Di sebuah hutan nan hijau, gemerisik daun berjatuhan. Hewan – hewan berlari ketakutan. Angin bertiup kencang menghamburkan daun – daun yang sebelumnya tergeletak di tanah. Dentuman berulang kali terdengar di wilayah itu. Seakan meteor menghujani hutan. Namun tidak ada tanda – tanda terjadinya kebakaran ataupun kekacauan di hutan. Hanya suara bergemuruh.
Sebuah pohon tiba – tiba tumbang dan menimpa pohon lainnya. Sangat kacau. Seperti itulah suasana hutan mangrove saat itu. Seperti terjadi pertarungan dahsyat yang tak kasat mata.
Sesosok pria bersorban terhempas menabrak pohon. Pakaiannya tetap bersih meskipun sudah terhempas seperti itu. Di depan pria itu, ada sosok berjubah hitam dengan sabit di tangannya. Di sekitar sosok itu, aura hitam yang seperti api menyala – nyala seakan membakar sosok itu. Pria bersorban itu lalu bangkit dan bersiap melakukan pertarungan kembali.
“Kau kubawa kesini karena aku tidak mau melibatkan manu
Leviathan tidak menyerah begitu saja. Ia masih berusaha menyerang pulau itu. Namun sekarang ia lebih fokus melawan Azazel, entitas yang menghalangi jalannya. Leviathan berenang dengan cepat mengarah ke Azazel. Matanya mulai bercahaya terang, hendak menyilaukan Azazel. Sayang sekali, Azazel tidak silau karena cahaya tersebut. Azazel ingin mencoba sedikit kekuatannya. Ia mengarahkan telunjuknya langsung mengarah pada Leviathan. Sebuah cahaya merah muncul dari ujung jari Azazel melesat ke arah Leviathan. Cahaya itu berhasil melukai tubuh Leviathan. Leviathan terkejut dengan serangan Azazel. Ia tidak menyangka kalau serangan Azazel bisa melukainya. Tubuhnya yang keras, yang menjadi kebanggaannya, bisa dengan mudah dilukai oleh Azazel. Leviathan mundur sejenak dari hadapan Azazel. Ia mengundur waktu untuk menyembuhkan lukanya.------------------------------Dagaz berada di pulau yang menjadi sasaran Leviathan. Pulau yang menjadi sentral pembangunan di negara itu. Ia berada
Di laut dalam, terjadi adegan kejar – kejaran antara Leviathan dengan kedua entitas itu. Mereka melesat cepat menuju barat diikuti pasukan Ratu Kid. Gelombang yang dihasilkan tidak tampak ke permukaan laut karena sangat dalamlah posisi mereka. Namun tetap saja hal itu memberikan efek signifikan terhadap ekosistem laut dalam. Terumbu karang yang indah rusak karenanya. Ikan – ikan terhuyung – huyung menerima gelombang air.“Kita segera harus menjauh dari sini! Sebelum dia semakin merusak ekosistem makhluk air di sini,” ajak Ratu Kid kepada Azazel. Dia tetap melaju sesekali melihat Leviathan di belakangnya.Azazel hanya mengangguk kecil sambil sedikit tertawa. Mereka berdua melaju kencang diikuti Leviathan dari belakang.Sekali lagi, Leviathan mengeluarkan gelombang dari mulutnya yang besar. Ratu Kid dan Azazel segera menghindar dari serangan itu. Mereka berpencar. Gelombang itu kembali merusak dasar laut. Ekosistem laut dalam menjadi
Untuk beberapa bulan, Herrscher, Death, Hafadzah, dan anak itu berencana tinggal sementara di pulau itu. Mereka tinggal di atas gedung seperti biasanya. Tercipta debuah dome tak kasat mata menyamarkan keberadaan mereka. Orang – orang yang menghuni gedung tersebut juga jarang mendatangi atap gedung, hanya sesekali pihak maintenance yang mengecek kondisi atap gedung. Namun orang itu tidak dapat melihat keberadaan mereka berempat. Kondisi mereka sangat aman dari keberadaan manusia – manusia di jaman itu.Seperti biasa, Herrscher mempersiapkan peralatannya. Satu persatu alatnya ia keluarkan dari kopernya yang berwarna hitam. Ketika Herrscher sibuk menyiapkan peralatannya, anak itu berjalan ke tepi atap lalu memanjat pagar.“Hati – hati! Disini sangat tinggi, angin sangat kencang. Kau bisa jatuh kalau berdiri di dinding parameter itu.” Herrscher memperingatkan anak itu.“Tidak apa – apa...” ucap anak itu yang berdiri di atas pagar atap.Angin berhembus kencang. Anak itu tidak kuat menahan
Setahun telah berlalu, Baron dan komplotannya mulai melancarkan aksinya. Dengan kekuatan media internasional yang mereka miliki, mereka menyebarkan sebuah propaganda. Dua tahun sebelumnya, mereka menciptakan suatu peristiwa dimana manusia di jaman itu dan di masa depan akan selalu teringat akan kejadian itu. Banyak korban mati akibat kejadian tersebut dan menjadi duka internasional. Kini setelah merancang prolog selama dua tahun, kini saatnya mereka mengeksekusi rencana selanjutnya.Di sebuah kediaman mewah keluarga yang sangat kaya raya. Mereka sedang berdiskusi untuk menjalankan rencana selanjutnya.“Bagaimana rencana selanjutnya?” tanya Baron kepada mereka.“Aku sudah mengirimkan perintah kepada semua media untuk memberitakan adanya senjata pemusnahan massal di wilayah itu,” jawab salah seorang wanita di sana. “Kejadian dua tahun lalu sudah cukup untuk menjadi alasan kita menyerang wilayah itu.”“Apakah kau sud
Masa ultimatum telah berakhir. Para pemberontak tidak mau menerima tawaran dari pemerintah. Pemimpin negara itu telah memberikan ijin untuk melakukan operasi militer untuk melawan mereka. Beribu – ribu tentara dan polisi akan dikirimkan untuk menempati lokasi tersebut. Suasana kota menjadi tidak kondusif.Hafadzah dan anak yang bersamanya merasa ada yang tidak beres dengan keadaan kota itu.“Apa yang Death dan Herrscher rencanakan saat ini?” tanyanya dalam hati. Ia masih memperhatikan para pasukan yang berdatangan dari luar wilayah,“Ada apa ini?” tanya anak itu kepada Hafadzah.Hafadzah segera memeluk anak itu. “Sepertinya Death dan Herrscher sedang merencanakan sesuatu.” Suasana kota menjadi lebih mencekam daripada sebelumnya.Orang – orang segera kembali ke rumah mereka masing – masing untuk mencari aman.------------------------------“Pasukan dari pemerintah sudah berdat
Penyiksaan kepada tahanan berlangsung di kawasan lainnya. Para tawanan masih saja tidak mengaku ketika para serdadu menginterogasi mereka. Herrscher kini berada di daerah lainnya yang juga dikuasai oleh serdadu pemerintah. Ia kembali mengendap – endap ke wilayah itu kemudian menyamar sebagai serdadu pemerintah di sana.“Oke, lokasi baru, rencana baru,” ucap Herrscher yang baru saja menapakkan kakinya di lokasi itu.Herrscher melihat salah satu serdadu yang membawa kamera. Serdadu itu selalu memotret setiap kejadian di sana. Herrscher heran mengapa serdadu itu justru membawa kamera, bukan membawa senjata seperti serdadu lainnya. Beberapa serdadu lainnya ternyata juga membawa kamera.Ketika melihat pria tadi sedang memotret penyiksaan terhadap para tahanan, pemimpin serdadu itu langsung menggertak pria tersebut. Pria tersebut berpakaian sama dengan serdadu lainnya. Ia mengenakan seragam loreng. Pemimpin itu mendekati pria tadi dan langsung
Kondisi saat ini sudah malam hari. Para pemberontak dan para tawanan telah tiba di markas ssetelah menempuh jarak yang jauh. Mereka beristirahat sejenak meluruskan kaki. Salah satu pria yang juga pemberontak memberikan botol minum kepada para tawanan. Tawanan itu pun menerima botol pemberian seorang pemberontak.“Mengapa kamu memperlakukan tawanan dengan baik?” tanya Herrscher kepada pria itu.“Mereka juga manusia seperti kita. Tentu kita harus memperlakukan mereka dengan baik,” jawabnya.“Dia benar. Kita ini pemberontak, tapi kita bukan iblis yang suka menyiksa. Meskipun wajah kita garang, tapi hati kita tetap harus lembut,” ucap ketua pemberontak yang mendengarkan percakapan Herrscher dan pria itu. “Seharusnya kau tahu kan kalau tujuan kita hanya ingin terbebas dari kediktatoran pemerintah?”“Tentu aku tahu,” jawab Herrscher yang tanggap akan pertanyaan itu.“Kalau sudah tahu, kenapa masih bertanya?” tanya ketua pemberontak yang mulai mencurigai Herrscher. “Kau bagian dari kami, kan
Kembali ke negara dimana Herrscher berada. Entah sudah berapa hari jurnalis yang menjadi tawanan tersebut berada di markas para pemberontak. Mereka memperlakukan tawanan tersebut layaknya manusia. Media berulang kali berusaha mencari informasi keberadaan para jurnalis itu. Melihat berita di media, pemimpin pemberontak memerintahkan juru bicaranya untuk menyampaikan bahwa memang benar jurnalis yang hilang itu telah menjadi tawanan mereka. Berita tentang jurnalis menjadi tawanan para pemberontak cepat tersebar ke seluruh negara. Keluarga dari para tawanan berulang kali menjadi sasaran para wartawan untuk dijadikan ladang berita dan artikel mereka. Pertanyaan receh tidak luput dilontarkan kepada keluarga mereka hanya untuk meningkatkan rating televisi. Bahkan sosok jurnalis tersebut dikupas tuntas seakan tidak ada berita penting lainnya. Herrscher menonton berita tersebut dari layar televisinya sambil duduk di sofa yang sangat empuk. Di dalam ruangan berdinding putih, d
Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in
Meta segera masuk ke bangunan itu untuk melihat apa yang terjadi di atap gedung. Akibat gempa tersebut, lift gedung itu tidak aktif. Ia terpaksa harus menaiki tangga darurat karenanya. Meta mencari posisi tangga darurat. Suasana dalam gedung itu sangat kacau. Orang – orang berlarian keluar karena takut akan gempa. Meta harus berdesak – desakan masuk ke dalam gedung.Meta melihat banyak orang berbondong – bondong keluar dari tangga darurat. Air sudah mulai masuk ke lantai pertama gedung tersebut. Orang – orang semakin bingung, apakah mereka harus keluar dari gedung, atau justru harus bertahan di dalam gedung. Melihat orang – orang tersebut tidak ada pergerakan, Meta semakin kesal.“Minggir!” teriak Meta sambil berusaha memecah keramaian gedung itu. Ia berhasil masuk ke tangga darurat dan melawan arus keluar manusia di dalamnya. “Minggir!”------------------------------Herrscher telah tiba di gedung yan
Pagi hari telah tiba. Gedung yang sebelumnya gelap mulai mendapatkan sedikit cahaya dari luar. Hewan – hewan malam mulai bergerak mencari tempat untuk beristirahat. Herrscher bersama Death bersiap berangkat menuju tepi laut. Suara berisik tersebut membuat Vladimir terbangun dari tidurnya dan melihat Herrscher bersiap untuk pergi. Vladimir segera menghampiri Herrscher.“Mau kemana kalian?” tanya Vladimir.“Kau disini saja, jaga Meta agar tidak kemana – mana,” perintah Herrscher.“Tenang saja, dia sedang tidur,” jawab Vladimir.Herrscher bersiap – siap berangkat. Dengan cepat Herrscher dan Death melesat dengan cepat ke arah tepi laut. Mereka terbang secepat kilat tanpa disadari oleh manusia yang berada di darat. Mereka tidak menggunakan portal karena mereka ingin sekalian melihat kondisi kota tersebut.Tidak terasa perjalanan mereka terlalu cepat hingga tibalah mereka di atap gedung yang terdekat dengan laut. Herrscher merasakan angin yang sangat kencang bertiup di sana. Herrscher menga
Herrscher telah selesai merawat luka Meta yang kini telah sembuh. Meta beranjak dari tempat tidurnya. Herrscher membantunya bangun. Meta masih merasakan sakit pada badannya. Terlihat dari wajahnya yang meringis menahan sakit.“Lebih baik kau istirahat dulu. Tampaknya luka bagian dalammu belum sepenuhnya pulih,” saran Herrscher. Ia kembali membaringkan Meta ke kasur.Meta tersipu malu karena perhatian dari Herrscher. Herrscher yang awalnya tampak cuek, bisa seperhatian itu dengannya. Ia memalingkan wajahnya dari Herrscher agar tidak terlihat betapa merah mukanya saat ini. Herrscher menyadari reaksi tersebut dan segera bergegas melepaskan Meta. Mereka berdua berpaling muka.Meta kembali berbaring di kasur dan memejamkan mata.“Seperti ini ya ternyata rasanya menjadi manusia...” ucapnya pelan.“Maksudmu?” tanya Herrscher.“Ah, bukan apa – apa. Tampaknya aku mengigau karena luka ini.” M
Malam pun tiba, Herrscher, Meta dan anak itu menempati salah satu gedung yang dirombak oleh Herrscher dengan teknologinya. Suasana di gedung yang telah lama tidak terurus itu pun menjadi sangat nyaman, meski hanya pada lokasi tertentu yang Herrscher rombak. Mereka berkumpul di suatu meja dan makan bersama di sana. Meski berkumpul, mereka semua hanya diam menikmati makanan masing – masing.Meta mencoba mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol anak itu.“Ohya, dari tadi aku tidak melihat kau bersuara. Siapa namamu?” tanya Meta kepada anak itu.Anak itu tidak menjawab dan tetap menikmati makanannya.“Dia tidak memiliki nama. Aku belum memberikan nama padanya,” jawab Herrscher.Meta keheranan, “Bagaimana mungkin! Dia anakmu kan?” tanya Meta terkejut.“Bukan, dia bukan anakku. Kau tidak perlu ingin tahu tentang anak ini, karena aku tidak akan menjawab pertanyaan tentang itu,” jawab Herrscher
Herrscher telah kembali ke lokasi dimana anak itu masih pingsan. Ia segera membawa anak itu untuk ia sembuhkan lukanya. Sesampainya di area yang Herrscher ubah menjadi markas sementara, Herrscher melakukan perawatan pada anak itu. Dengan teknologi yang Herrscher miliki, luka itu sembuh dengan seketika. Anak itu tidak merasakan kesakitan lagi. Ia segera menyuruh anak itu berdiri dan mengajaknya untuk bergegas keluar dari kota itu. Anak itu menuruti Herrscher dan ikut pergi bersamanya.------------------------------Tak terasa setahun berlalu setelah kematian sang jurnalis. Herrscher masih menyimpan amarah kepada para militer yang ternyata memiliki rencana busuk kepada jurnalis itu. Selama setahun Herrscher dan anak itu berpindah – pindah lokasi. Berbagai ilmu kehidupan dan penderitaan telah Herrscher berikan kepada anak itu. Mental anak itu semakin kuat berkat pendidikan yang diberikan oleh Herrscher. Di usia yang masih sangat muda, anak itu disadarkan bahwa dunia
Herrscher dan Death bersama anak itu kini tiba di suatu kota yang cukup ramai. Herrscher berjalan di depan, sedangkan anak itu mengikutinya dari belakang. Ternyata mereka berada di ibukota negara tersebut. Herrscher dalam rangka mencari info yang sedang gencar dibahas oleh elit pemerintah saat itu. Ia mencari suatu lokasi untuk ia jadikan markas sementara dan menemukannya. Ia masuk ke salah satu bangunan yang tampak sepi. Di dalam bangunan itulah Herrscher membuka gawainya dan mulai mencari informasi.Anak itu sedang berkeliling melihat isi bangunan itu. Bangunan itu benar – benar tampak usang karena sudah tidak pernah ada yang mendatanginya. Bau bau yang tidak jelas tercium di area tersebut. Bekas – bekas genangan air menghitam. Retak – retak di sekitar dinding dan kerak lumut membuatgedung itu cukup mencekam.Terdengar suara berisik tidak jauh dari sana. Anak itu penasaran dan mengikuti sumber suara tersebut. Herrscher masih sibuk mencari informasi
Keadaan semakin parah, kini tidak hanya para pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan. Polisi juga menjadi incaran pembunuh tersebut. Meski pembunuh itu terus berkeliaran, namun masyarakat tidak ada yang mengkritik kinerja polisi. Masyarakat lebih pro kepada pembunuh tersebut terlebih fakta – fakta yang disebarkan oleh para pengungkap fakta yang bekerja secara bawah tanah, membuat masyarakat semakin respek terhadap pembunuh itu. Mereka juga sudah muak dengan polisi dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat mafia di tubuh kepolisian.Skandal – skandal di kepolisian mulai disebarkan melalui mulut ke mulut. Pihak media telah dikuasai oleh pemerintah untuk membungkam kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah menciptakan isu – isu lain di media cetak untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap skandal tersebut. Langkah yang diambil itu pun berhasil. Mereka menciptakan suatu tren di masyarakat yang terlihat menggiurkan karena dapa
Dagaz masih sibuk mempelajari cara menggunakan teknologi jam dari Herrscher. Dia merasa tua di hadapan teknologi semacam itu. Sama seperti kaum boomer yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Namun karena rasa keingintahuan yang tinggi, Dagaz tidak bosan – bosannya mengeksplor kemampuan jam tersebut. Sementara yang sudah mahir ia gunakan adalah cara menggunakan fungsi teleport. Kini ia dengan mudah berpindah lintas ruang dan waktu. Sama seperti Herrscher yang bisa bergerak menembus jaman.Dagaz masih penasaran dengan fitur hologram solid yang dimiliki jam tersebut. Fitur yang bisa menciptakan suatu benda berbentuk hologram yang kemudian dapat menjadi padat agar dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Dagaz memang pernah menulis teknologi itu dalam kisah yang ia buat, namun ia belum pernah melihat secara langsung teknologi tersebut. Dagaz masih terpukau dengan jam pemberian Herrscher. Ia menggeser – geser permukaan layar jam tersebut.&ldq