Demi Tuhan!
Bisa-bisanya si Bagas dan gundiknya tak tahu tempat dan situasi. Gebby bahkan tak habis pikir kalau mereka akan seberani itu. "Please, kirimin ke aku foto yang udah kamu ambil tadi, Ann. Jangan disebarin, kamu gak tahu apa-apa tentang kehidupan Sinar,"
Gebby mengajak Anjani ke teras agar tak ada seorang pun yang mendengarkan pembicaraan mereka. "Ini bahaya kalau kamu ikut-ikutan. Karir kamu sedang bagus-bagusnya loh,"
"Tapi Mbak, aku sayang sama mbak Sinar. Aku yang baru ketemu si kembar aja langsung dekat dan juga sayang sama mereka," kilah Anjani. Gadis itu bersikukuh tak memberikan ponselnya kepada Gebby. Siapa tahu kalau Anjani yang mempostingnya akan langsung viral dan Sinar tak perlu bersusah payah membeberkan kebusukan suaminya.
Gebby juga tetap bersikukuh menjelaskan untung-ruginya bagi Anjani kalau menggugah apa yang baru saja dilihatnya. Ia harus memberi penjelasan masuk akal agar artisnya tidak ngotot dan bikin ker
Satu hal yang paling diyakini oleh Sinar di dunia ini, keajaiban. Ya, ia harap akan menemukan keajaiban setelah badai berlalu. Strateginya selama ini akhirnya membuahkan hasil juga.Ia sudah memiliki data video, dokumen foto, rekaman, hasil dari sadap HP tersangka, saksi dari beberapa orang dan Sinar juga memiliki saksi lain seperti Anjani, Gebby dan juga Gina. Itu sudah lebih dari cukup bukan?Saat ini Sinar sedang menuju rumah Arya Sagara, pria yang sudah membantunya banyak hal dalam penyelidikan. Sayangnya Gebby tak bisa ikut lantaran ada kencan buta dengan barista idaman.Kenapa mendadak jadi nerveous gini sih menemui pria lajang?Sinar menepikan mobilnya persis di depan halaman rumah Arya. Ada motor di samping taman mini, ah motor itu motor yang pernah ia naiki saat dengan Arya beberapa hari yang lalu. "Assalamu'alaikum," ucapnya sambil memegangi tasnya. Ia mencoba melirik ke sekitar, siapa tahu Arya sedang berada di luar rumahny
Aksara menatap penuh ke arah Arya, pria jangkung yang turun dari motor besar itu membuatnya sedikit ketakutan. Baru pertama kali bocah dengan tas BoBoiBoy itu melihat teman bundanya."Dia teman Bunda, Ara. Kenalin namanya Om Arya," ucap Sinar sambil menuntun Aksara untuk bersalaman dengan Arya.Sedangkan Aurora hanya diam saja dan mengambil sesuatu dari saku tasnya, ternyata gadis kecil itu mengeluarkan permen karet yang ia dapatkan dari Lintang, temannya. "Om Arya, ini permen buat Om. Tapi Om juga harus panggil aku princees, tadi kan Om panggil kak Aksa pangeran,"Tingkah polos Aurora sontak membuat Arya langsung menyunggingkan senyum selebar-lebarnya. Baru kali ini ia mendapatkan perlakuan manis dari anak kecil. "Wah, terima kasih permennya, Princess Aurora. Kamu sangat imut seperti nama kamu,"Aurora langsung menghamburkan diri ke pelukan Arya. Gadis kecil itu memang mudah dekat dengan orang lain. Aurora saja sering diajak Bagas bertemu dengan te
Mendengar namanya dipanggil oleh Arya, Sinar langsung menoleh ke arah pria itu dengan tatapan penuh tanya, maksudnya apa?"Coba kamu tanya sama istriku, siapa tahu dia punya teman yang masih jomblo. Kamu itu harus punya pasangan, Ar, biar ada yang nemenin tidur. Iya kan, Yang?" Bagas menyentuh lengan Sinar dan membuat wanita itu hanya tersenyum kaku. Memangnya punya istri cuma dijadikan teman tidur doang, pikir Arya."Aku sih sebenarnya ada pandangan buat nikah, cuma sekarang itu lebih ke perbaikan diri aja. Siapa tahu nanti kalau aku sudah punya istri aku nggak bisa jaga diri dan jaga pandangan aku pada wanita lain. Jaman sekarang kan banyak tuh yang katanya cinta tapi ternyata mendua," terang Arya.Mendadak suasananya langsung hening seketika, Sinar ingin tertawa terpingkal-pingkalnya karena pria yang jadi pengacaranya tengah mengejek suaminya dan juga Sariti. Bagus Arya, kamu pintar juga jadi partner kerja.Akhirnya mereka sibuk dengan piki
Hari ini tepat semuanya akan berakhir. Sinar bahkan sudah menyiapkan beberapa tas yang berisi pakaian anak-anaknya. Ia pun juga sudah mengurusi segala hal seperti surat perceraian yang akan datang kepada Bagas setelah Sinar sampai di Jakarta.Bagas tak pernah tahu kalau ternyata istrinya memiliki segudang cara untuk membongkar kebusukannya bersama Sariti.Pagi-pagi sekali, wanita itu bangun lebih pagi dari biasanya dan bahkan menyiapkan sarapan. Sariti saja kaget majikannya sudah sibuk di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan menyapu halaman depan.Sinar sengaja melakukannya karena ingin memberikan waktu lebih lama kepada Bagas dan anak-anak seperti sarapan bersama dan mengobrol, membincangkan mengenai pentas seni yang dilakukan di sekolah PAUD si kembar."Pagi, Mas. Mandi dulu gih, terus kita sarapan bareng,"ajak Sinar.Ia melirik ke arah pembantunya. "Sar,bangunin si kembar juga ya, entar m
Bubar jalan, selesai, titik. Baginya hubungannya dengan Bagas memang sudah berakhir. Sudah lebih dari sepuluh menit pria yang masih menjadi suaminya meneleponnya berulang kali dan mengiriminya puluhan banyak pesan.Ia tahu pasti sekarang Bagas kelimpungan mencari keberadaannya yang sama sekali tak terdeteksi dan hilang kabar. Ia pun sudah menghilangkan nomornya dan membuangnya ke tempat sampah lalu memberi nomor baru lagi di dekat minimarket menuju perumahannya."Bunda, ini di mana?" tanya Aksara sambil melihat ke arah bundanya juga Arya.Mereka memang sudah sampai dekat perumahan, baru saja keluar dari salah satu mall di Jakarta untuk membeli mainan dan boneka si kembar."Kita akan bertemu kakek dan nenek, sayang!" Sinar berusaha memberikan alasan paling masuk akal agar anak-anaknya tak salah paham."Yeay!" sahut Aurora riang.Dilihatnya Arya yang sudah mengeluarkan koper beserta tas Sinar. Setelah ini Arya mun
Karena sudah larut, Sinar lebih memilih untuk berbaring dan menemani anak-anaknya. Ia cukup pusing memikirkan alasan apa yang paling masuk akal memberitahu anak-anaknya tentang tidak ikutnya Bagas ke Jakarta.Kalau untuk alasan kerja, Aksara jauh lebih peka dan teliti. Anak laki-laki itu memang selalu tahu apa yang dikerjakan ayahnya saat liburan. Ia tak langsung percaya pada sang bundanya mengenai sibuknya ayahnya di Bandung.Melihat Aksara dan Aurora sudah terlelap, Sinar pun pelan-pelan beranjak dari ranjang dan mencoba mencari udara segar. Ternyata ia belum terbiasa berpisah dari Bagas terlepas seperti apa kelakuan suaminya itu."Kenapa belum tidur?" bahu Sinar ditepuk pelan oleh papanya. Ia merasa sangat bersalah karena rumah tangganya harus hancur dan digulung waktu."Tadi mau tidur, tapi kayaknya enggak bisa, Pa."Papa-anak itu pun masih saling diam. Sinar tahu betul bagaimana perasaan papanya sekarang, betapa kecewa
Arya mencoba merapikan pita suaranya. Ia mana pernah berbicara pada anak-anak sebagai seorang ayah, nikah aja belum. Tapi demi si kembar, Arya akan mencoba menghibur Aurora dan Aksara menjadi ayah mereka semampunya."Halo, Ara dan Ra."Kebetulan Arya tau panggilan kesayangan Bagas untuk putra-putrinya, Sinar sudah memberikan ponselnya pada gadis kecil yang setiap hari menagih di mana keberadaan sang ayah yang tidak ikut mereka liburan.[Ayah!] suara Aurora otomatis membuat relung hati Arya tercubit. Tega dan bodoh sekali Bagas menghianati si little girl yang menggemaskan hanya demi goyangan sang pembantu. "Ayah lagi sibuk kerja, Ra. Maaf ya belum bisa datang," ia masih menekan tenggorokannya agar suara aslinya tak nampak di telepon. Mungkin Aurora saking kangennya dengan Bagas sampai tak peduli dengan suara yang biasa gadis kecil itu dengar.Beruntung sekali Aksara tidak menyerobot telepon dari Aurora, bocah laki-laki itu pasti
Satu hal yang diyakini Sinar, rumah tangganya akan diambang kehancuran, hanya tinggal menunggu waktu saja. Ia sudah sepasrah-pasrahnya karena bertahan pun percuma bukan?"Tahu gak, katanya kalau setelah bercerai kita bakalan makin laku. Makin banyaaak banget yang antri buat jadi pengganti, apalagi kamu menakjubkan Sinar, seperti namamu," puji Senja."Cantik saja nggak cukup, buktinya aku tetap diduain.""Jangan pesimis gitu dong! Lagian sekarang posisi kamu kan gantung, tapi orang tua Bagas kayaknya udah tahu kamu minggat. Biarin mereka ke sini, biar sekalian jelas. Kalau perlu kamu bawa pengacara kamu biar makin heboh!"Kalau soal tahu atau tidak, Sinar belum yakin pasti. Karena sampai sekarang ia sama sekali belum menghubungi Bagaskara, pria yang sudah merobek hatinya secara keseluruhan.Ia memikirkan kemungkinan paling buruk, salah satunya mental si kembar. Ia tak ingin Aurora dan Aksara punya kenangan pahit. Ah, kenapa rumah tanggan
Karena pernah hamil bahkan kembar, Sinar tak susah adaptasi dengan bentuk tubuhnya yang mulai berubah. Kini usia kandungannya memang memasuki bulan ke enam. Sungguh, tak terasa ia akan melahirkan 4 bulan lagi, jadi tak sabar menyambut anak ke tiganya."Aku gak kelihatan gendutan kan pakai ini? Aku takut kamu malu kalau aku kelihatan gendut, Sayang."Sejak perutnya mulai membesar, Sinar sering insecure. Padahal suaminya tak masalah dengan itu, baginya Sinar malah terlihat seksi karena hamil tua."Pakai apa aja kamu selalu cantik kok, Sayang. Lagian mana ada hamil gak gendut sih, kalau nanti ada yang ngomong macam-macam tentang penampilanmu, bakapan kubeli omongannya biar malu."Duh, semenarik itu memang suaminya. Bahkan mereka jarang sekali berantem ataupun cek-cok. Arya terlalu santai saat Sinar merajuk, bahkan Sinar lupa kapan terakhir mereka bertengkar.Mereka akan datang ke pesta pernikahan Gebby dan Yudis, menitipkan si kembar ke rumah orang tu
Setelah meminjamkan uang kepada mantan suami beberapa minggu yang lalu, Bagas dan Sariti bagai hilang ditelan bumi. Entahlah, mungkin mereka malu menunjukkan batang hidung di depan Sinar."Kalau mereka gak balik-balik, 100 jutanya gimana, Mas?" Sinar masih sibuk mengupas apel. Mumpung Arya sedang mengambil cuti beberapa hari karena ingin menikmati liburan di rumah dengan keluarga."Gak masalah, toh hitung-hitung bagiin rejeki. Jangan karena kamu punya masalah sama mereka, kamu gak rela mereka bahagia. Uang bisa dicari lagi kan?" jawab Arya dengan entengnya.Membicarakan uang memang terasa mudah dan enteng bagi suaminya. Pria itu bahkan selalu mengajak Sinar rutin ke salon karena mutlaknya wanita memang suka perawatan. Sinar sendiri makin ayem dong."Aku mau apelnya dong, yang gede kayak punya kamu."Ucapan Arya barusan membuat Sinar refleks mencubit perut suaminya. Ia tahu betul apa maksud ucapan suaminya tadi, duh dikit-dikit minta nyusù ka
Kenapa Sariti membicarakan soal tumpangan? Maksudnya wanita itu meminta ikut ke timpat tinggalnya? What! Demi apa!"Jangan konyol!" bentak Wira.Sinar masih berdiri dan menepis tangan Sariti. Sebenarnya ia masih tak sudi bertatapan apalagi berbicara dengan mantan pembantunya."Maksudnya?"Sebelum Sariti menceritakan kemalangannya tinggal bersama mertua, Laras sudah lebih dulu menarik tangan Sariti untuk masuk ke ruangannya kembali. Sinar jelas tak tega karena mantan mertuanya terlihat kasar sekali."Bu, aku akan mendengar penjelasannya. Tolong jangan kasar, dia sedang hamil cucumu bukan?"Ah, pertanyaan Sinar sangat menyentil hati Laras. Ia sungguh tak sudi memiliki cucu dari seorang pelakór seperti Sariti.Tepat setelah permohonan dari Sariti, Bagas tiba dan mendatangi mereka. Ia agak terkejut melihat Sinar bisa ada di lokasi yang sama dengannya."Mas!" Sariti kembali keluar dari kamar rumah sakit dan terjun ke pelukan
Kalau dipikir-pikir, setelah pensiun hampir dua bulan pekerjaan Sinar di bumi hanya menganggur dan bernapas. Tapi wanita itu amat beruntung memiliki pasangan super baik seperti Arya Sagara."Duh, lama-lama badan gue bakalan makin melar deh. Gue jarang banget masak, Arya selalu bangun lebih pagi bahkan di saat gue masih keliling dunia halu gue," ungkap Sinar."Hahaha. Perfecly imperfect ya! Harusnya lu bahagia dong karena gak semua pria mempercayakan uang mereka kepada istrinya. Seribu satu deh yang kayak Arya!"Kalau dipikir-pikir memang iya sih, suaminya begitu istimewa. Dari memanjakannya di ranjang, tabungan bulanan kartu kredit masih sisa banyak, belum lagi merawat si kembar dengan limpahan kasih sayang yang begitu tak terhingga."Eh tapi, kalian kan udah seminggu ya menikah. Ada gak sesuatu yang gak lu suka dari dia?" kepo Gebby.Sontak pertanyaan dari temannya membuat Sinar tak tahu harus menjawab apa. Apalagi sejauh ini suaminya terlalu semp
Sambil bercengkrama dengan keluarga baru, Arya masih sibuk memangku Aurora. Manja minta dipangku oleh ayah barunya, mereka memang sudah sedekat itu."Ra, kasihan dong Ayah Arya. Biarin istirahat Ayahnya, kamu katanya rindu sama Bunda kok nempel-nempelnya sama Ayah Arya?"Si kecil nyengir kuda. Baginya kasih sayang seorang ayah sangat berarti untuknya sekarang. "Gak apa-apa dong. Kan Ayah Arya gak keberatan, Bunda gak boleh mangku aku. Nanti perutnya sakit terus gak bisa bikin dedek baru lagi."Hadeh, siapa pula yang mengajarkannya sampai bisa memikirkan perkataan sampai sejauh itu? Apalagi Aurora baru berumur 7 tahun."Eh, emangnya kamu siap punya adik? Nanti gak disayang Bunda lagi loh?" pancing Aksara.Urusan membuat tangis kembarannya, Aksara jagonya. Aksara memang suka usil dan banyak akalnya. Lihat, mata Aurora hampir berkaca-kaca.Biasanya saat Aurora menangis, Bagas akan memarahinya habis-habisan.Memberikan hukuman dan menguncinya di
Setelah lima hari tinggal di Bogor, Sinar mengusulkan diri untuk mengunjungi orang tuanya yang memang liburan di Bandung. Apalagi ia memang punya janji mengadakan syukuran pernikahan dengan beberapa rekan agensinya."Semuanya udah siap kan? Baju-baju kamu gak ada yang tertinggal?""Enggak ada, Mas. Nanti kalau ada yang tertinggal kan bisa diambil lagi, Bogor-Bandung gak jauh-jauh amat kok."Baiklah, sepertinya Sinar tak keberatan diajak bolak-balik ke kota kelahirannya. Betah kali, dingin dan bikin nyaman.Mereka sudah menenteng koper mini. Arya hanya membawa beberapa baju ganti, semua bajunya sudah tersimpan rapi di rumahnya. Rumah impian yang akan ditinggalinya dengan istri dan si kembar."Bu, pamit ya. Maaf belum bisa mengobrol banyak. Nanti kapan-kapan kita main, Sinar juga kayaknya betah di sini," pancing Arya."Oh, jelas. Kan adik iparku suka yang dingin-dingin kayak Bogor. Iya kan, adik ipar?""Ah, bisa aja Kak."Riani m
Kesiangan adalah hal yang wajar bagi pengantin baru. Bahkan Arya malas keluar dari zona nyamannya, masih terbungkus selimut dengan sang istri.Lucunya adalah Sinar memiliki tabiat tidur yang heboh. Tak bisa diam seperti dirinya, unik juga istrinya. Ia masih menatap punggung polos Sinar dari belakang."Sayang, mau bangun apa enggak?""Hmm."Ya. Sinar memang mager, sama sekali tak rela untuk membuka mata setelah semalam dibuat melayang karena perbuatan suaminya. Ah, kalau diingat-ingat bikin senyum-senyum sendiri."Kalau bahagia ajak-ajak dong, Sayang. Kelihatan banget kamu ketawa sendiri tadi."Ih, ganggu aja orang lagi halu. Sinar tahu Arya pasti paham apa yang sedang dipikirkannya sekarang."Aku masih ngantuk."Baiklah, Arya maklum. Dinginnya Bogor pasti membuat istrinya di mode off untuk diajak bercanda. Ia kembali bersembunyi di balik punggung istrinya yang hangat, tanpa sehelai kain sama sekali. Memang begitu nyaman sampai-
Aneh, tumben si kembar sama sekali tidak rewel selama resepsi pernikahan. Bahkan mereka peka membawakan makanan dan minuman agar pasangan pengantin tidak kelaparan saat banyak tamu undangan berpamitan.Mereka mendekati Arya dan Sinar. Seakan merestui untuk memberikan waktu hanya berdua bagi pengantin baru. Duh, manisnya."Ayah Arya, kami tidur sama kakek-nenek dulu ya," ucap Aksara saat Mahesa hendak ke rumah Sinar di Bandung.Eh, maksudnya si bocil memberikan waktu berdua bagi Sinar dan Arya? Begitulah kira-kira batin sang pengantin. Pengertian banget si bocil kalau Arya memang tak tertahankan pingin iya-iya dengan sang bunda."Yakin? Bukannya kalian semalem bilang rindu banget sama Bunda sampai gak mau pisah?" pancing Sinar.Ia tahu kalau Aksara sangat paham yang dilakukan pengantin baru adalah sesuatu hal yang dewasa. Belajar dari siapa sih, anaknya?"Yakin, Bunda! Pamit dulu ya, nanti kalau ke rumah bawain makanan yang banyak!"Au
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Arya Sagara dengan Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dibayar tunai.""Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu."SAH!" sahut para tamu undangan serempak.Sesepuh perumahan di daerah tempat tinggal Riani memimpin doa, memberikan keberkahan pada pasangan yang sudah sah barusan.Arya melirik ke arah Sinar, sudah pasti terselip rasa haru di hatinya. Istrinya mencium punggung tangannya dan pria itu merasa tersengat tubuhnya karena baginya ini adalah pengalaman pertamanya.Dielusnya ubun-ubun sang istri, memejam lalu berdoa untuk kebaikan mereka berdua. Kini baik Arya maupun Sinar sama-sama jadi pusat perhatian.Usai ijab qabul, banyak adat pernikahan yang harus dilewati. Sinar memang tahu kalau mertuanyanya menginginkan adat Sunda sesuai pakaian yang dipakainya.