Share

32. Masa Depan yang Tidak Pasti

Malam itu, hujan turun dengan deras, menciptakan irama yang menenangkan di atap rumah mereka yang sederhana. Nadia duduk di ruang tamu, matanya menatap jendela, mengikuti jejak tetesan air yang mengalir di kaca. Hatinya merasa lega setelah semua yang telah terjadi, tetapi bayang-bayang masa depan yang tidak pasti tetap menghantui pikirannya.

Raka masuk ke ruang tamu, membawa secangkir teh hangat untuk Nadia. “Ini untukmu,” katanya dengan senyuman lembut.

Nadia menerima cangkir itu dengan tangan yang sedikit gemetar, bukan karena dinginnya malam, melainkan karena perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. “Terima kasih, Raka,” jawabnya dengan suara yang hampir berbisik.

Mereka duduk bersebelahan di sofa, menikmati kehangatan teh yang meresap ke dalam tubuh mereka. Keheningan di antara mereka bukanlah keheningan yang canggung, melainkan sebuah momen di mana keduanya merenungkan segala yang telah mereka lalui.

"Aku tahu ini tidak akan mudah," kata Raka tiba-tiba, suaranya terdengar tegas me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status