Share

BAB 38 PERANG

Penulis: Dean Anderson
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Masa ultimatum telah berakhir. Para pemberontak tidak mau menerima tawaran dari pemerintah. Pemimpin negara itu telah memberikan ijin untuk melakukan operasi militer untuk melawan mereka. Beribu – ribu tentara dan polisi akan dikirimkan untuk menempati lokasi tersebut. Suasana kota menjadi tidak kondusif.

Hafadzah dan anak yang bersamanya merasa ada yang tidak beres dengan keadaan kota itu.

“Apa yang Death dan Herrscher rencanakan saat ini?” tanyanya dalam hati. Ia masih memperhatikan para pasukan yang berdatangan dari luar wilayah,

“Ada apa ini?” tanya anak itu kepada Hafadzah.

Hafadzah segera memeluk anak itu. “Sepertinya Death dan Herrscher sedang merencanakan sesuatu.” Suasana kota menjadi lebih mencekam daripada sebelumnya.

Orang – orang segera kembali ke rumah mereka masing – masing untuk mencari aman.

------------------------------

“Pasukan dari pemerintah sudah berdat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 39 JURNALIS

    Penyiksaan kepada tahanan berlangsung di kawasan lainnya. Para tawanan masih saja tidak mengaku ketika para serdadu menginterogasi mereka. Herrscher kini berada di daerah lainnya yang juga dikuasai oleh serdadu pemerintah. Ia kembali mengendap – endap ke wilayah itu kemudian menyamar sebagai serdadu pemerintah di sana.“Oke, lokasi baru, rencana baru,” ucap Herrscher yang baru saja menapakkan kakinya di lokasi itu.Herrscher melihat salah satu serdadu yang membawa kamera. Serdadu itu selalu memotret setiap kejadian di sana. Herrscher heran mengapa serdadu itu justru membawa kamera, bukan membawa senjata seperti serdadu lainnya. Beberapa serdadu lainnya ternyata juga membawa kamera.Ketika melihat pria tadi sedang memotret penyiksaan terhadap para tahanan, pemimpin serdadu itu langsung menggertak pria tersebut. Pria tersebut berpakaian sama dengan serdadu lainnya. Ia mengenakan seragam loreng. Pemimpin itu mendekati pria tadi dan langsung

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 40 TAWANAN

    Kondisi saat ini sudah malam hari. Para pemberontak dan para tawanan telah tiba di markas ssetelah menempuh jarak yang jauh. Mereka beristirahat sejenak meluruskan kaki. Salah satu pria yang juga pemberontak memberikan botol minum kepada para tawanan. Tawanan itu pun menerima botol pemberian seorang pemberontak.“Mengapa kamu memperlakukan tawanan dengan baik?” tanya Herrscher kepada pria itu.“Mereka juga manusia seperti kita. Tentu kita harus memperlakukan mereka dengan baik,” jawabnya.“Dia benar. Kita ini pemberontak, tapi kita bukan iblis yang suka menyiksa. Meskipun wajah kita garang, tapi hati kita tetap harus lembut,” ucap ketua pemberontak yang mendengarkan percakapan Herrscher dan pria itu. “Seharusnya kau tahu kan kalau tujuan kita hanya ingin terbebas dari kediktatoran pemerintah?”“Tentu aku tahu,” jawab Herrscher yang tanggap akan pertanyaan itu.“Kalau sudah tahu, kenapa masih bertanya?” tanya ketua pemberontak yang mulai mencurigai Herrscher. “Kau bagian dari kami, kan

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 41 KONFERENSI

    Kembali ke negara dimana Herrscher berada. Entah sudah berapa hari jurnalis yang menjadi tawanan tersebut berada di markas para pemberontak. Mereka memperlakukan tawanan tersebut layaknya manusia. Media berulang kali berusaha mencari informasi keberadaan para jurnalis itu. Melihat berita di media, pemimpin pemberontak memerintahkan juru bicaranya untuk menyampaikan bahwa memang benar jurnalis yang hilang itu telah menjadi tawanan mereka. Berita tentang jurnalis menjadi tawanan para pemberontak cepat tersebar ke seluruh negara. Keluarga dari para tawanan berulang kali menjadi sasaran para wartawan untuk dijadikan ladang berita dan artikel mereka. Pertanyaan receh tidak luput dilontarkan kepada keluarga mereka hanya untuk meningkatkan rating televisi. Bahkan sosok jurnalis tersebut dikupas tuntas seakan tidak ada berita penting lainnya. Herrscher menonton berita tersebut dari layar televisinya sambil duduk di sofa yang sangat empuk. Di dalam ruangan berdinding putih, d

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 42 ARGUMEN

    Inilah pertemuan kedua entitas yang telah lama berpisah sejak jaman Abraham. Karma berjalan perlahan mendekati Death. Langit tiba – tiba menjadi mendung. Mulai gelap hingga cahaya matahari sulit menyinari permukaan bumi. Hawa yang tidak kondusif mengelilingi kedua entitas tersebut. Angin yang seharusnya sejuk menjadi terasa kasar.“Sepertinya ada yang tidak beres disini, bukankah begitu?” sambut Death atas kedatangan Karma.Karma menganggukkan kepalanya. “Kau masih ingat dengan Azazel?”“Tentu saja aku ingat. Ada apa dengannya?”“Tepat di laut dalam dekat wilayah ini, dia sedang bertarung dengan Leviathan.”Karma mengarahkan tangannya ke langit lalu menjentikkan jarinya. Kondisi cuaca yang sebelumnya tidak bersahabat, dalam sekejap kembali normal seperti sebelumnya. Langit menjadi cerah kembali. Herrscher dan lainnya melihat ke langit menyaksikan perubahan drastis langit di atas mereka.&

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 43 TAKDIR

    “Di masa kapankah kita sekarang berada?” tanya Herrscher yang masih gelisah kehilangan anak itu. Matanya masih mencari ke kiri dan ke kanan, memperhatikan setiap sudut di sekitarnya. Ia tetap tidak dapat melihat sosok anak itu. Herrscher kemudian melihat gawainya dan ternyata saat itu sudah mendekati akhir tahun. Herrscher kaget karena mereka tanpa sadar telah melewati waktu berbulan – bulan lamanya.Herrscher mencari informasi apa yang terjadi selama ia melewati waktu dengan cepat. Pemimpin pemberontak akhirnya mau menyerahkan para tawanan secara langsung. Hal itu membuat fokus Herrscher kemudian beralih.“Death, cepat ikut aku! Ada hal penting yang harus diselesaikan!” ajak Herrscher sambil bersiap – siap melakukan teleportasi. ZAPPP!!! Seketika Herrscher dan Death menghilang dari lokasi tersebut. Hanya tinggal Karma dan Hafadzah di tempat itu.------------------------------ZAPPP!!! Herrscher dan De

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 44 KRISIS

    Dagaz memalingkan matanya ke arah sumber suara. Dagaz rasa ia mengenali suara itu. Betapa terkejutnya sosok yang sudah lama tidak ia temui, muncul di hadapannya. Sosok yang membuka penglihatan Dagaz, Veda.Angin bersemilir di tengah mereka bertiga. Debu pasir berseliweran menghalangi penglihatan Dagaz. Dagaz berjalan mendekati Veda yang tidak jauh darinya. Angin semakin berhembus kencang seolah melarang Dagaz mendekati Veda. Dagaz mundur akibat angin yang berhembus kencang.“Kau cukup berdiri di situ. Tidak perlu mendekat,” ucap Veda menyarankan Dagaz yang masih berusaha mendekatinya.Dagaz terus berjalan mendekati Veda meskipun posisinya tidak kunjung mendekat.“Dengarkan apa yang dikatakannya. Kau cukup disini saja!” sontak Dark kesal dengan Dagaz yang tidak mendengarkan kalimat Veda.Dagaz berhenti melangkah dan angin pun berhenti berhembus. “Kenapa?” tanya Dagaz.“Aku hanya sebentar saja disini.

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 45 TRISULA

    Death dan Veda telah tiba di suatu dimensi antah berantah, dimana dimensi tersebut hanya terdapat mereka berdua. Death segera mengeluarkan sabit yang merupakan senjata andalannya. Karma mengeluarkan mandala yang bercahaya terang mengelilingi tubuhnya dari sisi depan. Mandala itu kemudian membesar dan mereka berdua berada di dalam mandala itu.Dari mandala itu, keluar sulur – sulur cahaya yang kemudian mengikat Death. Death masih bisa bergerak meskipun sulur – sulut itu telah mengikatnya. Karma menggerakkan tangannya membentuk pola tangan yang menggenggam untuk merapatkan sulur – sulur itu agar Dark tidak mampu bergerak.Death tertawa tanpa suara. Ia melepaskan sabitnya dari tangannya. Sabit itu melayang dan memotong sulur – sulur yang menahannya. Veda dengan sigap menambah jumlah sulur – sulur itu agar Death tidak berhasil lepas dari jeratannya. Berulang kali pula sabit milik Death memutuskan sulur – sulur itu.“Ada apa

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 46 BLACKHOLE

    Sabit dan trisula terus saja beradu. Ledakan demi ledakan tercipta karenanya. Di dimensi inilah pertarungan yang menggunakan kekuatan setara kosmik, dapat dilaksanakan karena efeknya dapat menghancurkan makhluk ciptaan level rendah. Efek dari tabrakan kedua senjata itu, mampu menggeserkan para Hamalat dan Kerubim. Salah satu Hamalat berinisiatif masuk ke dalam pertarungan itu. Ia hendak membantu Veda untuk mengalahkan Death.Dengan ribuan sayapnya yang besar, ia mencoba menyerang Death dengan gemuruh angin yang berasal dari kepakannya itu. Namun hal itu tidak berguna, serangan Hamalat itu bahkan tidak membuat posisi Death bergeser. Death memandangi Hamalat itu dengan tatapan tanpa emosi. Ia menunjuk Hamalat itu dengan sabit di tangannya.“Kalian jangan ikut campur!” gertaknya.Death yang merasa Hamalat tersebut mengganggunya, mengayunkan sabitnya ke arah Hamalat tersebut. Ayunan sabit itu membentuk cahaya hitam yang kemudian membesar secara tiba &nda

Bab terbaru

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 59 CAHAYA

    Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 58 REUNI

    Meta segera masuk ke bangunan itu untuk melihat apa yang terjadi di atap gedung. Akibat gempa tersebut, lift gedung itu tidak aktif. Ia terpaksa harus menaiki tangga darurat karenanya. Meta mencari posisi tangga darurat. Suasana dalam gedung itu sangat kacau. Orang – orang berlarian keluar karena takut akan gempa. Meta harus berdesak – desakan masuk ke dalam gedung.Meta melihat banyak orang berbondong – bondong keluar dari tangga darurat. Air sudah mulai masuk ke lantai pertama gedung tersebut. Orang – orang semakin bingung, apakah mereka harus keluar dari gedung, atau justru harus bertahan di dalam gedung. Melihat orang – orang tersebut tidak ada pergerakan, Meta semakin kesal.“Minggir!” teriak Meta sambil berusaha memecah keramaian gedung itu. Ia berhasil masuk ke tangga darurat dan melawan arus keluar manusia di dalamnya. “Minggir!”------------------------------Herrscher telah tiba di gedung yan

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 57 TSUNAMI

    Pagi hari telah tiba. Gedung yang sebelumnya gelap mulai mendapatkan sedikit cahaya dari luar. Hewan – hewan malam mulai bergerak mencari tempat untuk beristirahat. Herrscher bersama Death bersiap berangkat menuju tepi laut. Suara berisik tersebut membuat Vladimir terbangun dari tidurnya dan melihat Herrscher bersiap untuk pergi. Vladimir segera menghampiri Herrscher.“Mau kemana kalian?” tanya Vladimir.“Kau disini saja, jaga Meta agar tidak kemana – mana,” perintah Herrscher.“Tenang saja, dia sedang tidur,” jawab Vladimir.Herrscher bersiap – siap berangkat. Dengan cepat Herrscher dan Death melesat dengan cepat ke arah tepi laut. Mereka terbang secepat kilat tanpa disadari oleh manusia yang berada di darat. Mereka tidak menggunakan portal karena mereka ingin sekalian melihat kondisi kota tersebut.Tidak terasa perjalanan mereka terlalu cepat hingga tibalah mereka di atap gedung yang terdekat dengan laut. Herrscher merasakan angin yang sangat kencang bertiup di sana. Herrscher menga

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 56 HUKUM

    Herrscher telah selesai merawat luka Meta yang kini telah sembuh. Meta beranjak dari tempat tidurnya. Herrscher membantunya bangun. Meta masih merasakan sakit pada badannya. Terlihat dari wajahnya yang meringis menahan sakit.“Lebih baik kau istirahat dulu. Tampaknya luka bagian dalammu belum sepenuhnya pulih,” saran Herrscher. Ia kembali membaringkan Meta ke kasur.Meta tersipu malu karena perhatian dari Herrscher. Herrscher yang awalnya tampak cuek, bisa seperhatian itu dengannya. Ia memalingkan wajahnya dari Herrscher agar tidak terlihat betapa merah mukanya saat ini. Herrscher menyadari reaksi tersebut dan segera bergegas melepaskan Meta. Mereka berdua berpaling muka.Meta kembali berbaring di kasur dan memejamkan mata.“Seperti ini ya ternyata rasanya menjadi manusia...” ucapnya pelan.“Maksudmu?” tanya Herrscher.“Ah, bukan apa – apa. Tampaknya aku mengigau karena luka ini.” M

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 55 META

    Malam pun tiba, Herrscher, Meta dan anak itu menempati salah satu gedung yang dirombak oleh Herrscher dengan teknologinya. Suasana di gedung yang telah lama tidak terurus itu pun menjadi sangat nyaman, meski hanya pada lokasi tertentu yang Herrscher rombak. Mereka berkumpul di suatu meja dan makan bersama di sana. Meski berkumpul, mereka semua hanya diam menikmati makanan masing – masing.Meta mencoba mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol anak itu.“Ohya, dari tadi aku tidak melihat kau bersuara. Siapa namamu?” tanya Meta kepada anak itu.Anak itu tidak menjawab dan tetap menikmati makanannya.“Dia tidak memiliki nama. Aku belum memberikan nama padanya,” jawab Herrscher.Meta keheranan, “Bagaimana mungkin! Dia anakmu kan?” tanya Meta terkejut.“Bukan, dia bukan anakku. Kau tidak perlu ingin tahu tentang anak ini, karena aku tidak akan menjawab pertanyaan tentang itu,” jawab Herrscher

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 54 WANITA

    Herrscher telah kembali ke lokasi dimana anak itu masih pingsan. Ia segera membawa anak itu untuk ia sembuhkan lukanya. Sesampainya di area yang Herrscher ubah menjadi markas sementara, Herrscher melakukan perawatan pada anak itu. Dengan teknologi yang Herrscher miliki, luka itu sembuh dengan seketika. Anak itu tidak merasakan kesakitan lagi. Ia segera menyuruh anak itu berdiri dan mengajaknya untuk bergegas keluar dari kota itu. Anak itu menuruti Herrscher dan ikut pergi bersamanya.------------------------------Tak terasa setahun berlalu setelah kematian sang jurnalis. Herrscher masih menyimpan amarah kepada para militer yang ternyata memiliki rencana busuk kepada jurnalis itu. Selama setahun Herrscher dan anak itu berpindah – pindah lokasi. Berbagai ilmu kehidupan dan penderitaan telah Herrscher berikan kepada anak itu. Mental anak itu semakin kuat berkat pendidikan yang diberikan oleh Herrscher. Di usia yang masih sangat muda, anak itu disadarkan bahwa dunia

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 53 PENJAHAT

    Herrscher dan Death bersama anak itu kini tiba di suatu kota yang cukup ramai. Herrscher berjalan di depan, sedangkan anak itu mengikutinya dari belakang. Ternyata mereka berada di ibukota negara tersebut. Herrscher dalam rangka mencari info yang sedang gencar dibahas oleh elit pemerintah saat itu. Ia mencari suatu lokasi untuk ia jadikan markas sementara dan menemukannya. Ia masuk ke salah satu bangunan yang tampak sepi. Di dalam bangunan itulah Herrscher membuka gawainya dan mulai mencari informasi.Anak itu sedang berkeliling melihat isi bangunan itu. Bangunan itu benar – benar tampak usang karena sudah tidak pernah ada yang mendatanginya. Bau bau yang tidak jelas tercium di area tersebut. Bekas – bekas genangan air menghitam. Retak – retak di sekitar dinding dan kerak lumut membuatgedung itu cukup mencekam.Terdengar suara berisik tidak jauh dari sana. Anak itu penasaran dan mengikuti sumber suara tersebut. Herrscher masih sibuk mencari informasi

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 52 GENESIS

    Keadaan semakin parah, kini tidak hanya para pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan. Polisi juga menjadi incaran pembunuh tersebut. Meski pembunuh itu terus berkeliaran, namun masyarakat tidak ada yang mengkritik kinerja polisi. Masyarakat lebih pro kepada pembunuh tersebut terlebih fakta – fakta yang disebarkan oleh para pengungkap fakta yang bekerja secara bawah tanah, membuat masyarakat semakin respek terhadap pembunuh itu. Mereka juga sudah muak dengan polisi dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat mafia di tubuh kepolisian.Skandal – skandal di kepolisian mulai disebarkan melalui mulut ke mulut. Pihak media telah dikuasai oleh pemerintah untuk membungkam kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah menciptakan isu – isu lain di media cetak untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap skandal tersebut. Langkah yang diambil itu pun berhasil. Mereka menciptakan suatu tren di masyarakat yang terlihat menggiurkan karena dapa

  • Herrscher (Divina Futuri)   BAB 51 TEKNOLOGI

    Dagaz masih sibuk mempelajari cara menggunakan teknologi jam dari Herrscher. Dia merasa tua di hadapan teknologi semacam itu. Sama seperti kaum boomer yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Namun karena rasa keingintahuan yang tinggi, Dagaz tidak bosan – bosannya mengeksplor kemampuan jam tersebut. Sementara yang sudah mahir ia gunakan adalah cara menggunakan fungsi teleport. Kini ia dengan mudah berpindah lintas ruang dan waktu. Sama seperti Herrscher yang bisa bergerak menembus jaman.Dagaz masih penasaran dengan fitur hologram solid yang dimiliki jam tersebut. Fitur yang bisa menciptakan suatu benda berbentuk hologram yang kemudian dapat menjadi padat agar dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Dagaz memang pernah menulis teknologi itu dalam kisah yang ia buat, namun ia belum pernah melihat secara langsung teknologi tersebut. Dagaz masih terpukau dengan jam pemberian Herrscher. Ia menggeser – geser permukaan layar jam tersebut.&ldq

DMCA.com Protection Status