Keesokan harinya, Alisa yang baru saja selesai bersiap-siap langsung dikagetkan oleh kedatangan Fatimah dan Zaki di depan pintu rumahnya. "Assalamu'alaikum cantiknya, Ibu." ujar Bu Fatimah ketika melihat Alisa yang baru saja membuka pintu rumah. Alisa hampir saja berteriak saat melihat mereka berdua sudah tiba di rumahnya tanpa aba-aba. Sebab, dia memang telah memperkirakan kedatangan Fatimah dan Zaki, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau mereka akan datang secepat ini. "Waalaikumsalam ibu" jawab Alisa dengan lembut setelah lebih dulu beristighfar di dalam hati. Wajah Fatimah yang berseri membuat perasaan Alisa menjadi damai. Dia merasa bahwa wanita ini terlihat begitu mirip dengan Uminya di pondok yang juga begitu menyayangi dirinya. Namun, Alisa tidak ingin berbesar kepala, karena ia sadar kalau semua mungkin tidak akan sama lagi apabila kehamilannya telah ketahuan. Tiba-tiba saja Alisa melihat ke arah Zaki dan kedua mata mereka saling mengunci satu sama lain. Buru-buru
Suara derap kaki yang kencang dan terburu-buru timbul dari suara pantofel yang dikenakan oleh Damian. Mata tajamnya menatap lurus ke depan, sedangkan lengan kanannya terkepal erat. Ia buru-buru datang dari kantor setelah mendapat kabar kalau pelayan yang menyuguhkan minum padanya malam itu telah ditemukan setelah sebelumnya berhasil kabur hingga ke negara tetangga. Sesampainya di basement, Damian membiarkan para anak buahnya yang berjaga untuk membukakan pintu dan menyalakan lampu bagi lorong yang sebelumnya gelap. Setelah pintu kayu itu terbuka, Damian kembali beranjak dengan langkah yang semakin cepat karena ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan orang yang telah membuatnya terpengaruh obat sialan itu. Saat Damian masuk, ternyata orang yang melakukan hal itu adalah seorang perempuan. Wanita itu terduduk di kursi dengan tangan yang terikat dan diletakkan di atas pangkuan. Kedatangan Damian membuat tubuh perempuan itu langsung bergetar dengan mata yang terbelalak. Sebab,
"Kerjain tuh pesanan!" titah Zahra yang sengaja melakukan hal itu pada Alisa yang sedang membersihkan etalase toko. Perkataan Zahra membuat Alisa kaget, karena tiba-tiba saja gadis itu datang dan memberinya perintah. Padahal tadi Fatimah sudah mengatakan bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan Zahra. Namun, kenapa tiba-tiba gadis itu menyerahkan pekerjaan itu padanya? "Bukannya tadi kata Bu Fatimah kamu yang ngerjain, ya?" tanya Alisa yang membuat Zahra merasa kesal karena wanita itu berani menjawabnya. "Heh! Ingat, ya Alisa. Kamu tuh anak baru di sini dan Bu Fatimah selalu mempercayakan toko ini kepadaku. Jadi, kamu yang harus mengerjakan itu semua!" ujar Zahra sembari menatap Alisa dengan tajam. Perkataan Zahra membuat Alisa benar-benar tidak menyangka kalau ini merupakan sifat asli gadis itu. Sebab, seharian kemarin dia terlihat sangat baik dan memperlakukannya dengan baik pula. Namun, hari ini sikapnya sangat berubah drastis dan perlakuan gadis itu pun sangat buruk padanya.
Ayah Damian sedang menikmati hari bersama dengan lembaran koran di tangan. Itu membuat pria berusia 58 tahun itu menarik sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman yang tidak dilihat oleh putranya. Damian yang berdiri tepat di hadapan ayahnya saat sudah terlihat muak dengan laki-laki itu. Sebab, sudah lebih dari tiga puluh menit dia berdiri di sana, tapi ayahnya masih tidak berkata sepatah kata pun juga. "Akhirnya kamu pulang juga. Bagaimana dengan perjalananmu?" tanya ayahnya setelah 45 menit Damian menunggu. Ia tampaknya sengaja mengalihkan pembicaraan di antara mereka saat ini dengan berbasa-basi. "Langsung ke intinya saja. Aku tahu apa yang papa rencanakan. Jadi, Papa harus ingat satu hal: aku tidak akan menerima pertunangan ini. Kalau Papa masih bersikeras, maka aku yang akan membuat Claudia menolak pertunangan ini!" katanya yang membuat ayahnya kembali tersenyum. Dia tau bahwa Damian akan menolak pertunangan ini. Jadi, dia menyiapkan Claudia yang sangat tepat untuk Dami
Hari ini Damian memutuskan untuk pergi ke kantor karena enggan menghadapi ayahnya di rumah. Terlebih, dia juga masih terus memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Alisa. Jadi, seharusnya kantor bisa menjadi tempat teraman untuk melakukan apa pun di luar pengawasan ayahnya. Namun, baru saja dia melewati ruang makan, tiba-tiba saja terdengar suara seorang laki-laki yang tidak ingin di dengannya untuk saat ini. "Mau kemana kamu, Damian?" tanya Ayah Damian ketika melihat tubuh putranya yang sudah berbalut jas abu-abu. Tanpa dipungkiri, Damian memang memiliki begitu banyak pesona yang dapat membuat banyak orang jatuh hati. Bahkan pria itu terkenal sebagai most-wanted man yang berhasil membuat banyak wanita rela naik ke atas ranjangnya dengan suka rela. Namun, kini Damian tidak lagi tertarik dengan semua itu. Terlebih, semenjak dia bertemu dan berhubungan dengan Alisa, pikirannya terus tertuju pada si gadis bercadar. "Damian!" sentak pria paruh baya itu kala saat s
Alisa baru saja turun dari angkutan umum dan hendak melangkah menuju ke toko roti milik Fatimah kala sebuah mobil berwarna putih melintas begitu saja di hadapannya. TINN!! “Astagfirullah, Ya Allah.” gumam Alisa. Suara klakson yang kencang itu membuat Alisa tersentak kaget hingga tubuhnya sedikit terlonjak. Gadis itu pun sontak mundur satu langkah ketika ketika mobil itu tiba-tiba berbelok dengan tajam dan hampir menyerempet tubuhnya yang memang sedang berdiri di tikungan. Alisa lantas menatap ke arah sang pemilik mobil yang kini telah keluar sembari memandangnya dengan sinis. “Assalamualaikum, Zahra.” sapa Alisa. Namun, alih-alih menjawab, gadis itu memilih untuk bergeming sembari tersenyum meremehkan, sebelum kemudian dengan angkuh berjalan ke arah toko. Dia bahkan tidak membalas salam Alisa sama sekali. Alisa hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan berat dan mencoba untuk terlihat baik-baik saja. Walau jantungnya masih berdebat kencang. Saat dia hendak masuk ke dalam toko
Alisa baru saja pulang dari toko roti milik ibunya Zaki dan setelah beberes, Alisa langsung pamit pulang pada Zahra karena dia merasa bahwa pekerjanya sudah selesai. "Zahra, sampaikan sama ibu kalau aku pulang ya." kata Alisa pada Zahra yang tidak menanggapinya sama sekali.Dia terlihat sibuk dengan dirinya sendiri tanpa mempedulikan apa yang Alisa katakan. Melihat Zahra yang tidak meresponnya membuat Alisa pun memilih pergi. Yang penting dia sudah berpamitan pada Zahra untuk menyampaikan salamnya pada ibu Fatimah. "Aku pamit, Zahra. Assalamu'alaikum." pamitnya pergi walau wanita itu masih tidak menganggapnya sama sekali. Alisa berjalan keluar dari toko dan dia ingin menikmati malam Minggu ini.Berjalan-jalan di pinggir kota sambil menikmati udara malam yang cukup sejuk. Entah mengapa tiba-tiba saja dia melihat ada penjual jagung bakar di sana. Rasanya dia menginginkan jagung bakar tersebut. Alisa memilih mampir untuk menikmati jagung tersebut. Di sana dia terlihat cukup men
Tadi malam, banyak hal yang mereka ceritakan. Dimana Zaki terus saja mengajak wanita itu bercerita dan untuk pertama kalinya lagi setelah sekian lama dia memiliki teman cerita. Setelah bercerita banyak hal, Alisa baru mengetahui jika ternyata Zaki pernah mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan. "Nggak boleh Alisa. Ingat, Zaki itu laki-laki yang baik dan kamu nggak pantes buat dia. Kamu hanya perempuan kotor yang tidak pantas bersanding dengan laki-laki sepertinya." kata Alisa berusaha meyakinkan dirinya bahwa dia tidak pantas bersama dengan laki-laki itu. Apalagi dengan keadaannya saat ini. Itu membuat Alisa semakin sadar diri bahwa semua itu tidak mudah. Dia harus bisa membuat laki-laki itu mengerti dan juga ibunya, malah dia memang tidak pantas untuk mereka. "Zaki berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dari aku. Aku tidak pantas bersanding dengannya dan kamu harus sadar diri Alisa. Kamu itu hanya perempuan kotor. Kamu tidak pantas bersanding dengannya," ucap Alisa lagi