Setelah mengetahui bahwa suaminya selingkuh dengan pembantunya sendiri, Sinar mulai menyusun rencana demi rencana. Pertama, ia akan langsung datang ke pengacara. Kebetulan teman dekat Bagas adalah seorang pengacara yang sedang naik daun di kotanya.
Meskipun mereka teman dekat, tapi Sinar tahu kalau pekerjaan tetaplah pekerjaan. Ia yakin kalau pria bernama Arya Sagara akan tetap membantunya menyelidiki kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya sendiri.
"Nanti kalau sudah pulang dari mengantarkan anak-anak ke sekolah, tolong mampir belikan susu formula buat mereka ya, Sar?" pinta Sinar.
Melihat wajah polos sang pembantu, rasanya Sinar ingin mengguyur air minum yang sedang ada di hadapannya. Sabar, Sinar, sabar!
"Baik, Bu," sahut Sariti.
Hari ini Sinar akan langsung pergi menemui Arya. Dengan alasan ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal di kantor.
Ternyata inilah alasan mengapa Bagas tak pernah mempermasalahkan hubungan mereka. Suaminya yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami ternyata sudah menemukan bunga yang lebih muda yang sedang mekar-mekarnya. Tapi Sinar tak habis pikir, selera suaminya sangat rendahan. Sariti hanya bermodal tubuh seksi, ya hanya itu yang dimiliki Sariti.
Sambil memikirkan puluhan ide, Sinar berusaha fokus dengan jalan raya menuju rumah Arya Sagara.
***
"Wah, ada angin apa Mbak Sinar datang ke sini? Biasanya aku ketemu Mbak kalau kondangan sama Bagas. Bagaimana kabar dia, Mbak? Bahagia dong pasti punya istri cantik dan anak-anak kembar yang lucu?"
Sinar tersenyum kecut. Ia sudah sangat malas mendengar nama suaminya disebut.
'Bagas ke laut sama kekasih gelapnya! Jelas dia bahagia lah, karena sekarang hasratnya terpenuhi tanpa memikirkan untuk membayar wanita bayaran ataupun memesan hotel!'
Sinar terus-terusan membatin tentang suami setannya itu.
"Dia baik-baik saja, Mas Ar. Kamu gimana kabarnya nih? Kok kayaknya masih santai-santai saja? Aku nunggu undangannya loh," balas Sinar santai.
Arya hanya mengangkat sudut bibirnya sebentar. Mengenai pernikahan, terlalu jauh memikirkannya. Arya sudah lama sendiri setelah lulus kuliah S2-nya. Padahal tuntutan dari orang tua sangat-sangat mendesaknya. Karena itulah Arya memilih untuk membeli rumah sendiri di Bandung.
"Gini-gini saja, Mbak. Masih nunggu jodohnya yang kayaknya lama banget nongolnya," sambil menuangkan kopi, Arya bisa melihat kalau Sinar ingin bicara banyak. Wajah Sinar sangat kelihatan sedang banyak masalah.
"Ini, diminum dulu kopinya. Bandung pasti lebih adem daripada Jakarta, kan?"
Sinar mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan rumah Arya. Rapi dan tertata. Ia tak menyangka pria itu lumayan juga soal kebersihan. Padahal dulu saja saat Sinar masih di kos hidupnya sangat tidak teratur dan berantakan.
Setelah menyesap kopinya beberapa kali, Sinar mulai mengambil napas panjang-panjang. Siap tak siap, Sinar harus tetap hadapi keresahannya saat ini.
"Begini, maksud kedatanganku ke sini sebenarnya ingin meminta bantuanmu, Mas Ar," ucap Sinar.
Melihat tangan wanita itu mulai meremas tangan yang lainnya, Arya yakin ini pasti masalah rumah tangga. Ia hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Hmm.. aku butuh bantuan meminta kesediaanmu menjadi pengacaraku, Mas Ar."
"Mengenai kasus apa sampai kamu membutuhkan bantuanku, Mbak Sinar?"
Sinar mulai menceritakan kejadian kemarin. Kejadian di mana dengan mata kepalanya sendiri melihat suaminya tengah memadu kasih dengan Sariti, pembantunya sendiri. Ia tahu kalau sekarang harus terbiasa dengan menceritakan tentang kelakuan jahannam suaminya.
"Ah, ya ampun! Sampai gak tahu aku harus ngomong apa lagi. Serius! Apa sih yang ada di pikiran suamimu saat melakukannya? Nafsu? Cinta? Mustahil!"
Tuh, kan? Arya saja keheranan. Arya adalah salah satu teman Bagas yang kebetulan memang mengetahui kisah percintaan Sinar dan Bagas di kampus dulu. Gak menyangka aja, apa kurangnya Sinar? Cantik, cerdas, pekerja keras dan sudah memiliki anak kembar yang lucu. Aksara dan Aurora.
"Aku bahkan sangat malas untuk menyebutnya suami sekarang, Mas Ar. Kalau bukan karena anak-anak, aku pasti sudah menyeretnya dari rumah beserta dengan kekasih gelapnya itu!" Sinar mulai menunjukkan drama hebatnya. Tangisan palsu yang ia gunakan agar Arya percaya. Ya, Sinar sudah mati rasa untuk menangisi kelakuan bejat suaminya.
"Waw, ternyata kamu bisa murka juga. Kayaknya sekarang lagi trend jadi pelakor ya? Apa karena saingannya lebih gak berat, yaitu cuma istri sahnya aja?"
Arya geleng-geleng kepala. Ia langsung menyanggupi untuk menjadi pengacara pribadi Sinar Mentari. Istri dari temannya sendiri.
"Aku sudah tidak akan meminta bukti apa lagi karena aku mempercayaimu, Mbak Sinar. Kita hanya tinggal tunggu bukti-bukti lainnya terkumpul sekarang. Mbak Sinar punya rencana lain?"
Lagi, Sinar mulai mencetuskan beberapa ide. Di kepalanya, ia sudah menyiapkan beberapa persiapan untuk menjatuhkan lawannya.
"Pertama, aku akan menyuruh orang memasang CCTV di tempat di mana mereka biasa melakukannya. Di kamar pembantuku tentunya. Dan kedua, aku juga akan memata-matai Bagas di kantornya melalui koneksi. Tapi sayangnya aku tidak mengenal banyak rekan kerja Bagas di kantornya yang bisa kuajak kerja sama."
Arya mulai menggabungkan isi otaknya dengan ide-ide yang brilian. Ia akan berusaha membantu Sinar dengan sekuat tenaga. "Tapi jangan sampai melakukannya pagi atau siang hari, Mbak Sinar. Terlalu mencurigakan bukan? Biar aku yang menyewa jasa pemasang CCTV. Mengenai rekan kantor di tempat Bagas bekerja, aku akan mencari tahu bagaimana situasi di sana,"
Sinar puas. Part balas dendam yang pertama telah selesai. Kini Sinar memiliki sekutu yang akan menghancurkan Bagas dan Sariti. Ia lalu pamit pulang setelah menyampaikan maksudnya.
Setelah pulang dari rumah Arya, Sinar merasa pria itu beruntung dan kasihan. Ah, kenapa pria sesukses Arya masih saja sendiri?
***
"Bagus deh karena lu udah mulai bertindak. Sekarang gue yakin suami lu lagi mesra-mesraan dengan pembantu lu di sekolahannya si kembar. Mumpung ada waktu berdua kan?"
Apa yang Gebby bilang ada benarnya juga. Ia tahu kalau Bagas memang mengantarkan Aksara dan Aurora bersama Sariti ke sekolah paudnya sore ini.
Ah, biarkan saja. Sinar tak peduli lagi. Mereka mau jungkit-jungkit di ranjang puluhan kali Sinar sudah lepas tangan. Biarkan Bagas dan gundiknya terimbas karma akan perbuatan mereka nanti.
"Mendingan lu fokus kerja aja demi si kembar. Jadiin diri lu lebih cantik daripada pembantu kurang ajar itu. Lu harus lebih good looking daripada dia."
Sinar setuju. Baginya dihianati bukanlah suatu hal yang mengharuskannya lemah. Ia harus bangkit, berdiri dan melawan dengan cara yang elegan. Dengan itu lawannya akan tersungkur tanpa lupa bagaimana caranya untuk berdiri lagi.
"Kalau gitu kita ke salon yuk! Biasanya minggu-minggu gini salon lagi ramai. Sekalian spa dan facial. Udah lama banget gue gak perawatan!" ajak Sinar.
Gebby setuju dan langsung berangkat. Sebelum itu ia sempat mampir ke tempat paud si kembar. Dan benar, si kembar hanya bermain dengan gurunya dan teman-temannya. Tak ada Sariti ataupun Bagas. Ah, bodo amat! Yang penting sekarang waktunya mempercantik diri dan tunjukkan siapa dirimu Sinar.
"It's okay. Nanti kalau lu udah benar-benar cerai sama si buaya, gue yakin akan banyak antrian panjang yang mau jadi bapak si kembar. Secara, lu awet muda dan bodinya semampai gini. Pria mana sih yang gak suka janda sekarang? Gue doain lu nemu suami yang lebih setia dan gak mata keranjang kayak si kompor gas, Bagas!"
Satu kata untuk pelakor, tenggelamkan! Sinar harus bermental baja saat berada di rumahnya. Bagas memang tak pernah menunjukkan kemesraannya dengan Sariti, tapi Sinar sudah sering melihat suaminya pergi tengah malam. Alasannya selalu sama yaitu mencari udara terbuka untuk merokok.Malam itu Sinar masih ingat jelas bagaimana suaminya memperlakukan Saritu begitu perhatiannya. Bahkan panggilan kesayangan untuk Sinar juga diberikan oleh Sariti."Kamu pasti sangat merindukanku kan, Mas Bagas?" suara Sariti seakan dibuat-buat agar suami Sinar terpancing.Sinar bisa mendengarkannya karena Arya memang sudah meletakkan alat perekam di beberapa titik yang memungkinkan mereka melakukannya.Bagas terdengar seperti menciumi Sariti karena wanita itu terdengar mendesah pelan. Sebenarnya hati Sinar sangat terluka, apalagi mereka sudah melakukannya berulang kali. Mungkin hubungan mereka memang sudah lama. Dan bod
Kedekatan anak kembar Sinar dengan Sariti makin membuat Sinar tak ingin berlama-lama menyimpan kebusukan suaminya dengan sang pembantu. Sinar sudah memiliki beberapa bukti akurat yang akan membuat mereka tak bisa mengelak."Bunda, tadi di sekolah Mbak Saliti nyuluh Aulola nyanyi!" curhat putrinya.Sinar hanya tersenyum sambil melihat ke arah Sariti, sedangkan Sariti hanya membalas senyuman majikannya."Terus Aurora nyanyi apa?""Nyanyi balonku ada lima! Tapi kak Ala gak ikutan nyanyi malah diam aja. Katanya Aulola belisik, Mbak Saliti juga pelgi dengan Ayah."Mampus kau Sariti. Akhirnya Aurora cerita sendiri kau memang pergi dengan suamiku, batin Sinar."Pergi ke mana, Sar?" tanya Sinar.Mendadak raut wajah Sariti tak bisa diterka. Menunduk dan meremas ujung dasterny
Entah kenapa Sinar merasa kegerahan. Padahal wanita itu sudah menaikkan volume AC dan memakai pakaian yang lumayan tipis. Ia mulai membuka matanya dan kaget ternyata suaminya sudah tidak ada di sebelahnya. Pasti menemui gundik gatalnya itu.Sinar akhirnya terbangun dan mengambil air minum di atas meja. Kalau dulu saat Sinar mengetahui suaminya diam-diam ke kamar Sariti tengah malam Sinar akan menggerutu, kesal, gelisah dan marah. Tapi kali ini ia sudah bisa menahan emosinya. Rasa cintanya terhadap Bagas lama-kelamaan semakin terkikis habis.Sinar mengambil bluetooth yang langsung terhubung dengan suara-suara dari kamar Sariti. Ia yakin kalau suaminya berada di sana."Istri kamu itu, Mas! Dia keterlaluan tahu nggak! Dia marahi aku gara-gara aku manggil Aurora dan Aksara anakku. Padahal sebentar lagi aku akan menjadi ibu mereka juga, kan? Mas Bagas akan menikahiku, kan?"Suara Sariti terdengar sangat serak. Ia sesenggukan sambil menahan napas
Memang cukup gila bagi Sinar. Bisa-bisanya ia malah merayu Bagaskara yang memang nyatanya penggila tubuh wanita. Sinar tahu kalau itu bukan masalah karena mereka masih berstatus suami istri. Tapi rasanya agak gimana gitu harus berhubungan dengan suaminya yang sudah berbagi ranjang dengan wanita lain."Mas, aku mau nengokin anak-anak dulu. Nanti berangkat ke kantor barengan, mau?" ajak Sinar. Ia mengikuti cara Gebby untuk tidak membuat si kembar ke sekolah dengan Sariti. Bagaimanapun caranya, si kembar harus dijauhkan dari wanita gundik itu. Ia tahu kalau Sariti memang sedang berusaha mengambil hati Aurora dan Aksara."Baiklah, kita udah lama juga gak berangkat kerja bareng meskipun beda kantor. Ngomong-ngomong kamu masih bekerja sebagai penata busana dan tema pemotretan kan, Sayang? Aku sering melihat namamu ada di bagian iklan yang dipajang di jalan raya besar," terang Bagas.
Lagi dan lagi. Dugaan Sinar akurat seratus persen. Bagaskara, suaminya benar-benar putar arah dan melipir ke rumah. Apalagi kalau bukan untuk bercinta dengan gundik gatalnya, si Sariti yang sok polos itu."Kok bisa ya, lu betah gitu serumah sama mereka? Lu manusia bukan sih?" heran Gebby.Sinar mengangkat bahu. Ia sedang sibuk memilih kostum yang paling pantas untuk artisnya hari ini. Ada meet and great film Sebuah Analogi Cinta yang diperankan Anjani Killa dan Brian Arlen Mauten. Mereka memang artis yang sedang naik daun."Dikuat-kuatin, Geb. Sebenarnya kalau ditanya, gue pingin banget mutilasi mereka terus gue buang ke rawa-rawa. Tapi sebagai wanita yang lucu dan keren, seorang Sinar gak bakalan kalah. Gak apa-apa sekarang naik darah, yang penting besok mereka yang bakalan ngerasain sakaratul maut di depan keluarga!"Gebby merinding seketika. Ia tahu kalau temannya dari dulu memang tak suka dibohongi. Apalagi dibohongi atas nama pernikahan
Siapa yang menyangka kalau Sinar akan bertemu Arya secara kebetulan. Apalagi kini Gebby pamit lebih dahulu karena ditelpon oleh asisten artisnya. Gebby memang menjadi penata busana seperti Sinar, ia lebih memilih mengambil job Sinar sekarang dan membiarkan temannya pdkt. Bagas? Buang ke laut aja deh!"Aku gak enak deh kita berduaan gini, rasanya kayak sama aja ya sama Bagas dan pembantu kamu," Arya mulai tidak nyaman karena perginya Gebby. Keadaan mendadak jadi canggung, padahal tidak biasanya Arya merasa begitu."Maksudnya kita kayak orang selingkuh gitu, Mas Ar? Haha, ya enggaklah. Beda versi beda pandangan juga. Kalau ditanya ya tinggal bilang kebetulan ketemu, kamu juga sekarang jadi pengacaraku bukan?"Arya mengakui kalau Sinar terlalu santai dengan lingkungan di sekitarnya. Bahkan menurutnya, Sinar adalah wanita yang tegar dan tak terintimidasi dengan orang lain. Buktinya Gebby sejak tadi menyuruhnya melabrak Bagas dan Sariti, tapi Sinar tetap stay cool
Mendapat tamu istimewa, Aurora dan Aksara sangat antusias. Bahkan Sinar sudah menyiapkan kostum agar nanti mereka bisa berfoto dengan Brian."Nanti kamu nyuruh bang Halimin angkatin kursi di taman belakang. Jangan sampai pilih kursi yang jelek," Sinar masih terus mengecek taman yang sudah diubah menjadi ala-ala cafe. Dengan meja panjang juga lampu-lampu kuning agar terlihat aesthetic.10 menit lagi Anjani dan Brian akan datang, Gebby sedang bermain dengan si kembar di dekat ruang tamu. Mereka memang tak sabar menyambut paman Arthur si super hero. Sedangkan Bagas akan pulang setelah maghrib. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, Aurora memekik sekencang-kencangnya dan berlari ke arah Brian. "Paman Arthur!"Anjani tersenyum dan berjongkok. Memperkenalkan diri di depan anak kembar Sinar. "Halo little girl and little boy, aku Anjani. Panggil Sista Ann ya,""Yes, Sista Ann!" kompak mereka."Kamu pasti Aksara, ganteng bang
Demi Tuhan!Bisa-bisanya si Bagas dan gundiknya tak tahu tempat dan situasi. Gebby bahkan tak habis pikir kalau mereka akan seberani itu. "Please, kirimin ke aku foto yang udah kamu ambil tadi, Ann. Jangan disebarin, kamu gak tahu apa-apa tentang kehidupan Sinar,"Gebby mengajak Anjani ke teras agar tak ada seorang pun yang mendengarkan pembicaraan mereka. "Ini bahaya kalau kamu ikut-ikutan. Karir kamu sedang bagus-bagusnya loh,""Tapi Mbak, aku sayang sama mbak Sinar. Aku yang baru ketemu si kembar aja langsung dekat dan juga sayang sama mereka," kilah Anjani. Gadis itu bersikukuh tak memberikan ponselnya kepada Gebby. Siapa tahu kalau Anjani yang mempostingnya akan langsung viral dan Sinar tak perlu bersusah payah membeberkan kebusukan suaminya.Gebby juga tetap bersikukuh menjelaskan untung-ruginya bagi Anjani kalau menggugah apa yang baru saja dilihatnya. Ia harus memberi penjelasan masuk akal agar artisnya tidak ngotot dan bikin ker
Karena pernah hamil bahkan kembar, Sinar tak susah adaptasi dengan bentuk tubuhnya yang mulai berubah. Kini usia kandungannya memang memasuki bulan ke enam. Sungguh, tak terasa ia akan melahirkan 4 bulan lagi, jadi tak sabar menyambut anak ke tiganya."Aku gak kelihatan gendutan kan pakai ini? Aku takut kamu malu kalau aku kelihatan gendut, Sayang."Sejak perutnya mulai membesar, Sinar sering insecure. Padahal suaminya tak masalah dengan itu, baginya Sinar malah terlihat seksi karena hamil tua."Pakai apa aja kamu selalu cantik kok, Sayang. Lagian mana ada hamil gak gendut sih, kalau nanti ada yang ngomong macam-macam tentang penampilanmu, bakapan kubeli omongannya biar malu."Duh, semenarik itu memang suaminya. Bahkan mereka jarang sekali berantem ataupun cek-cok. Arya terlalu santai saat Sinar merajuk, bahkan Sinar lupa kapan terakhir mereka bertengkar.Mereka akan datang ke pesta pernikahan Gebby dan Yudis, menitipkan si kembar ke rumah orang tu
Setelah meminjamkan uang kepada mantan suami beberapa minggu yang lalu, Bagas dan Sariti bagai hilang ditelan bumi. Entahlah, mungkin mereka malu menunjukkan batang hidung di depan Sinar."Kalau mereka gak balik-balik, 100 jutanya gimana, Mas?" Sinar masih sibuk mengupas apel. Mumpung Arya sedang mengambil cuti beberapa hari karena ingin menikmati liburan di rumah dengan keluarga."Gak masalah, toh hitung-hitung bagiin rejeki. Jangan karena kamu punya masalah sama mereka, kamu gak rela mereka bahagia. Uang bisa dicari lagi kan?" jawab Arya dengan entengnya.Membicarakan uang memang terasa mudah dan enteng bagi suaminya. Pria itu bahkan selalu mengajak Sinar rutin ke salon karena mutlaknya wanita memang suka perawatan. Sinar sendiri makin ayem dong."Aku mau apelnya dong, yang gede kayak punya kamu."Ucapan Arya barusan membuat Sinar refleks mencubit perut suaminya. Ia tahu betul apa maksud ucapan suaminya tadi, duh dikit-dikit minta nyusù ka
Kenapa Sariti membicarakan soal tumpangan? Maksudnya wanita itu meminta ikut ke timpat tinggalnya? What! Demi apa!"Jangan konyol!" bentak Wira.Sinar masih berdiri dan menepis tangan Sariti. Sebenarnya ia masih tak sudi bertatapan apalagi berbicara dengan mantan pembantunya."Maksudnya?"Sebelum Sariti menceritakan kemalangannya tinggal bersama mertua, Laras sudah lebih dulu menarik tangan Sariti untuk masuk ke ruangannya kembali. Sinar jelas tak tega karena mantan mertuanya terlihat kasar sekali."Bu, aku akan mendengar penjelasannya. Tolong jangan kasar, dia sedang hamil cucumu bukan?"Ah, pertanyaan Sinar sangat menyentil hati Laras. Ia sungguh tak sudi memiliki cucu dari seorang pelakór seperti Sariti.Tepat setelah permohonan dari Sariti, Bagas tiba dan mendatangi mereka. Ia agak terkejut melihat Sinar bisa ada di lokasi yang sama dengannya."Mas!" Sariti kembali keluar dari kamar rumah sakit dan terjun ke pelukan
Kalau dipikir-pikir, setelah pensiun hampir dua bulan pekerjaan Sinar di bumi hanya menganggur dan bernapas. Tapi wanita itu amat beruntung memiliki pasangan super baik seperti Arya Sagara."Duh, lama-lama badan gue bakalan makin melar deh. Gue jarang banget masak, Arya selalu bangun lebih pagi bahkan di saat gue masih keliling dunia halu gue," ungkap Sinar."Hahaha. Perfecly imperfect ya! Harusnya lu bahagia dong karena gak semua pria mempercayakan uang mereka kepada istrinya. Seribu satu deh yang kayak Arya!"Kalau dipikir-pikir memang iya sih, suaminya begitu istimewa. Dari memanjakannya di ranjang, tabungan bulanan kartu kredit masih sisa banyak, belum lagi merawat si kembar dengan limpahan kasih sayang yang begitu tak terhingga."Eh tapi, kalian kan udah seminggu ya menikah. Ada gak sesuatu yang gak lu suka dari dia?" kepo Gebby.Sontak pertanyaan dari temannya membuat Sinar tak tahu harus menjawab apa. Apalagi sejauh ini suaminya terlalu semp
Sambil bercengkrama dengan keluarga baru, Arya masih sibuk memangku Aurora. Manja minta dipangku oleh ayah barunya, mereka memang sudah sedekat itu."Ra, kasihan dong Ayah Arya. Biarin istirahat Ayahnya, kamu katanya rindu sama Bunda kok nempel-nempelnya sama Ayah Arya?"Si kecil nyengir kuda. Baginya kasih sayang seorang ayah sangat berarti untuknya sekarang. "Gak apa-apa dong. Kan Ayah Arya gak keberatan, Bunda gak boleh mangku aku. Nanti perutnya sakit terus gak bisa bikin dedek baru lagi."Hadeh, siapa pula yang mengajarkannya sampai bisa memikirkan perkataan sampai sejauh itu? Apalagi Aurora baru berumur 7 tahun."Eh, emangnya kamu siap punya adik? Nanti gak disayang Bunda lagi loh?" pancing Aksara.Urusan membuat tangis kembarannya, Aksara jagonya. Aksara memang suka usil dan banyak akalnya. Lihat, mata Aurora hampir berkaca-kaca.Biasanya saat Aurora menangis, Bagas akan memarahinya habis-habisan.Memberikan hukuman dan menguncinya di
Setelah lima hari tinggal di Bogor, Sinar mengusulkan diri untuk mengunjungi orang tuanya yang memang liburan di Bandung. Apalagi ia memang punya janji mengadakan syukuran pernikahan dengan beberapa rekan agensinya."Semuanya udah siap kan? Baju-baju kamu gak ada yang tertinggal?""Enggak ada, Mas. Nanti kalau ada yang tertinggal kan bisa diambil lagi, Bogor-Bandung gak jauh-jauh amat kok."Baiklah, sepertinya Sinar tak keberatan diajak bolak-balik ke kota kelahirannya. Betah kali, dingin dan bikin nyaman.Mereka sudah menenteng koper mini. Arya hanya membawa beberapa baju ganti, semua bajunya sudah tersimpan rapi di rumahnya. Rumah impian yang akan ditinggalinya dengan istri dan si kembar."Bu, pamit ya. Maaf belum bisa mengobrol banyak. Nanti kapan-kapan kita main, Sinar juga kayaknya betah di sini," pancing Arya."Oh, jelas. Kan adik iparku suka yang dingin-dingin kayak Bogor. Iya kan, adik ipar?""Ah, bisa aja Kak."Riani m
Kesiangan adalah hal yang wajar bagi pengantin baru. Bahkan Arya malas keluar dari zona nyamannya, masih terbungkus selimut dengan sang istri.Lucunya adalah Sinar memiliki tabiat tidur yang heboh. Tak bisa diam seperti dirinya, unik juga istrinya. Ia masih menatap punggung polos Sinar dari belakang."Sayang, mau bangun apa enggak?""Hmm."Ya. Sinar memang mager, sama sekali tak rela untuk membuka mata setelah semalam dibuat melayang karena perbuatan suaminya. Ah, kalau diingat-ingat bikin senyum-senyum sendiri."Kalau bahagia ajak-ajak dong, Sayang. Kelihatan banget kamu ketawa sendiri tadi."Ih, ganggu aja orang lagi halu. Sinar tahu Arya pasti paham apa yang sedang dipikirkannya sekarang."Aku masih ngantuk."Baiklah, Arya maklum. Dinginnya Bogor pasti membuat istrinya di mode off untuk diajak bercanda. Ia kembali bersembunyi di balik punggung istrinya yang hangat, tanpa sehelai kain sama sekali. Memang begitu nyaman sampai-
Aneh, tumben si kembar sama sekali tidak rewel selama resepsi pernikahan. Bahkan mereka peka membawakan makanan dan minuman agar pasangan pengantin tidak kelaparan saat banyak tamu undangan berpamitan.Mereka mendekati Arya dan Sinar. Seakan merestui untuk memberikan waktu hanya berdua bagi pengantin baru. Duh, manisnya."Ayah Arya, kami tidur sama kakek-nenek dulu ya," ucap Aksara saat Mahesa hendak ke rumah Sinar di Bandung.Eh, maksudnya si bocil memberikan waktu berdua bagi Sinar dan Arya? Begitulah kira-kira batin sang pengantin. Pengertian banget si bocil kalau Arya memang tak tertahankan pingin iya-iya dengan sang bunda."Yakin? Bukannya kalian semalem bilang rindu banget sama Bunda sampai gak mau pisah?" pancing Sinar.Ia tahu kalau Aksara sangat paham yang dilakukan pengantin baru adalah sesuatu hal yang dewasa. Belajar dari siapa sih, anaknya?"Yakin, Bunda! Pamit dulu ya, nanti kalau ke rumah bawain makanan yang banyak!"Au
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Arya Sagara dengan Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dibayar tunai.""Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu."SAH!" sahut para tamu undangan serempak.Sesepuh perumahan di daerah tempat tinggal Riani memimpin doa, memberikan keberkahan pada pasangan yang sudah sah barusan.Arya melirik ke arah Sinar, sudah pasti terselip rasa haru di hatinya. Istrinya mencium punggung tangannya dan pria itu merasa tersengat tubuhnya karena baginya ini adalah pengalaman pertamanya.Dielusnya ubun-ubun sang istri, memejam lalu berdoa untuk kebaikan mereka berdua. Kini baik Arya maupun Sinar sama-sama jadi pusat perhatian.Usai ijab qabul, banyak adat pernikahan yang harus dilewati. Sinar memang tahu kalau mertuanyanya menginginkan adat Sunda sesuai pakaian yang dipakainya.