Home / Romansa / Hello, My Second Husband / Bye-bye Pasangan Laknat!

Share

Bye-bye Pasangan Laknat!

Author: Namira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini tepat semuanya akan berakhir. Sinar bahkan sudah menyiapkan beberapa tas yang berisi pakaian anak-anaknya. Ia pun juga sudah mengurusi segala hal seperti surat perceraian yang akan datang kepada Bagas setelah Sinar sampai di Jakarta. 

Bagas tak pernah tahu kalau ternyata istrinya memiliki segudang cara untuk membongkar kebusukannya bersama Sariti. 

Pagi-pagi sekali, wanita itu bangun lebih pagi dari biasanya dan bahkan menyiapkan sarapan. Sariti saja kaget majikannya sudah sibuk di dapur dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan menyapu halaman depan. 

Sinar sengaja melakukannya karena ingin memberikan waktu lebih lama kepada Bagas dan anak-anak seperti sarapan bersama dan mengobrol, membincangkan mengenai pentas seni yang dilakukan di sekolah PAUD si kembar. 

"Pagi, Mas. Mandi dulu gih, terus kita sarapan bareng,"ajak Sinar. 

Ia melirik ke arah pembantunya. "Sar,bangunin si kembar juga ya, entar m

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hello, My Second Husband   Welcome Jakarta!

    Bubar jalan, selesai, titik. Baginya hubungannya dengan Bagas memang sudah berakhir. Sudah lebih dari sepuluh menit pria yang masih menjadi suaminya meneleponnya berulang kali dan mengiriminya puluhan banyak pesan.Ia tahu pasti sekarang Bagas kelimpungan mencari keberadaannya yang sama sekali tak terdeteksi dan hilang kabar. Ia pun sudah menghilangkan nomornya dan membuangnya ke tempat sampah lalu memberi nomor baru lagi di dekat minimarket menuju perumahannya."Bunda, ini di mana?" tanya Aksara sambil melihat ke arah bundanya juga Arya.Mereka memang sudah sampai dekat perumahan, baru saja keluar dari salah satu mall di Jakarta untuk membeli mainan dan boneka si kembar."Kita akan bertemu kakek dan nenek, sayang!" Sinar berusaha memberikan alasan paling masuk akal agar anak-anaknya tak salah paham."Yeay!" sahut Aurora riang.Dilihatnya Arya yang sudah mengeluarkan koper beserta tas Sinar. Setelah ini Arya mun

  • Hello, My Second Husband   Kangen Sinar

    Karena sudah larut, Sinar lebih memilih untuk berbaring dan menemani anak-anaknya. Ia cukup pusing memikirkan alasan apa yang paling masuk akal memberitahu anak-anaknya tentang tidak ikutnya Bagas ke Jakarta.Kalau untuk alasan kerja, Aksara jauh lebih peka dan teliti. Anak laki-laki itu memang selalu tahu apa yang dikerjakan ayahnya saat liburan. Ia tak langsung percaya pada sang bundanya mengenai sibuknya ayahnya di Bandung.Melihat Aksara dan Aurora sudah terlelap, Sinar pun pelan-pelan beranjak dari ranjang dan mencoba mencari udara segar. Ternyata ia belum terbiasa berpisah dari Bagas terlepas seperti apa kelakuan suaminya itu."Kenapa belum tidur?" bahu Sinar ditepuk pelan oleh papanya. Ia merasa sangat bersalah karena rumah tangganya harus hancur dan digulung waktu."Tadi mau tidur, tapi kayaknya enggak bisa, Pa."Papa-anak itu pun masih saling diam. Sinar tahu betul bagaimana perasaan papanya sekarang, betapa kecewa

  • Hello, My Second Husband   Aksara Akhirnya Tahu

    Arya mencoba merapikan pita suaranya. Ia mana pernah berbicara pada anak-anak sebagai seorang ayah, nikah aja belum. Tapi demi si kembar, Arya akan mencoba menghibur Aurora dan Aksara menjadi ayah mereka semampunya."Halo, Ara dan Ra."Kebetulan Arya tau panggilan kesayangan Bagas untuk putra-putrinya, Sinar sudah memberikan ponselnya pada gadis kecil yang setiap hari menagih di mana keberadaan sang ayah yang tidak ikut mereka liburan.[Ayah!] suara Aurora otomatis membuat relung hati Arya tercubit. Tega dan bodoh sekali Bagas menghianati si little girl yang menggemaskan hanya demi goyangan sang pembantu. "Ayah lagi sibuk kerja, Ra. Maaf ya belum bisa datang," ia masih menekan tenggorokannya agar suara aslinya tak nampak di telepon. Mungkin Aurora saking kangennya dengan Bagas sampai tak peduli dengan suara yang biasa gadis kecil itu dengar.Beruntung sekali Aksara tidak menyerobot telepon dari Aurora, bocah laki-laki itu pasti

  • Hello, My Second Husband   Cerdiknya Aksara

    Satu hal yang diyakini Sinar, rumah tangganya akan diambang kehancuran, hanya tinggal menunggu waktu saja. Ia sudah sepasrah-pasrahnya karena bertahan pun percuma bukan?"Tahu gak, katanya kalau setelah bercerai kita bakalan makin laku. Makin banyaaak banget yang antri buat jadi pengganti, apalagi kamu menakjubkan Sinar, seperti namamu," puji Senja."Cantik saja nggak cukup, buktinya aku tetap diduain.""Jangan pesimis gitu dong! Lagian sekarang posisi kamu kan gantung, tapi orang tua Bagas kayaknya udah tahu kamu minggat. Biarin mereka ke sini, biar sekalian jelas. Kalau perlu kamu bawa pengacara kamu biar makin heboh!"Kalau soal tahu atau tidak, Sinar belum yakin pasti. Karena sampai sekarang ia sama sekali belum menghubungi Bagaskara, pria yang sudah merobek hatinya secara keseluruhan.Ia memikirkan kemungkinan paling buruk, salah satunya mental si kembar. Ia tak ingin Aurora dan Aksara punya kenangan pahit. Ah, kenapa rumah tanggan

  • Hello, My Second Husband   Detik-detik Pilihan Bagi Sinar

    Ingin rasanya Arya langsung terbang ke Jakarta sekarang juga dan menemui Aksara langsung, menjelaskan kepada bocah laki-laki itu bahwa ia sangat merindukan Aksara, Aurora dan tentu yang paling utama adalah bundanya."Aku harus jawab apa?" tanyanya lebih kepada diri sendiri.Gebby malahan ketawa dan malah menyeruput minumannya tanpa memberi saran kepada Arya. "Ya tinggal jawab aja, oke little boy, aku siap bantu kamu dan juga bunda. Salam buat bunda ya kangen gitu katanya."Arya langsung menyipitkan mata karena tahu kalau Gebby tengah menggodanya. "Jangan macem-macem deh Geb, aku bener-bener nggak tahu harus bilang apa. Dia itu masih kecil, masih piyik, aku takut kalau nanti balasanku malah membuatnya makin mikir yang nggak-nggak. Nanti dikira aku lagi yang ngomporin Aksara buat benci sama ayahnya.""Ayahnya kan emang patut dibenci, Ar. Ya meskipun status Bagas masih ayah, yang namanya salah harus tetap disalahkan, kan? Aksara itu anak yang pintar,

  • Hello, My Second Husband   Rasain Kamu, Bagas!

    Kedatangan keluarga Bagas tentu saja tetap disambut keluarga Sinar dengan hangat. Meskipun sampai sekarang Sinar belum mengatakan sepatah kata pun."Jadi intinya anak saya sudah bertekad bulat untuk menceraikan anak anda, Pak Wira," tutur Mahesa. Jelas sekali guratan wajah yang tercetak dari wajahnya. Sejak tadi Aurora dan Aksara ditahan di taman belakang, tapi tentu saja Aurora memberontak dan teramat ingin bertemu dengan ayahnya. Isak tangis membuat Bagas terenyuh, ia pun sama rindunya dengan si kembar."Ayah di sini, sayang. Aurora mau minta digendong?" Bagas mendekat ke pintu menuju taman belakang. Semua orang fokus kepadanya dan Aurora.Beda lagi dengan Aksara yang diam seribu kata. Pikirannya sudah dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan pada ayahnya. Ia pun baru mendengar kata cerai dan tak tahu apa maknanya.Suasana mendadak jadi lebih sunyi melihat sepasang ayah dan anak yang melepas rindu. Ja

  • Hello, My Second Husband   Dapat Golden Ticket Dari Aksara

    "Om Arya! Ajarin main Subway Surfers!"Deg!Batin Bagas seakan tertusuk sampai ke palung hati. Baru kali ini Aksara tak menggubris panggilannya. Sudah sampai mana kedekatan si kembar dengan Arya? Apakah pria itu punya niat terselubung selain menjadi pengacaranya Sinar?Dengan hati-hati, Arya pun memilih memangku Aksara dan menjelaskan game yang sudah lama tak ia mainkan."Ara, dipanggil sama ayah kamu Nak,".ucap Laras. Sebagai nenek, ia pun merasa heran dengan kedekatan antara cucu dan si pengacara menantunya.Aksara menoleh sebentar, salim tangan dan tak berbicara apa pun. Bahkan Sinar juga ikutan heran dibuatnya. "Apakah begini caramu mendidik anak, Sinar? Cucu saya kenapa gak mau dekat-dekat sama ayahnya?" sebagai ibu, Laras sentimental dengan sikap songong Sinar."Ma-maksudnya cara yang bagaimana, Bu? Aksara hanya ingin belajar main game ponsel, Bu."Tatapan tak suka tersirat dari mata Laras. Ia

  • Hello, My Second Husband   Sinar Mentari Selalu Bersinar

    Keputusan bulat Sinar menjadi pertanyaan besar bagi keluarganya. Mereka masih menanyakan akan ke mana Sinar nanti setelah bercerai?"Untuk hal itu belum aku pikirkan, Pa. Aku pasti memilih yang terbaik, asal anak-anakku hidup nyaman. Soal pekerjaan aku akan cari solusinya."Mencari pekerjaan di masa pelik seperti ini memang tak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Sebagai penata busana artis di agensi Victoria, Sinar sangat menyayangkan kalau harus keluar dari perusahaan besar itu."Tapi di luar keputusanmu, si kembar pun perlu adaptasi dengan lingkungan baru. Di masa-masa perkembangan mereka, rasa nyaman adalah yang terpenting, Sinar," sela Gebby.Diskusi kali ini begitu berat. Membiayai hidup si kembar memang tak sulit baginya, masalahnya adalah apakah Sinar sanggup hidup bertiga tanpa adanya sayap pelindung?"Mungkin kalau soal itu aku bakalan mencari jasa baby sitter, soalnya di Jakarta si kembar tak menyukai panasnya cuaca di sini.

Latest chapter

  • Hello, My Second Husband   True Love

    Karena pernah hamil bahkan kembar, Sinar tak susah adaptasi dengan bentuk tubuhnya yang mulai berubah. Kini usia kandungannya memang memasuki bulan ke enam. Sungguh, tak terasa ia akan melahirkan 4 bulan lagi, jadi tak sabar menyambut anak ke tiganya."Aku gak kelihatan gendutan kan pakai ini? Aku takut kamu malu kalau aku kelihatan gendut, Sayang."Sejak perutnya mulai membesar, Sinar sering insecure. Padahal suaminya tak masalah dengan itu, baginya Sinar malah terlihat seksi karena hamil tua."Pakai apa aja kamu selalu cantik kok, Sayang. Lagian mana ada hamil gak gendut sih, kalau nanti ada yang ngomong macam-macam tentang penampilanmu, bakapan kubeli omongannya biar malu."Duh, semenarik itu memang suaminya. Bahkan mereka jarang sekali berantem ataupun cek-cok. Arya terlalu santai saat Sinar merajuk, bahkan Sinar lupa kapan terakhir mereka bertengkar.Mereka akan datang ke pesta pernikahan Gebby dan Yudis, menitipkan si kembar ke rumah orang tu

  • Hello, My Second Husband   Akhirnya Dung-dung

    Setelah meminjamkan uang kepada mantan suami beberapa minggu yang lalu, Bagas dan Sariti bagai hilang ditelan bumi. Entahlah, mungkin mereka malu menunjukkan batang hidung di depan Sinar."Kalau mereka gak balik-balik, 100 jutanya gimana, Mas?" Sinar masih sibuk mengupas apel. Mumpung Arya sedang mengambil cuti beberapa hari karena ingin menikmati liburan di rumah dengan keluarga."Gak masalah, toh hitung-hitung bagiin rejeki. Jangan karena kamu punya masalah sama mereka, kamu gak rela mereka bahagia. Uang bisa dicari lagi kan?" jawab Arya dengan entengnya.Membicarakan uang memang terasa mudah dan enteng bagi suaminya. Pria itu bahkan selalu mengajak Sinar rutin ke salon karena mutlaknya wanita memang suka perawatan. Sinar sendiri makin ayem dong."Aku mau apelnya dong, yang gede kayak punya kamu."Ucapan Arya barusan membuat Sinar refleks mencubit perut suaminya. Ia tahu betul apa maksud ucapan suaminya tadi, duh dikit-dikit minta nyusù ka

  • Hello, My Second Husband   Jadi Pahlawan Buat Mantan

    Kenapa Sariti membicarakan soal tumpangan? Maksudnya wanita itu meminta ikut ke timpat tinggalnya? What! Demi apa!"Jangan konyol!" bentak Wira.Sinar masih berdiri dan menepis tangan Sariti. Sebenarnya ia masih tak sudi bertatapan apalagi berbicara dengan mantan pembantunya."Maksudnya?"Sebelum Sariti menceritakan kemalangannya tinggal bersama mertua, Laras sudah lebih dulu menarik tangan Sariti untuk masuk ke ruangannya kembali. Sinar jelas tak tega karena mantan mertuanya terlihat kasar sekali."Bu, aku akan mendengar penjelasannya. Tolong jangan kasar, dia sedang hamil cucumu bukan?"Ah, pertanyaan Sinar sangat menyentil hati Laras. Ia sungguh tak sudi memiliki cucu dari seorang pelakór seperti Sariti.Tepat setelah permohonan dari Sariti, Bagas tiba dan mendatangi mereka. Ia agak terkejut melihat Sinar bisa ada di lokasi yang sama dengannya."Mas!" Sariti kembali keluar dari kamar rumah sakit dan terjun ke pelukan

  • Hello, My Second Husband   Pelakôr Tak Akan Bahagia

    Kalau dipikir-pikir, setelah pensiun hampir dua bulan pekerjaan Sinar di bumi hanya menganggur dan bernapas. Tapi wanita itu amat beruntung memiliki pasangan super baik seperti Arya Sagara."Duh, lama-lama badan gue bakalan makin melar deh. Gue jarang banget masak, Arya selalu bangun lebih pagi bahkan di saat gue masih keliling dunia halu gue," ungkap Sinar."Hahaha. Perfecly imperfect ya! Harusnya lu bahagia dong karena gak semua pria mempercayakan uang mereka kepada istrinya. Seribu satu deh yang kayak Arya!"Kalau dipikir-pikir memang iya sih, suaminya begitu istimewa. Dari memanjakannya di ranjang, tabungan bulanan kartu kredit masih sisa banyak, belum lagi merawat si kembar dengan limpahan kasih sayang yang begitu tak terhingga."Eh tapi, kalian kan udah seminggu ya menikah. Ada gak sesuatu yang gak lu suka dari dia?" kepo Gebby.Sontak pertanyaan dari temannya membuat Sinar tak tahu harus menjawab apa. Apalagi sejauh ini suaminya terlalu semp

  • Hello, My Second Husband   Couple

    Sambil bercengkrama dengan keluarga baru, Arya masih sibuk memangku Aurora. Manja minta dipangku oleh ayah barunya, mereka memang sudah sedekat itu."Ra, kasihan dong Ayah Arya. Biarin istirahat Ayahnya, kamu katanya rindu sama Bunda kok nempel-nempelnya sama Ayah Arya?"Si kecil nyengir kuda. Baginya kasih sayang seorang ayah sangat berarti untuknya sekarang. "Gak apa-apa dong. Kan Ayah Arya gak keberatan, Bunda gak boleh mangku aku. Nanti perutnya sakit terus gak bisa bikin dedek baru lagi."Hadeh, siapa pula yang mengajarkannya sampai bisa memikirkan perkataan sampai sejauh itu? Apalagi Aurora baru berumur 7 tahun."Eh, emangnya kamu siap punya adik? Nanti gak disayang Bunda lagi loh?" pancing Aksara.Urusan membuat tangis kembarannya, Aksara jagonya. Aksara memang suka usil dan banyak akalnya. Lihat, mata Aurora hampir berkaca-kaca.Biasanya saat Aurora menangis, Bagas akan memarahinya habis-habisan.Memberikan hukuman dan menguncinya di

  • Hello, My Second Husband   Pulang Ke Bandung

    Setelah lima hari tinggal di Bogor, Sinar mengusulkan diri untuk mengunjungi orang tuanya yang memang liburan di Bandung. Apalagi ia memang punya janji mengadakan syukuran pernikahan dengan beberapa rekan agensinya."Semuanya udah siap kan? Baju-baju kamu gak ada yang tertinggal?""Enggak ada, Mas. Nanti kalau ada yang tertinggal kan bisa diambil lagi, Bogor-Bandung gak jauh-jauh amat kok."Baiklah, sepertinya Sinar tak keberatan diajak bolak-balik ke kota kelahirannya. Betah kali, dingin dan bikin nyaman.Mereka sudah menenteng koper mini. Arya hanya membawa beberapa baju ganti, semua bajunya sudah tersimpan rapi di rumahnya. Rumah impian yang akan ditinggalinya dengan istri dan si kembar."Bu, pamit ya. Maaf belum bisa mengobrol banyak. Nanti kapan-kapan kita main, Sinar juga kayaknya betah di sini," pancing Arya."Oh, jelas. Kan adik iparku suka yang dingin-dingin kayak Bogor. Iya kan, adik ipar?""Ah, bisa aja Kak."Riani m

  • Hello, My Second Husband   Mager Gerak Deh, Sayang!

    Kesiangan adalah hal yang wajar bagi pengantin baru. Bahkan Arya malas keluar dari zona nyamannya, masih terbungkus selimut dengan sang istri.Lucunya adalah Sinar memiliki tabiat tidur yang heboh. Tak bisa diam seperti dirinya, unik juga istrinya. Ia masih menatap punggung polos Sinar dari belakang."Sayang, mau bangun apa enggak?""Hmm."Ya. Sinar memang mager, sama sekali tak rela untuk membuka mata setelah semalam dibuat melayang karena perbuatan suaminya. Ah, kalau diingat-ingat bikin senyum-senyum sendiri."Kalau bahagia ajak-ajak dong, Sayang. Kelihatan banget kamu ketawa sendiri tadi."Ih, ganggu aja orang lagi halu. Sinar tahu Arya pasti paham apa yang sedang dipikirkannya sekarang."Aku masih ngantuk."Baiklah, Arya maklum. Dinginnya Bogor pasti membuat istrinya di mode off untuk diajak bercanda. Ia kembali bersembunyi di balik punggung istrinya yang hangat, tanpa sehelai kain sama sekali. Memang begitu nyaman sampai-

  • Hello, My Second Husband   Unboxing Istri

    Aneh, tumben si kembar sama sekali tidak rewel selama resepsi pernikahan. Bahkan mereka peka membawakan makanan dan minuman agar pasangan pengantin tidak kelaparan saat banyak tamu undangan berpamitan.Mereka mendekati Arya dan Sinar. Seakan merestui untuk memberikan waktu hanya berdua bagi pengantin baru. Duh, manisnya."Ayah Arya, kami tidur sama kakek-nenek dulu ya," ucap Aksara saat Mahesa hendak ke rumah Sinar di Bandung.Eh, maksudnya si bocil memberikan waktu berdua bagi Sinar dan Arya? Begitulah kira-kira batin sang pengantin. Pengertian banget si bocil kalau Arya memang tak tertahankan pingin iya-iya dengan sang bunda."Yakin? Bukannya kalian semalem bilang rindu banget sama Bunda sampai gak mau pisah?" pancing Sinar.Ia tahu kalau Aksara sangat paham yang dilakukan pengantin baru adalah sesuatu hal yang dewasa. Belajar dari siapa sih, anaknya?"Yakin, Bunda! Pamit dulu ya, nanti kalau ke rumah bawain makanan yang banyak!"Au

  • Hello, My Second Husband   Jadi Pasutri

    "Saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Arya Sagara dengan Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dibayar tunai.""Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu."SAH!" sahut para tamu undangan serempak.Sesepuh perumahan di daerah tempat tinggal Riani memimpin doa, memberikan keberkahan pada pasangan yang sudah sah barusan.Arya melirik ke arah Sinar, sudah pasti terselip rasa haru di hatinya. Istrinya mencium punggung tangannya dan pria itu merasa tersengat tubuhnya karena baginya ini adalah pengalaman pertamanya.Dielusnya ubun-ubun sang istri, memejam lalu berdoa untuk kebaikan mereka berdua. Kini baik Arya maupun Sinar sama-sama jadi pusat perhatian.Usai ijab qabul, banyak adat pernikahan yang harus dilewati. Sinar memang tahu kalau mertuanyanya menginginkan adat Sunda sesuai pakaian yang dipakainya.

DMCA.com Protection Status