Ghea tersenyum. Kakak-kakaknya memanglah yang terbaik. Sejak kecil, mereka begitu menyayanginya. Sampai dewasa dan sudah punya anak pun kedua kakaknya masih begitu perhatian. Semua keluarga menunggu Ghea. Rowan membantu Ghea berjalan-jalan di kamar agar pembukaan dapat bertambah. Sesekali Rowan membelai lembut punggung sang istri. “Apa sakit sekali?” Rowan menatap sang istri. “Em … sedikit, emm … banyak. Entahlah.” Ghea tertawa. Dia sulit mendeskripsikan rasa sakitnya. Mungkin karena kadang sakit sekali, kadang tidak sakit. “Kamu masih bisa tertawa.” Rowan mencubit pipi Ghea. Merasa jika sang istri benar-benar tenang sekali. “Jangan takut. Jika kamu takut, aku juga ikut ketakutan.” Ghea menatap sang suami. Mencoba menenangkan sang suami. Rowan mengangguk. Dia melihat jika memang benar adanya. Jika dirinya takut, tentu sang istri akan ikut takut. “Rasanya jika melihat orang akan melahirkan membuat aku takut.” Daddy Regan mengembuskan napasnya ketika melihat Ghea bersama Rowan be
“Sayang.” “Ghe.” Al, El, Shera, Freya, Mommy Shea, dan Mommy Selly langsung terkejut ketika melihat Ghea kesakitan. Mommy Selly segera memanggil perawat atau dokter yang berjaga. Daddy Bryan dan Daddy Regan yang sedang mengobrol juga langsung mengecek keadaan Ghea.Tepat saat itu juga Dr. Lyra datang. Dia meminta para pria keluar kecuali Rowan. Dia pun segera mengecek keadaan Ghea. Ternyata pembukaan sudah hampir sempurna. Jadi Ghea sudah siap untuk melahirkan. “Kita akan lakukan persalinan.” Dr Lyra menatap semua yang berada di ruangan. Dia memberikan isyarat pada perawat untuk mempersiapkan semuanya. Dengan segera Ghea dibawa ke ruang persalinan. Semua keluarga ikut menunggu di depan ruang persalinan. Hanya Rowan saja yang diperbolehkan masuk. Rowan terus memegangi tangan Ghea dengan erat. Dia memberikan dukungan pada sang istri.Ghea berusaha mengatur napasnya. Rasa sakit benar-benar teramat menyiksanya. Sungguh membuatnya benar-benar tak berdaya. Sungguh sakitnya benar-benar
Ghea sudah dipindahkan di ruang perawatan. Bayi Ghea sudah dipindahkan ke ruang perawatan bersama sang ibu. Setelah mendapati jika bayi sehat, dokter segera memindahkan sang bayi bersama ibunya. “Lihatlah, lucu sekali dia.” Freya yang melihat anak Ghea dalam gendongan sang mommy mertua merasa gemas sekali. “Iya, tetapi sepertinya lebih dominan Rowan.” Shera memberikan komentarnya. “Sepertinya Rowan lebih bersemangat dalam tahap pembuatan.” Daddy Bryan tertawa menggoda. Rowan hanya malu-malu saja ketika sang mertua menggodanya. “Tidak adil sekali. Aku yang hamil sembilan bulan, tetapi anakku banyak mirip dengan daddy-nya.” Ghea menekuk bibirnya kesal. Rowan yang gemas pun mendaratkan kecupan di pipinya. “Nanti kita buat lagi, agar mirip denganmu.” Dia merayu sang istri. “Sepertinya itu aku pikir dulu.” Ghea tidak bisa membayangkan harus hamil lagi. Rasa sakitnya saja belum hilang, suaminya sudah membahas punya anak lagi. Melihat ekspresi Ghea semua tertawa. Apalagi para wanita.
Malam ini adalah malam pertama di rumah. Ghea dan Rowan menjaga anaknya di rumah. Berharap sang anak tidak akan menangis malam ini. Sementara ini anaknya akan tidur bersama mereka. “Mommy aku mau tidur di sini juga.” Gemma ingin bersama dengan adiknya. Jadi dia meminta untuk bersama sang adik.“Baiklah, tetapi tidur di sebelah daddy. Tidak boleh tepat di samping adik. Karena nanti Gemma tendang adiknya-jatuh.” Rowan memberikan pengertian pada sang anak.“Iya, Daddy.” Gemma pun setuju dengan yang diminta sang daddy. Sementara Baby Vans belum tidur dan Gemma belum mengantuk. Mereka berada sebelahan. Gemma terus membelai lembut pipi sang adik karena begitu gemasnya. “Dia lucu sekali, Mommy.” Gemma menatap Ghea. “Iya.” Ghea juga merasa hal yang sama. “Tapi, Gemma mau adik perempuan.” Gemma menatap sang mommy penuh harap. “Iya, nanti Mommy dan Daddy akan buat.” Rowan menyeringai. Dia benar-benar merasa senang sekali menggoda sang istri.Ghea hanya menatap malas. Dia merasa jika sang
“Kak, tolong jaga Rivans sebentar.” Ghea menatap Kiara. Dia ingin ke kamar mandi. Jadi harus menitipkan anaknya pada kakak iparnya. Sebenarnya dia ragu, mengingat Kiara masih dipantau oleh dokter. Namun, dia yakin jika sang kakak akan menjaga anaknya dengan baik.“Baiklah.” Kiara mengangguk.Ghea segera ke kamar mandi. Meninggalkan anaknya dengan Kiara.Kiara melihat Rivans yang sedang tertidur pulas. Bayi dua bulan itu tampak menggemaskan. Karena gemas Kiara memegangi pipinya. Sayangnya, saat pipinya dipegang, Rivans langsung menangis. Kiara yang melihat itu langsung berinisiatif untuk menggendong Rivans. Tampak bayi kecil itu pun kembali tenang.Ghea yang mendengar tangis anaknya pun segera bergegas keluar. Dia benar-benar takut sekali. Walaupun Kiara sudah mulai normal, tetapi takut tiba-tiba tangis anaknya membangkitkan luka-luka yang dirasakan Kiara.Saat keluar ternyata Ghea melihat jika Kiara sedang menggendong Rivans. Tampak kakak iparnya itu menimang-nimang anaknya. Dari keja
“Bukan di sini juga.” Rowan langsung menjawab.“Lalu?” tanya Ghea penasaran.“Kita pergi ke hotel pada siang hari. Saat sore hari kita sudah pulang. Tidak perlu jauh-jauh perginya.” Rowan mencoba menjelaskan. Buka puasa pertama kali bukankah harus spesial. Jika dilakukan di rumah saja, rasanya dia tidak enak. Jadi dia mau tempat yang spesial. Agar lebih enak.Ghea tersipu malu. Dia tidak menyangka jika sang suami bisa berpikir seperti itu.“Bagaimana?” tanya Rowan memastikan.“Terserah padamu saja.” Ghea menjawab malu-malu.“Baiklah, aku akan atur waktunya.” Rowan begitu bersemangat sekali. Sebagai pria normal kebutuhan biologisnya harus terpenuhi.“Kalau bisa sebelum aku mulai bekerja.” Ghea menambahkan. Cutinya tiga bulan saja, dan sebentar lagi akan selesai.“Tentu saja, aku akan siapkan semuanya.” Rowan mengedipkan matanya.“Adik Rivans.” Gemma memanggil adiknya seraya membuka pintu perlahan.Ghea dan Rowan yang sedang membicarakan hal intim tadi langsung seketika terdiam. Mereka
Sesuai dengan rencana Rowan dan Ghea, hari ini mereka akan pergi berdua. Ghea masih pagi sudah menyiapkan keperluan sang anak. Memompa ASI untuk stok sang anak. Ghea memang sudah sering memompa ASI. Dia yang sebentar lagi akan bekerja, tentu saja butuh stok ASI cukup banyak untuk anaknya.“Apa kamu sudah siapkan semua untuk Rivans?” Rowan yang masuk ke kamar langsung bertanya pada istrinya itu.“Sudah. Semua sudah aku siapkan. Aku rasa tidak ada yang terlewat.” Ghea merasa jika semua kebutuhan sang anak sudah terpenuhi.Rowan berharap tidak akan ada yang terlewat. Jadi mereka tidak akan diminta pulang ditengah-tengah permainan. Pasti rasanya tidak akan enak jika seperti itu.Setelah selesai, Ghea melihat Gemma di kamarnya. Tadi Gemma meminta untuk mengikat rambutnya. Namun, saat mengintip dari pintu yang terbuka, tampak Kiara sedang asyik mengikat rambut Gemma. Ghea yang melihat hal itu pun merasa senang. Dengan begitu dia yakin Kiara akan benar-benar sembuh.“Kamu lihat apa?” Rowan y
Mereka akhirnya pergi ke salah satu hotel Maxton yang berada di pinggir pantai. Walaupun tidak terletak benar-benar di pinggir pantai, paling tidak laut terlihat dari kamar hotel.“Kenapa aku tiba-tiba malu?”Saat berjalan bersama dengan sang suami masuk ke hotel, Ghea mengungkapkan isi hatinya. Mereka seperti pasangan selingkuh yang datang pagi-pagi ke hotel.“Kenapa malu?”“Entahlah.” Ghea mengeratkan tangannya yang melingkar di lengan sang suami.Rowan hanya tersenyum saja melihat aksi sang istri. Dia membelai tangan yang istri yang melingkar di tangannya untuk menenangkan. Sambil berusaha menenangkan, Rowan terus berjalan ke resepsionis.“Atas nama Rowan Adlino Kavin.” Rowan menyebutkan namanya.“Silakan ditunggu, kami cek lebih dulu pesanan atas nama Rowan Adlino Kavin.”Rowan dan Ghea saling pandang saat menunggu. Entah kenapa jantung Ghea begitu berdebar-debar. Mungkin karena kegiatan ini tidak dilakukan sudah sekian lama.“Ini access card-nya, Pak.” Resepsionis memberikan acce