Inilah pertemuan kedua entitas yang telah lama berpisah sejak jaman Abraham. Karma berjalan perlahan mendekati Death. Langit tiba – tiba menjadi mendung. Mulai gelap hingga cahaya matahari sulit menyinari permukaan bumi. Hawa yang tidak kondusif mengelilingi kedua entitas tersebut. Angin yang seharusnya sejuk menjadi terasa kasar.
“Sepertinya ada yang tidak beres disini, bukankah begitu?” sambut Death atas kedatangan Karma.
Karma menganggukkan kepalanya. “Kau masih ingat dengan Azazel?”
“Tentu saja aku ingat. Ada apa dengannya?”
“Tepat di laut dalam dekat wilayah ini, dia sedang bertarung dengan Leviathan.”
Karma mengarahkan tangannya ke langit lalu menjentikkan jarinya. Kondisi cuaca yang sebelumnya tidak bersahabat, dalam sekejap kembali normal seperti sebelumnya. Langit menjadi cerah kembali. Herrscher dan lainnya melihat ke langit menyaksikan perubahan drastis langit di atas mereka.
&
“Di masa kapankah kita sekarang berada?” tanya Herrscher yang masih gelisah kehilangan anak itu. Matanya masih mencari ke kiri dan ke kanan, memperhatikan setiap sudut di sekitarnya. Ia tetap tidak dapat melihat sosok anak itu. Herrscher kemudian melihat gawainya dan ternyata saat itu sudah mendekati akhir tahun. Herrscher kaget karena mereka tanpa sadar telah melewati waktu berbulan – bulan lamanya.Herrscher mencari informasi apa yang terjadi selama ia melewati waktu dengan cepat. Pemimpin pemberontak akhirnya mau menyerahkan para tawanan secara langsung. Hal itu membuat fokus Herrscher kemudian beralih.“Death, cepat ikut aku! Ada hal penting yang harus diselesaikan!” ajak Herrscher sambil bersiap – siap melakukan teleportasi. ZAPPP!!! Seketika Herrscher dan Death menghilang dari lokasi tersebut. Hanya tinggal Karma dan Hafadzah di tempat itu.------------------------------ZAPPP!!! Herrscher dan De
Dagaz memalingkan matanya ke arah sumber suara. Dagaz rasa ia mengenali suara itu. Betapa terkejutnya sosok yang sudah lama tidak ia temui, muncul di hadapannya. Sosok yang membuka penglihatan Dagaz, Veda.Angin bersemilir di tengah mereka bertiga. Debu pasir berseliweran menghalangi penglihatan Dagaz. Dagaz berjalan mendekati Veda yang tidak jauh darinya. Angin semakin berhembus kencang seolah melarang Dagaz mendekati Veda. Dagaz mundur akibat angin yang berhembus kencang.“Kau cukup berdiri di situ. Tidak perlu mendekat,” ucap Veda menyarankan Dagaz yang masih berusaha mendekatinya.Dagaz terus berjalan mendekati Veda meskipun posisinya tidak kunjung mendekat.“Dengarkan apa yang dikatakannya. Kau cukup disini saja!” sontak Dark kesal dengan Dagaz yang tidak mendengarkan kalimat Veda.Dagaz berhenti melangkah dan angin pun berhenti berhembus. “Kenapa?” tanya Dagaz.“Aku hanya sebentar saja disini.
Death dan Veda telah tiba di suatu dimensi antah berantah, dimana dimensi tersebut hanya terdapat mereka berdua. Death segera mengeluarkan sabit yang merupakan senjata andalannya. Karma mengeluarkan mandala yang bercahaya terang mengelilingi tubuhnya dari sisi depan. Mandala itu kemudian membesar dan mereka berdua berada di dalam mandala itu.Dari mandala itu, keluar sulur – sulur cahaya yang kemudian mengikat Death. Death masih bisa bergerak meskipun sulur – sulut itu telah mengikatnya. Karma menggerakkan tangannya membentuk pola tangan yang menggenggam untuk merapatkan sulur – sulur itu agar Dark tidak mampu bergerak.Death tertawa tanpa suara. Ia melepaskan sabitnya dari tangannya. Sabit itu melayang dan memotong sulur – sulur yang menahannya. Veda dengan sigap menambah jumlah sulur – sulur itu agar Death tidak berhasil lepas dari jeratannya. Berulang kali pula sabit milik Death memutuskan sulur – sulur itu.“Ada apa
Sabit dan trisula terus saja beradu. Ledakan demi ledakan tercipta karenanya. Di dimensi inilah pertarungan yang menggunakan kekuatan setara kosmik, dapat dilaksanakan karena efeknya dapat menghancurkan makhluk ciptaan level rendah. Efek dari tabrakan kedua senjata itu, mampu menggeserkan para Hamalat dan Kerubim. Salah satu Hamalat berinisiatif masuk ke dalam pertarungan itu. Ia hendak membantu Veda untuk mengalahkan Death.Dengan ribuan sayapnya yang besar, ia mencoba menyerang Death dengan gemuruh angin yang berasal dari kepakannya itu. Namun hal itu tidak berguna, serangan Hamalat itu bahkan tidak membuat posisi Death bergeser. Death memandangi Hamalat itu dengan tatapan tanpa emosi. Ia menunjuk Hamalat itu dengan sabit di tangannya.“Kalian jangan ikut campur!” gertaknya.Death yang merasa Hamalat tersebut mengganggunya, mengayunkan sabitnya ke arah Hamalat tersebut. Ayunan sabit itu membentuk cahaya hitam yang kemudian membesar secara tiba &nda
“Ngomong – ngomong sudah berapa lama kita berada di pulau ini? Bagaimana kabar Shamar di pulau sana?” Herrscher masih menikmati kopinya.“Hmm... bagaimana kalau kita ke sana? Sesekali kita perlu mengunjungi Shamar.”“Ide bagus. Lagipula anak itu sudah bersama dengan pihak yang tepat,” ucap Herrscher sedikit lega.Death terdiam sesaat, ia tidak mau memberikan komentar tentang itu. Death mengacungkan jarinya ke suatu arah dan terciptalah portal menuju pulau yang ditinggali oleh Shamar. Herrscher segera beranjak dari kursinya dan berjalan menuju portal itu. Mereka berdua masuk ke dalam portal dan seketika portal pun tertutup.------------------------------Herrscher dan Death tiba di pulau tersebut. Mereka segera menjelajahi hutan itu untuk menemui Shamar. Seketika hutan menyambut mereka dengan hembusan angin kencang dan kobaran daun – daun yang berjatuhan. Nuansa hijau menyelimuti mereka. Tampaklah Sham
Dahulu kala, ketika Bumi hancur oleh Deathstar yang dikirim oleh Death. Hanya segelintir manusia yang dapat hidup di Bumi. Mereka adalah manusia yang bukan keturunan Adam dan Hawa. Para makhluk ektraterrestial sering berkeliling di semesta untuk mengobservasi kehidupan makhluk – makhluk di galaksi lainnya. Dan suatu ketika, para makhluk ekstraterestial tersebut menemukan Bumi karena ada tanda – tanda kehidupan di planet tersebut. Ada beberapa wilayah yang tidak ditempati oleh manusia ciptaan mereka dan tempat itu dihuni oleh makhluk halus yang berada di dimensi yang berbeda dengan manusia. Mereka membentuk suatu kerajaan gaib di wilayah itu dan hidup tenang. Setelah Bumi cukup layak dihuni oleh manusia seperti Adam dan Hawa, mereka diturunkan ke Bumi untuk mengisi Bumi dengan keturunan mereka. Dan tibalah kedua pasangan itu di suatu wilayah di permukaan Bumi. Keturunan Adam dan Hawa dan penghuni asli tidak saling mengenal karena mereka mendiami wilayah yang berbeda.
“Ya seperti itulah yang terjadi di masa lalu.” Death menutup ceritanya.“Lalu apa yang terjadi setelah Sang Pencipta meninggalkan Bumi?” tanya Herrscher.“Kembali seperti sebelumnya. Manusia kembali menggunakan kehendak bebasnya untuk berbuat sesukanya,” jawab Karma. “Bagi kami, para entitas yang berada di atas dimensi manusia, kehendak bebas merupakan produk gagal yang dibuat oleh Sang Pencipta. Namun Sang Pencipta tidak memandang demikian.”“Dari dulu kami memang tidak sepaham soal itu. Hanya Azazel yang berani terang – terangan menyatakan itu kepada Sang Pencipta.” Death menambahkan.“Lalu apa yang terjadi setelah manusia kembali ke sifat asalnya?” Herrscher kembali penasaran.Karma menjawab, “Seperti yang dapat kau bayangkan. Manusia yang berada di bawah teritori Azazel melakukan semua perbuatan yang tidak ada bedanya dengan hewan. Mereka senang berperang dengan
“Bagaimana maksudmu?” Dagaz heran dengan pernyataan Dark.“Seperti yang kukatakan. Enam adalah adalah jumlah unsur dalam tubuh yaitu daging, tulang, darah, jiwa, hati, dan roh.”Dagaz melanjutkan bacaannya. Anak itu dengan kekuatan batinnya akan membersihkan keenam unsur manusia secara bolak balik sebanyak tiga kali. Dimulai dari daging, tulang, darah, jiwa, hati, dan yang terakhir adalah roh. Anak itu akan membersihkan keenam unsur tersebut secara gaib sehingga tidak diketahui oleh siapapun.“Bagaimana menurutmu cara anak itu membersihkan unsur – unsur tersebut?” tanya Dark sambil tersenyum.“Entah, bagaimana caranya. Aku tidak terlalu paham dengan dunia gaib dalam hal seperti ini.”“Dengan air,” jawab Dark singkat.“Air?”“Air berguna untuk membersihkan yang kotor. Sama seperti mereka yang menggunakan air sebagai media pembersihan sebelum memulai iba
Di masa sebelumnya atau jauh sebelum kejadian tsunami tersebut. Di tengah hutan yang selalu menjadi lokasi inti dari cerita ini. Djaya dalam bentuk astralnya mengelilingi hutan untuk mencari Shamar.“Shamar... Shamar...” panggil Djaya. Suaranya mengisi seluruh hutan, menggema ke setiap sudut. Angin berhembus mengantarkan suara Djaya yang memanggil Shamar.Shamar mendengar suara itu dan segera membalasnya, “Ada perlu apa Paduka datang kemari?” sapa Shamar. Ia masih menghormati Djaya yang pernah membuatnya kecewa.Djaya mengubah wujudnya dalam bentuk manusia untuk berkomunikasi dengan Shamar, “Aku perlu bantuanmu,” pinta Djaya sambil mengatupkan tangannya.“Apa yang bisa saya bantu?” jawab Shamar juga mengatupkan tangannya dan sedikit menunduk.“Aku berencana menjadikan seseorang untuk penyeimbang Herrscher. Aku yakin Herrscher di masa yang akan datang, akan mendatangkan bencana ke negeri in
Meta segera masuk ke bangunan itu untuk melihat apa yang terjadi di atap gedung. Akibat gempa tersebut, lift gedung itu tidak aktif. Ia terpaksa harus menaiki tangga darurat karenanya. Meta mencari posisi tangga darurat. Suasana dalam gedung itu sangat kacau. Orang – orang berlarian keluar karena takut akan gempa. Meta harus berdesak – desakan masuk ke dalam gedung.Meta melihat banyak orang berbondong – bondong keluar dari tangga darurat. Air sudah mulai masuk ke lantai pertama gedung tersebut. Orang – orang semakin bingung, apakah mereka harus keluar dari gedung, atau justru harus bertahan di dalam gedung. Melihat orang – orang tersebut tidak ada pergerakan, Meta semakin kesal.“Minggir!” teriak Meta sambil berusaha memecah keramaian gedung itu. Ia berhasil masuk ke tangga darurat dan melawan arus keluar manusia di dalamnya. “Minggir!”------------------------------Herrscher telah tiba di gedung yan
Pagi hari telah tiba. Gedung yang sebelumnya gelap mulai mendapatkan sedikit cahaya dari luar. Hewan – hewan malam mulai bergerak mencari tempat untuk beristirahat. Herrscher bersama Death bersiap berangkat menuju tepi laut. Suara berisik tersebut membuat Vladimir terbangun dari tidurnya dan melihat Herrscher bersiap untuk pergi. Vladimir segera menghampiri Herrscher.“Mau kemana kalian?” tanya Vladimir.“Kau disini saja, jaga Meta agar tidak kemana – mana,” perintah Herrscher.“Tenang saja, dia sedang tidur,” jawab Vladimir.Herrscher bersiap – siap berangkat. Dengan cepat Herrscher dan Death melesat dengan cepat ke arah tepi laut. Mereka terbang secepat kilat tanpa disadari oleh manusia yang berada di darat. Mereka tidak menggunakan portal karena mereka ingin sekalian melihat kondisi kota tersebut.Tidak terasa perjalanan mereka terlalu cepat hingga tibalah mereka di atap gedung yang terdekat dengan laut. Herrscher merasakan angin yang sangat kencang bertiup di sana. Herrscher menga
Herrscher telah selesai merawat luka Meta yang kini telah sembuh. Meta beranjak dari tempat tidurnya. Herrscher membantunya bangun. Meta masih merasakan sakit pada badannya. Terlihat dari wajahnya yang meringis menahan sakit.“Lebih baik kau istirahat dulu. Tampaknya luka bagian dalammu belum sepenuhnya pulih,” saran Herrscher. Ia kembali membaringkan Meta ke kasur.Meta tersipu malu karena perhatian dari Herrscher. Herrscher yang awalnya tampak cuek, bisa seperhatian itu dengannya. Ia memalingkan wajahnya dari Herrscher agar tidak terlihat betapa merah mukanya saat ini. Herrscher menyadari reaksi tersebut dan segera bergegas melepaskan Meta. Mereka berdua berpaling muka.Meta kembali berbaring di kasur dan memejamkan mata.“Seperti ini ya ternyata rasanya menjadi manusia...” ucapnya pelan.“Maksudmu?” tanya Herrscher.“Ah, bukan apa – apa. Tampaknya aku mengigau karena luka ini.” M
Malam pun tiba, Herrscher, Meta dan anak itu menempati salah satu gedung yang dirombak oleh Herrscher dengan teknologinya. Suasana di gedung yang telah lama tidak terurus itu pun menjadi sangat nyaman, meski hanya pada lokasi tertentu yang Herrscher rombak. Mereka berkumpul di suatu meja dan makan bersama di sana. Meski berkumpul, mereka semua hanya diam menikmati makanan masing – masing.Meta mencoba mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol anak itu.“Ohya, dari tadi aku tidak melihat kau bersuara. Siapa namamu?” tanya Meta kepada anak itu.Anak itu tidak menjawab dan tetap menikmati makanannya.“Dia tidak memiliki nama. Aku belum memberikan nama padanya,” jawab Herrscher.Meta keheranan, “Bagaimana mungkin! Dia anakmu kan?” tanya Meta terkejut.“Bukan, dia bukan anakku. Kau tidak perlu ingin tahu tentang anak ini, karena aku tidak akan menjawab pertanyaan tentang itu,” jawab Herrscher
Herrscher telah kembali ke lokasi dimana anak itu masih pingsan. Ia segera membawa anak itu untuk ia sembuhkan lukanya. Sesampainya di area yang Herrscher ubah menjadi markas sementara, Herrscher melakukan perawatan pada anak itu. Dengan teknologi yang Herrscher miliki, luka itu sembuh dengan seketika. Anak itu tidak merasakan kesakitan lagi. Ia segera menyuruh anak itu berdiri dan mengajaknya untuk bergegas keluar dari kota itu. Anak itu menuruti Herrscher dan ikut pergi bersamanya.------------------------------Tak terasa setahun berlalu setelah kematian sang jurnalis. Herrscher masih menyimpan amarah kepada para militer yang ternyata memiliki rencana busuk kepada jurnalis itu. Selama setahun Herrscher dan anak itu berpindah – pindah lokasi. Berbagai ilmu kehidupan dan penderitaan telah Herrscher berikan kepada anak itu. Mental anak itu semakin kuat berkat pendidikan yang diberikan oleh Herrscher. Di usia yang masih sangat muda, anak itu disadarkan bahwa dunia
Herrscher dan Death bersama anak itu kini tiba di suatu kota yang cukup ramai. Herrscher berjalan di depan, sedangkan anak itu mengikutinya dari belakang. Ternyata mereka berada di ibukota negara tersebut. Herrscher dalam rangka mencari info yang sedang gencar dibahas oleh elit pemerintah saat itu. Ia mencari suatu lokasi untuk ia jadikan markas sementara dan menemukannya. Ia masuk ke salah satu bangunan yang tampak sepi. Di dalam bangunan itulah Herrscher membuka gawainya dan mulai mencari informasi.Anak itu sedang berkeliling melihat isi bangunan itu. Bangunan itu benar – benar tampak usang karena sudah tidak pernah ada yang mendatanginya. Bau bau yang tidak jelas tercium di area tersebut. Bekas – bekas genangan air menghitam. Retak – retak di sekitar dinding dan kerak lumut membuatgedung itu cukup mencekam.Terdengar suara berisik tidak jauh dari sana. Anak itu penasaran dan mengikuti sumber suara tersebut. Herrscher masih sibuk mencari informasi
Keadaan semakin parah, kini tidak hanya para pejabat yang menjadi sasaran pembunuhan. Polisi juga menjadi incaran pembunuh tersebut. Meski pembunuh itu terus berkeliaran, namun masyarakat tidak ada yang mengkritik kinerja polisi. Masyarakat lebih pro kepada pembunuh tersebut terlebih fakta – fakta yang disebarkan oleh para pengungkap fakta yang bekerja secara bawah tanah, membuat masyarakat semakin respek terhadap pembunuh itu. Mereka juga sudah muak dengan polisi dimana sudah menjadi rahasia umum bahwa terdapat mafia di tubuh kepolisian.Skandal – skandal di kepolisian mulai disebarkan melalui mulut ke mulut. Pihak media telah dikuasai oleh pemerintah untuk membungkam kasus tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah menciptakan isu – isu lain di media cetak untuk mengalihkan perhatian masyarakat terhadap skandal tersebut. Langkah yang diambil itu pun berhasil. Mereka menciptakan suatu tren di masyarakat yang terlihat menggiurkan karena dapa
Dagaz masih sibuk mempelajari cara menggunakan teknologi jam dari Herrscher. Dia merasa tua di hadapan teknologi semacam itu. Sama seperti kaum boomer yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi. Namun karena rasa keingintahuan yang tinggi, Dagaz tidak bosan – bosannya mengeksplor kemampuan jam tersebut. Sementara yang sudah mahir ia gunakan adalah cara menggunakan fungsi teleport. Kini ia dengan mudah berpindah lintas ruang dan waktu. Sama seperti Herrscher yang bisa bergerak menembus jaman.Dagaz masih penasaran dengan fitur hologram solid yang dimiliki jam tersebut. Fitur yang bisa menciptakan suatu benda berbentuk hologram yang kemudian dapat menjadi padat agar dapat digunakan untuk membantu pekerjaan manusia. Dagaz memang pernah menulis teknologi itu dalam kisah yang ia buat, namun ia belum pernah melihat secara langsung teknologi tersebut. Dagaz masih terpukau dengan jam pemberian Herrscher. Ia menggeser – geser permukaan layar jam tersebut.&ldq