Beranda / Romansa / Hello, Mr. Arrogant! / Kejutan dari Calon Istri

Share

Kejutan dari Calon Istri

Penulis: Zee Jofany
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Oke, aku akan menerima perjodohan ini.” Keputusan akhir Quitta membuat Alo melongo, kenapa gadis itu mengatakan hal sebaliknya? Semula ia setuju untuk menolak perjodohan, kenapa saat makan malam berlangsung justru menciptakan kehebohan?

Jofan yang turut hadir menemani sang putri tercinta tersedak, ia batuk sehingga Bimby berdiri, dan memberikan air sembari menepuk-nepuk punggung lelakinya. Wanita itu tak kalah shock, acara makan malam biasa menjelma menjadi rapat keluarga yang mengejutkan. Apa yang sedang Quitta lakukan?

“Bagus!” seru sang kakek yang terlihat begitu antusias dengan jawaban Quitta, gadis itu hanya melebarkan senyum. Kemudian, menyendokkan makanan ke dalam mulut. Sama sekali tak terbebani.

Alo yang semula begitu percaya diri akan kegagalan perjodohan, mulai terlihat gusar. Dia dipermainkan oleh bocah itu, seharusnya tak percaya begitu saja saat Quitta meminta berbicara ketika makan malam. Kalau tahu akan sekacau ini, tentu dia menyeret gadis tersebut dari sekolah. Apa mereka mempermainkan dirinya?

“Kamu membodohiku?” tanya Alo setelah berhasil menyeret Quitta menjauh dari semua orang, memilih sisi kanan restoran untuk berbicara serius.

“Apa aku begitu?” balas Quitta tak kalah sengit, “Lebih baik kita berpura-pura setuju dengan keinginannya, ini akan membuat kehidupan semua orang aman.”

“Tapi, kita diharuskan menikah.”

“Kata siapa?” tanya Quitta cuek, “Siapa yang akan menikahi siapa?”

“Lalu, kenapa kamu berkata begitu?”

“Aku hanya berkata menerima perjodohan, bukan menikah!” serunya dengan tawa senang, merentangkan tangan sambil berputar-putar bahagia.

“Apa kamu pikir semua ini main-main?” bentak Alo yang kesal dengan sikap sang gadis, menyentak lengan perempuan yang begitu santai menghadapi perjodohan.

“Lalu, kita harus serius, begitu?” timpalnya masih menunjukkan sisi cuek sembari mengedip-ngedipkan mata, “Apa dengan aku menolak perjodohan, kakek tua itu akan berhenti menyusahkan kita?”

Benar juga, Alo tak berpikir sampai di sana. Jika memang Quitta menolak perjodohan, tentu Galen akan dikirim. Pria itu pasti bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan warisan, kenapa dirinya tidak berpikir sejauh itu?

“Lalu, sekarang kita berdua pasrah dengan permainannya?” tanya Alo lesu karena sudah kehabisan akal sehat, dia berpikir Quitta benar-benar sanggup menolak perjodohan tersebut.

“Tentu saja enggak, justru kakek tua itu harus bersiap menghadapi permainanku.” Quitta mengangkat satu alis dengan senyum licik, dia sudah menyiapkan semuanya dalam waktu singkat.

“Kalian saling kenal?” Alo masih penasaran dengan perjodohan yang mengarahkan dirinya pada Quitta, mustahil sang kakek memilih secara acak. Hanya saja, ketika gelengan serius diberikan, ia hanya mampu penasaran dalam kebingungan.

“Ayo, masuk. Saatnya bermain-main,” ujar Quitta sambil mengapit lengan Alo yang hanya menurut patuh, “Karena aku sudah setuju, Kakak berhutang penjelasan tentang kesepakatan kalian.”

“Kesepakatan?” tanya Alo menghentikan langkah, menoleh pada sang gadis yang ikut mengarahkan tatapan pada dirinya. Mereka berpandangan, cukup lama.

“Enggak boleh ada adegan slow motion super romantis di antara kita,” tukas Quitta sembari mendorong dada bidang Alo yang hanya mendengus kesal, “Kakak cukup bekerjasama dengan baik, jangan banyak protes. Paham?”

Gadis itu melenggang angkuh, mengibas rambut yang diikat separuh. Sementara bagian lain dibiarkan tergerai sempurna, ujung yang menyentuh punggung bergoyang mengikuti irama derap kaki teratur. Kalau saja kecantikan tersebut berpadu dengan keanggunan, dia tentu terlihat sempurna sebagai wanita. Bagaimana seorang gadis sedingin itu? Alo hanya mengerutkan kening, lalu menggeleng sebelum menyusul kembali ke meja khusus yang dipesan sang kakek.

“Kalian sudah membicarakannya?” Lelaki tua yang sedang menunggu bersama kedua orang tua masing-masing langsung menghadiahkan pertanyaan, Quitta mengangguk cepat sebelum memutuskan duduk kembali.

Sang gadis menggerakkan kepala disertai kedua alis berkerut, Alo hanya membuka mulut sembari mengangguk. Isyarat menjengkelkan, sok Ratu di depan semua orang. Namun, anehnya dia melakukan hal konyol tersebut, menarik kursi untuk Quitta.

“Kakek, apa kami memang harus menikah?” tanya sang gadis yang langsung to the point, “Aku pasti menikah dengan cucu Kakek, tapi kami bahkan baru bertemu kembali setelah belasan tahun berlalu. Apa ini enggak aneh untuk satu momen sakral?”

Jofan tersenyum manis, dia melirik istrinya yang juga menahan tawa. Siapa yang mampu menyelam ke dasar pikiran Quitta? Gadis itu sangat sulit untuk dijinakkan, menjelma batu sejak memilih tinggal di Singapura.

‘Bagus, serang mental pria itu. Kamu memang putri terbaik appa, Quitta.’ Jofan membatin sembari mengambil gelas, meneguknya di sela bibir yang menyungging senyum.

“Kakek pasti tahu tentang sejarah keluarga kami, latar belakang calon menantu Starla Group. Quitta, Si Anak Haram yang terlahir karena kasus pemerkosaan. Bahkan, untuk mempertahankan kehidupanku, amma harus menerima tawaran seorang pria misterius yang sedikit terganggu mentalnya. Jika kekacauan identitas keluarga kami diabaikan, itu artinya putri dari Jofan Dastarasta merupakan pion terbaik untuk dipilih sebagai menantu terkuat. Entah untuk kepentingan bisnis atau ada hal lain yang sedang dirancang di balik perjodohan ini. Jadi, sebelum pernikahan itu benar-benar terjadi, bisakah aku tahu kesepakatan kalian dengan menjadikan Quitta Jofany sebagai jaminan?”

‘Tik!’ Jofan menjentikkan jari, dia merasakan ketajaman nalar sang buah hati berfungsi dengan baik. Setidaknya Quitta lebih cerdas dibanding ibunya, bocah karbitan itu tak hanya sanggup menciptakan keresahan. Namun, mulai menunjukkan taring di hadapan sosok paling berpengaruh di bidang bisnis.

Mendengar Pratama Laksana menginginkan Quitta sebagai menantu sudah membuat Jofan sedikit cemas, dia tahu betul karakter kakek tua tersebut. Akan mengusahakan cara apa pun demi mewujudkan keinginan, sementara sang putri memiliki konsep kepribadian sulit diatur. Bersama sang istri sempat ragu untuk datang, tetapi melihat wajah pemilik Starla Group pias sudah menandakan kendali atas keluarganya tak akan berhasil sesuai keinginan pihak lawan.

“Apa Anak Nakal itu mengatakannya padamu?” selidik Pratama sembari mengamati wajah santai Quitta, gadis cantik tersebut menggeleng.

“Kakek, di dunia kita yang penuh dengan keanehan ini, mana mungkin ada momen kebetulan. Kenapa aku yang dipilih untuk mengikat cucu Kakek?” balas Quitta tak mau mengalah sekalipun terlihat ekspresi kurang nyaman di wajah lawan bicara, “Ah, pasti tentang warisan. Jika kulihat seorang pria songong mendadak jinak, itu sangat masuk akal. Berapa hargaku dalam kesepakatan kalian?”

Bimby sudah tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa, wanita itu bahkan mengabaikan kode dari sang suami. Dari siapa Quitta mewarisi sikap kurang ajar tersebut? Kolaborasi unik dua keluarga yang cukup aneh.

“Hargamu sebesar Starla Group, apa yang akan kamu lakukan?” Alo akhirnya meladeni kegilaan Quitta, dia menunggu gadis itu mengeluarkan strategi perlawanan paling keren untuk kakeknya.

Melihat sang kakek kehabisan kata, dia rasa Quitta tidak sepenuhnya menyukai perjodohan tersebut. Gadis cerdas yang sombong, tak perlu merasa terintimidasi hanya karena dijadikan jaminan untuk kesepakatan keluarga orang lain. Alo ingin menemukan alasan di balik pemilihan putri Jofan sebagai satu-satunya calon istri yang diinginkan pria tua tersebut.

“Woah, luar biasa!” seru Quitta yang tak menyangka jika kesepakatan atas nama dirinya sangat berharga, “Lalu, berapa persen bagianku?”

Pratama melongo, dia baru menemukan seorang perempuan yang tak memiliki nurani. Apa sudah benar menginginkan gadis tersebut sebagai menantu untuk cucu tertua? Namun, gadis tersebut memang sosok yang ia cari.

“Mohon maaf, saya harus ikut terlibat dalam pembicaraan.” Jofan memilih ikut berbicara saat melihat Pratama tak mampu melawan putrinya, “Kami menerima perjodohan ini sesuai keinginan Anda, Tuan. Namun, jika mengabaikan perasaan serta keinginan keduanya, apakah ini bijak untuk dilanjutkan?”

“Appa, biarkan saja perjodohan ini terus berlanjut. Bukankah kalian juga ingin aku menikah dengan orang lain, bukan seseorang yang dikenal dengan baik?” Quitta menimpalinya dengan begitu serius, “Ini kesempatan bagus, apa kalian ingin melewatkannya?”

Jofan terdiam, menggigit ujung bibir sembari meremas jemari sang istri yang hendak membuka mulut. Jangan sampai Bimby melontarkan kata-kata, acara makan malam bisa menjelma adegan adu mulut paling menegangkan. Ibu dan anak tersebut akan memaksa pengunjung lain terganggu.

“Kakek tenang saja, aku tak akan meminta bagian apa pun. Quitta Jofany bukan Cinderella, enggak perlu menyulapku dengan harta dan tahta. Namun, karena dua keluarga sudah bertemu malam ini, kita lanjutkan saja uji coba untuk menyatukan dua manusia bermasalah di masa lalu.” Quitta masih bersikeras menyetujui keinginan kakek Alo, pria itu menggeleng-geleng.

Entah karena malas atau memang setuju dengan semua keputusan Quitta, laki-laki tersebut lebih banyak menjadi pendengar. Sama halnya dengan kedua orang tuanya, mereka terlihat pasrah walau sedikit terkejut melihat calon menantu yang cukup berani. Setidaknya, jika benar keduanya berjodoh, posisi Alo akan aman dengan pendamping seperti dia.

“Lalu, apa yang kamu inginkan?” tukas Pratama Laksana dengan raut serius, menunggu kelanjutan selanjutnya. Dia masih menyukai Quitta sekalipun sikap dan ucapannya sudah keterlaluan.

“Kami akan tinggal bersama untuk bisa mencapai kesepakatan hati, setidaknya dua semester. Jangan khawatir, belum ada rasa yang mampu menjebak pada hal serius. Jadi, berikan kunci rumah di Owl Place, aku akan tinggal di sana mulai besok dengan calon suami tercinta.”

Bimby memejamkan mata, mengerti arah keinginan sang buah hati. Apa ini masih tentang Bobby? Dia sedang mencoba mendapatkan kenangan masa kecilnya.

“Quitta, jangan.” Sang ibu berbisik lembut dengan gelengan kepala pelan, tak mau luka itu semakin dalam. Dia tahu betul mengenai rasa sakit buah hatinya, tetapi tidak bisa mengalirkan restu begitu saja.

Perasaan Quitta bukan sesuatu yang bisa dimaklumi, mana mungkin ada cinta warisan dari seorang ibu untuk anaknya.

***


Bab terkait

  • Hello, Mr. Arrogant!   Sandiwara yang Gagal

    “Quitta, hentikan!” sentak Bimby ketika sang anak berada di dua anak tangga pertama, “Amma menahan diri untuk tak menentangmu di depan semua orang, tapi apa yang sudah kamu lakukan? Jangan bermain-main dengan kebersamaan!”Gadis itu tersenyum getir, dia menunggu teguran ini. Tubuh tersebut berbalik, di depannya berdiri dua orang yang sangat ia kasihi. Sang ibu terlihat marah, sementara ayahnya meniup napas dengan tatap teduh yang menenangkan.“Kenapa kalian boleh bermain-main dengan pernikahan dan aku tidak?” balasnya telak memaksa sang ibu semakin emosi, “Amma, bukankah aku dan Bobby Alexander tak boleh bersama, lalu kenapa dengan Alo Pratama pun dilarang?”“Kami tak mau kamu terluka lebih dalam, waktumu masih panjang untuk mengerti tentang kebersamaan antara sepasang manusia yang mengikat diri dalam pernikahan.” Jofan mengambil alih untuk menanggapi, “Cukup appa yang pernah melakukan kesalahan d

  • Hello, Mr. Arrogant!   Tawaran Menentang Takdir

    “Tanda tangan,” ujar Alo dengan telunjuk diketuk-ketukkan di atas kertas bermaterai, di sana tertera perjanjian mengenai satu kontrak. Quitta sudah memutuskan untuk tidak meminta bagian apa pun saat mereka benar-benar menikah dan warisan dijatuhkan kepadanya, ia harus memastikan ucapan itu sebagai kenyataan. Sebab, jika berubah pikiran di masa depan, tidak akan ada perubahan yang mengejutkan.“Apa ini?” tanya Quitta sembari mengambil kertas yang terdiri dari tiga lembar, membaca sekilas sebelum tertawa halus.Gadis itu masih berseragam ketika mendatangi Alo, masuk ke ruangan sang Presdir yang resmi menjabat hari ini karena kesepakatan berhasil dibuat. Tak jauh berbeda dengan tempat kerja Jofan, hanya interior dan penempatan beberapa perabot tidak sama. Pindaian beralih pada lelaki di depannya, pria tersebut menunggu sang gadis membubuhkan tanda tangan.“Apa begini cara Kakak membuat kesepakatan denganku?” ejek Quitta sembari m

  • Hello, Mr. Arrogant!   Keputusan Tinggal Bersama

    “Jadi, kalian sepakat untuk tinggal bersama di Owl Place?” Daffin sedikit tak percaya ketika melihat tampang Alo sangat kacau, bagaimana seorang pria dengan tingkat kejeniusan yang sudah diakui justru kalah telak oleh anak SMA?Bahkan, rumor menyebutkan jika Quitta Jofany berhasil membuat Alo tak menemukan kata untuk membalas setiap ucapan di acara makan malam keluarga. Gadis itu memimpin situasi, menjinakkan sosok paling arogan di keluarga Pratama Laksana. Jika sang cucu mewarisi kekasaran sikap sang kakek dan selama ini mampu membuat semua orang tersinggung atas kata-katanya, tetapi di depan sang calon istri jusru bungkam.Di sisi lain, sang pengacara merasa begitu bersyukur atas kemunculan Quitta, setidaknya akan membantu dalam mengendalika Alo mulai sekarang. Dia bisa kembali fokus terhadap urusan lain, tidak melulu menjadi budak yang pada akhirnya hanya dimaki oleh sang sahabat. Dengan begitu, Daffin bisa bernapas lega sejak hari ini.D

  • Hello, Mr. Arrogant!   Kemunculan Orang Ketiga

    “Appa!” Quitta merajuk dengan nada penuh protes ketika melihat siapa yang datang bersama kedua orang tuanya, menghadiahkan tatap kesal pada Jofan yang hanya angkat bahu.Pria itu melangkah maju, duduk tanpa dipersilakan. Sang ibu pun sama, bersikap cuek meski ada Alo bersama Quitta. Kemudian, tamu terakhir ikut duduk di samping kanan Bimby, ada apa dengan mereka bertiga?“Apa kamu pikir, amma akan membiarkan kalian berdua tinggal satu atap tanpa pengawasan orang dewasa?” balas Bimby dengan tatap tajam yang mengintimidasi, sengaja membawa serta Bobby dalam urusan pernikahan terencana tersebut.Dia bersama sang suami sudah sepakat untuk memberikan penolakan karena enggan menjadikan Quitta sebagai senjata dalam kepentingan bisnis, nyatanya sang gadis justru begitu bersemangat menyambut keinginan kakek tua tersebut. Jofan tahu, putri sambungnya tentu sangat menginginkan rumah lama mereka, di mana kenangan bersama sang ayah asuh begitu kuat. G

  • Hello, Mr. Arrogant!   Apa yang Akan Mereka Lakukan?

    “Appa akan terus bersikap tak tahu malu begini?” tanya Quitta dengan muka masam sambil mengamati sang pria yang hanya memilih membuka koper, mengeluarkan beberapa pakaian. “Kenapa harus tak tahu malu saat harus menjaga bocah yang sudah kurawat sejak bayi?” balas Bobby masih dengan nada santai, sama sekali tak pernah memberikan intonasi lebih tinggi atau sekadar tampang dilipat. Inilah yang membuat Quitta begitu menyukai keribadian sang ayah asuh, orang lain tanpa hubungan darah tersebut jusru sangat menenangkan setiap kali melontarkan kata. Jauh berbeda dengan Bimby, perempuan yang ia sebut ibu justru tak memberikan kesempatan hidup tenang. Bagaimana dirinya bisa membenci sosok pria maskulin itu? Entah kapan Quitta menyadari perasaannya, dia menjadi sangat merindukan Bobby. Mengira perasaan yang ada hanya tentang kangen terhadap sosok yang merawat ketika bayi, nyatanya tidak demikian. Sang gadis sangat kesakitan setiap kali melihat pria yang kini menjadi guru

  • Hello, Mr. Arrogant!   Kisah yang Rumit

    “Tuhan menciptakanmu dengan rahasia Braille di dalamnya, harus buta dulu untuk bisa melihat kebenaran yang tersembunyi. Meski ada cinta dan kerinduan di ujung semesta hatimu, tunggu sampai aku lumpuh agar bisa mencapainya,” sambil berujar demikian, dia melepas tangan gadis yang sejak awal sudah terisak, dan perlahan mundur tanpa melepas pandangan.“Tapi, tak perlu tuli untuk mendengar pengakuanku!” Sebaliknya, si gadis dengan tegas berujar saat tubuh itu berbalik sempurna, “Aku jatuh cinta pada Bobby Alexander, Appa.”Pengakuan tersebut meluncur lancar lengkap dengan air mata yang terus menganak sungai melewati gundukan pipi tembamnya, perempuan muda itu memaksa sang pria kembali terpasung di tempat. Kesulitan bergerak walau hanya untuk mengayunkan sebelah kaki, gemuruh di balik dada mewakili perasaan sesungguhnya. Kontras dengan raut serta sikap yang tengah dipertontonkan.Bobby Alexander, pria 39 tahun tersebut hanya mengatur napas sembari memejamkan mat

  • Hello, Mr. Arrogant!   Perjodohan Kalangan Atas

    Suite Room Starla Hotel“Menikah?” ulang seorang pria termuda di antara mereka yang ada dalam ruangan, sosok paling terlihat tenang tersebut mendadak membolakan mata dengan sempurna ketika pembahasan serius dilontarkan.Tatapannya beralih pada wanita yang terlihat berpura-pura membenarkan posisi rok yang tak bermasalah, sementara sang ayah tampak berdeham tanpa perasaan berdosa. Berbeda dengan lelaki yang usianya sekitar tiga atau empat tahun di atasnya, pengacara keluarga sekaligus teman dekat beberapa tahun terakhir tersebut mendelik sebagai isyarat untuk tetap santai. Sementara lelaki tua dengan kedua tangan bertopang pada tongkat elbow itu hanya menjadi pendengar dengan raut muka datar.“Apa ini masuk akal?” tambahnya masih dengan nada tinggi yang khas, “Ma, katakan kalau kakek sedang bercanda.”Perempuan itu hanya bisa komat-kamit dengan bentuk mata yang dibuat selebar mungkin, sang ayah pun terli

  • Hello, Mr. Arrogant!   Bertemu Mantan dan Calon Istri

    Alo Pratama yang memiliki nama Alo Agler sejak lahir tersebut memarkir mobil mewahnya di pelataran parkir sekolah terkemuka di Jakarta, terlalu tua jika dia mengatakan datang untuk mencari ilmu. Keinginan sang kakek untuk makan malam membuatnya berada di kota tersebut, mencari gadis yang diharuskan menjadi istri sang pria agar bisa menjadi penguasa Starla Group.Ia sudah membulatkan tekad untuk membujuk gadis itu agar menolak rencana sang kakek, kemungkinan membuatnya menggagalkan perjodohan akan sangat besar mengingat hubungan mereka begitu buruk di masa lalu. Alo tak langsung turun, dia justru terpaku di tempat sembari memandang gedung menjulang di depan mata. Sepuluh tahun berlalu begitu cepat, bangunan tersebut pernah ia huni meskipun tak sampai lulus di masa lalu.“Apa guru-guru masih mengingatku?” gumamnya dengan senyum kecut karena teringat saat terakhir kali kabur dari sekolah demi hal mendesak yang membuat citra sempurnanya berantakan, ada

Bab terbaru

  • Hello, Mr. Arrogant!   Apa yang Akan Mereka Lakukan?

    “Appa akan terus bersikap tak tahu malu begini?” tanya Quitta dengan muka masam sambil mengamati sang pria yang hanya memilih membuka koper, mengeluarkan beberapa pakaian. “Kenapa harus tak tahu malu saat harus menjaga bocah yang sudah kurawat sejak bayi?” balas Bobby masih dengan nada santai, sama sekali tak pernah memberikan intonasi lebih tinggi atau sekadar tampang dilipat. Inilah yang membuat Quitta begitu menyukai keribadian sang ayah asuh, orang lain tanpa hubungan darah tersebut jusru sangat menenangkan setiap kali melontarkan kata. Jauh berbeda dengan Bimby, perempuan yang ia sebut ibu justru tak memberikan kesempatan hidup tenang. Bagaimana dirinya bisa membenci sosok pria maskulin itu? Entah kapan Quitta menyadari perasaannya, dia menjadi sangat merindukan Bobby. Mengira perasaan yang ada hanya tentang kangen terhadap sosok yang merawat ketika bayi, nyatanya tidak demikian. Sang gadis sangat kesakitan setiap kali melihat pria yang kini menjadi guru

  • Hello, Mr. Arrogant!   Kemunculan Orang Ketiga

    “Appa!” Quitta merajuk dengan nada penuh protes ketika melihat siapa yang datang bersama kedua orang tuanya, menghadiahkan tatap kesal pada Jofan yang hanya angkat bahu.Pria itu melangkah maju, duduk tanpa dipersilakan. Sang ibu pun sama, bersikap cuek meski ada Alo bersama Quitta. Kemudian, tamu terakhir ikut duduk di samping kanan Bimby, ada apa dengan mereka bertiga?“Apa kamu pikir, amma akan membiarkan kalian berdua tinggal satu atap tanpa pengawasan orang dewasa?” balas Bimby dengan tatap tajam yang mengintimidasi, sengaja membawa serta Bobby dalam urusan pernikahan terencana tersebut.Dia bersama sang suami sudah sepakat untuk memberikan penolakan karena enggan menjadikan Quitta sebagai senjata dalam kepentingan bisnis, nyatanya sang gadis justru begitu bersemangat menyambut keinginan kakek tua tersebut. Jofan tahu, putri sambungnya tentu sangat menginginkan rumah lama mereka, di mana kenangan bersama sang ayah asuh begitu kuat. G

  • Hello, Mr. Arrogant!   Keputusan Tinggal Bersama

    “Jadi, kalian sepakat untuk tinggal bersama di Owl Place?” Daffin sedikit tak percaya ketika melihat tampang Alo sangat kacau, bagaimana seorang pria dengan tingkat kejeniusan yang sudah diakui justru kalah telak oleh anak SMA?Bahkan, rumor menyebutkan jika Quitta Jofany berhasil membuat Alo tak menemukan kata untuk membalas setiap ucapan di acara makan malam keluarga. Gadis itu memimpin situasi, menjinakkan sosok paling arogan di keluarga Pratama Laksana. Jika sang cucu mewarisi kekasaran sikap sang kakek dan selama ini mampu membuat semua orang tersinggung atas kata-katanya, tetapi di depan sang calon istri jusru bungkam.Di sisi lain, sang pengacara merasa begitu bersyukur atas kemunculan Quitta, setidaknya akan membantu dalam mengendalika Alo mulai sekarang. Dia bisa kembali fokus terhadap urusan lain, tidak melulu menjadi budak yang pada akhirnya hanya dimaki oleh sang sahabat. Dengan begitu, Daffin bisa bernapas lega sejak hari ini.D

  • Hello, Mr. Arrogant!   Tawaran Menentang Takdir

    “Tanda tangan,” ujar Alo dengan telunjuk diketuk-ketukkan di atas kertas bermaterai, di sana tertera perjanjian mengenai satu kontrak. Quitta sudah memutuskan untuk tidak meminta bagian apa pun saat mereka benar-benar menikah dan warisan dijatuhkan kepadanya, ia harus memastikan ucapan itu sebagai kenyataan. Sebab, jika berubah pikiran di masa depan, tidak akan ada perubahan yang mengejutkan.“Apa ini?” tanya Quitta sembari mengambil kertas yang terdiri dari tiga lembar, membaca sekilas sebelum tertawa halus.Gadis itu masih berseragam ketika mendatangi Alo, masuk ke ruangan sang Presdir yang resmi menjabat hari ini karena kesepakatan berhasil dibuat. Tak jauh berbeda dengan tempat kerja Jofan, hanya interior dan penempatan beberapa perabot tidak sama. Pindaian beralih pada lelaki di depannya, pria tersebut menunggu sang gadis membubuhkan tanda tangan.“Apa begini cara Kakak membuat kesepakatan denganku?” ejek Quitta sembari m

  • Hello, Mr. Arrogant!   Sandiwara yang Gagal

    “Quitta, hentikan!” sentak Bimby ketika sang anak berada di dua anak tangga pertama, “Amma menahan diri untuk tak menentangmu di depan semua orang, tapi apa yang sudah kamu lakukan? Jangan bermain-main dengan kebersamaan!”Gadis itu tersenyum getir, dia menunggu teguran ini. Tubuh tersebut berbalik, di depannya berdiri dua orang yang sangat ia kasihi. Sang ibu terlihat marah, sementara ayahnya meniup napas dengan tatap teduh yang menenangkan.“Kenapa kalian boleh bermain-main dengan pernikahan dan aku tidak?” balasnya telak memaksa sang ibu semakin emosi, “Amma, bukankah aku dan Bobby Alexander tak boleh bersama, lalu kenapa dengan Alo Pratama pun dilarang?”“Kami tak mau kamu terluka lebih dalam, waktumu masih panjang untuk mengerti tentang kebersamaan antara sepasang manusia yang mengikat diri dalam pernikahan.” Jofan mengambil alih untuk menanggapi, “Cukup appa yang pernah melakukan kesalahan d

  • Hello, Mr. Arrogant!   Kejutan dari Calon Istri

    “Oke, aku akan menerima perjodohan ini.” Keputusan akhir Quitta membuat Alo melongo, kenapa gadis itu mengatakan hal sebaliknya? Semula ia setuju untuk menolak perjodohan, kenapa saat makan malam berlangsung justru menciptakan kehebohan?Jofan yang turut hadir menemani sang putri tercinta tersedak, ia batuk sehingga Bimby berdiri, dan memberikan air sembari menepuk-nepuk punggung lelakinya. Wanita itu tak kalah shock, acara makan malam biasa menjelma menjadi rapat keluarga yang mengejutkan. Apa yang sedang Quitta lakukan?“Bagus!” seru sang kakek yang terlihat begitu antusias dengan jawaban Quitta, gadis itu hanya melebarkan senyum. Kemudian, menyendokkan makanan ke dalam mulut. Sama sekali tak terbebani.Alo yang semula begitu percaya diri akan kegagalan perjodohan, mulai terlihat gusar. Dia dipermainkan oleh bocah itu, seharusnya tak percaya begitu saja saat Quitta meminta berbicara ketika makan malam. Kalau tahu akan sekacau ini, tentu dia menyeret gadi

  • Hello, Mr. Arrogant!   Kebetulan yang Ditakdirkan

    “Kamu tahu kalau aku sedang mencarimu?” tanya Alo saat mereka berada di atap sekolah, entah apa maksud Quitta membawanya berbicara di tempat yang sedikit anti mainstream.“Kakek yang memberitahumu?” lanjutnya dengan kesal karena Quitta hanya mengarahkan pandangan ke bawah, menuju rombongan yang sedang berkeliling sekolah. Gadis itu memang sedang mengamati Bobby, laki-laki yang sudah menancapkan luka di balik dada.Dia tak berpikir kejadian dua malam lalu sebagai sesuatu yang nyata, hanya mimpi buruk. Namun, melihat sikap dingin pria itu, penolakan benar-benar diberikan. Tak ada cinta antar lawan jenis untuknya, hanya tentang kasih sayang ayah serta anak.“Heh!” bentak Alo merasa diabaikan oleh sang gadis, “Kamu sengaja mengabaikanku?”“Kalau tahu diabaikan, untuk apa masih berdiri di sini?” Tanggapan yang membuat pria itu meniup napas dengan kesal, jadi ini yang dimaksud oleh dua pemuda tadi. Seseorang langsung pergi setelah tiga detik, memang sangat

  • Hello, Mr. Arrogant!   Bertemu Mantan dan Calon Istri

    Alo Pratama yang memiliki nama Alo Agler sejak lahir tersebut memarkir mobil mewahnya di pelataran parkir sekolah terkemuka di Jakarta, terlalu tua jika dia mengatakan datang untuk mencari ilmu. Keinginan sang kakek untuk makan malam membuatnya berada di kota tersebut, mencari gadis yang diharuskan menjadi istri sang pria agar bisa menjadi penguasa Starla Group.Ia sudah membulatkan tekad untuk membujuk gadis itu agar menolak rencana sang kakek, kemungkinan membuatnya menggagalkan perjodohan akan sangat besar mengingat hubungan mereka begitu buruk di masa lalu. Alo tak langsung turun, dia justru terpaku di tempat sembari memandang gedung menjulang di depan mata. Sepuluh tahun berlalu begitu cepat, bangunan tersebut pernah ia huni meskipun tak sampai lulus di masa lalu.“Apa guru-guru masih mengingatku?” gumamnya dengan senyum kecut karena teringat saat terakhir kali kabur dari sekolah demi hal mendesak yang membuat citra sempurnanya berantakan, ada

  • Hello, Mr. Arrogant!   Perjodohan Kalangan Atas

    Suite Room Starla Hotel“Menikah?” ulang seorang pria termuda di antara mereka yang ada dalam ruangan, sosok paling terlihat tenang tersebut mendadak membolakan mata dengan sempurna ketika pembahasan serius dilontarkan.Tatapannya beralih pada wanita yang terlihat berpura-pura membenarkan posisi rok yang tak bermasalah, sementara sang ayah tampak berdeham tanpa perasaan berdosa. Berbeda dengan lelaki yang usianya sekitar tiga atau empat tahun di atasnya, pengacara keluarga sekaligus teman dekat beberapa tahun terakhir tersebut mendelik sebagai isyarat untuk tetap santai. Sementara lelaki tua dengan kedua tangan bertopang pada tongkat elbow itu hanya menjadi pendengar dengan raut muka datar.“Apa ini masuk akal?” tambahnya masih dengan nada tinggi yang khas, “Ma, katakan kalau kakek sedang bercanda.”Perempuan itu hanya bisa komat-kamit dengan bentuk mata yang dibuat selebar mungkin, sang ayah pun terli

DMCA.com Protection Status