Home / Rumah Tangga / Hidup Bersama Yang Tak Terduga! / Bab 104 - Langkah Selanjutnya

Share

Bab 104 - Langkah Selanjutnya

Author: MeowMoe
last update Last Updated: 2023-12-29 14:35:25
♡Keysa Andini♡

“Jadi tidak ada satupun dari kalian yang tahu tentang Camila?” keluhku, sembari menatap beberapa orang di hadapanku. Di antara mereka ada Jason, Bu Ros sebagai kepala pelayan, Pak Jan yang merupakan kepala pemeliharaan taman dan bangunan, Pak Jaya yang bertanggung jawab pada kebersihan, Lintang yang merupakan kepala keamanan, dan tentu ada Sofi yang merupakan penanggung jawab dari mereka semua.

Tidak mendapatkan jawaban dari rasa penasaranku, aku kembali menghubungi Steven —yang baru saja ku ketahui dari Jason jika ia sekarang sedang berada di Jakarta—, namun panggilanku lagi-lagi terhubung ke kotak suara ponselnya.

‘Dia bahkan mematikan ponselnya. Apa dia takut kalau pesan yang kukirim selama berada di hutan sana masuk padanya? Tsk, dia takut jika aku berpikir bahwa dia tidak sedang berada di hutan? Ya… ya… ya… ralat, dia memang tidak di hutan sekarang! Oh… apa dia sedang bermain rahasia seperti kisah para suami yang seringkali kudengar?’

“Dia sebenarnya ke mana sih? Ma
MeowMoe

Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3 Kalau berkenan follow I6 author ya : @meowmoe21 @_meowmoe_

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 105 - Situasi Genting

    Setibanya di Jakarta aku meminta Anto, yang mengemudikan mobil kami, untuk membawa kami pergi ke rumah ayahku. Setelah tidak mendapatkan penjelasan apa pun dari Jason, aku teringat pada Nina yang mungkin saja tahu sesuatu. Jika dugaanku benar maka—“Ada apa?” tanyaku saat mobil yang dikemudikan Anto perlahan menepi setelah mendapat perintah dari Lintang, membuatku merasa tidak enak hati. Padahal hanya tinggal berbelok saja kami akan tiba di halaman rumah ayahku.“Nyonya, tolong menunduk,” pinta Sofi yang kemudian dengan gelisah memperhatikan keadaan di sekeliling mobil yang kami kendarai.“Ya? Apa yang— Astaga!” Aku langsung memalingkan wajah saat melihat ada seseorang tergeletak di depan gerbang dengan bersimbah darah. “Apa yang terjadi? Apa ada keributan?” tanyaku panik sembari menyusutkan posisi dudukku, tidak menuruti apa yang Sofi katakan.Pemandangan itu memang membuatku langsung gemetar ketakutan, tapi aku penasaran juga dengan apa yang sedang terjadi hingga aku merasa harus mel

    Last Updated : 2023-12-29
  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 106 - Antara Terkaan Dan Fakta

    “Sofi, bisa kau beritahu apa yang Steven dan Nina bicarakan malam itu? Kau tahu kalau ini darurat, kan? Kau tidak bisa merahasiakannya lagi dariku,” pintaku pada Sofi setelah sambungan telepon antara aku dan Steven berakhir.Setelah melihat dirinya seperti memaksa senyum, Sofi menghela napas sebelum menjawab pertanyaanku, “Sebenarnya kami tidak tahu apa yang Tuan dan Nina bicarakan, Nyonya. Kami hanya diminta menjaga rahasia dari Anda. Tuan meminta kami untuk tidak memberitahu Anda jika Tuan dan Nina malam itu meminta kami meninggalkan mereka agar dapat berbicara berdua saja.”“Apa?!”“...”“Ah..., dia mungkin tidak ingin aku salah sangka dan cemburu?”“Ya. Nyonya.”“Berarti dugaanku mungkin benar. Bagaimana menurutmu, Sofi?”Sofi mengangguk sebelum menjawab, “Saya juga berpikir seperti yang Anda pikirkan.”“Haaahhh…” Aku menghela napas panjang setelah meyakini apa yang sudah kupikirkan selama dalam perjalanan dari Kalimantan ke Jakarta.“Kemungkinan besar memang seperti itu, kan?”Aku

    Last Updated : 2023-12-30
  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 107 - Otak Penculikan

    “Kau terluka? Siapa yang melakukannya?” Tanya Steven sambil memperhatikan salah satu kakiku.“Bukan siapa-siapa, aku hanya terjatuh. Aku baik-baik saja, ini sudah diobati kok.”Steven sepertinya tidak senang melihat kakiku yang dibaluti perban. Dia langsung berpaling menatap Lintang seperti hendak memarahinya, membuatku akhirnya berbicara kembali untuk mencegahnya, “Alam yang melakukannya. Ada badai besar di hutan sana dan aku terpeleset saat berlari. Kalau mau marah, marahlah pada alam.”“...”“...”“...Be-begitu…”Agak kesal dengan tanggapannya, aku berpaling dan melihat Sofi sedang berusaha menahan tawa. Aku pun berkedip padanya.Setelah melepas rindu dengan pelukan yang sangat singkat itu, Steven membimbingku masuk ke dalam rumah dan mengajakku duduk di ruang keluarga —tempat aku dan Nina bercengkrama saat terakhir kali kami bertemu seminggu yang lalu.Steven meminta maaf lagi padaku sebelum menjelaskan ke mana ia pergi selama beberapa hari terakhir. Ternyata ia sengaja melakukanny

    Last Updated : 2023-12-31
  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 108 - Lokasi Keberadaan Nina

    “Walau begitu tetap saja Nina dalam bahaya, kan?”“Tidak juga. Sebenarnya aku sudah tahu kalau suatu saat dia pasti akan menculik salah satu di antara kau atau Nina.”“A-apa?!”“Maafkan aku. Tapi memang begitulah keadaannya.”“Kenapa kau baru memberitahuku?” Aku langsung menoleh ke arah Sofi setelah mengajukan pertanyaan pada Steven.“Sofi tidak tahu. Aku merahasiakannya dari siapa pun kecuali dari Jason yang diam-diam membantuku untuk menyelidiki mereka dengan peralatan canggih milik tentara bayarannya.”“Astaga. Jadi kau tahu jika aku dan Nina akan berada dalam bahaya?”“Maafkan aku…”Aku tidak menanggapi lagi permintaan maafnya. Ingin rasanya aku marah saat mengetahui jika dia tahu bahwa aku dan Nina akan dalam bahaya. Tapi setelah memikirkan apa penyebabnya, aku mulai bisa memaklumi pemikirannya. Untungnya aku masih diam tidak langsung menanggapi dengan kemarahan, tidak seperti kebanyakan orang yang ku kenal, mengumpat terlebih dulu lalu menyesal kemudian. Ada gunanya juga kebiasaa

    Last Updated : 2024-01-01
  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 109 - Memulai Rencana

    “Biarkan aku ikut,” kataku lagi, saat tidak ada seorangpun dari mereka yang merespon permintaanku sebelumnya.Setelah itu barulah mereka menatapku dengan hampir bersamaan —aku juga mendengar helaan napas pelan dari mereka semua seakan sudah bisa menebak jika aku akan mengatakan apa yang baru saja kuucapkan.Sofi, Lintang, dan Cakra kemudian menoleh ke arah Steven seakan menanti keputusan apa yang akan tuannya ambil.‘Saat sedang mengatur strategi tadi, mereka kan tidak membahas akan mengantarkanku ke mana. Tidak mungkin aku tinggal di sini, kan? Bukankah akan lebih baik jika aku ikut?’Bukan maksudku ingin ikut langsung ke garis terdepan, tengah, ataupun di belakang mereka, aku hanya ingin berada di garis yang benar-benar terbelakang. Maksudku berada di paling belakang. Yah… itu hanya menurutku sih karena aku juga tidak tahu apa memang ada istilah seperti itu, tapi apapun istilahnya, yang ku maksud adalah di titik terjauhnya, itu saja.Lagian aku kan tidak seberani itu juga, makanya ak

    Last Updated : 2024-01-02
  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 110 - Menyusup Ke Sarang Musuh

    “Bukankah kau terlalu mencolok dengan pakaian itu?” Aku menggerakkan kepala menunjuk ke arah pakaian pantai yang dikenakan pria berkacamata itu sebelum duduk di sebelahnya.“Oh ayolah, ini kemeja keberuntunganku,” Jacob tertawa menanggapi komentarku.Jacob adalah orang kepercayaan Jason, juga sahabat baiknya sejak kecil. Jason sengaja mengirimnya karena kebetulan sedang berposisi dekat dengan kota ini —karena Jason masih berada di mansionku jadi dia hanya memantau segalanya dari sana.“Ternyata kau masih ingat minuman kesukaanku, kau manis sekali,” ledek Jacob sebelum akhirnya tertawa dan menegak minumannya hingga tersisa setengah botol.Aku mendengar suara tawa terbahak di telingaku —siapa lagi kalau bukan Jason. Andai dia sekarang ada di depanku, aku ingin sekali memukulnya karena sudah mengejekku seakan aku sedang berkencan dengan Jacob.Memahami arti tawa Jason —yang juga didengarnya dari earphone— Jacob kembali tertawa sembari memukulkan botol minumannya pada botol yang ada di tan

    Last Updated : 2024-01-03
  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 111 - Menghadapi Otak Penculikan

    ‘Bedebah!’Aku tidak langsung merespon sapaan Robi Mochtar. Perhatianku tertuju pada sosok yang berada di tengah kolam renang. Nina.Tubuhnya terikat dan terendam dalam air kolam hingga sebatas dadanya, entah sudah berapa lama dia ditempatkan di sana, tapi kemudian aku akhirnya bisa memperkirakan dia mungkin sudah berada di sana tidak cukup lama. Terlihat dari tubuhnya yang tidak tampak menggigil kedinginan —setidaknya itu sedikit melegakan.Setelah memastikan keadaan Nina —dengan sudah berusaha untuk mengabaikan Nina yang menatapku dengan putus asa sembari berusaha berteriak dalam keadaan mulutnya yang terikat— barulah aku berpaling pada Robi Mochtar dan tersenyum sinis padanya.“Kau sangat memalukan. Bagaimana bisa orang yang terkenal di organisasi bawah sepertimu memperlakukan wanita seperti ini? Persis seperti seorang pengecut,” ucapku berlagak tenang, padahal sedang berusaha menahan kemarahan dan menahan diri untuk tidak ceroboh dalam mengambil tindakan. Sebenarnya aku ingin seger

    Last Updated : 2024-01-04
  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 112 - Tiap Pukulan Yang Berarti

    “Akan ku turuti maumu setelah kau mengeluarkannya dari kolam,” sahutku, dan ia merespon permintaanku dengan siulan riang.Ia kemudian memerintah anak buahnya —yang sebenarnya sedang menarik Nina dari dalam kolam memanfaatkan tali tambang yang terikat di tubuh Nina— agar melakukan pekerjaannya dengan lebih cepat.“Heh, bocah… jangan lupakan senjatamu,” kata Robi Mochtar yang akhirnya menyadari jika Jacob masih belum membuang senjata di tangannya karena perhatiannya terlalu fokus kepadaku.“Bolehkah aku hanya membuang pelurunya saja? Ini senjata favoritku, harganya sangat mahal,” Jacob mengelus senjatanya seakan sangat menyayangi benda itu. “Lihat, sudah habis. Kosong,” katanya lagi mengayun-ayunkan senjatanya setelah mengosongkan peluru yang tersisa.“Tsk, dasar bocah! Tendang semua pelurunya ke dalam air!” umpatnya pada Jacob.Aku sebenarnya hendak tertawa saat melihat tingkah Jacob barusan, ia benar-benar seperti seorang anak kecil yang tidak ingin kehilangan mainan kesayangannya. Tap

    Last Updated : 2024-01-05

Latest chapter

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Thank You

    Hai, Reader… Author mengucapkan terima kasih banyak dengan sepenuh hati atas kesabarannya saat menantikan setiap episode lanjutan selama dua bulan ini. Semua dukungan, komentar dan ulasan yang sudah kalian berikan adalah penyemangat bagi Author ketika menyelesaikan keseluruhan cerita ini, tentu saja itu sangat berarti dan tak akan pernah terlupakan. Terima kasih yang tak terhingga untuk semua Reader di mana saja berada, yang sangat Author kasihi, karena tetap setia meluangkan waktu dan segalanya untuk membaca karya pertama Author hingga di akhir cerita. Walau sebenarnya cerita ini masih sangat jauh dari kata sempurna, Author berharap semoga novel “Hidup Bersama Yang Tak Terduga!” dapat tetap melekat dan memberikan kesan di hati para Reader. Akhir kata, dengan tak henti-hentinya Author berterima kasih kembali kepada semua Reader yang tetap bersedia meluangkan waktu menemani dan memberikan semangat baik berupa dukungan vote, komentar, dan ulasan di karya-karya Author yang berikutnya.

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 130 - Bersyukur

    “Hais… bisakah tidak mengatakannya selantang itu?” protesku pada Bertha.Bukannya aku pelit, hanya saja pertanyaannya tadi membuat sekumpulan ibu-ibu penggosip yang sejak tadi sibuk menjelek-jelekkan salah satu teman mereka —yang sepertinya tidak sedang ikut berkumpul dengan mereka—, sekarang menoleh ke arahku.Bertha dan Karin tertawa terbahak melihat reaksiku, aku tahu mereka sengaja melakukannya karena merasa kesal dengan obrolan ‘tinggi’ ibu-ibu sosialita itu, terutama saat membicarakan teman mereka yang sepertinya hidup dalam kesusahan.“Kalau begitu akan saya panggilkan manajer di sini untuk memberikan pelayanan spesial untuk Anda, Nyonya,” kata Nayla yang kemudian berdiri dan membungkukkan tubuhnya ke arahku sebelum beranjak pergi menuju meja pemesanan.‘Mereka semua gila, aku kan belum bilang bawa atau tidak, malah sudah seyakin itu.’Tidak lama sang manajer datang bersama dengan Nayla dan membawakan daftar menu eksklusif kepada kami semua.Aku menyerahkan black card dari dompe

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 129 - Berkumpulnya Geng Semenjana

    “Cuma dia pria terbaik di antara banyaknya pria yang mendekatiku,” jawab Nina malu-malu.Aku ingat siapa Adrian, pria yang akhirnya berhasil memikat hati dan menikahi Nina. Dia adalah pria yang pernah Nina acuhkan dulu saat beberapa kali berkunjung ke rumah ayahku. Meskipun pernah diabaikan oleh Nina selama hampir dua jam, ternyata perasaannya pada Nina tetap tidak berubah.Aku benar-benar tidak menyangka jika Adrian masih menyimpan perasaannya pada Nina selama bertahun-tahun, dia memang luar biasa gigih.‘Hmmm… Steven juga sama seperti itu, menyimpan perasaan selama bertahun-tahun.’Adrian adalah pria yang baik dan sopan. Dia juga orang yang mandiri dan sudah memiliki pekerjaan begitu lulus dari kuliah —sebagai pekerja kantoran pada umumnya.Nina dulu menganggap Adrian sangat kurang dalam hal ketampanan hingga tidak menanggapi pernyataan cintanya. Tapi, jika diperhatikan sungguh-sungguh, sebenarnya Adrian pria yang manis, bersih, juga rapi.“Lagian memang karena Kak Steven selalu berh

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 128 - Pengusaha Sukses

    “Apa kabar, Ayah?” tanyaku pada ayahku yang sedang mengajari Chloe memasang umpan di mata pancingnya.“Seperti yang kau lihat, keadaan ayah luar biasa baik,” jawabnya sembari merentangkan kedua tangan dan memintaku datang mendekat untuk memeluknya. “Bagaimana denganmu, apa kau tidak lelah melakukan perjalanan jauh dengan perut besar seperti ini?”“Aku memang sedikit lelah, tapi aku juga merindukan kalian. Mulai minggu depan hingga waktu lahiran tiba, aku akan istirahat dan tidak berkunjung ke sini untuk sementara waktu,” jelasku padanya.Hanya itu yang kami bicarakan karena Chloe sudah memintanya lagi untuk melanjutkan mengajarinya memasang umpan di mata pancing.“Itu cacing, kan? Apa tidak ada umpan buatan? Kalau tidak salah aku pernah melihat orang menjual umpan buatan,” protesku merasa geli melihat cacing yang Chloe pegang dengan berani.“Bagaimana kami bisa membelinya? Kau pikir Olly dan keluarganya membuka toko perlengkapan memancing di sini?” sahut ayahku sembari melambaikan tang

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 127 - Pulang Kampung

    “Hore… pesawat… pesawat…” Sorak Chloe sambil bertepuk tangan begitu kami tiba di bandara.Saat ini kami sekeluarga akan bepergian ke kampung halaman Steven, tentu saja ke Kota Green Borneo yang menarik hati. Kami memang sering sekali ke sana. Jika ku hitung-hitung, hampir setiap minggu kami pergi ke kota itu atas permintaanku karena aku sangat menyukai rumah panggung yang ada di sana.Omong-omong soal rumah panggung, ayahku dan ibu tiriku —atau ibu mertuaku?— sudah dua tahun ini tinggal di rumah yang dihadiahkan ayah mertuaku untuknya. Yah, ayahku memang sangat pemaaf, dia tetap mencintai istrinya walau dulu pernah disakiti.“Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, kita harus membuka hati untuk memaafkan dan memberikan kesempatan kedua kepada siapa saja yang sungguh-sungguh menyesali perbuatannya,” kata ayahku kala itu, ketika aku merasa bingung bagaimana harus bersikap pada Camila yang merupakan ibu tiri sekaligus ibu mertuaku juga karena dia adalah ibu kandung Steven.Steven s

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 126 - Chloe Ophelia Steve

    “Chloe…, ada lihat ponsel Mama?” seruku sembari menuruni tangga dari lantai atas ke arah gadis mungil yang sedang asik bermain mobil-mobilan bersama Leon —putra Sofi dan Lintang.‘Oh astaga, boneka kembali terabaikan,’ aku memungut boneka yang tergeletak begitu saja di ujung tangga dan membawakannya pada Chloe.“Chloe Ophelia Steve,” ucapku menyebut namanya dengan lengkap karena merasa gemas pada kesukaannya yang selalu saja memainkan mobil-mobilan dan juga robot-robotan milik Leon. Aku menyerahkan boneka kelinci itu ke arah tangannya, “Ada lihat ponsel mama?”Chloe menghentikan permainannya dan menunduk memperhatikan boneka kelinci yang ada di tangannya. Ia lalu mendudukkan kelinci itu di sofa yang ada di belakangnya, “Rabbit lelah, istirahat dulu,” sahutnya mengabaikan pertanyaanku.Bukan tanpa alasan jika aku menanyakan dimana ponselku pada anak umur 4 tahun ini. Bagaimana tidak, hampir semua barang-barangku berpindah dari tempatnya. Lipstik ku pernah tersimpan di kulkas olehnya, is

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 125 - Bantuan

    “A-apa yang ingin kau lakukan?” Aku buru-buru menggeser tubuhku menjauhi Sonya yang sudah duduk di sampingku sambil mengangkat pisau ke dekat dadanya.“Nyonya Steve. Saya ingin bertanya pada Anda. Jika saya menolong Anda, apa Anda akan membantu saya?”Pertanyaan Sonya sempat membuatku tertegun sejenak sebelum akhirnya bisa menanggapi dengan gugup, “Y-ya? Apa maksudmu?” tanyaku balik, sembari memperhatikan sorot matanya yang tampak putus asa.“Jika Anda berjanji melepaskan saya dari bertanggung jawab atas penculikan kali ini, saya akan membantu Anda meloloskan diri dari sini.”Aku terdiam sejenak, merasa heran dengan kata-kata yang terdengar seperti sebuah permintaan itu.“Kita sepakat. Aku tidak akan menuntutmu jika kau melepas… Maksudku, membantuku pergi dari sini,” dengan cepat aku memberikan jawaban setelah mendengar suara tembak menembak yang semakin intens di bawah sana.“Bukan cuma menuntut. Tolong berikan jaminan pada saya agar keluarga Steve tidak menghancurkan hidup saya karen

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 124 - Psikopat

    ◇Sofia Jørgensen◇Aku dan Cakra langsung pergi menuju lokasi penyekapan Nyonya Steve yang Jason berikan pada kami, sementara Tuan Steve dan timnya akan menyusul menggunakan helikopter yang sedang dikirimkan pasukan kami pada mereka.Walau aku memiliki tingkat kekhawatiran yang sama seperti saat Nyonya kami diculik untuk pertama kalinya dulu, namun kali ini aku tidak mengkhawatirkan nyawanya. Berbeda dengan saat pertama kali dulu, kali ini kami sudah mengetahui siapa dalang penculikannya.Jika Nyonya berada dalam tangan Duncan Wise, kemungkinan Nyonya untuk mati sangatlah kecil karena Duncan memiliki kelemahan pada wanita cantik dan kami merasa sangat bersyukur atas ‘kekurangannya’ itu. Tidak ada di antara kami yang tidak tahu jika Duncan sangat menyukai wanita, terutama wanita secantik Nyonya kami.‘Aku juga yakin kalau Nyonya tidak akan tinggal diam andai Duncan Wise ingin melecehkannya,’ pikirku, tahu kalau Nyonya kami sebenarnya cukup menakutkan saat sedang marah.“Jangan lewati jal

  • Hidup Bersama Yang Tak Terduga!   Bab 123 - Amukan Singa Betina

    ♡Keysa Andini♡“Lepaskan aku brengsek!”Aku mengumpat sambil terus berusaha melepaskan kedua tanganku dari genggaman Duncan yang sedang berusaha menjilat wajahku lagi setelah usaha pertamanya tadi hampir saja berhasil.Awalnya, aku memang ingin berusaha untuk tetap tenang —sambil memikirkan cara mengetahui lokasi keberadaanku saat ini untuk membantu Steven agar dapat lebih mudah menemukanku— dan bermaksud memengaruhi Duncan dengan menggunakan gaya Sofi berbicara pada setiap lawan bisnisnya. Tapi, setelah diperlakukan seperti ini, niat itu pun pada akhirnya langsung kulupakan.Wanita mana yang akan diam saja saat tahu dirinya hendak dilecehkan?Tentu saja aku langsung mengerahkan seluruh tenaga untuk menjauhkan Duncan dari atas tubuhku. Sialnya, tubuh Duncan yang gemuk dan tenaganya yang sangat kuat membuatku tak berdaya.Walau beberapa seranganku sempat berhasil mengenai wajahnya —saat ia membebaskan salah satu tanganku untuk merobek baju atasanku—, pada akhirnya dia menangkap tanganku

DMCA.com Protection Status