasaan

    Tiba-tiba Felicia merasa lemas setelah mendengar obrolan Theo dan temannya. Masih dengan diam-diam, Felicia pergi dari sana dan kembali ke mejanya.Diana dan Fani, teman Felicia yang ada di sana, menyadari perubahan ekspresi Felicia.“Kenapa, Fel?” tanya Diana.Felicia tak langsung menjawab. Ia merasa dadanya sesak mengingat kata-kata Theo. Namun, ada juga perasaan bersalah yang kuat menyeruak di dalam dirinya.Felicia memaksakan senyum. “Nggak apa-apa, cuma agak capek.”“Kalau capek, bisa pulang aja, Fel. Mungkin kamu perlu istirahat,” kata Fani.Felicia menggeleng. “Nggak kok. Masih ingin nongkrong sama kalian.”Felicia mendengarkan obrolan Fani dan Diana. Namun, pikirannya berkecamuk. Gara-gara apa lagi kalau bukan Theo?Felicia masih memikirkan kata-kata Theo tadi, dan perasaannya sendiri. Apakah ia benar-benar ingin kehilangan Theo? Apa yang sebenarnya ia rasakan terhadap ber

Latest chapter

  • Hot Night with Berondong   Bab 97 - Our Daughter (End)

    Tahun pertama memimpin perusahaan tidaklah mudah. Tapi, Theo merasa beruntung karena didampingi oleh orang-orang yang baik yang mau membantunya. Untungnya, tak ada yang seperti Martin dalam memperlakukannya.Saat laporan keuangan kuartalan dirilis, laba bersih perusahaan yang mulai dipimpin oleh Theo turun sampai lebih dari sembilan persen, dan itu sempat membuat Theo tertekan. Meskipun bawahannya banyak yang menenangkannya, tapi Theo tetap kepikiran.“Nggak masalah, Pak Theo. Turun sembilan persen juga nggak terlalu besar untuk Pak Theo yang baru pertama kali menjabat,” ucap Brandon—sekretaris Theo.Theo menatap sekretarisnya yang sekarang itu, si Brandon. Dia direkomendasikan oleh sekretaris Martin, masih muda, dan merupakan adik dari sekretaris Martin. Sedangkan sekretaris Martin sudah ditempatkan di posisi lain yang tak kalah penting.“Tapi ini berdampak ke harga saham yang langsung anjlok,” sahut Theo. Saat ini dia sedang menatap grafik saham perusahaannya yang berada di fase down

  • Hot Night with Berondong   Bab 96 - Menjadi CEO

    Setelah mendengar cerita sekretaris Martin, Theo langsung mengusir pria itu. Theo takut lepas kendali dan emosi lalu menghajar sekretaris Martin, jadi lebih baik dia suruh pria itu pergi secepatnya.Selepas kepergian sekretaris Martin, Theo melemas, dia jatuh terduduk di sofa. Menunduk, dia mengusap wajahnya sambil menahan tangis.Felicia turut duduk di sebelah Theo, dia meraih tubuh Theo ke dalam pelukan, diusapnya lembut punggung Theo.“A-aku nggak nyangka, Mama …” Theo mulai terisak. Dia sedih membayangkan Mama kandungnya mengalami banyak penderitaan, bahkan meninggal karena diracun oleh Regina.Felicia tak sanggup berkata-kata, dia pun turut merasakan sedihnya. Sebagai istri Theo, dia hanya bisa terus mendekap Theo dan membiarkan Theo menumpahkan tangisnya.Namun, di saat kebenaran terungkap seperti ini, sayang sekali sang pelaku telah tiada. Regina bisa saja dipenjara atas perbuatannya kepada Mama kandung Theo, tetapi Regina telah meninggal.“Mama pasti menderita selama ini,” cic

  • Hot Night with Berondong   Bab 95 - Kebenaran

    “A-apa? Jangan bercanda!” seru Theo.Suara keras Theo mengejutkan semua orang, termasuk para tamu. Felicia juga merasa kaget, dia pun mengajak Theo untuk pergi dari keramaian bersama dengan sekretaris Martin yang mengikuti.“A-apa maksud ucapan anda tadi?” tanya Theo masih dengan raut kagetnya.Di sebelahnya, Felicia menggenggam tangan Theo, menguatkan Theo.“Saya nggak bercanda, Papa anda dan Mama tiri anda telah meninggal dunia,” jawab sekretaris Martin dengan raut sedih dan lelah yang tercetak jelas di wajahnya.Theo memang membenci Papanya, sangat. Tapi, kabar mendadak seperti ini tentu saja mengejutkannya.Sekretaris Martin lantas menjelaskan bahwa Martin telah mengetahui kabar pernikahan Felicia dan Theo. Martin berniat mencegatnya. Dan Regina pun mengikuti, berada dalam satu mobil yang sama dengan Martin.Namun, nahas, karena terlalu mengebut dan terburu-buru kemari, Martin dan Regina pun mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat.“Saat ini jenazah Pak Martin dan Bu Regina m

  • Hot Night with Berondong   Bab 94 - Hari Bahagia & Kabar Mengejutkan

    Sulit bagi orang tua Felicia untuk menerima kenyataan yang baru saja terjadi. Karena itulah mereka butuh waktu untuk mencerna dan menenangkan diri, begitu juga dengan William yang sejak tadi lebih banyak marah.Sekarang tinggallah Theo dan Felicia berdua di ruang tamu. Semua orang meninggalkan mereka usai terkejut.“The, apa ini akan baik-baik aja?” tanya Felicia dengan gurat kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya.Theo mengangguk dengan senyum menenangkannya, ia meraih tangan Felicia, menggenggamnya, kemudian mengecup punggung tangannya.“Ya, kamu nggak perlu khawatir,” jawab Theo.Felicia membalas genggaman tangan Theo.“Soal Papamu … gimana?”Senyum Theo luntur seketika. “Papa pasti sedang sibuk mencariku di luar negeri. Nggak lama lagi pasti ketahuan kalau aku ada di sini. Karena itulah aku ingin menikahimu secepatnya, sebelum Papa muncul.”Felicia mengangguk.Tak lama, Marcell kembali ke dalam. Felicia langsung tersenyum kepada Marcell.“Marcell, makasih udah turut bicara d

  • Hot Night with Berondong   Bab 93 - Mengikhlaskan

    "Aku …”Felicia masih tampak ragu.“Please,” mohon Theo.Felicia mendongak, menatap wajah Theo yang terlihat semakin dewasa. Namun, sorot mata Theo tak berubah, sorot mata itu yang selalu meluluhkannya setiap kali Theo membujuknya.“Tapi, kamu tahu kan? Aku udah tunangan sama Marcell, udah mau nikah,” ucap Felicia.“Kalau kamu setuju, ayo kita bicara bareng ke Pak Marcell dan keluargamu. Ganti pengantin prianya jadi aku, aku siap menikahi kamu,” tegas Theo.Felicia nyaris melongo. Apa Theo serius? Sekarang ini Theo seperti sedang melamarnya saja.Felicia hendak bicara, tapi teringat kalau ia harus berangkat kerja, dan tak lama lagi adiknya serta orang tuanya akan keluar rumah.“Kita bicarakan lagi nanti malam,” kata Felicia.Theo mengangguk, terpaksa ia melepaskan tangan Felicia.*Malam harinya, Theo kembali mendatangi rumah Felicia, berdiri di depan gerbang. Ketika Felicia muncul, tiba-tiba Felicia menarik Theo berjalan pergi agak jauh dari rumahnya.Saat berhenti melangkah, tiba-ti

  • Hot Night with Berondong   Bab 92 - Permintaan Maaf

    Felicia meremas nampan di tangannya. Ia menahan diri untuk tidak menangis melihat sosok Theo yang sudah lama tidak ditemuinya, dan menahan diri sekuat tenaga untuk tidak berlari menghambur ke dalam pelukan Theo.Pikir Felicia, Theo sudah melupakannya. Tak pernah sekalipun Theo memberi kabar, dan ia dibuat khawatir selama bertahun-tahun. Tapi, ternyata Theo masih baik-baik saja.“Kenapa kamu diam aja di situ? Kamu nggak lihat kalau di rumah saya sedang ada acara? Kamu bisa pergi sekarang,” usir Felicia sambil menatap tajam Theo.Theo membuka mulut, tapi menutupnya kembali. Ia amat terkejut sampai lututnya terasa lemas. Susah payah ia berjuang untuk kabur, mengumpulkan uang, untuk menemui Felicia, tapi respon Felicia malah begini.Marcell yang tak menyangka respon Felicia akan begitu pun merasa kasihan kepada Theo.“Feli, jangan begitu, Theo juga tamu,” kata Marcell sambil tersenyum untuk mencairkan suasana. “Biarkan Theo masuk dan duduk di dalam.”Felicia tak merespon, ia memalingkan p

  • Hot Night with Berondong   Bab 91 - Theo Kembali

    Flashback, sebelum kedatangan Theo.Setelah usaha Felicia tak membuahkan hasil untuk menemukan Theo, Felicia tak menyerah sampai di situ.Setiap hari, tak terlewat satu hari pun, Felicia akan mencoba menghubungi nomor Theo. Tapi, hasilnya nihil, seolah nomor Theo tak aktif lagi atau mungkin Theo sudah ganti nomor.Dan, setiap ada kesempatan, Felicia akan menemui Martin untuk meminta diberitahu lokasi Theo. Namun, Martin masih tutup mulut.Ketika satu tahun berlalu dan ia masih saja menemui Martin, tampaknya Martin emosi dan langsung mengusirnya begitu ia muncul di depan pintu ruangan CEO.Rasanya … Felicia seperti akan gila. Ia begitu putus asa, tak tahu lagi di mana keberadaan Theo, seperti apa kondisi Theo, dan hanya bisa menerka-nerka selama satu tahun.Felicia mulai berubah, menjadi lebih pendiam, dan tak lagi fokus pada pekerjaannya. Dan, satu-satunya yang memahami kemungkinan penyebab Felicia menjadi seperti itu adalah Marcell.“Feli, kamu butuh bantuan?” tanya Marcell.Felicia m

  • Hot Night with Berondong   Bab 90 - Felicia akan Menikah?! No!

    2 tahun kemudian.Perkiraan Theo meleset.Theo mengharapkan bisa lulus hanya dengan menghabiskan waktu satu semester alias enam bulan. Namun, ternyata ia tak bisa. Akhirnya, ia baru lulus setelah satu tahun meneruskan kuliah di Inggris.Dan, rencana Theo untuk kabur belum matang.Theo merasa tidak bisa menemui Felicia hanya berbekal ijazah, ia ingin menjadi pria keren yang sudah berpengalaman dan nantinya bisa langsung mencari kerja saat di Indonesia. Jadi, Theo menyempatkan untuk bekerja di Inggris selama satu tahun.Setelah mendapatkan pengalaman kerja sekaligus mengumpulkan uang, Theo sudah siap untuk kembali ke Indonesia. Ia akan langsung mengajak Felicia menikah, entah bagaimanapun caranya.Meskipun sudah dua tahun tak saling bertukar kabar dan tak bertemu, Theo yakin perasaan Felicia masih sama untuknya. Dan, ia yakin Felicia pasti masih setia menunggunya.“Pak Martin baru saja menghubungi, beliau berkata akan berkunjung besok,” beri tahu salah satu bodyguard.Theo hanya mengang

  • Hot Night with Berondong   Bab 89 - Diawasi

    Felicia masih mematung di tempat usai mendengar perkataan Sophia, rasanya dunia di sekelilingnya seperti berhenti berputar.Harus ke mana ia mencari Theo?Sophia memperhatikan Felicia sekilas.Sophia masih menaruh rasa tak suka pada Felicia karena merasa Theo direbut oleh Felicia, padahal ia yang lebih dulu menyukai Theo. Namun, sekarang, melihat Felicia tampak syok sampai terdiam lama seperti itu jadi membuat Sophia sedikit iba.Ya, hanya sedikit, ia tidak ingin peduli pada orang seperti Felicia yang sempat dibencinya.Maka, tanpa bicara apa pun lagi, Sophia berjalan pergi dari hadapan Felicia.“Theo …” gumam Felicia dengan suara bergetar menahan tangis.Felicia rasanya sulit untuk melangkah sekarang, jadi ia memutuskan untuk duduk sejenak. Ia tak tahu harus bagaimana setelah ini, apa Theo benar-benar pergi meninggalkannya tanpa kabar? Tapi, kenapa? Alasannya apa?Tunggu, Martin!Felicia terbelalak ketika menyadari soal Papa Theo. Bisa saja ini ulah Martin yang ingin memisahkannya de

DMCA.com Protection Status