Share

Bab 3-Inginku

Penulis: Jangmi Aurum
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-15 02:49:55

“Ibuu...” Panggil diriku kepada Ibu yang berada di sebelahku, sambil aku terus lanjut mencuci piring.

“Iya, apa?” Jawab Ibu yang sedang membereskan meja dapur.

“Hmmm Artis itu benar-benar harus tinggal disini?? Dia tidak bisa gitu... tinggal di hotel atau semacamnya??”

“Hei... kamu itu tidak dengar ya? Apa yang dibilang oleh pak manager tadi. Situasinya itu lagi kacau. Kalau dia datang ke tempat umum, seperti hotel... pasti langsung banyak informan yang akan memberitahukan keberadaannya. Sekarang itu dia sudah menjadi buronan para netizen, yang mencari berita. Ehh.. Lagipula dia tidak menginap disini dengan cuma-cuma kok. Kamu pasti kaget mendengar nominal yang Rio bayarkan pada Ibu untuk menjaga Artis itu.” Jelas Ibu kepadaku.

“Ihh Ibu... tapi kan Ibu tahu anakmu ini tidak nyaman disekitar orang asing. Ibu dan Ayah kan pulang larut malam. Jadi, pasti aku yang akan lebih sering bertemu dengannya di rumah. Aahh pasti akan canggung Bu... aku tidak suka pokoknya!” Ucapku protes kepada Ibu.

“Ah diam! Ini bukan urusanmu. Ibu tidak butuh pendapatmu. Ini itu rumah Ibu, bukan rumahmu. Hmmm lagipula anak itu sepertinya anak yang baik.” Ucap ibu kepadaku.

“Sepertinya 'Anak baik’?? Ihh Ibu, kita itu masih belum tahu apakah kasus itu benar atau tidak. Kalau benar, bagaimana coba? Dia itu... menyiksa seorang perempuan Bu... seorang perempuan.” Jelasku kepada Ibu dengan harapan Ibu memahamiku.

“Aaahh.. sudah! Kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Jangan banyak bicara... Lebih baik kamu tidur sana!” Ucap Ibu sambil mendorong punggungku supaya aku pergi dari sana.

***

Pada pagi hari, seperti biasa aku bangun dari tidurku dengan diawali suara menguap yang cukup besar dan kemudian tidak langsung turun dari kasur, tapi masih tetap rebahan, bermalas-malasan di kasur sambil melihat layar ponsel.

“Erinn!! Jangan bilang kamu masih dikasur. Memangnya kamu tidak akan sekolah, hah?!” Ucap Ibu agak berteriak, namun tidak sekencang biasanya.

OMG! Sekolah?? Astaga... aku lupa hari ini sudah masuk sekolah.” Ucapku dengan wajah panik.

Aku langsung bangun dengan cepat dari kasur dan segera mandi seadanya. Lalu kemudian, langsung turun ke bawah, mengambil sebuah roti di meja makan, kemudian aku sisipkan di mulutku sambil aku memakai sepatu dengan terburu-buru.

“Ayah..Ibu.. aku berangkat!” Ucapku pamit dan langsung berlari keluar.

“Astaga gadis itu.... Kapan sel otaknya bisa mulai berfungsi dengan benar??” Celetuk Ibu sambil membereskan piring di meja makan.

Tanpa disadari, Barra yang sedang menikmati sarapan pertamanya di rumah Erin terlihat sedikit tersenyum karena melihat kelakuan Erin di pagi hari ini. Begitu rusuh dan heboh.

“Aaah maaf ya... kamu sepertinya harus belajar sabar. Kamu akan melihat peristiwa seperti ini, hampir tiap hari, Nak...” Ucap Ibu sambil membuat ekspresi kelelahan.

“Aah iya Bu, tidak apa-apa. Aku dapat maklum. Aku pun sepertinya sama seperti itu, ketika masa sekolah dulu.” Jawab Barra sambil tersenyum malu mengingat kelakuannya saat sekolah dulu.

“Aaah tidak mungkin.... tidak mungkin orang sepertimu berperilaku seperti gadis itu.” Jawab Ibu menimpali ucapan Barra.

“Ibu! Ayo kita berangkat... Hmm kamu tidak apa-apa kan ditinggal sendiri, Nak.” Panggil Ayah kepada Ibu sambil kemudian bertanya kepada Barra.

“Ah iya tentu. Silahkan... jika Ayah dan Ibu harus pergi bekerja.” Jawab Barra dengan sikap yang sopan.

“Barra... jika kamu takut, kunci saja pintu dan jendela....” Jelas Ibu kepada Barra.

“Iya, Baik Bu.. Tidak usah khawatir.” Jawab Barra berusaha meyakinkan ibu.

“Baiklah...kami pergi dulu ya, Nak. Dino dan Erin akan pulang sekolah nanti siang...” Ucap Ibu sambil berjalan keluar rumah.

“Baik, sampai jumpa... Hati-hati dijalan...” Ucap Barra sambil melambaikan tangan ke arah Ayah dan Ibu.

“Ahh anak itu sungguh sangat sopan. Senang melihatnya...” Ucap Ibu dengan wajah berseri sambil berjalan menyusul Ayah.

***

Sesampainya aku di Halte Bus sekolah. Aku langsung berlari dengan cepat menuju sekolah, berharap gerbang sekolah masih terbuka. Namun... seperti yang aku bayangkan, gerbang sekolah sudah ditutup.

“Iishh!!” keluhku sambil berusaha mengatur napas yang terengah-engah karena berlari.

“Aastaga.... bisa-bisanya kamu telat di hari pertama sekolah.” Ucap Ryan yang baru saja tiba, kepadaku.

Ryan adalah teman sekelasku. Kami berteman sejak kelas 2 SMA. Sejak pertama kali kami berkenalan karena sekelas, kami seketika langsung akrab dan menjadi teman baik. Ryan bisa dibilang termasuk anak yang popular di sekolah. Dia memiliki wajah yang cukup tampan, yang tampak dingin dan cuek namun sebenarnya humoris. Badannya berbentuk ideal dan cukup tinggi. Namun, Ryan bukanlah anak yang menikmati kepopulerannya. Dia tidak begitu suka menjadi pusat perhatian. Dia tidak suka bergaul dengan anak-anak populer. Di sekolah dia hanya berteman denganku dan beberapa anak laki-laki di klub sepak bola.

Jujur saja... sebenarnya aku masih mengharapkan status pertemanan antara aku dan Ryan dapat berubah. Ya.... aku suka dengan Ryan. Aku sebenarnya sudah menyukai Ryan bahkan sebelum dia kenal denganku, sebelum kita sekelas dan berteman. Aku menyukainya sejak saat pertama kali bertemu denggannya di masa orientasi siswa. Saat itu, aku sangat terkejut bisa melihat langsung orang setampan Ryan. Selain wajahnya yang tampan, dia anak yang cukup pintar di kelas. Selain itu, dia juga orang yang humoris. Ada saja lelucon yang langsung berhasil membuatku tertawa terbahak-bahak. Dia juga anak yang pemberani. Dia termasuk salah satu orang yang suka melerai jika ada teman-teman yang bertengkar dan membuat keributan. Dia tidak akan tinggal diam, ketika melihat orang melakukan kekerasan di hadapannya. Emm mungkin beberapa sikap itulah yang akhirnya membuatku jatuh cinta kepadanya. Namun, aku juga sudah tidak terlalu berharap. Aku sudah sangat senang bisa berteman dengannya seperti saat ini.

***

Dikelas, seperti biasa, aku bukanlah seseorang yang penting. Walaupun aku telat masuk ke kelas, tapi tidak ada satu pun orang yang menyadari ataupun penasaran dengan apa yang terjadi denganku. Aku hanya seperti figuran di kelas. Ada, namun tidak berdampak.

Hmmm… terkadang aku mau jadi seperti Ria. Gadis berkacamata yang berpenampilan rapi dengan rambut ikal yang dikuncir satu. Ria selalu menjadi nomor satu di kelas. Dia termasuk salah satu siswa yang cerdas disekolah. Para guru dan siswa di sekolah pasti mengenal Ria. Terkadang aku ingin menjadi seperti Ria, yang selalu menjadi perhatian teman dan guru. Ketika jam pelajaran selesai, pasti akan banyak teman yang berkumpul di mejanya untuk menanyakan materi yang susah. Hmmm keren saja gitu... bisa mengajarkan orang, bisa berguna bagi orang lain. Kehidupan Ria tampak begitu bersinar.

Lalu... terkadang aku juga mau jadi seperti Felix. Si Nomor 1 dari belakang. Anak yang terkenal paling bandel disekolah. Setiap hari ada aja yang dibuat oleh si pembuat onar ini. Felix selalu melakukan semua hal semau dia. Dia tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan. Bermain sesukanya. Tertawa sesukanya. Berdebat sesukanya. Karena sifatnya yang seperti itu, tentu saja dia selalu jadi perhatian orang di sekitarnya. Semua Guru selalu memperhatikan setiap tingkahnya. Ketika satu pelajaran saja dia tidak terlihat, Guru pasti langsung panik dan mencari. Hmmm coba kalau aku. Sepertinya kalau aku tidak masuk, Guru dan teman-teman pasti pada  biasa-biasa saja. Mereka tidak akan terlalu khawatir dan berpikir macam-macam terhadapku. Hmmm kehidupan Felix begitu terlihat berwarna bagiku.

***

18.00

“Aku pulang..” Ucapku sambil melepas sepatuku.

“Hai kak!!” Sapa Dino sambil berlari ke arahku, lalu kemudian memakai sepatunya dengan terburu-buru.

“Eh mau kemana kamu??” Tanyaku kepada Dino heran.

“Iniii... aku mau pergi ke pusat kota dulu, kak. Aku ada janji dengan teman-temanku. Syukur... kakak udah pulang. Jadi, kak Barra tidak sendirian deh. Dahh... aku pergi dulu ya kak...” Jelas Dino kepadaku seraya berlari keluar rumah.

“Ehh jangan per….  iishh anak itu! Benar-benar...” Ucapku agak berteriak, berusaha untuk menghalangi Dino pergi. 

Astaga.... aku hampir lupa dengan Artis yang tinggal di rumahku ini.

Perasaan canggung mulai merasukiku. Aku pun bergegas masuk ke kamarku, berniat untuk tinggal di kamar sampai Dino ataupun Ibu dan Ayah pulang ke rumah. Sangat canggung rasanya berduaan dengan orang asing walaupun ini rumahku sendiri.

***

Disaat aku sedang asik menonton drama kesayanganku sambil rebahan di kamar. Seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamarku.

Tok tok tok...

Bab terkait

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 4-Si Pengganggu Yang Menggetarkan Hati

    20.00“Permisi... Erin?? Erin...” Ucap orang itu, yang pastinya adalah Barra.“Duhh.. ada apa siiih.... Gangguuu banget deh...” Keluh diriku dalam hati, karena merasa terganggu disaat aku sedang asik menonton drama kesayangan.“Hmm.. sepertinya dia sedang tidur.” Ucap Barra pada dirinya sendiri.“Eh iya.. ada apa?” Jawabku sambil memunculkan wajahku di sela pintu.“Aah begini... apakah disini ada sebuah swalayan atau semacamnya. Aku harus membeli sesuatu di sana.” Jelas Barra.“Kalau swalayan, letaknya lumayan jauh dari sini. Hmm memangnya kamu mau kamu beli apa??” Tanyaku penasaran.Pemuda itu pun memperlihatkan layar ponselnya kepadaku. Disitu tampak sebuah foto makanan, yang sepertinya adalah jenis cokelat yang harganya cukup mahal. Cokelat jenis ini memang sepertinya hanya dapat dibeli di swalayan.“Hmmm kamu h

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 5-Karena Si Nyamuk

    Hari ini, di sekolahku, ada pemberitahuan tentang sebuah kegiatan yang wajib diikuti oleh siswa kelas 3. Acara itu semacam "Summer Camping", acara berkemah di musim panas sebelum Ujian Akhir bagi siswa kelas 3 SMA tiba.Huuhh males banget deh...Aku bukan merupakan tipe orang yang suka dengan acara seperti ini. Aku tidak suka dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di alam. Karena aku sangat tidak suka dengan serangga, apalagi dengan seekor nyamuk. Aku saaaangat tidak menyukai suaranya. Begitu berisik dan menggangu. Suara nyamuk yang berdengung itu mampu untuk membuatku seketika menjadi marah."Hwuuh... mengapa wajib sih??” Celetukku sambil menghela napas panjang.“Seharusnya kegiatan seperti ini tidak perlu diwajibkan. Memangnya semua orang suka dengan acara seperti ini" Lanjut diriku ngedumel sendiri."Heh! Percuma kamu protes disini. Tidak bakal kedengeran. Sana! Ngomong langsung sama Bu Guru." Ucap Ryan yang dar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 6-Sisi Tersembunyi

    09.00 "Aku puulaang…" Ucapku dengan wajah murung memasuki rumah sambil menarik tas ranselku dengan lemas. "Ada apa dengan anak ini?? Kamu pergi dengan begitu semangatnya kemarin pagi, namun sekarang datang ke rumah dengan begitu lesunya." Ucap Ibu heran melihat tingkahku, sambil tangannya membereskan masakannya. Aku terus berjalan masuk menuju kamarku tanpa menghiraukan ucapan Ibu. Aku merasa begitu sangat lelah. Energiku seperti telah terkuras habis. Ini semua pasti karena pengakuan Ryan yang sangat jujur kemarin. Bahkan untuk menonton drama kesukaanku saja sepertinya aku tidak sanggup. Hwuuuhhh~Aku menghela napas dengan begitu berat dan kemudian menjatuhkan tubuhku ke atas kasur. “Huuh.. aku tidak tahu rasanya akan sesakit ini.”“Bagaimana ini? Apa aku masih bisa berteman lagi dengan Ryan?”“Bahkan tadi untuk menatap wajahnya saja, aku sama sekali tidak sanggup”Aku mulai overthinking. Berba

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 7-Lekas Tapi Membekas

    08.00 Esok hari. Hari Minggu. Hari dimana saatnya aku akan bermalas-malasan sepaaaaanjang hari. Rebahan di kamarku sambil menonton drama dan kemudian berselancar di media sosial. "ERINN!!" Panggil Ibu dengan suara khas, menghentikan kegiatanku. Hah? Apa itu!?Hahaha teriakan andalan Ibu comeback!Tak mengira aku ternyata kangen dengan teriakan mengesalkan itu. "Ya, Buuu... Aku datang!" Jawabku sambil tersenyum bersemangat tidak seperti biasanya, karena baru kembali mendengarkan teriakan ibu. Sesampainya aku di lantai bawah. Rasa semangatku yang tadinya sempat membara karena teriakan Ibu, seketika mulai padam. Suasana di ruang tamu begitu sunyi. Mereka semua tampak berusaha untuk tersenyum, dibalik rasa murung yang aku bisa lihat dari mata mereka. "Ehh ada pak manager. Selamat siang." Ucapku menyapa Pak Manajer yang telah duduk di ruang tamu. Ada apa ini?Kenapa ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 8-Perkenalan

    10.00 "Heh! Kamu yang namanya Erin, bukan!?" Ujar seorang perempuan yang didampingi oleh tiga temannya dan secara tiba-tiba datang menghampiri aku yang sedang duduk di kelas. "Hah?? Ada apa ini? Ada urusan apa para gadis populer ini dengan diriku. Dengan aku... orang yang bahkan belum pernah mereka tatap wajahnya sekali pun." Tanyaku kebingungan dalam hati. “Perkenalkan! Namaku Naomi.” Lanjutnya dengan nada suara yang tiba-tiba berubah menjadi begitu lembut, sambil meraih kedua tanganku untuk bersalaman. Ya, tentu saja aku tahu kamu adalah Naomi. Siapa yang tidak kenal dengannya di sekolah ini!? Naomi, gadis populer pujaan para laki-laki di sekolah. Gadis cantik di hadapanku ini juga duduk di kelas 3 SMA, seumuran denganku. Para siswa laki-laki yang populer di sekolah, mereka semuanya pernah mendekati Naomi. Bagaimana tidak!? Aku saja yang seorang perempuan selalu kagum setiap melihat sosok Naomi. Wajah Naomi begitu cantik bak boneka

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 9- Teman??

    09.55Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana biasanya aku menghabiskan sepanjang hariku untuk rebahan dan melakukan berbagai hal yang aku suka di rumah. Namun, kali ini berbeda dari biasanya. Aku tiba-tiba mendapat panggilan dari seseorang yang ternyata adalah Naomi. Dia mengajakku untuk menemaninya berbelanja, seperti kali terakhir kita bertemu.“Berbelanja lagi??” Ujarku dalam hati dengan rasa bingung.“Erin, kamu bisa, bukan?” Tanya Naomi sekali lagi.“Hmm... iya, baiklah, boleh saja. Tapi sepertinya aku baru bisa datang sedikit lebih siang. Tidak apa, bukan?” Ucapku yang masih berselimutkan piyama.“Iya, tidak apa. Langsung kabari aku saja, jika kamu sudah siap. Aku tunggu, ya!” Ucap Naomi menyelesaikan pembicaraan kita di telepon.***Aku janjian dengan Naomi untuk bertemu langsung di depan sebuah Mal yang Naomi pilih. Ketika aku tiba di sana, aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 10-Aku Ingin Menjadi Populer

    “Erin? Disini!” Panggil Lulu sambil melambaikan tangan kepada aku, yang baru saja tiba di kantin sekolah.Seketika aku menjadi perhatian para murid yang berada di kantin. Segera setelah Lulu memanggil, aku langsung menjadi pusat perhatian banyak orang. Wajah mereka tampak begitu penasaran melihat aku yang bukan siapa-siapa ini bergabung dengan orang-orang seperti Naomi dan kawan-kawannya, idola para murid di sekolah.“Rin, seperti biasa ya...” Ucap Viola kepadaku, yang baru saja duduk.“Em... baiklah. Aku akan pergi untuk membelinya.” Jawabku yang langsung paham akan perkataan Viola dan kemudian pergi untuk membeli pesanan mereka seperti biasanya.Ya, seperti biasanya... Aku mulai terbiasa dengan ini. Jujur, aku sebenarnya tahu jika aku memang dimanfaatkan oleh mereka. Namun, sepertinya aku begitu menikmati kepopuleran yang aku dapatkan, karena hubungan yang aku jalin dengan para gadis ini. Aku sepertinya sangat mendamb

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 11-Aku Sadar

    Sejak perbincangan hari itu, hubunganku dengan Ryan mendadak menjadi renggang. Aku dan Ryan yang biasanya selalu bersama untuk menghabiskan sebagian besar waktu di Sekolah, namun kini tampak seperti orang yang tidak mengenal satu sama lain. Ryan tidak pernah menyapaku sejak saat itu. Bahkan untuk menatap wajahku saja, sepertinya dia tidak sudi. Tiba-tiba dia berubah menjadi sosok pria yang bersikap dingin hingga membuatku tidak memiliki keberanian untuk mendekatinya. “Erin... Ayo kita pulang!” Ucap Naomi yang datang ke kelasku untuk mengajak pulang bersama. “Em. Ayo!!” Ucapku kepada Naomi sambil tersenyum, namun kemudian menjadi mendadak murung dan terdiam sambil menatap punggung Ryan, pria yang sejak kemarin sama sekali tidak pernah menyapa bahkan melihat wajahku lagi. “Ayo??” Ucap Naomi menyadarkan lamunanku. *** “Kamu sedang bertengkar dengan Ryan, ya? Biasanya kalian terus terlihat bersama... sampai-sampai para murid di Se

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15

Bab terbaru

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   – To : You –

    Hidup yang terasa biasa-biasa saja tidak mengartikan bahwa hidupmu tidak spesial atau kehadiranmu tidak penting. Di dunia ini, kita semua punya alasan dan tujuan masing-masing. Tuhan tidak menciptakan kita tanpa suatu alasan. Tuhan pasti punya maksud. Kita adalah pemeran utama di kehidupan kita masing-masing. Kita punya cerita ketika sendiri, dengan genre yang berbeda, dengan alur yang berbeda, dan juga dengan akhir yang berbeda. Kita punya waktu klimaks masing-masing. Jangan pernah menganggap dirimu sebagai seorang figuran, sebagai penghias dalam kehidupan orang lain. “Kamu juga punya peran yang penting.” “Tiap kamu adalah unik.” Jangan pernah menganggap dirimu tidak berguna. Dirimu biasa-biasa saja. “Kamu itu berharga.” “Dirimu tidak tergantikan.” Kita berhak memiliki happy ending dari kehidupan kita, masing-masing. Keadaan bisa berubah kapan saja. Semuanya pasti berakhi

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 83-Happy Ending

    07.20 “Heh! Ada apa denganmu? Mengapa kamu terus menatapku, seperti itu!?” Tanyaku, yang heran dengan sikap Dino yang terus menatapku dengan ekspresi datarnya sedari sarapan tadi. “Aku mau minta uang.” Jawab Dino, dengan tetap menunjukkan ekspresi datarnya. “Hah? Apa katamu!? Uang? Apa alasannya? Mengapa aku harus memberimu uang? Enak saja…” Ujarku. “Cepat berikan! Atau Kakak akan menyesal.” Ucap Dino, yang tiba-tiba mengancamku. “Menyesal? Apa yang harus aku sesali?” Tanyaku, yang tidak menanggapi perkataan Dino dengan serius. “Kalau Kakak tidak memberiku uang, aku akan memberitahukan kepada Ibu tentang apa yang aku saksikan kemarin malam.” Ucap Dino, dengan wajahnya yang tetap berekspresi

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 82-Terjadi

    “Barra, apa kamu sebenarnya berlibur dengan Rio, Naomi, Alessa, Dino dan Erin waktu itu?” Tanya Kak Rio, sambil terus berusaha fokus untuk menyetir. “Oh! Bagaimana Kakak bisa tahu?” Ujar Barra. “Ya, kamu tidak tahu saja… Para ibu tu tidak bisa kalian bohongi. Setelah kalian berenam pergi, mereka semua berkumpul di rumahku dan mulai membicarakan kemiripan alasan kalian, yang sama-sama minta izin untuk pergi liburan bersama dengan teman lama ataupun rekan kerja kalian masing-masing. Ya, sesuai dugaan, kita semua tahu bahwa kalian sebenarnya pergi bersama. Masa, kalian pergi dalam waktu yang bersamaan secara kebetulan. Tentu tidak wajar, bukan?” Jelas Kak Rio. “Haha iya juga… Ya, kami semua sepertinya memang tidak pandai berbohong. Aku bahkan tidak terpikirkan akan hal itu, saat izin dengan Ibu.” Ujar Barra.

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 81-Tercurah

    “Yah hujannya semakin deras.” Ujar Alessa. Kami baru saja selesai menikmati makan siang di salah satu tempat makan, yang terletak di sekitaran minimarket. Namun, di saat kami sudah ingin menyebrang jalan, hujan tiba-tiba saja turun dengan cukup deras. Ryan dan Barra sedang pergi ke minimarket untuk membeli beberapa payung saat ini. Kami berempat menunggu mereka di sebuah halte dekat situ. “Eh ini!” Ucap Ryan kepada Dino, sambil memberikan payung yang ia beli. Mereka membeli tiga buah payung. Dino pergi bersama dengan Alessa. Aku pun segera mendekat ke arah Naomi, berniat ingin sepayung dengannya. Namun, kekasihnya yang menyebalkan itu segera menyenggol tanganku dan memayungi Naomi, lalu segera pergi bersama dengannya. “Ish! Wah, ada apa dengan anak itu!? Mengap

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 80-Harapan

    Barra yang pada saat itu sudah berada di kamar, karena telah selesai dengan makan malamnya. Seketika, langsung terbangun dan keluar dari kamar, berkat teriakan yang dibuat oleh Erin. “Apa yang terjadi!?” Tanya Barra, yang heran dengan apa yang dia lihat sekarang. “Ada yang lupa untuk menutup kran air dan membiarkan lubang airnya tertutup.” Jelas Erin dengan singkat, dan mulai menguras air di lantai. “Hei! Kamu jangan hanya berdiam diri di sana! Cepat bantu aku membereskan ini semua!” Ujar Erin dengan nada tingginya, karena melihat Barra yang hanya celingak-celinguk melihat kondisi rumah. “Oh! Iya. Iya. Apa yang bisa aku bantu?” Tanya Barra, yang segera datang menghampiri Erin. “Itu. Tolong, angkat barang-barang itu ke at

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 79-Tiba

    Semuanya berjalan sesuai dengan rencana Ryan dan Naomi. Mereka berenam akhirnya berhasil pergi berlibur tanpa dampingan para Ibu itu. Mereka pergi ke sebuah kota yang memang terkenal sebagai tempat wisata. Di kota itu, ada daerah yang masih memiliki suasana sebuah desa, yang masih asri dan tidak begitu ramai. Salah satu alasan Ryan memilih tempat itu, tentunya untuk kenyamanan Barra, Sang Idola. Ryan tidak mau membuat Barra merasa tidak nyaman, apalagi melihat kondisinya sekarang. 14.50 “Woah! Sudah lama sekali, aku tidak datang ke tempat seperti ini. Udaranya terasa masih begitu segar. Suasananya begitu nyaman dan tenang.” Ujar Naomi, Sang Anak Kota. “Em benar, Kak. Suasana di sini benar-benar membuat hati merasa tenang. Seketika, aku merasa bebanku seperti hilang.” Ucap Alessa, mendukung perkataan Naomi barusan.

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 78-Jangkar

    “Bu, aku pamit pulang sekarang, ya. Aku mau bersiap untuk berangkat kerja.” Ujar Erin kepada Ibu. “Iya, hati-hati… Eh iya! Ingat-ingat semua pesan yang Ibu bilang padamu tadi, ya. Minyak goreng, jangan lupa sampai lupa dibeli.” Ujar Ibu. “Iya, siap Bu!” Jawab Erin, sambil bergegas melangkah ke arah pintu. “Eh Rin! Biar Kakak antar. Aku juga sekalian ingin pamit untuk pulang sekarang. Bi, benar-benar tidak apa, bukan?” Ujar Kak Rio, yang baru saja keluar dari kamar Barra. “Iya, tidak apa-apa, Rio. Lagipula, jika kamu di sini, apa yang mau kamu lakukan? Lebih baik, kamu tetap bekerja saja. Barra biar Bibi yang urus.” Jelas Ibu. “Iya, Bi. Aku percayakan Barra kepada Bibi, ya. Terima kasih banyak. Kalau begitu, Erin pamit pe

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 77-Rencana

    Barra dan Erin, keduanya sudah tiba di restoran, tempat Bi Trisha mengundang kami semua. Meja yang kami pesan terletak di bagian rooftop restoran itu. Sehingga, kami melihat keberadaan mereka dari gedung sebelah, yang merupakan sebuah penginapan. Kami menyewa ruangan itu, hanya untuk membuktikan dugaan kami akan hubungan Barra dan Erin. Beberapa menit pun berlalu, Erin dan Barra masih tampak canggung dan tidak berbicara satu sama lain, sehabis sapaan mereka di awal mereka datang. “Lihat, bukan?? Aku sudah bilang hubungan mereka sempat merenggang karena rumor kencan itu. Lihat! Sikap mereka tidak tampak seperti biasanya, bukan?” Ujar Ryan, yang mulai senang karena bisa membuktikan perkataannya. “Hmm iya… sepertinya aku mulai yak

  • Hidup Rata Yang Mulai Bergelombang   Bab 76-Petunjuk

    Kondisi kesehatan Barra sudah benar-benar pulih, setelah peristiwa kecelakaan itu. Dia mulai kembali disibukkan dengan berbagai aktivitasnya di dunia hiburan. Namun, Kak Rio mulai menyadari bahwa sikap Barra tampak aneh akhir-akhir ini. Fisik Barra memang telah kembali sehat, tapi Kak Rio ragu dengan kesehatan mentalnya. “Bar, ada apa sebenarnya denganmu? Mengapa kamu sering terlihat melamun dan tidak fokus akhir-akhir ini? Apa ada masalah? Apa ada hal yang mau kamu ceritakan kepadaku?” Tanya Kak Rio, dengan ekspresi penuh kekhawatiran. “Hah? Ah tidak. Aku tidak apa-apa.” Jawab Barra. “Tidak apa-apa, bagaimana!? Di acara musik kemarin, di saat waktunya kamu mulai bernyanyi, kamu malah hanya terdiam membeku di panggung. Lalu, saat syuting tadi, di saat kamu seharusnya berpelukan dengan lawan mainmu, kamu malah men

DMCA.com Protection Status