Suara bentakan keras tak membuat Ariel gentar ataupun takut. Kondisi yang memaksanya untuk melakukan sebuah tindakan gila. Kalau saja dirinya tidak berada di ambang bahaya, mana mungkin dirinya mencium seorang pria.
Tapi tunggu! Raut wajah Ariel menunjukkan keterkejutan sekaligus kebingungan. Wanita itu seolah mengenali sosok pria tampan yang membentaknya ini. Matanya mengerjap beberapa kali—dan meyakinkan bahwa apa yang dia lihat ini tidaklah salah.
“K-kau … k-kau Tuan kaya yang pernah menjadi pasienku, kan? Tidak, maksudku keluarga pasienku.” Ariel tak mungkin lupa pada sosok pria tampan dan kaya yang merupakan keluarga pasien yang dulu dia tangani. Selain itu, dia pun dulu pernah tersangkut masalah.
Shawn berdecak kesal. “Dan kau dokter ceroboh yang pernah menabrak mobilku, kan?” serunya mengungkit-ungkit kejadian lampau.
Shawn Geovan—pria tampan dan gagah itu—tak mengira akan kembali dipertemukan dengan dokter konyol. Tepatnya dia tak mungkin lupa beberapa kejadian yang membuatnya dipertemukan dengan sosok wanita di hadapannya.
Mulai dari wanita konyol di depannya pernah menabrak salah satu mobilnya, lalu yang kedua di kala salah satu keluarganya harus dirawat oleh wanita konyol yang ternyata dokter di salah satu rumah sakit.
Sekarang kesialan kembali tiba. Shawn yang tengah mengurus pekerjaannya, tapi kembali dipertemukan dengan wanita konyol. Hal yang paling gila adalah wanita itu masuk ke dalam mobilnya memakai gaun pengantin, dan mencium bibirnya!
Ariel menggaruk tengkuk lehernya tak gatal. “Tuan kaya, kau kan kaya raya, jadi kau tidak menuntut ganti rugi atas kerusakan mobilmu, kan? Ah, untuk masalah ciuman tadi, maafkan aku. Tapi harusnya kau merasa beruntung. Kau adalah pria pertama yang aku cium. Aku belum pernah berciuman dengan pria mana pun.” Kata-kata polos Ariel lolos begitu saja di bibirnya tanpa pikir panjang.
Shawn menatap dingin Ariel. Ada sesuatu menggelitik di dalam dirinya mendengar pengakuan Ariel yang mengatakan wanita itu baru pertama kali berciuman. Tapi siapa peduli? Shawn malas bertemu dengan wanita konyol di depannya ini.
“Keluar dari mobilku sekarang!” bentak Shawn meminta Ariel untuk turun.
Ariel menggeleng. “Untuk kali ini, dengan sangat memohon, aku memintamu, Tuan kaya, tolong antarkan aku ke hotel terdekat.”
“Kau pikir aku ini sopir taksi?!” Shawn melayangkan tatapan tajam pada Ariel.
“Tuan kaya, kali ini saja—” Ucapan Ariel terhenti di kala wanita itu melihat dengan jelas lima pengawal kembali muncul di hadapannya.
Ariel menjadi panik. Wanita itu menarik jas mahal Shawn sambil berkata cepat, “Tuan kaya, aku mohon bawa aku pergi. Jika kau menurunkanku di sini, mereka akan menculikku.”
Shawn menatap lima pengawal berbadan besar. Para pengawal itu seperti tengah mencari sesuatu. Jika Ariel tak berani turun, itu membuktikan bahwa apa yang dikatakan wanita itu benar.
Shawn mendengkus kasar. Dia ingin bersikap tak peduli, tapi kondisinya tak akan mungkin wanita di sampingnya ini mampu melawan lima pengawal itu. Entah apa yang terjadi sampai wanita di sampinya dikejar oleh lima pengawal—dalam kondisi memakai gaun pengantin.
“Tuan kaya, ayo cepat bawa aku.” Ariel menatap Shawn dengan tatapan mengiba.
Shawn berdecak. Pria itu langsung menghidupkan mesin mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh—bahkan hampir menabrak lima pengawal itu. Tampak mata Ariel melebar terkejut di kala Shawn melajukan mobil dengan kecepatan penuh.
Buru-buru, Ariel memakai sabuk pengaman. Wanita itu memang sudah jenuh hidup di dunia fana ini. Tapi bukan seperti ini cara kematian yang dia inginkan. Oh, God! Kalau bukan keadaan mendesak, Ariel tidak akan mungkin meminta bantuan.
***
Hujan turun begitu deras membuat Shawn terpaksa mencari hotel yang terdekat. Dia pun mencari hotel yang tak ramai. Pasalnya dia tengah membawa seorang wanita dalam keadaan memakai gaun pengantin. Bisa-bisa dirinya akan masuk pemberitaan di media yang mengatakan bahwa dirinya membawa kabur mempelai wanita.
Shawn masuk ke dalam lobby hotel, bersamaan dengan Ariel yang juga mengikuti pria itu. Untungnya area di sekitar lobby tidak banyak orang. Jika saja ramai, sudah pasti Ariel akan menjadi tatapan banyak orang.
“Selamat malam, Tuan,” sapa seorang resepsionis sopan pada Shawn.
“Aku pesan dua kamar.” Shawn menyerahkan black card-nya pada sang resepsionis.
“Mohon tunggu sebentar, Tuan.” Resepsionis itu mulai memeriksa ketersediaan kamar. Lalu di kala sudah memeriksa, dia segera menatap Shawn dengan sopan. “Tuan, maaf kamar kami hanya sisa satu.”
Shawn mengangguk. “Baiklah, tidak masalah. Segera proses.”
Sang resepsionis tersenyum sopan dan mulai memproses pesanan kamar Shawn. “Ini, Tuan.” Resepsionis itu menyerahkan kunci hotel.
Shawn mengambil kunci hotel itu dan melangkah lebih dulu meninggalkan Ariel begitu saja. Tampak mata Ariel melebar di kala Shawn pergi meninggalkannya begitu saja, tanpa berkata apa pun.
“Eh, Tuan Kaya! Tunggu.” Buru-buru, Ariel mengikuti Shawn. Wanita itu sedikit kesulitan karena berjalan sambil menarik gaun yang dia pakai. Bukan hal mudah untuknya bisa menarik gaun pengantinnya.
Shawn masuk ke dalam kamar hotel yang sudah dia pesan, disusul dengan Ariel yang juga masuk ke dalam kamar. Raut wajah Ariel menunjukkan kekesalannya karena Shawn pergi begitu saja.
“Tuan kaya, kenapa kau hanya memesan satu kamar?!” seru Ariel jengkel.
Shawn menatap dingin Ariel. “Apa telingamu rusak? Resepsionis tadi mengatakan, kalau kamar hanya tersisa satu! Di luar juga hujan besar bersamaan dengan petir. Aku tidak mungkin mencari hotel baru. Kalau kau tidak suka, kau keluar saja! Cari sana sendiri hotel yang kau inginkan di tengah hujan besar!”
Bibir Ariel tertekuk dalam. Dia tidak memiliki pilihan apa pun. Kondisinya sudah dalam keadaan terdesak. Sialnya cuaca tidak mendukung. Tidak mungkin dia pergi. Bisa-bisa pengawal pribadi ayahnya menangkapnya.
“Baiklah. Kita bisa berada di kamar yang sama. Tapi tolong, kau jangan berbuat aneh-aneh. Aku masih perawan,” jawab Ariel polos dengan bibir yang tertekuk.
Mata Shawn melebar mendengar ucapan konyol Ariel. “Kau pikir aku tertarik padamu? Kau telanjang di depanku saja, aku tidak mungkin suka padamu! Lihat saja tubuhmu kurus seperti orang kekurangan gizi. Kau dokter, tapi tidak pintar merawat bentuk tubuhmu.”
Ariel tak terima. “Ck! Kau sembarangan. Aku ini selalu rajin berolahraga. Matamu tidak bagus, Tuan Kaya. Besok aku akan merekomendasikan dokter mata terbaik. Dia temanku. Aku akan memperkenalkannya padamu.”
Shawn mengatur napasnya berusaha tenang. “Lebih baik kau ke kamar mandi, ganti pakaianmu! Apa kau menyukai terus menerus memakai gaun pengantin?!”
Ariel mengerutkan keningnya. “Apa pakaian gaun pengantin seperti ini, membuatmu tergoda, Tuan Kaya?”
Shawn ingin mengumpat kasar. “Bukan tergoda, tapi kau membuatku seolah seperti membawa kabur pengantin wanita! Cepat kau ke kamar mandi dan pakai bathrobe untuk sementara!”
Ariel mencibir. “Kau galak sekali, Tuan Kaya.”
Ariel melangkah masuk ke dalam kamar mandi—sialnya kakinya tersandung dengan gaun pengantinnya. Refleks, Shawn menangkap tubuh Ariel. Namun, sayangnya Shawn kehilangan keseimbangan. Pria itu terjatuh di lantai bersamaan dengan Ariel.
Ya, posisinya menjadi canggung karena Ariel menindih tubuh Shawn. Mereka saling menatap dalam satu sama lain. Tatapan yang seolah hanyut membawa mereka ke hutan. Akan tetapi, ingatan mereka teringat akan sesuatu. Mereka sama-sama terkejut akan kondisi posisi yang intim.
“Kau benar-benar menyusahkanku!” Shawn menyingkirkan tubuh Ariel yang ada di atas tubuhnya.
Ariel bangkit berdiri susah payah. “Aku juga tidak mau jatuh. Salahkan gaun pengantinku. Kenapa gaun pengantin panjang sekali.”
“Kalau gaun pengantin pendek, namanya bukan gaun pengantin, tapi mini dress,” seru Shawn jengkel—dan direspon anggukan kepala oleh Ariel.
“Kau benar, Tuan Kaya. Aku ingin mengganti pakaianku dulu. Tolong kau jangan mengintip.” Ariel menarik gaun pengantinnya sampai ke betis—lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Shawn menggelengkan kepalanya, berusaha mengatur perasaan kesal menatap Ariel yang sudah lenyap dari pandangannya.
“Aaaaaaa—” Suara lengkingan teriakan Ariel sontak membuat Shawn yang tertidur di samping, langsung membuka mata. Pria tampan itu mengumpat kasar seraya menyentuh telinganya yang sakit akibat suara teriakan Ariel.“Apa kau ini tinggal di hutan? Kenapa kau berteriak-teriak?” Shawn menatap jengkel Ariel yang ada di sampingnya. Pria itu benar-benar berusaha menahan kesabaran. Bayangkan saja, sudah sejak tadi malam, dirinya disusahkan oleh wanita ajaib itu.Ariel menarik selimutnya, memincingkan mata, menatap tajam Shawn. “Apa yang sudah kau lakukan padaku?! K-kau memerkosaku?”Shawn ingin mengumpat kasar pada wanita di sampingnya. “Kau lihat tubuhmu masih terbalut bathrobe. Kau masih memakai pakaian utuh. Kau juga dokter, kau tahu tanda-tanda tubuhmu telah diperkosa. Kenapa kau malah menanyakan pertanyaan konyol? Kau ini dokter lulusan mana?!”Ariel terdiam sebentar mendengar apa yang dikatakan oleh Shawn. Ingatannya langsung teringat bahwa tadi malam setelah membersihkan tubuh, dia sanga
New York, USA. Tiga bulan berlalu …Ariel terpaksa pindah dari pekerjaannya sekaligus apartemen lamanya, demi tidak bisa dilacak oleh keluarganya. Tidak hanya itu saja, tapi dia juga mengganti nomor teleponnya. Ya, Ariel meninggalkan semua hal yang diketahui oleh keluarga besarnya, demi dirinya mendapatkan kehidupan yang aman.Sebelumnya, Ariel tinggal di London. Akan tetapi sekarang dia memutuskan tinggal di New York. Dia tahu ke mana pun dirinya berada akan selalu menjadi incaran dari keluarga besarnya. Tapi, apa boleh buat. Kondisi yang membuatnya menjadi seperti ini. Melarikan diri adalah pilihan terbaik. Pagi itu, Ariel memulai pekerjaan baru di sebuah rumah sakit bergengsi yang ada di New York. Dia sempat menganggur hampir tiga bulan, karena tak langsung mendapatkan pekerjaan baru. Namun, untunglah nasib baik menghampiri Ariel sekarang. Dia mendapatkan pekerjaan baru di rumah sakit yang ada di Brooklyn.Hal yang paling Ariel lebih syukuri adalah dia mendapatkan gaji yang jauh
Ariel mengerjapkan mata beberapa kali, berharap bahwa apa yang dia lihat ini adalah sebuah kesalahan. Tapi semakin banyak dia mengerjap, malah membuatnya semakin yakin bahwa apa yang dia lihat ini adalah nyata. Tidak salah sama sekali. Sosok pria yang berdiri tak jauh darinya adalah pria yang sering sekali bertemu dengannya, tanpa sengaja.Ariel menjadi salah tingkah. Dia ingin berbalik pergi menghindar. Dia sangat malu bertemu pria kaya itu. Apalagi pria kaya itu tengah bersama dengan kakeknya. Rasanya dia ingin berlari sekencang mungkin. Tapi bagaimana bisa dirinya berlari?Sial! Ariel terjebak. Dia memilih untuk menunduk. Tidak mau melihat ke arah pria kaya itu. Meskipun otaknya konyol, tetap saja Ariel memiliki urat malu. Tiga bulan lalu, dia mengatakan hal konyol pada pria kaya itu. Lalu sekarang semesta seolah mengajaknya bercanda mempertemukannya dengan pria kaya yang menyebalkan.Shawn berdiri tegap di samping kakeknya yang mulai menyapa para dokter. Pria itu sedikit melihat k
Ariel merentangkan kedua tangannya sambil melangkah keluar dari ruang operasi. Wanita itu baru saja menggantikan pekerjaan salah satu dokter yang berhalangan datang. Sebagai dokter bedah umum, sudah hal biasa menangani tindakan operasi seperti halnya tumor jinak.Sudah jam waktunya pulang. Ariel dan Harmony tidak bersamaan, karena Harmony memiliki jadwal operasi di malam hari. Wanita itu memutuskan untuk segera bergegas pulang. Dia ingin langsung tidur.Hari pertama bekerja, sudah harus menjadi dokter pengganti. Untungnya pengalaman Ariel bisa dikatakan cukup. Jadi hal-hal seperti tadi bukanlah sebuah hal yang berat.Ariel melihat jam dinding waktu menunjukkan pukul enam sore. Wanita itu berjalan menuju ke halaman parkir rumah sakit. Namun, di kala dirinya hendak ingin menuju mobil—langkahnya berpapasan dengan Shawn yang juga masuk ke dalam mobil.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan satu sama lain. Tatapan Shawn dingin. Sedangkan Ariel mengandung tatapan yang tak disangka. Duni
Tinggal sendiri di apartemen sederhana yang ada di Manhattan, membuat Ariel selalu melakukan apa pun sendirian. Bersih-bersih, masak, mencuci, dan lain sebagainya. Dia tak memakai pelayan karena dalam tahap penghematan.Memiliki profesi sebagai dokter sebenarnya membuat Ariel, memiliki hidup yang nyaman. Meskipun bukan pengusaha ternama, tapi dia hidup tanpa kekurangan. Akan tetapi, kemarin di kala dirinya di Washington D.C—tabungannya dikuras habis oleh Flora.Flora mengatakan bahwa Ariel tidak harus memiliki banyak uang. Bahkan kakak tirinya itu juga menjual asset yang dimiliki Ariel seperti apartemen di London. Ya, Ariel bukan takut melawan Flora, tapi dia menganggap bahwa dirinya sudah mencicil uang yang telah keluarga DiLaurentis keluarkan untuknya.Ariel memulai kembali semuanya dari nol di kala dirinya tiba di New York. Wanita itu menyewa apartemen sederhana dengan tipe studio. Pun mobil yang dia miliki bukanlah mobil mewah.Ariel tidak membayar sopir atau pelayan, demi penghem
Mata Ariel mengerjap beberapa kali terkejut melihat William Geovan—pemilik rumah sakit di mana dirinya bekerja—merupakan suami dari wanita paruh baya yang dia selamatkan. Napas Ariel sesak. Tangannya keringat dingin.“I-iya, Tuan Geovan.” Ariel menjawab dengan gugup.Ariel terlalu fokus menyelamatkan Marsha, sampai tidak melihat kartu identitas milik Marsha. Sungguh, Ariel tidak pernah tahu kalau dirinya menyelamatkan istri dari pemilik rumah sakit di mana dirinya bekerja.William tersenyum samar. “Terima kasih, Ariel.”“Dengan sennag hati, Tuan. Aku hanya menjalankan tugasku.” Ariel menundukkan kepalanya di hadapan William.“Grandma?” Shawn berjalan cepat masuk ke dalam ruang rawat Marsha. Pria itu langsung meninggalkan meeting, di kala mendengar kabar neneknya masuk rumah sakit.“Cucuku yang tampan.” Marsha tersenyum di kala Shawn memeluknya.“Grandma, apa yang terjadi? Katakan di mana yang sakit?” Shawn mengurai pelukannya, menatap cemas dan penuh khawatir neneknya itu.Marsha memb
“Ariel, perawat bilang kau tadi malam bermalam di rumah sakit?” Harmony melangkah menghampiri Ariel yang berada di ruang kerja temannya itu. Dia duduk tepat di hadapan Ariel. Sebelumnya, dia diberi tahu perawat kalau Ariel tak pulang dari kantor. Temanya itu malah memutuskan untuk bermalam di ruang kerja.Ariel menyesap kopi susu yang baru saja diantar oleh office boy. “Iya, aku tidak pulang. Aku terbangun di jam tiga pagi. Tidak mungkin aku pulang jam tiga pagi. Lebih baik aku bermalam di ruang kerjaku saja.”Harmony menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku pikir kau sudah pulang. Tadi malam kan aku memiliki operasi. Jadi, aku langsung pulang saja. Kalau aku tahu kau tertidur di ruang kerjamu, aku pasti akan membangunkanmu.”Ariel tersenyum samar. “It’s okay, Harmony. Aku memiliki beberapa pakaian ganti di ruang kerjaku. Jadi tidak sama sekali masalah kalau aku bermalam di ruang kerjaku.”Sebagai seorang dokter, yang terkadang memiliki jadwal mendadak—dia sudah menyiapkan beberapa perlen
Kafe di Orlando Hospital menjadi penuh dengan bisik-bisik para koas—dokter magang perempuan—nampak terpesona, melihat Shawn duduk di kafe yang ada di Orlando Hospital. Orlando Hospital menyiapkan kafe berukuran cukup besar dan mewah. Khusus para petugas medis, mereka akan mendapatkan akses gratis di kafe ini. Ada dua kafe di Orlando Hospital. Pertama khusus untuk petugas medis, dan yang kedua khusus untuk para pasien atau keluarga pasien yang berkunjung.Ariel sejak tadi berada di kafe bersama dengan Harmony. Dia tengah menikmati makan siang bersama dengan temannya itu. Tapi nampak dia sangat terganggu karena para koas tengah membicarakan Shawn yang ternyata juga makan siang di kafe itu.“Kebetulan sekali Tuan Shawn Geovan, makan siang di kafe ini,” gumam Harmony seraya menatap Ariel.Ariel menghela napas dalam. “Fokuslah ke makananmu, Harmony. Kenapa malah kau fokus pada para koas yang memuji Tuan Kaya?”“Hm? Tuan Kaya?” Mata Harmony mengerjap beberapa kali.“Maksudku Tuan Shawn Geo
Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimatan Timur. Hal yang paling Ariel sukai adalah Indonesia kaya akan budaya alam, yang menakjubkan. Shawn mengajak Ariel ke sebuah pengalaman baru yang seumur hidupnya, tidak pernah Ariel temukan. Suasana hangat alam yang berbeda jauh dari negara-negara di benua Amerika ataupun Eropa—sangatlah indah di mata Ariel.Ariel tidak menyangka, di balik sosok Shawn yang terkenal sangat kaya, ternyata menyimpan jutaan kesederhanaan. Seperti contohnya ini. Tidak pernah sekalipun Ariel sangka bahwa Shawn bisa makan di rumah makan sederhana. Shawn selalu menuruti keinginan Ariel. Apa pun asalkan Ariel bahagia, pastinya pria itu akan menurutinya.Cinta di level yang sama, sangatlah jarang terjadi. Kebanyakan orang selalu tak imbang. Di era zaman sekarang, yang kerap mencintai lebih banyak adalah wanita, bukan sang pria. Namun, kali ini berbeda jauh. Ariel begitu beruntung memiliki Shawn yang mencintainya dengan cara luar biasa.Dua insan saling mencintai itu bagaikan
Beberapa bulan berlalu … Suara tangis bayi memecahkan ketegangan di ruang bersalin. Tangis bayi laki-laki itu bersamaan dengan air mata menetes dari kedua orang tuanya. Ya, Ariel dan Shawn sama-sama meneteskan air mata di kala putra ketiga mereka telah lahir kedua. Kontraksi yang cukup lama, dan membuat Ariel kesakitan hebat berjam-jam.Akhirnya semua itu terbayar dengan anak ketiga mereka lahir sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Kehamilan kali ini, Ariel mengalami kontraksi lebih lama. Bahkan Shawn sempat memaksa Ariel untuk melahirkan operasi sesar, tapi sayangnya Ariel menolak. Dokter cantik itu tetap berjuang untuk bisa melahirkan secara normal.Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan penuh cinta. Tatapan yang menunjukkan betapa mereka sangatlah bahagia. Sang dokter menyerahkan bayi laki-laki tampan itu ke dada Ariel.“Sayang, anak kita sudah lahir,” bisik Ariel pelan dengan air mata tak henti berlinang.Shawn mengecup lembut kening sang istri dan putranya. “Terima kasih kau
Ariel dan Shawn menatap hangat Stoner dan Ariana yang sudah tertidur pulas. Sepulang dari resepsi pernikahan Harmony, memang Stoner dan Ariana sudah terlelap. Sampai di rumah, Shawn hanya tinggal membaringkan tubuh Stoner dan Ariana di ranjang.“Stoner dan Ariana sudah tidur. Waktunya kita tidur,” ucap Shawn pelan—dan direspon anggukkan di kepala Ariel.Shawn memeluk pinggang sang istri, meninggalkan kamar anak mereka, menuju ke kamar mereka. Shawn dan Ariel selalu memiliki kebiasaan yaitu memastikan anak mereka tidur nyaman. Tidak lupa empat pengasuh diwajibkan berjaga anak mereka secara bergantian.Di kamar, Ariel berbaring di ranjang bersama dengan sang suami tercinta. Tampak jelas raut wajah Ariel menyimpan sesuatu. Seperti ada yang ingin dibicarakan oleh Ariel.“Kenapa kau belum tidur, hm?” Shawn membelai lembut pipi Ariel.Ariel menatap hangat Shawn. “Kau lupa dengan permintaanku ingin melahirkan di Indonesia?” tanyanya pelan.Ariel tidak akan mungkin lupa dengan permintaannya,
Hari pernikahan Harmony telah tiba. Seluruh keluarga Geovan diundang dipernikahan Harmony. Perancang busana yang dipilih adalah Stella—ibu kandung Shawn. Merupakan sebuah kebanggaan bisa memakai gaun pengantin rancangan Stella—yang merupakan seorang perancang busana yang handal.Harmony bahkan mendapatkan gaun pengantin indah secara gratis. Wajar saja, karena Harmony merupakan sahabat baik Ariel. Bukan hanya gaun pengantin gratis, tapi hotel yang dipilih Harmony pun gratis. Kebetulan hotel yang dipilih Harmony adalah hotel milik keluarga Geovan.Ariel yang merupakan bridesmaid, turut ikut membantu dalam persiapan pernikahan Harmony dengan kekasihnya. Namun, tentunya Shawn tidak memberikan izin pada Ariel untuk terlalu sibuk. Shawn mengutus sekretarisnya untuk membantu sang istri. “Shawn, sepertinya aku tidak cocok memakai gaun ini. Lihatlah aku terlihat gemuk.” Ariel mengadu pada Shawn, di kala sudah selesai mengenakan gaun indah khusus menghadiri pernikahan Harmony.Senyuman di waj
“Ariel, aku akan pulang malam. Nanti sopir ibuku akan menjemput Stoner dan Ariana. Ibuku dan ayahku merindukan Stoner dan Ariana. Kau istirahatlah duluan, jangan menungguku.” Shawn membenarkan dasi, bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.Ariel mendekat menghampiri Shawn, membantu membenarkan dasi sang suami. “Sayang, kau belum menjawab permintaanku yang kemarin.”Ariel semalaman tidak tidur nyenyak, akibat permintaannya pada Shawn tidak dikabulkan. Dia ingin melahirkan di Indonesia, tapi belum mendapatkan jawaban dari sang suami tercinta.Shawn mengecup bibir Ariel. “Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku berangkat dulu ke kantor. Hari ini aku memiliki meeting. I love you.” Pria tampan itu langsung melangkah pergi meninggalkan Ariel—tanpa menunggu balasan dari sang istri.Ariel menghela napas dalam melihat Shawn yang sudah pergi meninggalkannya. “I love you too, Shawn,” jawabnya, tapi sang suami sudah pergi.“Nyonya…” Seorang pelayan mengetuk pintu.Ariel mempersilakan pelayan itu untu
Satu tahun berlalu … “Stoner, Ariana, jangan main pisau. Ya Tuhan, nanti tangan kalian terkena pisau, Nak. Aduh, kalau Daddy kalian tahu kalian terluka sedikit saja, dia akan mengomel tujuh hari tujuh malam.” Ariel mengambil pisau yang ada di tangan Stoner dan Ariana dengan hati-hati. Buah hatinya dengan Shawn itu sudah bisa berjalan, itu yang membuat Stoner dan Ariana sangat lincah ke sana kemari. Empat pengasuh saja dibuat pusing akibat tingkah Stoner dan Ariana.“Nyonya, maafkan kami.” Empat pengasuh itu menundukkan kepala seraya mengambil pisau di tangan Ariel. Mereka sangat ceroboh di kala tengah menjaga Stoner dan juga Ariana. Ariel ingin memarahi empat pengasuh itu. Akan tetapi, dia memilih untuk bersabar. Pun dia mengerti bagaimana lincahnya bayi kembarnya itu. Jadi wajar jika sampai pengasuh dibuat pusing.“Lain kali hati-hati dalam menjaga Stoner dan Ariana. Suamiku akan sangat marah jika sampai Stoner dan Ariana terluka. Kalian tahu itu, kan?” tegur Ariel mengingatkan emp
Ariel menunggu Shawn kembali pulang. Sudah dua hari Shawn melakukan perjalanan bisnis ke Chicago. Usia Stoner dan Ariana kini sudah empat bulan. Itu yang membuat Shawn bisa meninggalkan istri dan anak kembarnya.“Shawn kapan pulang, ya?” gumam Ariel pelan dengan bibir sedikit menekuk.Ariel sangat merindukan Shawn. Tidur sendiri tanpa sang suami, membuat Ariel benar-benar merasakan ketidaknyamanan. Ariel terbiasa memeluk erat Shawn. Pun dia terbiasa dengan tidur dalam pelukan Shawn. Sekarang membuatnya sangatlah tersiksa.Suara dering ponsel berbunyi. Ariel segera mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor sang suami di layar—tengah melakukan video call. Tampak senyuman di wajah Ariel terlukis. Detik itu juga, Ariel menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan telepon tersebut.“Sayang?” panggil Ariel kala panggilan terhubung. Dia tersenyum melihat sang suami yang begitu tampan berada di kamera.“Sayang, di mana Stoner dan Ariana? Mereka baik-baik
“Oh, My God! Kau memintaku untuk berkencan lagi? Bisa kau bayangkan bulan ini aku sudah berkencan lebih dari lima belas pria. Hasilnya sama! Tidak ada yang bagus!” sembur Mika emosi pada sang asisten yang memintanya untuk berkencan lagi. Sudah lima belas kali dia berkencan, dan hasilnya nihil. Tidak ada yang Mika sukai.Sang asisten menggaruk tengkuk lehernya tidak gatal. “Nona, perintah kakek Anda sudah sangat jelas. Beliau meminta Anda terus berkencan sampai Anda menemukan yang cocok.” Sang asisten terlihat jelas menunjukkan rasa panik dan khawatir. Pasalnya dia pun mendapatkan ancaman jika sampai Mika tak mau lagi berkencan. Ancaman tak main-main dari kakek bosnya—membuatnya sakit kepala.Mika mengembuskan napas kasar. “Lima belas pria yang aku temui, mereka tidak benar-benar ingin berkencan denganku. Mereka fokus ingin menjalin kerja sama dengan kakekku dan ayahku. Mendekatiku hanya bagaikan aku ini jembatan mereka. Aku tidak bodoh! Aku tidak mudah dikelabui!”Mika menenggak wine
Ariel telah dipindahkan ke ruang VVIP. Keluarga Geovan dan keluarga DiLaurentis telah berkumpul. Stella menggendong bayi laki-laki, dan Yuval menggendong bayi perempuan dengan hati-hati dibantu oleh Malvia. Tampak jelas kebahagiaan begitu terlihat sangatlah pada semua orang.“Sayang, lihatlah cucu kita mirip sekali seperti Shawn bayi,” ucap Stella pada Sean.Sean mengecup cucu laki-lakinya. “Aku tidak menyangka waktu akan secepat ini. Putra kecil kita sudah menjadi seorang ayah.”Stella tersenyum merespon ucapan Sean. “Kau benar, Sayang. Aku juga tidak pernah menyangka waktu berjalan dengan cepat.”“Selamat, Ariel.” Harmony, Nicole, Joice, dan Mika memeluk Ariel bergantian. Pun Savannah bersama Flora memeluk Ariel bergantian. Mereka semua mengucapkan selamat atas kelahiran anak Shawn dan Ariel.Stanley, Steve, Marcel, dan Oliver pun mengucapkan selamat pada Shawn dan Ariel.“Siapa nama anakmu, Shawn?” tanya William tak sabar.“Iya, siapa nama anakmu, Shawn?” sambung Yuval yang juga ta