Beranda / Romansa / Hidden Truths of My Husband / 22. Tekanan yang Terus Meningkat

Share

22. Tekanan yang Terus Meningkat

Penulis: AdByt3
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-25 21:45:04
Malam itu, Nadia duduk di ruang tamu rumahnya, perasaan tertekan yang semakin mendalam setelah pertemuan tadi pagi dengan ayahnya, Pak Surya. Dia memandang keluar jendela, menatap langit malam yang gelap dengan hati yang terasa berat. Setiap kata yang diucapkan ayahnya, setiap ekspresi kecewa, terus berputar dalam pikirannya. Dia merasa seperti terjebak dalam labirin yang tak ada ujungnya, di mana setiap jalan hanya mengarah pada rasa sakit dan ketidakpastian.

“Alya,” Nadia memanggil adiknya yang baru saja masuk ke rumah setelah seharian di luar. Alya, yang selalu menjadi pendukung setianya, melihat ke arah Nadia dengan penuh perhatian.

“Ada apa, Mbak?” Tanya Alya sambil mendekat dan duduk di samping Nadia. Melihat ekspresi wajah Nadia yang cemas, Alya bisa merasakan betapa mendalamnya beban yang dipikul kakaknya.

Nadia menghela napas panjang, suaranya hampir terdengar seperti bisikan. “Aku merasa seperti terjebak, Alya. Tekanan dari keluarga semakin besar, dan aku tidak tahu harus bag
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hidden Truths of My Husband   23. Kesetiaan yang Diuji

    Hari-hari terasa semakin berat bagi Nadia. Ketegangan dan tekanan yang datang dari keluarganya, terutama dari Bu Retno dan Pak Surya, tidak kunjung reda. Hinaan dan kritik terus-menerus mengguncang ketenangan hidupnya, dan Nadia merasakan setiap kata seperti tusukan yang mendalam. Meskipun demikian, dia tetap teguh pada keputusan untuk mempertahankan pernikahannya dengan Raka, tetapi itu tidak berarti bahwa hatinya tidak sedang diuji.Suatu sore, saat Nadia sedang membersihkan rumah, teleponnya berdering. Melihat nama yang tertera di layar, Nadia merasakan campuran rasa rindu dan kekhawatiran. Itu adalah Maya, teman lama dari sekolah. Mereka sudah lama tidak bertemu, dan Nadia tidak yakin apa yang ingin dibicarakan Maya, terutama di tengah situasi yang sudah sangat menegangkan ini.“Nadia, sudah lama sekali kita tidak berbicara,” kata Maya begitu telepon diangkat. Suaranya penuh kehangatan, tetapi Nadia bisa merasakan nada prihatin di balik kata-katanya.“Iya, Maya. Ada apa?” Nadia ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Hidden Truths of My Husband   24. Raka Mulai Menjauh

    Hari-hari terasa semakin muram bagi Nadia. Meskipun matahari terbenam dengan indah setiap malam, tidak ada keindahan itu yang mampu menghibur hatinya yang gelisah. Raka, suaminya, mulai menjauh. Perubahan itu sangat halus pada awalnya, tetapi Nadia bisa merasakannya dengan jelas. Ketenangan yang biasanya menyelimuti mereka di rumah kini terasa berat dan penuh ketegangan.Nadia mengamati Raka dari sudut ruang tamu saat suaminya duduk di sofa, matanya fokus pada ponsel yang berada di tangannya. Raka tampak seolah sedang berusaha menenggelamkan diri dalam sesuatu yang membuatnya sibuk, menghindari kontak mata. Hal ini berbeda jauh dari Raka yang dulu, yang selalu penuh semangat dan perhatian.Suatu malam, setelah Raka pulang terlambat lagi tanpa penjelasan yang memadai, Nadia memutuskan sudah saatnya untuk menghadapi suaminya. Dia menunggu hingga Raka meletakkan tasnya di sudut ruangan, melepaskan jasnya dengan gerakan yang terburu-buru. Nadia mengambil napas dalam-dalam sebelum memulai

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Hidden Truths of My Husband   25. Mimpi Buruk

    Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya, seolah langit menghembuskan kegelapan yang lebih pekat daripada malam-malam lainnya. Nadia terjaga dari tidurnya dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi dahi dan lehernya. Dia memandang sekeliling kamar yang sunyi, merasa tertekan oleh kepulan ketakutan yang masih mengganggu pikirannya. Mimpinya, meskipun tampaknya tidak lebih dari sekadar ilusi malam, memberikan dampak yang mendalam.Dalam mimpinya, Nadia melihat Raka terjebak dalam kegelapan yang menyesakkan. Dia berdiri di tengah ruangan yang sepi, dikelilingi oleh sosok-sosok yang tidak jelas dan tampak berbahaya. Mereka bergerak perlahan, mendekati Raka dengan tatapan penuh ancaman, sementara Raka tampak kebingungan dan putus asa. Nadia berusaha untuk berteriak, tetapi suaranya tertahan, dan dia hanya bisa menyaksikan dalam ketidakberdayaan.Saat dia kembali ke kesadaran, Nadia merasa hatinya berdegup kencang. Dia duduk di tepi tempat tidur, mencoba mengumpulkan kembali k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Hidden Truths of My Husband   26. Kabar Teman Lama

    Nadia duduk di ruang tamu rumahnya yang tenang, memandang jendela dengan pikiran yang terusik. Hujan yang turun di luar seolah mencerminkan kegundahan hatinya. Suara pesan masuk di ponselnya mengalihkan perhatian Nadia dari lamunannya. Dia meraih ponselnya dan melihat nama Maya, teman lamanya, muncul di layar."Hey, Nad, aku ingin memberitahumu sesuatu," bunyi pesan itu. Nadia mengernyit, jarang sekali Maya menghubunginya. Penasaran, dia segera membalas, "Apa kabar, May? Ada apa?"Tidak lama kemudian, ponsel Nadia bergetar lagi, dan dia membaca pesan yang masuk. “Aku baru saja melihat Raka di sebuah kafe di pusat kota. Dia bersama seorang pria yang tampak berpengaruh. Pertemuan mereka terlihat sangat serius, seperti sedang membahas sesuatu yang penting.”Nadia merasa dadanya sesak. Jantungnya berdegup kencang saat dia mencoba mencerna kata-kata Maya. “Kamu yakin itu Raka?” Nadia mengetik dengan tangan gemetar, berusaha menahan kegelisahan yang semakin mendesaknya.“Ya, Nadia. Aku yakin

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Hidden Truths of My Husband   27. Misteri yang Semakin Dalam

    Nadia duduk di tepi tempat tidurnya, menatap lurus ke depan, namun pikirannya melayang jauh. Kata-kata Raka tadi malam masih terngiang-ngiang di benaknya. "Aku tidak ingin kamu khawatir, semuanya akan baik-baik saja." Tapi bagaimana mungkin ia bisa tidak khawatir? Raka yang biasanya selalu terbuka, kini seolah memasang tembok yang tak dapat ditembus. Ada rahasia besar yang ia simpan, dan ketidakpastian itu semakin menggerogoti hati Nadia.Saat fajar mulai menyingsing, Nadia memutuskan untuk tidak tinggal diam. Ia tidak ingin menjadi istri yang curiga tanpa alasan, tapi rasa penasaran itu tak bisa diabaikan begitu saja. “Aku harus mencari tahu sendiri,” gumamnya pelan, namun tegas.Pagi itu, saat Raka sudah berangkat kerja, Nadia memutuskan untuk menghubungi Alya, adiknya yang selalu memahami dan mendukungnya.“Alya, bisa kita bicara? Aku butuh pendapatmu,” ujar Nadia dengan nada suara yang penuh kegelisahan.Alya, yang biasanya ceria, segera menangkap nada berbeda di suara kakaknya. “T

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Hidden Truths of My Husband   28. Tekanan dari Keluarga

    Pagi itu, sinar matahari yang seharusnya membawa kehangatan justru terasa menyilaukan bagi Nadia. Duduk di tepi tempat tidurnya, ponsel yang tergeletak di sampingnya berbunyi, menampilkan nama yang tidak asing lagi Bu Retno. Rasa was-was menghantui Nadia seiring dengan dering telepon yang terus berulang. Meski dia tahu apa yang akan dibicarakan ibunya, Nadia tetap mengangkat telepon itu."Bu?" Suara Nadia terdengar lembut, namun ada kekhawatiran yang menyertainya."Nadia, apa kabar?" suara Bu Retno terdengar tajam, seperti biasa. Setelah sedikit berbasa-basi, percakapan mulai mengarah ke topik yang sudah sering kali dihindari Nadia—pernikahannya dengan Raka."Nadia, sampai kapan kamu akan bertahan dalam pernikahan ini? Ibu tidak mengerti apa yang kamu lihat dari Raka. Dia tidak punya apa-apa untuk ditawarkan, bahkan kejujuran pun tidak." Suara Bu Retno terdengar semakin tegas dan penuh kritik."Ibu, Raka adalah suami yang baik. Dia bekerja keras untuk kami," jawab Nadia dengan lembut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Hidden Truths of My Husband   29. Keputusan Berat

    Malam itu, Nadia duduk di tepi ranjang, memeluk lututnya, mencoba meredam gemuruh di hatinya. Langit di luar gelap gulita, seakan ikut menyembunyikan apa yang sedang dipikirkan Raka. Dia tidak bisa tidur, pikirannya terus-menerus berkecamuk pembicaraan dengan ibunya, sikap Raka yang semakin sulit dipahami, dan tekanan yang terus menghimpitnya dari segala arah. Nadia mencintai Raka, tapi semakin hari, ketidakpastian ini membuatnya terjebak dalam ketakutan yang tak berujung.Raka memasuki kamar mereka dengan langkah pelan. Tatapannya sayu, penuh beban yang tak terucapkan. Dia menghampiri Nadia, duduk di sampingnya tanpa berkata sepatah kata pun. Nadia tahu, ini saatnya. Tidak ada lagi waktu untuk menghindar dari kenyataan. Dia perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi, apapun itu.“Raka,” panggil Nadia pelan, namun dengan nada yang tegas. Raka menoleh, menatap istrinya dengan mata yang tampak lelah.“Aku tidak bisa terus seperti ini,” lanjut Nadia. “Aku butuh kepastian. Jika ada sesuatu ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Hidden Truths of My Husband   30. Pengakuan Raka

    Pagi itu, sinar matahari menembus tirai jendela kamar, membangunkan Nadia dengan lembut. Hari libur yang diharapkannya penuh dengan kedamaian ternyata membawa beban pikiran yang tak terduga. Raka, suaminya, duduk di sampingnya dengan ekspresi serius yang jarang terlihat. Ia menarik napas dalam, seolah-olah bersiap mengungkapkan sesuatu yang selama ini disimpan rapat-rapat.“Nadia, ada sesuatu yang harus aku katakan,” Raka memulai, suaranya tenang namun penuh dengan kekhawatiran. “Selama beberapa bulan terakhir, aku telah bekerja keras bukan hanya di kantor, tapi juga mencoba membangun bisnis kecil. Aku tahu kita tidak punya banyak, dan aku ingin kita bisa memiliki kehidupan yang lebih baik.”Kata-kata itu menggantung di udara, membuat Nadia terpaku sejenak. Perasaan campur aduk menguasai dirinya. Di satu sisi, ia terkejut dengan pengakuan itu mengapa Raka tidak pernah membicarakan hal ini sebelumnya? Di sisi lain, ia merasa lega bahwa akhirnya Raka membuka diri. Namun, kebingungan pun

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30

Bab terbaru

  • Hidden Truths of My Husband   66.

    Nadia duduk termenung di kursi hotel, tatapannya terpaku pada surat yang baru saja ia temukan di meja kerja Raka. Surat itu terasa begitu berat, seperti memegang potongan terakhir dari teka-teki besar yang tidak pernah ia sadari sedang ia susun. Beberapa minggu sebelum Raka menghilang, ia menulis ini, menyisakan pesan yang begitu ambigu.Tangannya gemetar saat ia mengangkat surat itu lagi, mencoba memahami setiap kata. "Aku harus pergi, Nad. Bukan karena aku ingin meninggalkanmu, tapi karena aku tak ingin kamu terluka oleh apa yang akan terjadi."“Apa maksudnya?” Nadia berbicara pada dirinya sendiri, namun suaranya hampir tak terdengar. Otaknya dipenuhi dengan pertanyaan, tetapi tidak ada jawaban yang muncul. Apakah Raka telah mengetahui sesuatu yang ia tak ketahui? Apakah dia terlibat dalam situasi yang jauh lebih berbahaya daripada yang ia bayangkan? Atau mungkin ini hanya rasa bersalah yang menumpuk dalam dirinya? Nadia menghela napas berat, berusaha memproses perasaannya.Telepon

  • Hidden Truths of My Husband   65.

    Nadia duduk di sofa ruang tamunya, matanya menatap layar laptop yang menampilkan halaman pencarian terbuka, tetapi pikirannya melayang jauh. Berhari-hari telah berlalu sejak ia mulai bekerja dengan Zaki untuk menemukan jejak Raka, dan setiap kali hasilnya sama: nihil. Raka seolah lenyap begitu saja, meninggalkan Nadia dalam kekosongan yang semakin dalam.Zaki, teman lamanya yang kebetulan bekerja sebagai ahli forensik digital, duduk di depannya. Di tangannya, ia memegang secangkir kopi yang sudah dingin. Wajahnya menunjukkan ekspresi serius, namun tidak kehilangan semangat. "Nad," kata Zaki lembut, "jejak digital Raka benar-benar bersih. Tidak ada transaksi aneh, tidak ada login media sosial. Seperti dia benar-benar memutuskan semua hubungan dengan dunia."Nadia menghela napas panjang, menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. “Aku tidak tahu lagi harus mencari di mana, Zak. Aku sudah memeriksa setiap sudut, setiap hal kecil yang mungkin memberikan petunjuk, tapi semuanya terasa sia-si

  • Hidden Truths of My Husband   64.

    Nadia duduk di sofa kecil di sudut apartemennya, tangannya gemetar saat merapikan koper yang hampir penuh. Kepalanya dipenuhi pikiran, antara kesedihan, kebingungan, dan ketakutan. Raka menghilang tanpa sepatah kata. Meninggalkan pertanyaan yang menggantung di udara, seakan menguji kesabaran Nadia yang selama ini berusaha tegar. Apa yang sebenarnya terjadi?Terdengar ketukan pelan di pintu. Nadia menghapus air mata yang mengalir tanpa disadarinya, lalu membuka pintu dengan wajah yang berusaha tetap tegar."Maria..." Nadia tersenyum lemah melihat rekan kerjanya yang selama ini setia mendampinginya."Aku datang karena aku tahu kamu butuh teman bicara," jawab Maria, masuk ke dalam apartemen tanpa menunggu undangan. Tatapan matanya mengamati koper yang sudah siap di sebelah pintu, lalu kembali menatap Nadia dengan cemas.Nadia menarik napas panjang dan duduk kembali di sofa. "Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Rasanya seperti semua jalan tertutup. Raka pergi tanpa jejak, dan aku tidak t

  • Hidden Truths of My Husband   63.

    Nadia tertegun, ponselnya nyaris terjatuh dari tangannya. Kata-kata Alya terus bergema di kepalanya: Raka membawa koper besar, seolah-olah berencana pergi jauh. Hatinya seolah diremas keras, menambah berat beban di dada yang sudah sulit ia pikul. Raka tidak pernah meninggalkan tanda-tanda sebelumnya. Tidak ada kata-kata perpisahan, tidak ada penjelasan. Yang tersisa hanyalah misteri yang semakin menjeratnya.“Alya, kau yakin melihatnya sendiri?” tanya Nadia, suaranya hampir bergetar.“Iya, Kak. Aku sempat bertanya pada tetangga di sana juga. Mereka bilang Raka pergi pagi-pagi sekali, membawa koper besar. Tapi anehnya, dia tampak begitu tenang. Seperti dia tahu ke mana dia pergi dan tidak terburu-buru,” jelas Alya dengan pelan, mencoba menenangkan kakaknya.Nadia menghela napas panjang, mencoba memahami situasi. Raka bukan tipe orang yang bertindak sembarangan atau membuat keputusan impulsif, apalagi yang sebesar ini. Seandainya ada sesuatu yang dia sembunyikan, pasti itu sangat pentin

  • Hidden Truths of My Husband   62.

    Pagi itu, Nadia berdiri di depan cermin kamar hotelnya, menatap pantulan dirinya dengan tatapan kosong. Kepalanya penuh dengan keraguan. Telepon dari Bu Retno, ibunya, kemarin malam begitu melekat dalam benaknya. Kata-kata ibunya terus berputar di pikirannya, memintanya untuk pulang, untuk menghadapi kenyataan yang semakin mencekam. Namun, kepulangannya tidak hanya soal keluarga. Di balik alasan itu, Nadia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih besar, lebih misterius: keberadaan Raka yang tidak jelas.Saat ia mencoba mengatur napas, pikirannya beralih ke pekerjaannya. Karier yang baru saja ia bangun dari nol, yang ia perjuangkan setelah menikah dengan Raka. "Apakah aku siap mengorbankannya?" Nadia bergumam lirih, merasa cemas. Di satu sisi, ia tahu bahwa hatinya tidak akan pernah tenang sebelum ia menemukan suaminya, tetapi di sisi lain, pekerjaannya di sini adalah fondasi yang menopang hidupnya selama Raka tak ada.Perasaan ini begitu mengganggu, seolah-olah ia berdiri di tepi jurang, har

  • Hidden Truths of My Husband   61.

    Nadia duduk di meja kantornya, pandangan matanya terfokus pada layar komputer, namun pikirannya melayang jauh dari ruang kerjanya. Setiap kata yang muncul di layar terlihat kabur, tertutup oleh pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya sejak Zaki menyampaikan saran itu.“Mungkin Raka tidak benar-benar menghilang. Mungkin dia sedang mencari sesuatu.”Kata-kata Zaki berulang kali menggema di benaknya, menelusup jauh ke dalam relung hatinya yang penuh kekhawatiran. Apa mungkin Raka benar-benar sedang menyembunyikan sesuatu? Apakah ini bukan kali pertama ia merahasiakan sesuatu darinya? Pikiran itu semakin menekan perasaannya, membuat Nadia sulit untuk fokus pada pekerjaannya.“Kenapa aku tidak pernah melihat tanda-tandanya?” bisiknya dalam hati. Sebagai seorang istri, seharusnya dia bisa merasakan setiap perubahan kecil pada suaminya. Namun selama ini, ia terlalu sibuk berjuang dengan ekspektasi keluarganya dan tekanan hidup yang terus menghimpit.Nafasnya terasa berat, dan tanpa sadar

  • Hidden Truths of My Husband   60.

    Nadia duduk di tepi tempat tidur apartemennya, matanya menatap ponselnya yang bergetar. Nama Alya muncul di layar, dan ada sesuatu dalam hatinya yang tiba-tiba berdebar lebih cepat. Sudah larut malam di kota asing ini, dan Alya jarang menelepon kecuali ada hal penting. Segera, ia menggeser layar untuk menerima panggilan."Hallo, Kak Nadia," suara Alya terdengar, pelan namun penuh kecemasan."Ada apa, Alya? Kamu baik-baik saja?" Nadia segera bertanya, merasa ada sesuatu yang salah."Ini tentang Kak Raka…" Suara Alya terdengar bergetar, membuat Nadia langsung duduk lebih tegak. "Kakak harus tahu… dia menghilang."Nadia membeku sejenak. Pikiran itu menghantamnya seperti petir. "Menghilang? Apa maksudmu, Alya?" Suaranya pecah, seolah tak percaya."Dia pergi, Kak. Tak ada yang tahu ke mana dia. Sebelum dia pergi, dia hanya meninggalkan pesan singkat…""Apa yang dia tulis?" Nadia merasakan napasnya mulai pendek, dadanya terasa sesak."‘Aku

  • Hidden Truths of My Husband   59.

    Hari pertama Nadia di perusahaan startup itu penuh dengan harapan dan ketegangan. Ruangan yang dipenuhi warna-warni kain dan desain yang beragam membuatnya merasa seakan memasuki dunia baru. Begitu melangkah masuk, ia disambut dengan senyum hangat dari rekan-rekannya, yang langsung membuatnya merasa lebih nyaman."Nadia, bukan?" suara lembut menyapa dari arah kanan. Seorang wanita berambut keriting dengan riasan ceria mendekatinya. "Aku Mira, bagian desain. Selamat datang! Kita akan segera memulai proyek besar, dan aku yakin kamu akan suka."Nadia tersenyum, merasa sedikit lebih tenang. "Terima kasih, Mira. Aku sangat bersemangat!"Seiring berjalannya waktu, Nadia mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ia belajar bahwa orang-orang di sekitarnya tidak terjebak dalam pandangan sosial yang sempit seperti keluarganya. Di sini, status dan kekayaan bukanlah yang utama; ide, kreativitas, dan passion menjadi hal yang jauh lebih berharga.Selama satu minggu pertama, Nadia terlibat dalam b

  • Hidden Truths of My Husband   58.

    Pagi itu, Nadia menatap koper yang sudah tertata rapi di ujung kamar. Ruangan tampak hening, hanya suara detik jam yang terdengar. Di luar, Raka baru saja pergi, mengendarai motor tuanya menuju tempat kerja. Nadia merasakan berat di dadanya, tetapi ia tahu ini keputusan yang harus diambil. Surat yang ia tulis semalam kini tergeletak di atas meja kecil, menunggu untuk ditemukan Raka.Dengan langkah perlahan, Nadia mengambil tas jinjingnya dan berjalan keluar dari rumah yang selama ini mereka tempati bersama. Setiap langkah terasa semakin berat, namun ada sesuatu yang mendorongnya maju, sebuah dorongan untuk mencari kejelasan di luar semua kebingungan yang kini melingkupinya.Saat tiba di bandara, tangannya sedikit gemetar saat menyerahkan tiket kepada petugas. "Apakah aku benar-benar melarikan diri?" gumamnya dalam hati. Namun, suara di dalam dirinya terus mengatakan bahwa dia butuh waktu, dia butuh ruang untuk berpikir.Saat pesawat lepas landas, Nadia menatap awan putih yang membentan

DMCA.com Protection Status