Home / Romansa / Hot Mother / 2. Wanita Tangguh

Share

2. Wanita Tangguh

Author: Amy_Asya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

5 tahun kemudian....

Milan, 27 Januari 2018

Milan merupakan kota metropolitan dan pusat bisnis di Italia. Milan juga merupakan salah satu kota tersibuk di Italia. Kota ini juga dikenal akan industri fashion, baik dalam bidang seni maupun desain.

Milan juga dikenal sebagai salah satu kota mode setelah Paris dan New York.

Di tengah tumpukan salju, tampak seorang wanita sedikit berlari setelah turun dari bus. Wanita berambut sebahu berwarna cokelat tua itu, tampak sedang terengah. Selain karena cuaca yang dingin, dia juga mengkhawatirkan putra semata wayangnya. Tidak peduli dengan dada yang terasa sesak, akibat cuaca dingin.

Hari ini dia pulang terlambat sampai larut malam, akibat badai salju yang melanda kota Milan dari pukul 2 sore tadi.

Sofia, melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke dalam lift menuju unit miliknya. Beruntung letak apartemennya tidak terlalu jauh dari tempat dia bekerja.

Mendapati lift yang kosong, wanita itu bergegas dan menekan angka di mana unit miliknya berada.

Dengan langkah sedikit tergesa, Sofia berjalan menuju unit miliknya. Menekan kode akses untuk masuk. Setelah berhasil, dia segera masuk dan mencari keberadaan anaknya.

“El!” panggilnya sedikit keras. Ini pertama kali dia meninggalkan anaknya hingga larut malam.

Sofia bekerja di toko pakaian sebuah brand ternama. Walau dengan penghasilan yang tidak seberapa, tetapi itu semua cukup untuk kebutuhan mereka berdua.

Dia tidak mau merepotkan orang lain. Oleh karena itu Sofia menerima pekerjaan ini, meski itu bukanlah bidangnya.

“El!” Sofia membuka pintu kamar anaknya. Tampak seorang pria bertubuh tinggi sedang berbaring di samping El yang tertidur pulas.

Pria itu tersenyum ke arah Sofia.

“Nic!” Sofia menghela napas, lega.

Nicholas menempelkan jari telunjuk di depan bibir, meminta Sofia untuk tidak bersuara. Wanita itu mengangguk mengerti, lalu berlalu masuk menuju kamarnya.

Sofia menanggalkan mantel tebal yang dipakainya tadi. Lalu berjalan menuju kamar mandi, tujuannya kini adalah menyegarkan diri.

Mengisi bath up dengan air hangat lalu menambahkan sabun dan aromaterapi ke dalam bath up tersebut. Wanita itu menanggalkan seluruh pakaian yang masih tersisa di tubuh, lalu masuk ke dalam bath up.

Setelah cukup puas berendam, Sofia keluar dari dalam bath up. Berjalan menuju ke bawah shower untuk menghilangkan sisa busa di tubuh polosnya.

.

.

.

.

.

Sofia keluar dari kamar setelah merasa lebih segar. Dia mengenakan celana sebatas lutut dan kaus berwarna putih, rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja. Tubuhnya terasa lebih hangat untuk saat ini.

“Nic!” seru Sofia ketika mendapati Nicholas di dapur. Pria berkulit putih itu tengah sibuk dengan spatula. Terlihat sangat seksi di mata Sofia, dengan apron dan lengan kemeja yang digulung ke atas.

“Caro Sofia (Sofia sayang).”Nicholas mematikan kompor, lalu berjalan menuju Sofia. Merengkuh pinggang ramping itu, dan mendaratkan bibirnya di dahi Sofia.

“Nic, nanti El melihatmu!” Sofia sedikit mendorong tubuh Nicholas. Walau sudah terbiasa diperlakukan seperti ini, Sofia tetap merasa sedikit risi.

“Mi manchi (Aku merindukanmu),” bisik Nicholas tepat ditelinga Sofia.

“Nicholas!” Sofia menatap tajam pria itu. Nicholas terkekeh mendapat tatapan tajam dari Sofia yang justru terlihat sangat menggemaskan di matanya.

“Ayo kita makan! Aku sudah memasak untukmu.” Nicholas menarik salah satu kursi di sana, lalu mempersilahkan Sofia untuk duduk.

Sofia menatap steik lengkap dengan kentang panggang di depannya. Tak dipungkiri, dia merasa cacing di dalam perut sudah memberontak sejak tadi. Belum lagi aroma masakan Nicholas membuatnya ingin segera menyantap habis makanan itu.

“Em enak.” Sofia mengacungkan dua ibu jarinya, setelah melahap potongan daging terakhir miliknya. Nicholas tersenyum melihat hal itu. Dia juga ikut melahap makanan yang dimasaknya sendiri.

***

Di sini, di ruang tamu Sofia dan Nicholas duduk setelah menyelesaikan makan malam mereka. Ditemani sebotol wine, yang cocok untuk menghangatkan tubuh di musim dingin seperti ini.

“Kapan kau kembali Nic?” tanya Sofia ketika sudah menghabiskan 1 gelas wine miliknya. Dia akan kembali menuang wine ke dalam gelas, tetapi pria di sampingnya lebih dulu merebut botol wine itu.

“Jangan terlalu banyak minum Fia. Itu tidak baik untuk tubuhmu.” Nicholas menyingkirkan botol wine itu dari hadapan Sofia. Wanita itu mencebikkan bibirnya, kesal karena tingkah Nicholas yang terkesan berlebihan.

“Aku tanya, kapan kau kembali Nic?”

“Tadi, sebelum badai terjadi.”

Sofia menganggukkan kepalanya, tanda dia mengerti. Lalu mereka kembali terdiam. Hingga suara Nicholas memecah keheningan itu.

“Fia!”

“Em.” Sofia menoleh ke samping.

“Bulan depan aku harus kembali ke Indonesia!”

“Pergilah! Berapa lama kau di sana?” Sofia mengerti, sebab pekerjaan pria itu memang membuatnya harus pergi ke luar negeri dalam kurun waktu yang tidak menentu.

“Aku tidak akan kembali.”

Sofia tergelak mendengarnya, dia tidak percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan pria yang berada di sampingnya.

Sofia tahu bahwa pria itu tidak ingin tinggal di Indonesia, meski kedua orang tuanya tinggal di sana.

“Aku serius Fia!” Nicholas menarik tangan Sofia, setelah itu menggenggamnya dengan erat.

“Kenapa?” tanyanya. Terdengar nada wanita itu sedikit kecewa dengan apa yang dikatakan Nicholas. Namun dia sadar, dia tidak berhak menunjukkan sikap seperti ini. Sofia sadar akan posisinya.

“Papa sudah tua dan menyuruhku untuk mengurus perusahaan di sana.”

“Itu artinya kita tidak akan bertemu lagi.” Sofia sedikit terkekeh. “Terima kasih untuk segalanya, Nic.”

“Fia ikutlah denganku, kita kembali ke Indonesia bersama!” Nicholas memandang Sofia dengan tatapan memohon.

Sofia menggeleng. “Maaf, aku tidak bisa. Kau tau apa yang terjadi denganku di sana. Lagi pula aku sudah nyaman di sini.”

“Fia, aku tidak bisa hidup tanpamu dan juga El. Kumohon ikutlah bersamaku. Aku berjanji, kalian akan aman bersamaku.”

“Nic, ingat kita bukan siapa-siapa. Kau harus membiasakan hidup tanpa kami, begitu pula dengan El.”

Jantung Nicholas berdegup kencang. Ada rasa sakit yang menjalar di hatinya ketika mendengar perkataan Sofia. Dia tahu, bahwa tidak ada hubungan spesial antara dia dan Sofia. Hanya saja entah kenapa hatinya tetap sakit mendengar hal itu.

“Fia!” panggilnya lirih.

“Nic suatu saat kau pasti akan menikah. Ketika itu terjadi, kau harus terbiasa hidup tanpa kami.” Sofia menarik tangan yang sedari tadi digenggam erat Nicholas.

“Aku tidak akan menikah dengan siapa pun!” tegas Nicholas. “Kau tahu pasti hatiku ini milik siapa, Fia?” tekan Nicholas.

“kau juga tau pasti bahwa aku tidak bisa menjaga hatimu itu Nic!” Sofia membuang pandangannya ke arah lain.

Dia tidak mau menatap netra berwarna biru yang meneduhkan itu. Sungguh, tatapan pria berdarah Italia itu bisa membuat hatinya yang sekeras batu, melebur.

“Fia, beri aku kesempatan sekali saja. Aku janji tidak akan menyakiti hatimu.” Nicholas menarik dagu Sofia yang sedari tadi memandang ke arah lain.

“Nic, maaf.” Sofia bangkit dari duduknya. Berniat untuk pergi meninggalkan pria itu di sana.

Nicholas menarik lengan Sofia, sehingga membuat wanita itu jatuh ke dalam dekapan Nicholas.

“Fia, jika kau tidak bisa menerimaku. Setidaknya jangan jauhkan aku dari El,” ucap Nicholas dalam dekapannya. “Meski dia bukan putraku, tetapi aku sudah menganggapnya seperti putraku sendiri.”

Sofia perlahan melepaskan pelukan pria itu. Setelahnya dia berlalu begitu saja, tanpa menjawab perkataan Nicholas.

Nicholas menatap kepergian Sofia dengan tatapan sendu. Sudah 2 tahun ini, dia berusaha meluluhkan hati Sofia. Namun Sofia tetaplah Sofia, gadis sekeras batu.

‘Sampai kapan? Sampai kapan aku harus menunggu, Fia?’ monolog Nicholas.

.

.

.

.

.

Sofia menutup pintu kamarnya, tak lupa dia juga menguncinya. Lalu menghembuskan napas secara kasar. Nicholas, selalu saja berhasil menggoyahkan keyakinannya.

Bukan tanpa sebab Sofia menolak Nicholas. Pria itu sangat sempurna, bagi wanita seperti Sofia.

“Maaf Nic. Maaf, aku bukan wanita yang tepat untukmu.”

Related chapters

  • Hot Mother   3. Tentang Nicholas

    Nicholas Luciano, merupakan pria berdarah Italia-Indonesia. Nicholas lahir dan besar di Italia. Nicholas merupakan anak dari pasangan Tuan Luciano dan Nyonya Elina. Ibunya merupakan wanita asli Indonesia. Walau kedua orang tuanya memilih tinggal di Indonesia sejak 15 tahun terakhir, dia tetap tidak mau mengikuti kedua orang tuanya di sana. Nicholas lebih memilih tinggal di tanah kelahirannya. Dia hanya berkunjung sesekali ke Indonesia, untuk menemui kedua orang tua dan juga urusan pekerjaan. Nicholas Luciano, pria berusia 30 tahun itu merupakan seorang Ceo dari salah satu perusahaan milik ayahnya yang berada di Milan. Perusahaan yang bergerak di bidang desain itu telah berkembang pesat di tangannya. Perusahaan yang dulunya kecil, kini telah menjadi perusahaan yang mulai diperhitungkan di kota Milan. Tentang Sofia, Nicholas bertemu dengan gadis itu kurang lebih 5 tahun lalu. Pertemuan yang membuat Sofia ikut bersamanya, dan tinggal di salah sat

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hot Mother   4. Siapa Sofia?

    “Pekerjaan apa yang kau butuhkah?” tanya Nicholas, setelah mempertimbangkan beberapa hal. “Apa pun, aku bisa melakukan segalanya,” jawab Sofia penuh semangat. “Apakah kau punya surat kelulusan atau semacamnya yang bisa digunakan untuk melamar pekerjaan?” Sofia tampak termenung. Dia tidak membawa apa pun dari rumah, hanya pakaian yang melekat ditubuh serta tas kecil yang berisi identitas miliknya. Gadis itu menggeleng lemah, matanya menatap Nicholas dengan tatapan penuh permohonan. Sofia yakin, pria asing itu adalah orang baik. Nicholas tampak memikirkan pekerjaan apa yang akan dia berikan. Sementara dia, akan kembali ke Milan hari ini juga. Lagi-lagi ada satu sisi dari hatinya, yang mengatakan bahwa dia harus menolong gadis malang itu. “Tuan, aku bisa melakukan pekerjaan rumah tangga sekalipun.” ‘Walau aku tidak pernah melakukannya dan tidak tahu bagaimana caranya aku akan tetap berusaha melakukannya,’ batin Sof

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hot Mother   5. Xavielle Marcello

    Milan, 03 Desember 2013 Kini kehamilan Sofia sudah memasuki masa untuk melahirkan. Mungkin dalam hitungan hari dia akan melahirkan. Selama hamil, Nicholas menjaganya dengan baik. Bahkan pria itu melarangnya mengerjakan pekerjaan yang berat. Sofia tinggal di apartemen bersama dengan Nicholas. Dia masih bekerja sebagai asisten di apartemen pria itu. “Sofia, ho portato questo per te (Sofia, aku bawakan ini untukmu).” Nicholas datang dengan membawa kotak pizza, yang beberapa bulan terakhir menjadi makanan favorit Sofia. “Grazie (Terima kasih).” Sofia menerima kotak yang diberikan Nicholas lalu membukanya. Dia menyantap dengan lahap pizza yang sangat lezat itu. Sofia sudah mahir dalam berbahasa Italia. Dia memang gadis yang cerdas, maka dari itu dalam waktu singkat, Sofia sudah berhasil menguasai bahasa tempat dia tinggal. “Delizioso (Enak).” Sofia mengacungkan dua ibu jarinya ke hadapan Nicholas dengan mulut penuh. Terlihat sangat menggemas

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hot Mother   6. Daddy Nic

    Sofia bangun ketika mendengar suara ketukan pintu. Dengan cepat, wanita itu mendudukkan diri di tepi tempat tidur. Berusaha mengembalikan kesadarannya. Semalam, setelah meninggalkan Nicholas begitu saja, Sofia langsung terlelap. Mungkin karena kelelahan, membuat ibu muda itu terlelap dengan sangat cepat. “Mom, El boleh masuk?” tanya suara kecil dari balik pintu. Sofia tersenyum, ketika mendengar suara anaknya. Ya, El selalu meminta izin untuk melakukan segala hal, termasuk untuk dapat masuk ke dalam kamar ibunya sendiri. Sofia segera berdiri, bergegas membuka pintu. Dia tersenyum mendapati wajah tampan milik El, yang masih berdiri di depan pintu menunggu dirinya. “Mom lama sekali.” El tampak kesal karena harus menunggu lama. Sofia langsung menyejajarkan tubuhnya, dengan tubuh anaknya, lalu mencubit gemas, pipi gembul itu. “Mom!” El menatap tajam ibunya. “Sorry Baby.” Sofia menangkup kedua pipi El, lalu menciumnya secara

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hot Mother   7. Keresahan Arnold

    Di belahan bumi lain. Pria berkulit eksotis itu tampak mendesah berkali-kali. Bukan desah kenikmatan seperti yang dia rasakan dulu, melainkan karena keputusasaan. “Harus ke mana lagi aku mencarimu?” Tatapannya kembali menerawang ke masa lalu. Sementara tangannya menggenggam erat, sebuah kalung bertuliskan nama gadis itu ‘Sofia’. Gadis yang berhasil mengubah hidupnya 180 derajat. Arnold masih ingat benar, netra cokelat yang berhasil membiusnya malam itu. Wajah bulat serta bibir tebal yang masih terus menari dalam ingatannya. “Kenapa? Kenapa Sofia?” Lagi-lagi Arnold mendesah berat. Hingga suara ketukan pintu membuatnya tersadar. Arnold kembali menyimpan kalung itu di laci meja kerjanya, lantas netra abu itu memastikan siapa yang masuk ke dalam ruangannya. “Honey!” seru wanita cantik dari balik pintu. Wanita dengan tinggi tubuh 175 cm itu, jalan berlenggak-lenggok menghampiri Arnold. Mini dress berwarna merah hati tampak menonjolk

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hot Mother   8. Kegilaan Nicholas

    Sofia merapikan kembali pakaian kerjanya. Lalu mengambil mantel tebal yang menggantung, dan mengenakannya. Jam pulang telah tiba. Setelah berpamitan kepada teman-teman kerjanya, Sofia segera keluar dari dalam toko pakaian tempat dia bekerja. Wanita itu sedikit berlari ketika mendapati Nicholas melambai dengan tersenyum hangat kepadanya. Pria berkulit putih itu ternyat sudah menunggu di parkiran toko. “Sudah pulang?” Sofia mengangguk. Dia segera mengambil sarung tangan dari dalam tas, lalu mengenakannya. Sebenarnya Sofia alergi udara dingin seperti ini, tetapi mau bagaimana lagi, tuntutan hidup membuatnya harus terus bertahan. “Cepat masuk! Di luar sangat dingin.” Nicholas segera membuka pintu mobil sport berwarna silver itu. Setelah memastikan Sofia masuk, Nicholas segera menyusul. . . . . . “Apa kau ingin segelas hot cokelat, atau hot cappucino?” tanya Nicholas di dalam perjalanan. “Boleh.” Sofi

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hot Mother   9. Siapa Daddy El?

    Sofia menatap putranya yang sedang menikmati segelas susu hangat di pagi hari. Setelah kejadian malam tadi, Nicholas memutuskan untuk kembali ke apartemen pribadi miliknya. Merasa tidak enak karena sudah melakukan tindakan di luar batas. Sofia menggeleng pelan, kala mengingat kegilaan yang terjadi bersama Nicholas. Sungguh memalukan. Sofia merasa tidak memiliki wajah lagi, walau hanya sekadar untuk bertemu dengan pria itu. “Mom!” panggil El. “Ya.” Sofia menoleh. Lalu mengusap rambut hitam legam miliki putranya itu. “Mom tidak bekerja?” tanya El, sebab dia melihat ibunya masih mengenakan pakaian rumahan. Sofia menggeleng. “Toko ditutup untuk sementara. Badai salju yang terjadi tadi malam, masih menyisakan tumpukan salju di jalanan.” Setelah kepulangan Nicholas dan Kenzo, badai salju kembali menerpa kota Milan. Kali ini lebih besar. Hal itu mengakibatkan banyak tumpukan salju yang memenuhi jalanan. Pemerintah sudah mengerahkan seluruh pe

    Last Updated : 2024-10-29
  • Hot Mother   10. Masa Lalu Sofia

    Jakarta, 23 Februari 2013 Di ruang tamu sebuah rumah mewah tampak seorang pemuda berusia 26 tahun sedang duduk dengan koran di tangannya. Bersantai di hari libur adalah hal langka dalam hidupnya. Ditemani secangkir kopi panas, pemuda itu tampak serius memperhatikan setiap berita yang tercetak di kertas koran. “Kakak!” teriak seorang gadis kecil yang hampir memecahkan gendang telinganya. “Fia kecilkan suaramu yang sangat mengganggu itu!” teriaknya. Sofia terkekeh. Gadis kecil itu adalah Sofia. Di usianya yang sudah menginjak 21 tahun tak membuat Sofia menghilangkan sifat kekanakannya. Dia semakin manja terlebih kepada kakak laki-laki kesayangannya. Ettan Askara pemuda 26 tahun itu adalah kakak Sofia satu-satunya. Putra sulung di keluarga Askara. Mendengar suara merdu sang adik sudah menjadi rutinitas di hari libur seperti ini. “Kakakku yang sangat tampan.” Sofia duduk tepat di sebelah Ettan. Senyum manis tersunggi

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Hot Mother   140. Bab 140

    Ettan mendorong kursi roda milik ibunya dengan perasaan hampa. Wanita paru baya itu juga terlihat tidak sehat beberapa hari terakhir. Hari ini tepat empat belas hari setelah kejadian jatuhnya pesawat Air 367. Pencarian sudah ditutup, dan para korban yang sampai saat ini belum ditemukan, dinyatakan tiada. Sama seperti Sofia dan juga El. Ibu dan anak itu sama sekali tidak ditemukan. Hanya koper milik Sofia saja yang berhasil ditemukan dan dikembalikan kepada pihak keluarga. Tentu saja hal ini menjadi pukulan yang amat berat untuk Ettan dan juga ibunya, tidak terkecuali untuk Bagas, seorang ayah yang selama ini menganggap putrinya tidak pernah ada. Ettan menatap lautan dari balik kacamata hitamnya. Hari ini semua awak media, dan keluarga korban berkumpul di tepi pantai. Rencananya mereka akan melakukan upacara tabur bunga untuk memberi penghormatan yang terakhir. “Ettan, Sofia—“ Suara Soraya tertahan ketika ingin melanjutkan percakapannya. Ettan menunduk, kemudian berjongkok di hada

  • Hot Mother   139. Bab 139

    Nicholas menatap laut biru di hadapannya dengan dada yang terasa sesak. Sudah tujuh hari sejak kecelakaan pesawat yang ditumpangi Sofia terjadi, dan mereka masih belum bisa menemukan Sofia dan juga El. Bangkai dari badan pesawat sudah mulai bisa dievakuasi satu-persatu, begitu juga dengan para korban yang semuanya ditemukan dalam kondisi tidak selamat. Potongan tubuh manusia sudah seperti penampakan yang biasa bagi Nicholas dalam tujuh hari terakhir. Tentu, dia tidak diam berpangku tangan saja. Nicholas mengerahkan semua orang-orangnya untuk membantu proses pencarian. Namun, sampai detik ini baik tubuh maupun barang Sofia belum bisa ditemukan. “Ke mana kalian pergi? Apa kau ingin menghukumku dengan cara seperti ini, Fia?” Suara Nicholas terdengar lirih. Kulit pria itu sudah terlihat pucat dengan tubuh yang sedikit kurus. Dia sama sekali tidak pulang ke rumah, atau makan dengan teratur selama tujuh hari terakhir. Nicholas menghabiskan hari-harinya untuk bermalam di sini dengan para

  • Hot Mother   138. Bab 138

    Arnold memukul kemudi setirnya berkali-kali. Pria itu sudah terjebak macet hampir satu jam lamanya, dan di sinilah dia berada dengan rasa kesal yang luar biasa. Pria itu mematikan radio yang sejak tadi dia nyalakan. Berita di dalam sana itu-itu saja, dan Arnold mulai merasa bosan.Arnold menghela napas malas ketika ponselnya kembali berdering. Nama Arzan tertera di sana, dan ini entah sudah panggilan ke berapa dari temannya itu. “Halo, apalagi, Ar? Kau tidak bisa mencarikan aku solusi? Aku jenuh berada di tengah-tengah kemacetan ini!” bentak Arnold tanpa menunggu terlebih dahulu Arzan berbicara. Pria itu benar-benar kesal dan butuh sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya tersebut. “Arnold.” Suara Arzan terdengar lirih. Pria itu sama sekali tidak terdengar kesal setelah mendapatkan omelan dari Arnold. “Ada apa? Kenapa dengan suaramu?” tanya Arnold dengan raut wajah bingung. Arzan bukanlah orang yang bisa berbicara lirih seperti ini setelah dimarahi oleh Arnold. Biasanya pria itu ak

  • Hot Mother   137. Bab 137

    “Mommy, apa nanti dad akan menyusul kita?” Entah sudah pertanyaan keberapa yang Sofia dengar mulut anak laki-laki yang duduk di sampingnya itu. El menatap Sofia dengan serius. Sejak tadi Sofia belum memberikan jawaban yang memuaskan rasa penasarannya. Sofia terlihat bingung untuk sesaat. Namun, wanita itu sudah bertekad apa pun yang terjadi, mereka tidak akan lagi menyusahkan Nicholas. “Sepertinya tidak. Dengar El—“ Sofia langsung berusaha menyela ketika anak laki-lakinya itu ingin berkomentar. “Daddy mungkin ... maksud Mommy, sekarang kita harus bisa hidup mandiri. Di hidup daddy tidak hanya ada kita saja. Daddy juga punya kehidupan yang lain. Pekerjaan dia terlalu banyak sehingga menghabiskan banyak waktu. El mengerti maksud Mommy, kan, Sayang?” tanya Sofia dengan lembut. Tangan Sofia mengusap kepala El dengan penuh kasih sayang. Hanya penjelasan seperti ini yang bisa Sofia katakan. Usia El masih terlalu kecil untuk bisa memahami segala persoalan di hidup mereka. El menatap Sofia

  • Hot Mother   136. Bab 136

    “Pada pukul 13:00 wib pesawat Air 367, penerbangan Jakarta dengan tujuan kota Helsinki-Finlandia, dinyatakan hilang kontak di atas perairan laut Banten. Pesawat yang diawaki oleh 2 pilot dan co-pilot, dan 10 awak kabin, serta 99 penumpang yang merupakan warga negara asing maupun WNI juga dinyatakan hilang.Hingga berita ini diturunkan, baik pihak bandara maupun tim-tim yang bertugas sedang berupaya mencari keberadaan pesawat Air 367.” Nicholas menaikkan kepalanya yang tertunduk sejak duduk di ruang tunggu—yang sedang menunggu kepastian dari pihak bandara, mengenai mengapa penerbangan mereka harus tertunda. Namun, setelah mendengar berita yang baru saja disiarkan oleh media di televisi, mata pria itu menatap layar besar di hadapannya dengan sedikit ragu. Terdengar tarikan napas Nicholas dengan wajah sedikit gusar. Pria berkulit putih itu lalu berdiri dan berlari, menerobos keramaian. Sejak kembali dari luar tadi, dia baru sadar jika keadaan bandara sudah lebih ramai, dengan keberad

  • Hot Mother   135. Bab 135

    Arnold menyetir mobil dengan keadaan tidak karuan. Gugup, panik, marah, dan kecewa. Benaknya selalu bertanya-tanya sejak tadi, mengapa Sofia berniat pergi lagi? Mengapa Sofia melakukan hal ini lagi—meninggalkan dirinya dalam ketidakpastian? “Ah, sial!” Arnold memukul kemudi mobil dengan kuat. Amarah pria itu benar-benar membuncah saat ini. Kemarin-kemarin dia memang sengaja tidak menemui Sofia sampai fakta tentang siapa El jelas, tetapi bukan berarti dia akan melepaskan Sofia lagi, bukan? Sampai kapan pun Arnold tidak akan bisa menerima jika Sofia pergi lagi dari hidupnya, apalagi wanita itu membawa El. Anaknya! Entah apa dan bagaimana pikiran itu terus mengusik Arnold. Apakah saat ini Sofia sudah tahu jika Arnold menyelidiki El? Apa Sofia lari karena merasa takut jika El memang terbukti putranya, maka Arnold akan mengambil anak laki-laki itu? “Oh, Sofia! Tidak mungkin! Kalau memang kau berpikir seperti itu, itu hal yang mustahil. Aku tidak akan mengambil El dirimu, atau berniat

  • Hot Mother   134. Bab 134

    “Ar!” Arnold tersentak ketika mendengar suara Arzan yang memanggilnya dengan cukup kuat. Pria itu membuang napas dengan kasar lalu menatap Arzan dengan penuh tanya. “Kita ada rapat siang ini. Kau tidak lupa, bukan?” tanya Arzan dengan wajah heran. Arnold terlihat tidak sehat selama beberapa hari ini. “Kau baik-baik saja?” Arzan berjalan mendekati meja kerja Arnold, dan duduk di kursi yang saling berhadapan dengan temannya itu. Arnold mengangguk pelan. “Sudah dapat kabar dari rumah sakit?” “Belum.” Arzan kembali menatap Arnold dan memastikan jika pria itu benar-benar baik-baik saja. “Mereka bilang dalam 2 atau tiga hari lagi hasilnya akan keluar.”Arnold kembali mengangguk dengan wajah gelisah. Pria itu melepaskan kacamata dan meletakkan berkas-berkas yang sedang dibaca. “Bagaimana dengan Sofia? Kalian sudah menemukan di mana dia tinggal?” tanya Arnold dengan penuh harap. Semenjak Sofia pergi begitu saja di hari itu, Arnold sama sekali tidak bisa tenang.Arzan mengambil ponsel yang

  • Hot Mother   133. Pergi Kembali

    Kenzo berlari dengan terus meneriaki nama Sofia, ketika melihat wanita itu berjalan dengan El. Tidak! Dia tidak mungkin salah. Wanita yang sedang berjalan itu adalah Sofia. “Sofia!” panggil Kenzo dengan napas terengah-engah. Pria itu menatap Sofia dengan heran. Mengapa Sofia bisa ada di bandara? “Sofia, tunggu!” teriak Kenzo, tetapi sepertinya Sofia tidak mendengar sama sekali. Kenzo melihat ke pergelangan tangan kirinya. Jadwal penerbangannya sebentar lagi, tetapi dia juga tidak bisa pergi begitu saja setelah melihat Sofia. Apalagi setelah tahu ada seorang pria yang pergi bersama Sofia. “Shit! Sialan! Dia pergi begitu saja setelah mencampakkan Nicholas!” maki Kenzo dengan wajah kesal. Tangan pria itu mengambil ponsel di dalam saku jasnya. Demi apa pun jika dia tidak ingat bagaimana kondisi Nicholas sekarang, Kenzo tidak ingin memberitahu jika dia melihat Sofia di bandara. “Halo, Nic.” “Kau belum berangkat? Pesawatmu akan lepas landas sebentar lagi, bukan?” “Sofia!” jelas Kenzo d

  • Hot Mother   132. Rumah

    Sofia menatap pagar rumah mewah di hadapannya dengan bimbang. Entah bagaimana, dan mengapa hingga wanita itu bisa berakhir di tempat ini. Tempat di mana dia pernah menghabiskan masa kecilnya dulu. “Mommy, ini rumah siapa?” tanya El dengan wajah bingung. Sepulang dari sekolah Sofia tidak langsung mengajaknya pulang, melainkan kemari—ke sebuah rumah yang tidak tahu siapa pemiliknya. Sofia berjongkok di hadapan El lalu meraih tangan mungil putranya tersebut. Andai El tahu jika ini adalah rumah keluarga mereka juga. “Mommy menangis?” El mengusap pipi Sofia yang mendadak basah. Kenapa ibunya justru menangis? Anak laki-laki itu terlihat bingung. Akhir-akhir ini ibunya terlihat sering menangis. Sebenarnya siapa yang menyakiti ibunya? “Mom, apa semua orang jahat?” tanya El dengan lembut. Apa semua orang menyakiti ibunya? Sofia mengusap pipinya yang basah dengan senyum tipis. Wanita itu menggeleng pelan, dia sadar dengan pertanyaan El. Mungkin saja anak laki-laki itu sudah terlalu sering

DMCA.com Protection Status