Beranda / Romansa / Hostage Rasa Honeymoon / Bab 3 : Penculikan Termudah

Share

Bab 3 : Penculikan Termudah

Penulis: vebigusriyeni
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-15 06:40:36

⚜️Selamat Membaca⚜️

Brielle berhasil turun dari kamarnya, dia berpikir sejenak bagaimana cara kabur dari penjaga di mansion itu.

Brielle bersembunyi di balik tiang dan tersenyum karena menemukan sebuah ide cemerlang.

Brielle berlari ke arah halaman depan dan berteriak histeris.

“Tolong, Nico diserang musuhnya di dalam kamar, mereka sangat ramai dan masuk melalui rooftop, cepat kalian semua tolong dia.”

Para penjaga langsung bergegas dengan senjata masing-masing ke lantai atas untuk menyelamatkan Nico, dengan cepat Brielle kabur dari sana.

Dia berjalan pelan ketika sampai di sebuah taman yang cukup jauh dari mansion Nico, kakinya terasa sakit karena berlari dari tadi.

“Perutku lapar, aku haus dan aku tidak bawa uang.” Brielle menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan lalu mengusap kasar wajah itu.

Pandangannya tertuju pada Luca yang duduk tak jauh dari tempatnya sekarang.

“Dia lagi, apa dia itu sosok seorang dewa yang dikirim untuk menyelamatkan aku?” Brielle dengan langkah ceria mendekat pada Luca lalu duduk di samping Luca dengan senyum.

Luca menatap Brielle lalu mengepalkan tangannya, dia terlihat emosi saat ini.

“Mau apalagi kau hah? Aku sedang tidak ingin diganggu dan kau datang selalu di waktu yang tidak tepat, brengsek.” Brielle bisa melihat kemarahan di wajah Luca.

“Aku ke sini hanya....”

“Pergi sebelum aku membunuhmu.”

“Tapi aku mau di sini.”

“Shit.” Luca berdiri lalu pergi begitu saja, Brielle menahan lengan pria itu dan langsung ditepis kasar oleh Luca, dia langsung menjambak dan mencengkeram rahang Brielle dengan kuat.

“Maaf, aku hanya mau minta tolong padamu. Perutku lapar dan aku tidak punya uang untuk beli makanan.” Perlahan tatapan Luca melunak, ia melepas jambakan dan cengkeraman itu.

“Ayo, aku juga sedang lapar.” Brielle tersenyum senang lalu menggandeng Luca.

“Bisa tidak, kau jalan sendiri, tidak perlu menggandeng aku begini,” ketusnya dingin, malam itu cukup ramai karena weekend.

“Kau mau dianggap bodyguard-ku?”

“Kata-kata itu lagi,” celetuk Luca malas.

Mereka menaiki motor Luca dan meluncur ke cafe yang dia suka. Brielle memilih makanan dan minuman yang dia mau sedangkan Luca yang sedari tadi sudah menyampaikan pesanan menatap Brielle dengan seksama.

Sudut bibir gadis itu berdarah, pipinya memerah, rahang serta lengannya juga memar karena dirinya tadi.

“Kau habis dipukul ayahmu ya?” tanya Luca cuek tapi terselip sebuah perhatian.

“Bukan, aku dipukul orang gila. Dia meminta makanan padaku, kau kan tau kalau sekarang aku tidak punya uang,” jawabnya asal, Luca mendengus kesal.

Tak lama makanan datang, mereka menyantap makanan tersebut. Brielle terlihat menikmati setiap suapannya, Luca sedikit tersenyum lalu memberikan cemilannya pada Brielle.

“Apa kau mau tambah lagi?”

“Tidak, ini sudah cukup.”

Selesai makan, Luca menaiki motornya kembali dan Brielle justru berdiam diri di sampingnya.

“Ayo naik.”

“Tidak mau, aku mau pulang ke tempat orang tuaku.”

“Mari aku antar.”

“Jangan, nanti mereka marah, lebih baik kau beri aku uang supaya aku bisa naik taksi dan pulang.” Luca segera mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikan beberapa dolar untuk Brielle.

“Kenapa banyak sekali?”

“Jaga-jaga saja, jika nanti kau tersesat, kau bisa naik taksi lain.” Luca langsung memacu motornya tanpa menunggu jawaban dari Brielle.

“Ya ya, dia memang lucu dan baik.”

***

Nico mendengar kabar kalau Brielle telah lulus kuliah, dia tidak ingin membuang waktu lagi, bisa-bisa gadis itu kabur.

Nico memanggil anak buah kepercayaannya, yaitu Luca Vaughan.

“Ada apa?” tanya Luca.

“Gadisku itu baru saja lulus kuliah. Aku ingin kau menculik dan membawanya ke sini, apapun resikonya, kau harus membawa dia,” titah Nico penuh penekanan.

“Oke, berikan alamat dan fotonya.”

Nico memberikan alamat dan foto Brielle pada Luca, dia tersenyum karena itu adalah gadis yang selalu mengganggu dan memeras isi dompetnya.

“Aku akan membawanya padamu, segera tapi kenapa harus diculik? Kan orang tuanya setuju denganmu?”

“Dia itu sedikit liar dan licin, dia bagai belut. Tidak ada yang bisa memaksa dia, bayangkan saja, kemarin dia meminta kedua orang tuanya untuk menjodohkan dia dengan pria yang dia mau. Dengan terpaksa orang tuanya menyetujui.”

“Kenapa begitu?”

“Dia mengancam untuk bunuh diri.” Luca mengangguk.

“Aku ingin kau membawa dia secepat mungkin sebelum acara lamaran berjalan.”

“Oke.”

Keesokan paginya Luca berangkat ke Belanda, misi kali ini cukup ringan. Menculik seorang gadis bukanlah hal sulit namun untuk gadis seperti Brielle—entahlah.

Malam harinya Luca memantau rumah Brielle, di sana terlihat rumah itu sudah didekorasi dengan baik. Terlihat bahwa mereka akan mengadakan sebuah pesta pernikahan.

Luca mencari celah untuk bisa menyusup ke dalam kamar Brielle, Nico juga sudah memberikan denah rumah Brielle padanya.

Dia menyusup diam-diam hingga sampai di jendela kamar gadis itu. Luca mencongkel jendela tersebut yang ternyata tidak dikunci, dia masuk dengan mudah lalu menodongkan pistol pada Brielle yang sedang duduk termenung di depan meja rias.

“Kau?” kata Brielle kaget.

“Ikut denganku secara suka rela atau kau akan aku bawa paksa,” ancam Luca, reaksi si gadis menunjukkan keterkejutan.

“Kau mau menculikku?”

“Iya dan jangan berisik.” Brielle berdiri lalu melompat kegirangan, dia langsung memeluk Luca dan mencari kopernya.

“Heh, kau mau apa?” tanya Luca bingung saat Brielle mengemasi barang-barangnya dan memasukkan ke dalam koper.

“Aku bosan di rumah, aku sangat ingin pergi dari sini. Tunggu sebentar ya, aku siap-siap dulu. Kau tidak perlu menodongkan senjata begitu karena aku akan ikut denganmu secara suka relaaaaa.” Luca menjatuhkan rahangnya melihat Brielle yang begitu riang akan dibawa.

“Wah, aku pikir akan sulit ternyata sangat mudah,” gumam Luca sambil tersenyum.

“Heh, kau tidak perlu membawa koper, kau pikir akan pergi liburan?” bentak Luca.

“Ini barang-barang penting.”

“Bawa tas saja, tidak perlu bawa koper segala.” Brielle lalu mengangguk dan mengambil tas ransel besar miliknya dan mengisi semua itu dengan baju-baju.

“Ayo.”

“Di luar itu sangat ramai, setidaknya kau harus merubah penampilan dulu.”

“Oh iya ya.”

Luca membuka topi dan jaketnya lalu memakaikan pada Brielle. Setelah dirasa aman, mereka mengendap keluar dari kamar dan melintasi kamar kedua orang tua Brielle.

“Aku mohon, biarkan Brielle hidup dengan pria yang dia cintai. Sudah cukup sikap kerasmu ini padanya, anak kita sangat tertekan.” Ayah Brielle tampak emosi.

“Dia hanya anak penyakitan yang membawa masalah dalam hidup kita. Kau tidak lihat bagaimana dia membuat kita malu di depan Nico dan keluarganya?”

“Iya, aku mengerti tapi kan...”

“Sudahlah, kau tidak perlu menasehati aku. Dia hanya anak pungut yang tidak tau berterima kasih, sudah untung aku membesarkan dia dan memberinya makan selama ini.” Brielle menahan rasa sesak di dadanya, Luca memperhatikan guratan sedih di wajah Brielle.

“Dia bukan anak pungut, dia itu putriku.”

“Halah, persetan dengan putrimu.” Ayah Brielle memang suami kedua dari ibunya, jadi di rumah itu, Brielle hanyalah anak tiri.

“Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk membesarkan dan mengobati dia dan lihat sekarang, dia selalu membuat aku sakit kepala. Aku berharap anak itu mati.” Luca langsung menarik Brielle dari sana dan mereka keluar.

Sesampainya di mobil, Brielle hanya diam dengan air mata yang mengalir deras. Luca mengemudi tanpa banyak bicara, dia hanya fokus pada jalanan dan membiarkan Brielle menangis dalam diam.

“Aku tidak bawa uang, sekarang aku lapar dan obatku juga sudah habis,” kata Brielle dengan lembut pada Luca, tatapan matanya membuat Luca kasihan.

“Kau ada resepnya?” Brielle mengangguk lalu memberikan resep obat pada Luca.

“Nanti di kota kita akan cari obat ini, sabar dulu. Lebih baik makan roti ini dulu, untuk mengganjal perut.” Brielle mengambil roti tersebut dari tangan Luca dan memakannya.

“Aku akan bayar semua uangmu, maafkan aku ya.”

Diam. Luca hanya mengangguk pelan dan kembali fokus mengemudi.

⚜️Bersambung⚜️

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 4 : Permintaan Gila

    ⚜️Selamat Membaca⚜️Selama empat jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di apotik pusat kota yaitu Apotheek Van De Lan yang terletak dekat dengan tempat wisata. Luca keluar dari mobilnya sambil membawa resep obat milik Brielle, dia sana sekali tidak mengerti dengan obat apa yang dikonsumsi oleh Brielle saat ini. “Obat ini jangan dikonsumsi terus ya, minum saja ketika sakit dan lebih baik diperiksa lagi ke dokter. Karena obat ini bukan untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh pasien, melainkan hanya untuk menghilangkan rasa sakit saja.” Luca mengangguk lalu membayar dan mengambil obat tersebut. Dia kembali ke mobil dan memberikan obat itu pada Brielle. “Dia bilang, obat ini tidak untuk dikonsumsi terus menerus, minum setiap kali merasa sakit saja,” terang Luca. “Iya, aku tau.” Brielle meminum obat itu lalu memejamkan matanya, sisa air mata itu kembali meluncur dan cepat dia hapus. “Kita cari tempat makan dulu, aku juga lapar.” Brielle menatap Luca lalu tersenyum. “Oke, aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 5 : Mulai Dari Negara Sendiri

    ⚜️Selamat Membaca⚜️Luca duduk di kamar sambil memainkan ponsel ditemani secangkir kopi panas, asapnya masih mengepul dan aromanya begitu kuat hingga Brielle terbangun. Mereka tidak tidur satu kasur, Luca membebaskan gadis itu dengan dirinya sendiri, dari semalam Brielle terus dihubungi oleh ayah dan ibunya namun Nico sudah memberitahu kalau gadis itu dia yang culik dan suruh Luca untuk membawa. Luca meminta anak buahnya untuk mengirimkan motornya ke Belanda, ia hanya mau memakai motornya sendiri jika akan melakukan perjalanan jauh begini—BMW R Nine T Motorcycle. Dia juga menyiapkan beberapa berkas yang akan dia dan Brielle perlukan jika memasuki berbagai negara yang akan mereka lakukan nantinya. “Aroma kopimu mengganggu tidurku, minta ya,” ujar Brielle lalu menyeruput kopi panas milik Luca. Brrusshh! Luca langsung berdiri ketika Brielle menyemburkan kopi itu ke tubuhnya. “Kau gila ya, jelas kopi itu masih panas,” bentak Luca sambil mengusap tubuhnya. “Ya mana aku tau, lidahku

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 1 : Gadis Menyebalkan

    ⚜️Selamat Membaca⚜️ Tetesan darah yang mengalir di tubuhnya terus menetes ke tanah, pria 28 tahun itu terus berjalan tertatih mencari tempat yang aman untuk dia bersembunyi dari kejaran rombongan di belakangnya. Karena luka di bagian perut dan kepalanya cukup parah, pandangannya jadi sedikit buram hingga tubuhnya terjatuh ke tanah. Matanya masih bisa melihat area sekitar, pepohonan yang tinggi, udara yang dingin serta kicauan burung yang terus memekakkan telinga. Pria itu perlahan memejamkan mata, tanah di dekat hidungnya terus beterbangan mengikuti dengan deru napas si pria. “Sudahlah, jika memang ini akhir, aku terima.” Cukup lama dia tertidur, pria itu bangun di sebuah kamar yang begitu mewah dan sangat rapi, jelas pemilik kamar itu orang yang sangat kaya raya. “Kau sudah bangun? Ada baiknya kau istirahat dulu,” sapa seorang gadis yang kini duduk di tepi ranjang. “Di mana ini?” “Rumahku, tadi aku sedang berburu dengan ayahku dan melihat kau terkapar di tengah hutan, k

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 2 : Ahli Dalam Melarikan Diri

    ⚜️Selamat Membaca⚜️“Aku suka dengan pekerjaanmu, selama empat tahun kau menjadi orang kepercayaanku, aku lihat kau tidak pernah mau dekat dengan wanita? Kau masih normal kan?” Luca hanya tersenyum tipis lalu meneguk minumannya. “Aku normal,” jawabnya singkat. “Oke, apa aku harus mencarikan gadis untukmu?” Luca kembali mengingat pertemuannya dengan Brielle seminggu yang lalu dan menggeleng mantap. “Aku tidak mau, lebih baik kau cari saja untuk dirimu sendiri, kau juga belum memiliki kekasih kan.” Nico menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi lalu melipat kaki kirinya ke atas kaki kanan dengan gagah. Tangan kanannya mengusap bibir gelas dan tangan kirinya mengetuk pelan meja. “Aku sudah memiliki gadis incaran, dari dia berusia 15 tahun dan aku masih menginginkan dia.” “Oh ya, sekarang berapa usianya?”“Sudah dewasa, mungkin sekitar 20 tahun.” Luca mengangguk. “Haha kenapa kau tidak mendekati dia?”“Dia masih dalam masa pendidikan, aku belum ingin mendekati dia dan saat waktunya p

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15

Bab terbaru

  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 5 : Mulai Dari Negara Sendiri

    ⚜️Selamat Membaca⚜️Luca duduk di kamar sambil memainkan ponsel ditemani secangkir kopi panas, asapnya masih mengepul dan aromanya begitu kuat hingga Brielle terbangun. Mereka tidak tidur satu kasur, Luca membebaskan gadis itu dengan dirinya sendiri, dari semalam Brielle terus dihubungi oleh ayah dan ibunya namun Nico sudah memberitahu kalau gadis itu dia yang culik dan suruh Luca untuk membawa. Luca meminta anak buahnya untuk mengirimkan motornya ke Belanda, ia hanya mau memakai motornya sendiri jika akan melakukan perjalanan jauh begini—BMW R Nine T Motorcycle. Dia juga menyiapkan beberapa berkas yang akan dia dan Brielle perlukan jika memasuki berbagai negara yang akan mereka lakukan nantinya. “Aroma kopimu mengganggu tidurku, minta ya,” ujar Brielle lalu menyeruput kopi panas milik Luca. Brrusshh! Luca langsung berdiri ketika Brielle menyemburkan kopi itu ke tubuhnya. “Kau gila ya, jelas kopi itu masih panas,” bentak Luca sambil mengusap tubuhnya. “Ya mana aku tau, lidahku

  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 4 : Permintaan Gila

    ⚜️Selamat Membaca⚜️Selama empat jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di apotik pusat kota yaitu Apotheek Van De Lan yang terletak dekat dengan tempat wisata. Luca keluar dari mobilnya sambil membawa resep obat milik Brielle, dia sana sekali tidak mengerti dengan obat apa yang dikonsumsi oleh Brielle saat ini. “Obat ini jangan dikonsumsi terus ya, minum saja ketika sakit dan lebih baik diperiksa lagi ke dokter. Karena obat ini bukan untuk menyembuhkan penyakit yang diderita oleh pasien, melainkan hanya untuk menghilangkan rasa sakit saja.” Luca mengangguk lalu membayar dan mengambil obat tersebut. Dia kembali ke mobil dan memberikan obat itu pada Brielle. “Dia bilang, obat ini tidak untuk dikonsumsi terus menerus, minum setiap kali merasa sakit saja,” terang Luca. “Iya, aku tau.” Brielle meminum obat itu lalu memejamkan matanya, sisa air mata itu kembali meluncur dan cepat dia hapus. “Kita cari tempat makan dulu, aku juga lapar.” Brielle menatap Luca lalu tersenyum. “Oke, aku

  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 3 : Penculikan Termudah

    ⚜️Selamat Membaca⚜️Brielle berhasil turun dari kamarnya, dia berpikir sejenak bagaimana cara kabur dari penjaga di mansion itu. Brielle bersembunyi di balik tiang dan tersenyum karena menemukan sebuah ide cemerlang. Brielle berlari ke arah halaman depan dan berteriak histeris. “Tolong, Nico diserang musuhnya di dalam kamar, mereka sangat ramai dan masuk melalui rooftop, cepat kalian semua tolong dia.”Para penjaga langsung bergegas dengan senjata masing-masing ke lantai atas untuk menyelamatkan Nico, dengan cepat Brielle kabur dari sana. Dia berjalan pelan ketika sampai di sebuah taman yang cukup jauh dari mansion Nico, kakinya terasa sakit karena berlari dari tadi. “Perutku lapar, aku haus dan aku tidak bawa uang.” Brielle menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan lalu mengusap kasar wajah itu. Pandangannya tertuju pada Luca yang duduk tak jauh dari tempatnya sekarang. “Dia lagi, apa dia itu sosok seorang dewa yang dikirim untuk menyelamatkan aku?” Brielle dengan langkah c

  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 2 : Ahli Dalam Melarikan Diri

    ⚜️Selamat Membaca⚜️“Aku suka dengan pekerjaanmu, selama empat tahun kau menjadi orang kepercayaanku, aku lihat kau tidak pernah mau dekat dengan wanita? Kau masih normal kan?” Luca hanya tersenyum tipis lalu meneguk minumannya. “Aku normal,” jawabnya singkat. “Oke, apa aku harus mencarikan gadis untukmu?” Luca kembali mengingat pertemuannya dengan Brielle seminggu yang lalu dan menggeleng mantap. “Aku tidak mau, lebih baik kau cari saja untuk dirimu sendiri, kau juga belum memiliki kekasih kan.” Nico menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi lalu melipat kaki kirinya ke atas kaki kanan dengan gagah. Tangan kanannya mengusap bibir gelas dan tangan kirinya mengetuk pelan meja. “Aku sudah memiliki gadis incaran, dari dia berusia 15 tahun dan aku masih menginginkan dia.” “Oh ya, sekarang berapa usianya?”“Sudah dewasa, mungkin sekitar 20 tahun.” Luca mengangguk. “Haha kenapa kau tidak mendekati dia?”“Dia masih dalam masa pendidikan, aku belum ingin mendekati dia dan saat waktunya p

  • Hostage Rasa Honeymoon   Bab 1 : Gadis Menyebalkan

    ⚜️Selamat Membaca⚜️ Tetesan darah yang mengalir di tubuhnya terus menetes ke tanah, pria 28 tahun itu terus berjalan tertatih mencari tempat yang aman untuk dia bersembunyi dari kejaran rombongan di belakangnya. Karena luka di bagian perut dan kepalanya cukup parah, pandangannya jadi sedikit buram hingga tubuhnya terjatuh ke tanah. Matanya masih bisa melihat area sekitar, pepohonan yang tinggi, udara yang dingin serta kicauan burung yang terus memekakkan telinga. Pria itu perlahan memejamkan mata, tanah di dekat hidungnya terus beterbangan mengikuti dengan deru napas si pria. “Sudahlah, jika memang ini akhir, aku terima.” Cukup lama dia tertidur, pria itu bangun di sebuah kamar yang begitu mewah dan sangat rapi, jelas pemilik kamar itu orang yang sangat kaya raya. “Kau sudah bangun? Ada baiknya kau istirahat dulu,” sapa seorang gadis yang kini duduk di tepi ranjang. “Di mana ini?” “Rumahku, tadi aku sedang berburu dengan ayahku dan melihat kau terkapar di tengah hutan, k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status