Home / Romansa / Hello, My Second Husband / Kacang Lupa Kulitnya

Share

Kacang Lupa Kulitnya

Author: Namira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Akhirnya rapat selesai lebih cepat. Sinar cukup lega bisa pulang lebih awal, apalagi hari ini suaminya pasti sudah ada di rumah. Bagas memang sering pergi ke luar kota karena dinas. 

"Gue mau pulang karena suami udah stay. Lu mau nebeng gak? Katanya tadi motor lu mogok?" tawar Sinar pada Gebby. 

Wanita itu menggeleng karena sudah lebih dulu memesan taksi online. Sambil menunggu dan menemani temannya, Sinar berusaha menstater mobilnya, tapi anehnya tidak mau menyala. Ah, ya ampun! Kenapa Sinar bisa lupa kalau ia belum mengisi bensin. 

"Gebb.." bujuk Sinar. Ia mungkin akan menginapkan mobilnya semalam. Besok gampang deh. 

"Apa? Pasti lu lupa lagi kan ngisi makan mobil lu sampai gak mau jalan. Iya, lu boleh nebeng taksi gue. Bentar lagi juga datang," sahutnya. 

Lima belas menit kemudian, taksi pesanan Gebby datang. Beruntung banget karena Sinar pasti akan lumutan. Ponselnya hanya tersisa 15 persen saja. Ia juga lupa kalau tadi tidak sempat menchargernya. Kenapa makin pikun aja sih, apa karena usianya ya?  

Jarak kantor dengan rumahnya lumayan jauh. Menempuh waktu sekitar satu jam. Gebby lebih dulu sampai dan melambaikan tangan pada temannya. 

"Hati-hati, have fun ya sama suami lu," ucap Gebby seraya masuk ke rumahnya. Gebby memang masih ikut dengan orang tuanya. Wanita itu belum diperbolehkan untuk tinggal sendiri di apartemen, mungkin karena jaman sekarang pergaulan semakin tak bisa dinalar. 

Sampai di rumah Sinar, wanita itu tersenyum sumringah setelah melihat mobil suaminya sudah ada di bagasi. Namun anehnya, kenapa selarut ini lampu depan belum dinyalakan? Apakah memang mati? Setahunya, Sinar tak pernah telat membayar token listrik. 

Begitu masuk rumah, ia tambah heran. Kenapa sangat sepi sekali? Perasaan Sinar mendadak tak enak karena suaminya tak ada di mana-mana. Di ruang tamu, kamarnya, kamar Aksara dan Aurora, dapur bahkan halaman belakang. Apa Bagas pergi lagi? Tapi kan mobilnya sudah ada di depan?

Sinar berbalik arah untuk mengecek anak-anaknya yang sudah tidur. Cepat sekali mereka, pasti Sariti mendongengkan cerita-cerita kesukaan anak-anak lagi seperti biasanya. 

"Hmm.. jangan berhenti, nah di situ.. benar di situ," suara rengangan terdengar jelas dari balik kamar Sariti. Sinar keheranan, sedang apa Sariti di dalam? Apa sedang menelpon seseorang? Tapi kenapa suaramya ambigu sekali? 

Sinar berjalan sangat pelan dan mendengarkan lebih teliti lagi. Ia tak bisa dengan sengaja membuka pintu Sariti meskipun ini adalah rumahnya sendiri. 

"Kamu sangat hebat, Sar. Aku menyukai tubuhmu yang sangat seksi ini," suara seorang pria membuat Sinar langsung membekap mulutnya. Ia yakin itu adalah suara Bagas, suaminya sendiri. Ia yakin sekali. 

Sinar tak tahan dan memutar arah ke samping rumah. Setidaknya ia akan tahu sedang apa mereka. Meskipun Sinar sudah sangat bisa menebaknya. 

Beruntung kamar Sariti agak gelap dengan gorden yang membuat Sinar bisa melihat adegan tak senonoh dari keduanya. Sinar tak percaya mereka melakukan perbuatan asusila di rumahnya. 

Ia selonjoran di lantai dan memegang kepalanya. Berusaha menahan napas dan bersumpah tak akan memaafkan suami dan pembantu laknatnya. 

Ah, Sinar harus pura-pura tak tahu. Ia harus tegar demi membuat suaminya bertekuk lutut padanya. Sinar kembali berdiri dan kembali mengendap-ngendap. Ia berhasil keluar dari rumahnya. Pilihannya hanya satu sekarang, ke rumah Gebby. 

***

"Kenapa jam segini Sinar belum pulang ya, Sar?" Bagas mengecek ponselnya dan tak ada satu pun chat dari istrinya. 

Mereka sudah selesai dari kegiatan rutinnya setiap Bagas menginginkan Sari menemaninya saat Sinar sibuk di kantor. Kebetulan Sariti memang sedikit menyukai suami dari majikannya yang gagah dan prima. 

"Gak tahu, dia kan istri kamu. Aku dari tadi kan di sini sama kamu, Mas," Sariti agak kesal karena pria yang baru saja menikmati tubuhnya malah memikirkan wanita lain meskipun istrinya sendiri.  

Ini memang sudah jam sepuluh malam. Biasanya Sinar pulang jam 9 malahan lebih awal, itulah mengapa Bagas cepat-cepat menuntaskan hasrat sesaatnya dengan sang pembantu muda. Darah muda, darah yang berapi-api. 

Awalnya hubungannya tak disangka akan sejauh ini. Sudah lebih dari 4 bulan Bagas menggauli pembantunya karena Sinar selalu ketiduran setelah bekerja. Mereka sama-sama pekerja kantoran. Apalagi Sinar jauh lebih sukses ketimbang dirinya. 

"Kamu tidur saja dulu, aku akan menunggu Sinar pulang." 

Pembantu yang tak tahu malu itu tetap tak mau. Ia ingin lebih lama menemani pria yang menjadi kekasih gelapnya selama hampir lima bulan. Sudah lama Sariti tidak mendapatkan nafkah batin karena sudah lama wanita itu putus dari pacarnya di kampung.  

Baru saja dibicarakan, Sinar menelpon Bagas. Istrinya mengatakan kalau mobilnya kehabisan bensin dan sekarang ada di rumah Gebby. Ia menyuruh Bagas untuk menjemputnya. 

"Baiklah, Sayang. Aku segera ke sana. Aku pikir kamu kenapa-kenapa tadi. Tunggu sebentar ya," Bagas langsung menutup sambungan telepon dan bergegas ke rumah Gebby. 

Namun Sariti menahan tangan Bagas. Pria itu menoleh, bertanya kenapa Sariti menghalangi jalannya. 

"Hati-hati di jalan, Mas Bagas. Aku akan jaga anak-anak kamu di sini." 

Pria itu melumat sebentar bibir Sariti yang mencandukan. Satu menit mereka menikmati permainan yang sudah lama mereka mainkan. 

Di sebrang sana, Sinar masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi saat sampai di rumah. 

"Padahal tadi gue bercanda waktu bicarain suami lu. Eh, ternyata mulut rombeng gue manjur juga. Maaf loh, Tar." 

Tar adalah panggilan sebagian orang, Mentari. Terkadang memang Sinar dipanggil Tari. Ia sudah melapangkan dada agar suaminya tak bertanya apakah Sinar habis menangis. Ia harus kelihatan tak tahu apa-apa tentang perbuatan setan suaminya. 

"Lalu setelah ini lu mau apa? Gak mau ngelabrak mereka? Di sini lu kan gak salah, mereka yang seenak jidat udah selingkuh di belakang lu. Bagas udah gak pantes jadi suami lu, Tar!"

Gebby jadi kesal sendiri atas perbuatan suami temannya itu. Ia tak menyangka Bagas adalah pria yang hanya butuh kebutuhan biologis demi memenuhi hasrat sesaatnya. Ia sempat bertemu dengan Sariti, pembantu muda dari kampung yang dibawa Sinar dari kampung pembantunya dulu. 

Sariti memang masih muda dengan bentuk tubuh yang elok wajah yang tampak tampil lebih segar. Tapi urusan cantik, Sariti masih kalah dengan Sinar. 

"Sekarang yang terpenting adalah bagaimana gue bisa membuat mereka bertekuk lutut dan menangis darah karena perbuatan keji mereka di depan gue." 

"Caranya?" tanya Gebby heran. 

"Belum gue pikirin sih, Geb. Tapi yang pasti rencana gue harus benar-benar matang. Gue yakin ini enggak cuma sekali mereka melakukannya, pasti jauh-jauh hari bahkan berbulan-bulan mereka sudah bermain di belakang gue. Nggak nyangka aja, padahal kita tuh udah punya anak loh. Ternyata Bagas enggak lebih dari pria sampah yang cuma modal tampang dan rayuan gombal. Pasti Sariti udah termakan oleh rayuannya atau malah sebaliknya, Sariti lah yang menggoda suami gue lebih duluan? Apa pun itu, gue enggak bakal biarin mereka bahagia di atas penderitaan gue dan anak-anak gue. Geb, pokoknya Lu harus bantu gue!" 

Gebby langsung menganggu setuju dan siap untuk memberantas pelakor gatal seperti Sariti. 

Related chapters

  • Hello, My Second Husband   Meminta Bantuan Mencari Pembelaan

    Setelah mengetahui bahwa suaminya selingkuh dengan pembantunya sendiri, Sinar mulai menyusun rencana demi rencana. Pertama, ia akan langsung datang ke pengacara. Kebetulan teman dekat Bagas adalah seorang pengacara yang sedang naik daun di kotanya.Meskipun mereka teman dekat, tapi Sinar tahu kalau pekerjaan tetaplah pekerjaan. Ia yakin kalau pria bernama Arya Sagara akan tetap membantunya menyelidiki kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya sendiri."Nanti kalau sudah pulang dari mengantarkan anak-anak ke sekolah, tolong mampir belikan susu formula buat mereka ya, Sar?" pinta Sinar.Melihat wajah polos sang pembantu, rasanya Sinar ingin mengguyur air minum yang sedang ada di hadapannya. Sabar, Sinar, sabar!"Baik, Bu," sahut Sariti.Hari ini Sinar akan langsung pergi menemui Arya. Dengan alasan ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal di kantor.Ternyata inilah al

  • Hello, My Second Husband   Arya Sagara Memang Menggoda

    Satu kata untuk pelakor, tenggelamkan! Sinar harus bermental baja saat berada di rumahnya. Bagas memang tak pernah menunjukkan kemesraannya dengan Sariti, tapi Sinar sudah sering melihat suaminya pergi tengah malam. Alasannya selalu sama yaitu mencari udara terbuka untuk merokok.Malam itu Sinar masih ingat jelas bagaimana suaminya memperlakukan Saritu begitu perhatiannya. Bahkan panggilan kesayangan untuk Sinar juga diberikan oleh Sariti."Kamu pasti sangat merindukanku kan, Mas Bagas?" suara Sariti seakan dibuat-buat agar suami Sinar terpancing.Sinar bisa mendengarkannya karena Arya memang sudah meletakkan alat perekam di beberapa titik yang memungkinkan mereka melakukannya.Bagas terdengar seperti menciumi Sariti karena wanita itu terdengar mendesah pelan. Sebenarnya hati Sinar sangat terluka, apalagi mereka sudah melakukannya berulang kali. Mungkin hubungan mereka memang sudah lama. Dan bod

  • Hello, My Second Husband   Ngaca Dong Pelakor!

    Kedekatan anak kembar Sinar dengan Sariti makin membuat Sinar tak ingin berlama-lama menyimpan kebusukan suaminya dengan sang pembantu. Sinar sudah memiliki beberapa bukti akurat yang akan membuat mereka tak bisa mengelak."Bunda, tadi di sekolah Mbak Saliti nyuluh Aulola nyanyi!" curhat putrinya.Sinar hanya tersenyum sambil melihat ke arah Sariti, sedangkan Sariti hanya membalas senyuman majikannya."Terus Aurora nyanyi apa?""Nyanyi balonku ada lima! Tapi kak Ala gak ikutan nyanyi malah diam aja. Katanya Aulola belisik, Mbak Saliti juga pelgi dengan Ayah."Mampus kau Sariti. Akhirnya Aurora cerita sendiri kau memang pergi dengan suamiku, batin Sinar."Pergi ke mana, Sar?" tanya Sinar.Mendadak raut wajah Sariti tak bisa diterka. Menunduk dan meremas ujung dasterny

  • Hello, My Second Husband   Kecemburuan Sariti

    Entah kenapa Sinar merasa kegerahan. Padahal wanita itu sudah menaikkan volume AC dan memakai pakaian yang lumayan tipis. Ia mulai membuka matanya dan kaget ternyata suaminya sudah tidak ada di sebelahnya. Pasti menemui gundik gatalnya itu.Sinar akhirnya terbangun dan mengambil air minum di atas meja. Kalau dulu saat Sinar mengetahui suaminya diam-diam ke kamar Sariti tengah malam Sinar akan menggerutu, kesal, gelisah dan marah. Tapi kali ini ia sudah bisa menahan emosinya. Rasa cintanya terhadap Bagas lama-kelamaan semakin terkikis habis.Sinar mengambil bluetooth yang langsung terhubung dengan suara-suara dari kamar Sariti. Ia yakin kalau suaminya berada di sana."Istri kamu itu, Mas! Dia keterlaluan tahu nggak! Dia marahi aku gara-gara aku manggil Aurora dan Aksara anakku. Padahal sebentar lagi aku akan menjadi ibu mereka juga, kan? Mas Bagas akan menikahiku, kan?"Suara Sariti terdengar sangat serak. Ia sesenggukan sambil menahan napas

  • Hello, My Second Husband   Dasar Buaya Kelas Kakap!

    Memang cukup gila bagi Sinar. Bisa-bisanya ia malah merayu Bagaskara yang memang nyatanya penggila tubuh wanita. Sinar tahu kalau itu bukan masalah karena mereka masih berstatus suami istri. Tapi rasanya agak gimana gitu harus berhubungan dengan suaminya yang sudah berbagi ranjang dengan wanita lain."Mas, aku mau nengokin anak-anak dulu. Nanti berangkat ke kantor barengan, mau?" ajak Sinar. Ia mengikuti cara Gebby untuk tidak membuat si kembar ke sekolah dengan Sariti. Bagaimanapun caranya, si kembar harus dijauhkan dari wanita gundik itu. Ia tahu kalau Sariti memang sedang berusaha mengambil hati Aurora dan Aksara."Baiklah, kita udah lama juga gak berangkat kerja bareng meskipun beda kantor. Ngomong-ngomong kamu masih bekerja sebagai penata busana dan tema pemotretan kan, Sayang? Aku sering melihat namamu ada di bagian iklan yang dipajang di jalan raya besar," terang Bagas.

  • Hello, My Second Husband   Takdir Atau Kebetulan?

    Lagi dan lagi. Dugaan Sinar akurat seratus persen. Bagaskara, suaminya benar-benar putar arah dan melipir ke rumah. Apalagi kalau bukan untuk bercinta dengan gundik gatalnya, si Sariti yang sok polos itu."Kok bisa ya, lu betah gitu serumah sama mereka? Lu manusia bukan sih?" heran Gebby.Sinar mengangkat bahu. Ia sedang sibuk memilih kostum yang paling pantas untuk artisnya hari ini. Ada meet and great film Sebuah Analogi Cinta yang diperankan Anjani Killa dan Brian Arlen Mauten. Mereka memang artis yang sedang naik daun."Dikuat-kuatin, Geb. Sebenarnya kalau ditanya, gue pingin banget mutilasi mereka terus gue buang ke rawa-rawa. Tapi sebagai wanita yang lucu dan keren, seorang Sinar gak bakalan kalah. Gak apa-apa sekarang naik darah, yang penting besok mereka yang bakalan ngerasain sakaratul maut di depan keluarga!"Gebby merinding seketika. Ia tahu kalau temannya dari dulu memang tak suka dibohongi. Apalagi dibohongi atas nama pernikahan

  • Hello, My Second Husband   Arya Sagara Sesuatu Banget, Ya?

    Siapa yang menyangka kalau Sinar akan bertemu Arya secara kebetulan. Apalagi kini Gebby pamit lebih dahulu karena ditelpon oleh asisten artisnya. Gebby memang menjadi penata busana seperti Sinar, ia lebih memilih mengambil job Sinar sekarang dan membiarkan temannya pdkt. Bagas? Buang ke laut aja deh!"Aku gak enak deh kita berduaan gini, rasanya kayak sama aja ya sama Bagas dan pembantu kamu," Arya mulai tidak nyaman karena perginya Gebby. Keadaan mendadak jadi canggung, padahal tidak biasanya Arya merasa begitu."Maksudnya kita kayak orang selingkuh gitu, Mas Ar? Haha, ya enggaklah. Beda versi beda pandangan juga. Kalau ditanya ya tinggal bilang kebetulan ketemu, kamu juga sekarang jadi pengacaraku bukan?"Arya mengakui kalau Sinar terlalu santai dengan lingkungan di sekitarnya. Bahkan menurutnya, Sinar adalah wanita yang tegar dan tak terintimidasi dengan orang lain. Buktinya Gebby sejak tadi menyuruhnya melabrak Bagas dan Sariti, tapi Sinar tetap stay cool

  • Hello, My Second Husband   Si Demit dan Si Kampret

    Mendapat tamu istimewa, Aurora dan Aksara sangat antusias. Bahkan Sinar sudah menyiapkan kostum agar nanti mereka bisa berfoto dengan Brian."Nanti kamu nyuruh bang Halimin angkatin kursi di taman belakang. Jangan sampai pilih kursi yang jelek," Sinar masih terus mengecek taman yang sudah diubah menjadi ala-ala cafe. Dengan meja panjang juga lampu-lampu kuning agar terlihat aesthetic.10 menit lagi Anjani dan Brian akan datang, Gebby sedang bermain dengan si kembar di dekat ruang tamu. Mereka memang tak sabar menyambut paman Arthur si super hero. Sedangkan Bagas akan pulang setelah maghrib. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, Aurora memekik sekencang-kencangnya dan berlari ke arah Brian. "Paman Arthur!"Anjani tersenyum dan berjongkok. Memperkenalkan diri di depan anak kembar Sinar. "Halo little girl and little boy, aku Anjani. Panggil Sista Ann ya,""Yes, Sista Ann!" kompak mereka."Kamu pasti Aksara, ganteng bang

Latest chapter

  • Hello, My Second Husband   True Love

    Karena pernah hamil bahkan kembar, Sinar tak susah adaptasi dengan bentuk tubuhnya yang mulai berubah. Kini usia kandungannya memang memasuki bulan ke enam. Sungguh, tak terasa ia akan melahirkan 4 bulan lagi, jadi tak sabar menyambut anak ke tiganya."Aku gak kelihatan gendutan kan pakai ini? Aku takut kamu malu kalau aku kelihatan gendut, Sayang."Sejak perutnya mulai membesar, Sinar sering insecure. Padahal suaminya tak masalah dengan itu, baginya Sinar malah terlihat seksi karena hamil tua."Pakai apa aja kamu selalu cantik kok, Sayang. Lagian mana ada hamil gak gendut sih, kalau nanti ada yang ngomong macam-macam tentang penampilanmu, bakapan kubeli omongannya biar malu."Duh, semenarik itu memang suaminya. Bahkan mereka jarang sekali berantem ataupun cek-cok. Arya terlalu santai saat Sinar merajuk, bahkan Sinar lupa kapan terakhir mereka bertengkar.Mereka akan datang ke pesta pernikahan Gebby dan Yudis, menitipkan si kembar ke rumah orang tu

  • Hello, My Second Husband   Akhirnya Dung-dung

    Setelah meminjamkan uang kepada mantan suami beberapa minggu yang lalu, Bagas dan Sariti bagai hilang ditelan bumi. Entahlah, mungkin mereka malu menunjukkan batang hidung di depan Sinar."Kalau mereka gak balik-balik, 100 jutanya gimana, Mas?" Sinar masih sibuk mengupas apel. Mumpung Arya sedang mengambil cuti beberapa hari karena ingin menikmati liburan di rumah dengan keluarga."Gak masalah, toh hitung-hitung bagiin rejeki. Jangan karena kamu punya masalah sama mereka, kamu gak rela mereka bahagia. Uang bisa dicari lagi kan?" jawab Arya dengan entengnya.Membicarakan uang memang terasa mudah dan enteng bagi suaminya. Pria itu bahkan selalu mengajak Sinar rutin ke salon karena mutlaknya wanita memang suka perawatan. Sinar sendiri makin ayem dong."Aku mau apelnya dong, yang gede kayak punya kamu."Ucapan Arya barusan membuat Sinar refleks mencubit perut suaminya. Ia tahu betul apa maksud ucapan suaminya tadi, duh dikit-dikit minta nyusù ka

  • Hello, My Second Husband   Jadi Pahlawan Buat Mantan

    Kenapa Sariti membicarakan soal tumpangan? Maksudnya wanita itu meminta ikut ke timpat tinggalnya? What! Demi apa!"Jangan konyol!" bentak Wira.Sinar masih berdiri dan menepis tangan Sariti. Sebenarnya ia masih tak sudi bertatapan apalagi berbicara dengan mantan pembantunya."Maksudnya?"Sebelum Sariti menceritakan kemalangannya tinggal bersama mertua, Laras sudah lebih dulu menarik tangan Sariti untuk masuk ke ruangannya kembali. Sinar jelas tak tega karena mantan mertuanya terlihat kasar sekali."Bu, aku akan mendengar penjelasannya. Tolong jangan kasar, dia sedang hamil cucumu bukan?"Ah, pertanyaan Sinar sangat menyentil hati Laras. Ia sungguh tak sudi memiliki cucu dari seorang pelakór seperti Sariti.Tepat setelah permohonan dari Sariti, Bagas tiba dan mendatangi mereka. Ia agak terkejut melihat Sinar bisa ada di lokasi yang sama dengannya."Mas!" Sariti kembali keluar dari kamar rumah sakit dan terjun ke pelukan

  • Hello, My Second Husband   Pelakôr Tak Akan Bahagia

    Kalau dipikir-pikir, setelah pensiun hampir dua bulan pekerjaan Sinar di bumi hanya menganggur dan bernapas. Tapi wanita itu amat beruntung memiliki pasangan super baik seperti Arya Sagara."Duh, lama-lama badan gue bakalan makin melar deh. Gue jarang banget masak, Arya selalu bangun lebih pagi bahkan di saat gue masih keliling dunia halu gue," ungkap Sinar."Hahaha. Perfecly imperfect ya! Harusnya lu bahagia dong karena gak semua pria mempercayakan uang mereka kepada istrinya. Seribu satu deh yang kayak Arya!"Kalau dipikir-pikir memang iya sih, suaminya begitu istimewa. Dari memanjakannya di ranjang, tabungan bulanan kartu kredit masih sisa banyak, belum lagi merawat si kembar dengan limpahan kasih sayang yang begitu tak terhingga."Eh tapi, kalian kan udah seminggu ya menikah. Ada gak sesuatu yang gak lu suka dari dia?" kepo Gebby.Sontak pertanyaan dari temannya membuat Sinar tak tahu harus menjawab apa. Apalagi sejauh ini suaminya terlalu semp

  • Hello, My Second Husband   Couple

    Sambil bercengkrama dengan keluarga baru, Arya masih sibuk memangku Aurora. Manja minta dipangku oleh ayah barunya, mereka memang sudah sedekat itu."Ra, kasihan dong Ayah Arya. Biarin istirahat Ayahnya, kamu katanya rindu sama Bunda kok nempel-nempelnya sama Ayah Arya?"Si kecil nyengir kuda. Baginya kasih sayang seorang ayah sangat berarti untuknya sekarang. "Gak apa-apa dong. Kan Ayah Arya gak keberatan, Bunda gak boleh mangku aku. Nanti perutnya sakit terus gak bisa bikin dedek baru lagi."Hadeh, siapa pula yang mengajarkannya sampai bisa memikirkan perkataan sampai sejauh itu? Apalagi Aurora baru berumur 7 tahun."Eh, emangnya kamu siap punya adik? Nanti gak disayang Bunda lagi loh?" pancing Aksara.Urusan membuat tangis kembarannya, Aksara jagonya. Aksara memang suka usil dan banyak akalnya. Lihat, mata Aurora hampir berkaca-kaca.Biasanya saat Aurora menangis, Bagas akan memarahinya habis-habisan.Memberikan hukuman dan menguncinya di

  • Hello, My Second Husband   Pulang Ke Bandung

    Setelah lima hari tinggal di Bogor, Sinar mengusulkan diri untuk mengunjungi orang tuanya yang memang liburan di Bandung. Apalagi ia memang punya janji mengadakan syukuran pernikahan dengan beberapa rekan agensinya."Semuanya udah siap kan? Baju-baju kamu gak ada yang tertinggal?""Enggak ada, Mas. Nanti kalau ada yang tertinggal kan bisa diambil lagi, Bogor-Bandung gak jauh-jauh amat kok."Baiklah, sepertinya Sinar tak keberatan diajak bolak-balik ke kota kelahirannya. Betah kali, dingin dan bikin nyaman.Mereka sudah menenteng koper mini. Arya hanya membawa beberapa baju ganti, semua bajunya sudah tersimpan rapi di rumahnya. Rumah impian yang akan ditinggalinya dengan istri dan si kembar."Bu, pamit ya. Maaf belum bisa mengobrol banyak. Nanti kapan-kapan kita main, Sinar juga kayaknya betah di sini," pancing Arya."Oh, jelas. Kan adik iparku suka yang dingin-dingin kayak Bogor. Iya kan, adik ipar?""Ah, bisa aja Kak."Riani m

  • Hello, My Second Husband   Mager Gerak Deh, Sayang!

    Kesiangan adalah hal yang wajar bagi pengantin baru. Bahkan Arya malas keluar dari zona nyamannya, masih terbungkus selimut dengan sang istri.Lucunya adalah Sinar memiliki tabiat tidur yang heboh. Tak bisa diam seperti dirinya, unik juga istrinya. Ia masih menatap punggung polos Sinar dari belakang."Sayang, mau bangun apa enggak?""Hmm."Ya. Sinar memang mager, sama sekali tak rela untuk membuka mata setelah semalam dibuat melayang karena perbuatan suaminya. Ah, kalau diingat-ingat bikin senyum-senyum sendiri."Kalau bahagia ajak-ajak dong, Sayang. Kelihatan banget kamu ketawa sendiri tadi."Ih, ganggu aja orang lagi halu. Sinar tahu Arya pasti paham apa yang sedang dipikirkannya sekarang."Aku masih ngantuk."Baiklah, Arya maklum. Dinginnya Bogor pasti membuat istrinya di mode off untuk diajak bercanda. Ia kembali bersembunyi di balik punggung istrinya yang hangat, tanpa sehelai kain sama sekali. Memang begitu nyaman sampai-

  • Hello, My Second Husband   Unboxing Istri

    Aneh, tumben si kembar sama sekali tidak rewel selama resepsi pernikahan. Bahkan mereka peka membawakan makanan dan minuman agar pasangan pengantin tidak kelaparan saat banyak tamu undangan berpamitan.Mereka mendekati Arya dan Sinar. Seakan merestui untuk memberikan waktu hanya berdua bagi pengantin baru. Duh, manisnya."Ayah Arya, kami tidur sama kakek-nenek dulu ya," ucap Aksara saat Mahesa hendak ke rumah Sinar di Bandung.Eh, maksudnya si bocil memberikan waktu berdua bagi Sinar dan Arya? Begitulah kira-kira batin sang pengantin. Pengertian banget si bocil kalau Arya memang tak tertahankan pingin iya-iya dengan sang bunda."Yakin? Bukannya kalian semalem bilang rindu banget sama Bunda sampai gak mau pisah?" pancing Sinar.Ia tahu kalau Aksara sangat paham yang dilakukan pengantin baru adalah sesuatu hal yang dewasa. Belajar dari siapa sih, anaknya?"Yakin, Bunda! Pamit dulu ya, nanti kalau ke rumah bawain makanan yang banyak!"Au

  • Hello, My Second Husband   Jadi Pasutri

    "Saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Arya Sagara dengan Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dibayar tunai.""Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu."SAH!" sahut para tamu undangan serempak.Sesepuh perumahan di daerah tempat tinggal Riani memimpin doa, memberikan keberkahan pada pasangan yang sudah sah barusan.Arya melirik ke arah Sinar, sudah pasti terselip rasa haru di hatinya. Istrinya mencium punggung tangannya dan pria itu merasa tersengat tubuhnya karena baginya ini adalah pengalaman pertamanya.Dielusnya ubun-ubun sang istri, memejam lalu berdoa untuk kebaikan mereka berdua. Kini baik Arya maupun Sinar sama-sama jadi pusat perhatian.Usai ijab qabul, banyak adat pernikahan yang harus dilewati. Sinar memang tahu kalau mertuanyanya menginginkan adat Sunda sesuai pakaian yang dipakainya.

DMCA.com Protection Status