Ghea sudah dipindahkan di ruang perawatan. Bayi Ghea sudah dipindahkan ke ruang perawatan bersama sang ibu. Setelah mendapati jika bayi sehat, dokter segera memindahkan sang bayi bersama ibunya. “Lihatlah, lucu sekali dia.” Freya yang melihat anak Ghea dalam gendongan sang mommy mertua merasa gemas sekali. “Iya, tetapi sepertinya lebih dominan Rowan.” Shera memberikan komentarnya. “Sepertinya Rowan lebih bersemangat dalam tahap pembuatan.” Daddy Bryan tertawa menggoda. Rowan hanya malu-malu saja ketika sang mertua menggodanya. “Tidak adil sekali. Aku yang hamil sembilan bulan, tetapi anakku banyak mirip dengan daddy-nya.” Ghea menekuk bibirnya kesal. Rowan yang gemas pun mendaratkan kecupan di pipinya. “Nanti kita buat lagi, agar mirip denganmu.” Dia merayu sang istri. “Sepertinya itu aku pikir dulu.” Ghea tidak bisa membayangkan harus hamil lagi. Rasa sakitnya saja belum hilang, suaminya sudah membahas punya anak lagi. Melihat ekspresi Ghea semua tertawa. Apalagi para wanita.
Malam ini adalah malam pertama di rumah. Ghea dan Rowan menjaga anaknya di rumah. Berharap sang anak tidak akan menangis malam ini. Sementara ini anaknya akan tidur bersama mereka. “Mommy aku mau tidur di sini juga.” Gemma ingin bersama dengan adiknya. Jadi dia meminta untuk bersama sang adik.“Baiklah, tetapi tidur di sebelah daddy. Tidak boleh tepat di samping adik. Karena nanti Gemma tendang adiknya-jatuh.” Rowan memberikan pengertian pada sang anak.“Iya, Daddy.” Gemma pun setuju dengan yang diminta sang daddy. Sementara Baby Vans belum tidur dan Gemma belum mengantuk. Mereka berada sebelahan. Gemma terus membelai lembut pipi sang adik karena begitu gemasnya. “Dia lucu sekali, Mommy.” Gemma menatap Ghea. “Iya.” Ghea juga merasa hal yang sama. “Tapi, Gemma mau adik perempuan.” Gemma menatap sang mommy penuh harap. “Iya, nanti Mommy dan Daddy akan buat.” Rowan menyeringai. Dia benar-benar merasa senang sekali menggoda sang istri.Ghea hanya menatap malas. Dia merasa jika sang
“Kak, tolong jaga Rivans sebentar.” Ghea menatap Kiara. Dia ingin ke kamar mandi. Jadi harus menitipkan anaknya pada kakak iparnya. Sebenarnya dia ragu, mengingat Kiara masih dipantau oleh dokter. Namun, dia yakin jika sang kakak akan menjaga anaknya dengan baik.“Baiklah.” Kiara mengangguk.Ghea segera ke kamar mandi. Meninggalkan anaknya dengan Kiara.Kiara melihat Rivans yang sedang tertidur pulas. Bayi dua bulan itu tampak menggemaskan. Karena gemas Kiara memegangi pipinya. Sayangnya, saat pipinya dipegang, Rivans langsung menangis. Kiara yang melihat itu langsung berinisiatif untuk menggendong Rivans. Tampak bayi kecil itu pun kembali tenang.Ghea yang mendengar tangis anaknya pun segera bergegas keluar. Dia benar-benar takut sekali. Walaupun Kiara sudah mulai normal, tetapi takut tiba-tiba tangis anaknya membangkitkan luka-luka yang dirasakan Kiara.Saat keluar ternyata Ghea melihat jika Kiara sedang menggendong Rivans. Tampak kakak iparnya itu menimang-nimang anaknya. Dari keja
“Bukan di sini juga.” Rowan langsung menjawab.“Lalu?” tanya Ghea penasaran.“Kita pergi ke hotel pada siang hari. Saat sore hari kita sudah pulang. Tidak perlu jauh-jauh perginya.” Rowan mencoba menjelaskan. Buka puasa pertama kali bukankah harus spesial. Jika dilakukan di rumah saja, rasanya dia tidak enak. Jadi dia mau tempat yang spesial. Agar lebih enak.Ghea tersipu malu. Dia tidak menyangka jika sang suami bisa berpikir seperti itu.“Bagaimana?” tanya Rowan memastikan.“Terserah padamu saja.” Ghea menjawab malu-malu.“Baiklah, aku akan atur waktunya.” Rowan begitu bersemangat sekali. Sebagai pria normal kebutuhan biologisnya harus terpenuhi.“Kalau bisa sebelum aku mulai bekerja.” Ghea menambahkan. Cutinya tiga bulan saja, dan sebentar lagi akan selesai.“Tentu saja, aku akan siapkan semuanya.” Rowan mengedipkan matanya.“Adik Rivans.” Gemma memanggil adiknya seraya membuka pintu perlahan.Ghea dan Rowan yang sedang membicarakan hal intim tadi langsung seketika terdiam. Mereka
Sesuai dengan rencana Rowan dan Ghea, hari ini mereka akan pergi berdua. Ghea masih pagi sudah menyiapkan keperluan sang anak. Memompa ASI untuk stok sang anak. Ghea memang sudah sering memompa ASI. Dia yang sebentar lagi akan bekerja, tentu saja butuh stok ASI cukup banyak untuk anaknya.“Apa kamu sudah siapkan semua untuk Rivans?” Rowan yang masuk ke kamar langsung bertanya pada istrinya itu.“Sudah. Semua sudah aku siapkan. Aku rasa tidak ada yang terlewat.” Ghea merasa jika semua kebutuhan sang anak sudah terpenuhi.Rowan berharap tidak akan ada yang terlewat. Jadi mereka tidak akan diminta pulang ditengah-tengah permainan. Pasti rasanya tidak akan enak jika seperti itu.Setelah selesai, Ghea melihat Gemma di kamarnya. Tadi Gemma meminta untuk mengikat rambutnya. Namun, saat mengintip dari pintu yang terbuka, tampak Kiara sedang asyik mengikat rambut Gemma. Ghea yang melihat hal itu pun merasa senang. Dengan begitu dia yakin Kiara akan benar-benar sembuh.“Kamu lihat apa?” Rowan y
Mereka akhirnya pergi ke salah satu hotel Maxton yang berada di pinggir pantai. Walaupun tidak terletak benar-benar di pinggir pantai, paling tidak laut terlihat dari kamar hotel.“Kenapa aku tiba-tiba malu?”Saat berjalan bersama dengan sang suami masuk ke hotel, Ghea mengungkapkan isi hatinya. Mereka seperti pasangan selingkuh yang datang pagi-pagi ke hotel.“Kenapa malu?”“Entahlah.” Ghea mengeratkan tangannya yang melingkar di lengan sang suami.Rowan hanya tersenyum saja melihat aksi sang istri. Dia membelai tangan yang istri yang melingkar di tangannya untuk menenangkan. Sambil berusaha menenangkan, Rowan terus berjalan ke resepsionis.“Atas nama Rowan Adlino Kavin.” Rowan menyebutkan namanya.“Silakan ditunggu, kami cek lebih dulu pesanan atas nama Rowan Adlino Kavin.”Rowan dan Ghea saling pandang saat menunggu. Entah kenapa jantung Ghea begitu berdebar-debar. Mungkin karena kegiatan ini tidak dilakukan sudah sekian lama.“Ini access card-nya, Pak.” Resepsionis memberikan acce
Rowan yang menarik tubuh Ghea membuat tubuh ibu satu anak itu menempel sempurna di tubuhnya. Ghea yang melingkarnya tangannya di leher sang suami, membuat ciuman lebih dalam. Keduanya larut dalam pertukaran saliva itu. Menikmati setiap sesapan yang diberikan.Saat napas mulai terengah, Rowan melepaskan tautan bibir itu. Rowan beralih mendaratkan kecupan di leher Ghea. Aroma tubuh Ghea yang memabukkan itu membuat Rowan tak mau melepaskan begitu saja kenikmatan itu. Perlahan Rowan mendorong cardi yang dipakai sang istri. Menyisakan baju tidur bertali spageti di sana.Bahu Ghea yang terekspos membuat Rowan terus mendaratkan kecupan di sana. Ghea yang merasa ciuman itu hanya bisa melenguh saja. Kenikmatan yang dirasakan membuatnya terbang melayang.Sambil terus mendaratkan kecupan, Rowan membuka bajunya. Tangan Ghea ikut membuka baju yang dipakai oleh Rowan. Sambil membelai lembut tubuh suaminya itu. Saat sang suami melepaskan celananya, dia mendaratkan kecupan di dada sang suami. Rowan h
Ghea dan Rowan pulang tepat jam delapan malam. Saat pulang ternyata anak-anak sudah tidur. Tersisa Mommy Shea dan Daddy Bryan saja di rumah.“Mommy dan Daddy menginap saja di sini.” Ghea menatap kedua orang tuanya.“Tidak, kami mau pulang dulu. Karena besok harus ke rumah kakakmu. Mereka juga akan pergi besok.”Ghea langsung melihat ke arah suaminya. Dia merasa jika ternyata yang meminta tolong pada orang tuanya tidak hanya mereka saja. Orang tuanya benar-benar sibuk sekali. Dari rumah satu anak ke rumah anak yang lain.“Baiklah kalau begitu. Titip salam untuk Kak El dan Kak Freya.” Ghea menautkan pipi di pipi sang mommy.“Nanti Mommy sampaikan.”Setelah orang tuanya pulang, Ghea dan Rowan segera masuk ke rumah. Mereka mengecek keadaan anak-anak mereka. Saat masuk ke kamar Gemma, mereka melihat Kiara tidur di kamar Gemma. Kiara tampak memeluk Gemma. Tampak mereka tidur dengan pulas.“Aku rasa jika Kak Kiara terus dekat dengan Gemma, dia akan cepat sembuh.” Ghea menatap sang suami.“Iy
Kiara dan Kafi sampai di hotel. Hotel bertema Santorini tampak begitu indah sekali. Dominasi warna putih dan biru tampak cantik.“Cantik sekali.” Kiara yang melihat kamar yang dapat melihat laut, begitu terpesona. Apalagi suasananya benar-benar serasa di luar negeri.Dia segera membuka pintu balkon. Kolam renang yang berada di depan kamar menghadap ke laut. Warna air yang biru seperti laut membuat hati menjadi begitu tenang sekali. Suasana ini benar-benar memberikan kenyamanan luar biasa.“Kamu suka?” Kafi memeluk Kiara dari belakang. Mendaratkan kecupan di pipi Kiara.Pipi Kiara menghangat. Dia merasa malu dengan apa yang baru saja dilakukan Kafi.“Suka.” Kiara menjawab lirih.“Kita akan menikmati waktu di sini dan menikmati keindahan di sini.” Kafi akan menghabiskan waktu dengan sang istri nanti.Kiara tidak sabar untuk melihat keindahan tempat ini. Apalagi semua orang tahu laut di sini menyajikan keindahan yang luar biasa.Kafi memutar tubuh Kiara. Membuat sang istri berhadapan den
Gemma akhirnya ikut ke kamar hotel. Dia tampak begitu senang sekali. Apalagi dia akan tidur dengan daddy barunya. Kiara dan Kafi pun tidak keberatan sama sekali. Mereka jadi bersemangat ketika melihat Gemma.Saat masuk ke kamar, Kafi segera menyalakan lampu. Gemma yang bersemangat, langsung masuk lebih dulu. Membuat Kiara dan Kafi hanya bisa tersenyum. “Ada bunga.” Gemma yang melihat bunga di atas tempat tidur begitu senang. “Bunganya bentuk love.” Gemma merasa bentuknya begitu bagus sekali.Kiara dan Kafi yang masuk, melihat kamar yang didekor untuk malam pertama. Ada bunga yang ditata di atas tempat tidur. Mereka berdua merasa jika sepertinya memang salah mengajak Gemma ke kamar pengantin. Namun, mau bagaimana lagi, anaknya begitu ingin sekali tidur bersama.“Mommy boleh naik ke tempat tidur?” tanya Gemma.“Gemma bersihkan diri dulu. Ganti baju dulu, baru nanti naik.” Kiara menasihati sang anak.“Baiklah.”Akhirnya Gemma, Kiara, Kafi memilih segera membersihkan diri dulu sebelum ti
Kiara berjalan ke ballroom hotel diantar oleh Rowan. Rowan mengantarkan Kiara pada pria yang akan menjaga Kiara seumur hidupnya. Kiara berjalan dengan perlahan sambil melingkarkan tangannya di lengan Rowan. Kiara tampak gugup sekali hingga Rowan berusaha untuk menenangkan Kiara. Menggenggam tangan Kiara untuk menenangkannya. Saat Rowan memegangi tangannya Kiara jauh lebih tenang.Dari kejauhan tampak Kafi menunggu Kiara di sana. Kafi begitu tampan dengan setelan jas dengan hiasan dasi. Pin bunga yang tersemat di dada sebelah kirinya tampak pas dengan jas yang dipakai. Saat melihat Kiara, Kafi begitu terpesona. Kiara tampak cantik dengan gaun yang dipakainya. Gaun itu membentuk tubuh Kiara. Wajah Kiara yang dirias pun membuat wajahnya semakin cantik. Jelas Kafi dibuat terpesona dengan kecantikan Kiara.Tidak melihat Kiara selama tiga hari karena sang mama melarangnya, membuat Kafi begitu senang ketika melihat Kiara untuk pertama kali. Rasa rindunya sedikit terobati.Kiara melihat Kafi
Kiara yang datang langsung menyalami orang tua Kafi. Ini kali pertama mereka bertemu dan langsung lamaran. Tentu saja perkenalan yang cukup mendadak.Orang tua Kafi melihat Kiara yang begitu cantik, terpeona. Pantas saja anak mereka sampai tergila-gila dengan Kiara. Karena ternyata memang secantik itu Kiara.Setelah berkenalan, Kiara langsung duduk di sofa. Duduk di antara Ghea dan juga Rowan. Tentu saja berhadapan dengan keluarga Kafi.“Kak, keluarga Kafi datang ke sini untuk melamar Kak Kiara. Apakah Kak Kiara mau?” Rowan langsung menatap Kiara.Kiara menatap Kafi sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan adiknya. “Aku mau.” Kiara mengangguk.“Syukurlah. Akhirnya lamaran kita diterima.” Winda merasa senang sekali.Kafi yang mendengar jawaban dari Kiara pun tak kalah senang. Akhirnya satu tahapan dapat dilalui juga.Rowan bernapas lega. Akhirnya Kiara dapat memulai hidup baru. Ini adalah gerbang pembuka untuk Kiara menuju ke masa depan.“Kapan kira-kira pernikahan diadakan? Apa ak
Kafi mengajak Kiara ke restoran hotel Maxton. Kafi memesan satu tempat di sana untuk menikmati makan malam romantis dengan Kiara.Restoran berada di rooftop hotel. Saat sampai sampai mereka langsung disuguhi pemandangan dari atas. Tampak gedung-gedung bertingkat menjulang tinggi. Lampu-lampu yang menyala tampak indah saat dilihat dari ketinggian. Langit malam pun tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.“Kenapa sepi?” Kiara tidak mendapatkan satu orang pun di restoran.“Aku memesan semuanya.” Kafi ini makan malam romantis. Karena itu dia memesan satu tempat untuk beberapa jam.Kiara benar-benar tidak menyangka Kafi akan melakukan hal semacam itu. Itu membuat bahagia sekali, karena dengan begitu dia bisa menikmati makan malam romantis dengan Kafi.Kafi menarik mengajak Kiara ke tempat yang sudah dipesan. Alangkankah terkejutnya ketika melihat meja makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil. Tampak begitu cantik sekali.“Kamu mempersiapkan ini?” tanya Kiara.“Iya.” Kafi menarik t
“Kenapa Kak Kiara meminta aku pulang? Apa Kak Kiara baik-baik saja?” tanya Rowan yang panik. Dia takut kakaknya kenapa-kenapa.“Aku baik-baik saja. Hanya saja ada yang aku mau bicarakan denganmu.” Kiara pun menyampaikan apa yang membuatnya menghubungi Rowan.“Ada apa?” tanya Rowan.“Kafi menyatakan cinta padaku. Apa kamu mengizinkan jika aku menerimanya?” Kiara menatap lekat wajah adiknya.Rowan benar-benar tidak menyangka jika Kiara akan menanyakan hal itu. Dia pikir kakaknya sudah menjawab pertanyaan Kafi itu. Namun, ternyata sang kakak menanyakan padanya lebih dulu.“Terima kasih sudah mau bertanya padaku, Kak. Kak Kiara harusnya memberikan jawaban sesuai dengan keinginan Kak Kiara. Sekarang Kak Kiara sudah pulih. Jadi tidak apa-apa jika Kak Kiara menentukan pilihan sendiri.” Rowan menarik tangan Kiara.“Kamu bukan sekadar adikku saja. Kamu adalah waliku. Jadi memang sewajarnya aku meminta izin padamu.” Kiara tidak bisa mengingkari fakta jika Rowan yang bertanggung jawab dengan dir
Rowan sudah menebak jika Kiara akan bertanya hal itu. Senyum manis pun menghiasi wajah Rowan.Bertepatan dengan Kiara yang bertanya, mobil Kafi berhenti tepat di depan rumah.“Kak Kiara tanya sendiri saja pada Pak Kafi.” Rowan langsung melemparkan pada Kafi. Meminta sang kakak mendapat jawab dari Kafi sendiri. Itu akan jauh lebih baik dibanding dirinya yang memberikan jawaban.Kiara langsung mengalihkan pandangan pada mobil Kafi yang berhenti di depan rumah. Tampak Kafi turun dari mobil dan berjalan, menghampiri Kiara dan Rowan.“Apa kamu punya waktu? Aku ingin bicara denganmu.” Kafi menatap Kiara. Ada banyak hal yang harus dibicarakan. Jadi dia ingin mengajak Kiara pergi sebentar.Kiara langsung menatap Rowan. Seolah meminta izin pada adiknya itu. Walaupun Rowan adalah adiknya, tetapi Kiara lebih menganggapnya seorang kakak yang melindungi.“Pergilah, Kak.” Rowan yang mengerti tatapan Kiara itu langsung memberikan izin.Mendapatkan izin dari adiknya, Kiara langsung mengangguk. “Aku a
“Fi, siapa wanita tadi?” Baru juga Kafa sampai rumah, sudah disambut dengan pertanyaan itu.“Aku baru pulang, Ma. Sabar.” Kafi benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa sang mama langsung melemparkan pertanyaan seperti itu.“Kamu ini, Mama sudah penasaran sejak tadi.” Winda memang sudah ingin tahu sejak tadi. Jadi dia merasa harus segera tahu.“Kafi jelaskan sambil duduk saja.” Kafi pun segera mengajak sang mama untuk di ruang tamu.Winda yang begitu penasaran dan ingin tahu segera ikut sang anak. Dia langsung duduk di sofa yang berada di ruang tamu.“Wanita tadi namanya Kiara.” Kafi mencoba menjelaskan.“Mama sudah berkenalan tadi. Jadi tidak perlu dijelaskan lagi.” Winda merasa anaknya benar-benar berbasa-basi sekali.Kafi tersenyum. Dia lupa jika sang mama sudah berkenalan. “Kiara adalah ibu dari salah satu anak murid di sekolahan kita. Anak tadi itu adalah anaknya.” Kafi mencoba menceritakan pada sang mama.Winda terdiam sejenak ketika mendengar jika Gemma adalah anak Kiara. T
Kiara langsung memegangi pipinya. Pipinya memang menghangat. Jadi wajar jika pipinya memerah.“Ini bukan karena matahari.” Kiara langsung mengelak.“Lalu karena apa?” tanya Kafi.“Ini karena aku malu.”Kafi langsung tersenyum. Senang sekali ketika melihat rona merah di pipi Kiara. Ternyata Kiara malu karena dirinya.Gemma yang menarik Kafi membuat Kafi akhirnya harus ikut Gemma. Tangan Kafi yang menggenggam Kiara pun membuat Kiara ikut juga. Mereka bertiga bersama-sama menuju ke permainan lain.Gemma meminta untuk berada di bawah tong air. Mereka menunggu air di bawah tong air. Saat air tumpah, Gemma, Kiara, dan Kafi langsung berteriak. Keseruan begitu terasa sekali.Dari sana mereka bermain di kolam busa. Semburan busa tampak begitu seru sekali. Gemma begitu menikmati. Biasanya hanya bermain di bathtub saja kini dia bisa main di kolam besar. Tentu saja itu begitu mengasyikkan sekali.“Ho ... ho ....” Kafi meletakkan busa si bawah dagunya. Tawa Kiara dan Gemma langsung terdengar. Kafi