Casey menggelengkan kepalanya putus asa dan menatap Hazel dengan amarah dan kebencian di matanya. "Pak Hendra, dia memfitnah kita tanpa bukti apa pun. Dia sengaja menjebak kita!""Benarkah?" Hazel memandang mereka dengan penuh arti, lalu mengulurkan tangannya ke arah Sergio di belakangnya. "Om, ponsel."Sergio mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dengan sangat alami dan menyerahkannya ke tangan Hazel.Darra dan Casey menatap kosong pemandangan ini dengan mata terbelalak tak percaya.Dalam perjalanan ke sini, Casey sudah mengetahui identitas Sergio dari Darra.Jadi, dia tahu betul sesulit apa untuk bisa mendekati Sergio.Bahkan sejak Sergio masuk hingga sekarang, Casey tidak berani melihatnya lagi karena aura dalam diri pria itu yang begitu kuat.Namun, saat ini dia justru melihat interaksi Hazel dan Sergio yang begitu dekat.Bukan hanya Casey, Darra juga tercengang.Hatinya dipenuhi keraguan. Sejak kapan Hazel dan Sergio bisa sedekat itu?Kenapa dia tidak tahu apa pun sebelumnya?Belum
Darra ingin menarik perhatian Sergio dengan cara ini. Namun ketika mendongak, dia melihat kalau Sergio tengah menatap Hazel sambil tersenyum.Sergio tidak menyadari air mata Darra karena seluruh perhatiannya tertuju pada Hazel.Penampilan Hazel yang meledak-ledak terlihat sangat lucu di matanya.Butuh banyak usaha bagi Sergio untuk menahan keinginan untuk mengusap kepala kecilnya.Melihat hal itu, Darra langsung meneteskan air mata.Kali ini, dia benar-benar merasa dirugikan.Kenapa bisa seperti ini?Bukankah semua orang mengatakan kalau pria tidak tahan kalau sudah melihat air mata wanita? Dia sudah menangis, kenapa Sergio tidak melihatnya sama sekali?Tidak masalah kalau Sergio tidak memandangnya. Lagipula, Sergio terkenal berhati dingin. Akan tetapi, kenapa dia terus memandang Hazel?Apa hubungan keduanya?Darra menggigit bibirnya, merasa sedih dan sakit hati. "Om, Kakak mungkin masih marah padaku. Apa Om bisa bantu bujuk Kakak buat maafin Casey? Dia nggak bermaksud menguncinya."Me
"Siapa pun yang berbuat salah harus dihukum. Casey, apa kamu tahu, seberapa besar pengaruh dari tindakanmu untuk kampus?"Bahu Casey menyusut drastis dan hatinya diliputi kesedihan.Dia tidak menyangka, dia hanya melakukan hal kecil, tetapi reaksi Hendra akan sebesar ini.Hendra berkata dengan sungguh-sungguh, "Panggil orang tuamu dan terima hukumanmu."Mendengar hal itu, Casey tiba-tiba mendongak panik, "Jangan! Pak Hendra nggak boleh melakukan ini kepada saya. Hazel juga nggak terluka!"Melihat ini, Hendra tahu kalau Casey tidak sadar akan kesalahan yang sudah dia perbuat.Dia mencibir dan mengingatkan, "Hari ini adalah hari ulang tahun kamu. Apa kamu tahu berapa banyak pemimpin yang duduk di antara penonton? Kamu seharusnya beruntung karena nggak terjadi apa-apa pada Hazel."Kalau acara ulang tahun kampus kacau, dia mungkin tidak akan bisa menegakkan kepalanya selama setahun penuh ke depan.Tiba-tiba mata Casey memerah. Dia mendekati Hendra dan memohon, "Pak Hendra, saya mohon. Tolo
Melihat sorot mata Hazel, Hendra merasa kalau kekhawatirannya bisa terbaca oleh Hazel.Dia tersenyum dan setuju dengan perkataan Hazel, "Pihak kampus juga nggak akan membiarkan mahasiswanya dirugikan."Hazel tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi.Hazel, Sergio dan Hendra saling berbincang singkat sebelum meninggalkan ruang rektor.Hazel memandang Sergio dengan senyuman di matanya. "Om, terima kasih. Kalau Om nggak datang menyelamatkanku, nggak tahu aku akan terkurung berapa lama di sana."Sergio menatap wajah mungilnya cukup lama, lalu mencubit wajah lembutnya."Aku pernah bilang apa, kenapa kamu melupakannya secepat ini?"Hazel merasakan sentuhan hangat di pipinya dan pipinya tiba-tiba memerah.Dia langsung mundur dua langkah dan menatap Sergio dengan tatapan kosong.Karena saking paniknya, bahkan kata-katanya pun menjadi tersendat, "Om, jangan...."Sergio mengangkat alisnya dan bertanya sambil tersenyum, "Jangan apa?"Hazel menjawab, "Jangan lakukan apa pun. Nggak enak dilihat!
Darra merasa sangat sedih sekaligus frustrasi ketika dikalahkan di depan Hazel.Setelah kembali ke rumah, dia mengunci diri di kamar, berbaring di tempat tidur dan menangis, terus tenggelam dalam kesedihannya.Apa dia harus membereskan si Casey yang bodoh itu?Tindakan Casey membuat Darra tidak bisa mengangkat kepala di depan Hazel. Kesan Hendra terhadapnya mungkin juga sangat terpengaruh.Orang yang paling membuatnya merasa malu adalah Sergio.Dia awalnya berpikir bahwa, sebagai wanita yang sangat dicintai Justin, Sergio akan memperlakukannya dengan sedikit berbeda.Namun, tidak disangka pria itu akan begitu dingin dan tidak berperasaan.Yang paling membuatnya cemburu adalah, Sergio memperlakukan Hazel secara berbeda dan berpihak kepadanya.Saat Darra benar-benar kesal, ponselnya tiba-tiba berdering.Dia bahkan tidak melihat siapa yang menelepon dan langsung mematikan panggilan.Saat ini, dia sedang kesal dan tidak mau menjawab panggilan dari siapa pun.Namun, siapa sangka tidak lama
Dania sedang menyiapkan makanan yang dibawa Darra. Ketika mendengar ini, dia menatap Krisna dengan tatapan genit."Kamu itu suamiku, mana mungkin aku nggak menjagamu dengan baik?"Krisna tertawa, merasa cukup senang.Darra tersenyum dan menghela napas panjang, "Ayah, Ibu, hubungan kalian harmonis sekali. Saat masih kecil, Ayah nggak sama kita. Aku selalu ingin kita bersatu. Akhirnya, harapanku jadi kenyataan."Krisna kembali teringat akan kejadian saat itu dan merasa bersalah.Dia memegang erat tangan Dania dan Darra, lalu mengatakan, "Saat itu aku yang salah, sampai harus membuat kalian menderita."Dania menggelengkan kepalanya, matanya sedikit merah. "Ayah bicara apa! Semuanya sudah berakhir."Setelah selesai makan, Krisna melihat Darra duduk mematung di sofa. Wajahnya tampak kesepian, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Dia bertanya dengan ragu, "Darra, lagi mikirin apa?"Darra kembali tersadar, lalu terlihat panik. Lalu, dia menggeleng kuat-kuat, "Nggak, kok. Bukan apa-apa."S
Melihat Krisna yang benar-benar ingin menelepon rektor, Darra bergerak cepat dan langsung menghentikannya, "Nggak perlu, Ayah. Keluarga Hardwin sudah campur tangan, jadi nggak ada gunanya menelepon."Jika Krisna benar-benar menelepon dan mendengar kebenarannya dari Hendra, mungkin Darra sendiri yang akan terpojok.Dia benar-benar tidak bisa membiarkan ini terjadi!"Keluarga Hardwin?"Gerakan tangan Krisna yang memegang terhenti dan dia terlihat terkejut.Darra mengangguk dan menjawab tidak jelas, "Kakak minta bantuan Tuan Sergio. Kalau nggak, mana mungkin Casey bakal dihukum?"Krisna meletakkan ponselnya dan mengurungkan niat untuk menelepon.Di saat yang sama, sedikit keraguan muncul di hatinya.Kapan Hazel terlibat dengan Keluarga Hardwin? Kenapa dia belum pernah mendengar Hazel menyebutkan akan hal ini sebelumnya?Dania juga merasa gugup dan mendorong Darra. "Darra, besok minta maaf sama Hazel. Nggak baik kalau kamu sampai menyinggung Keluarga Hardwin."Dengan posisi Keluarga Hardwi
Setelah itu, Darra kembali menimpali, "Aku nggak tahu sejak kapan Kakak sedekat itu dengan Tuan Sergio sampai bisa membuatnya datang ke kampus. Casey benar-benar nggak sengaja ...."Begitu mendengar Darra menangis tersedu-sedu seperti itu, Justin langsung merasa tidak tega.Dia rasanya ingin segera menemui Darra, menariknya ke dalam pelukannya dan menenangkannya.Dia mencoba menenangkan, "Darra, sudah, jangan nangis. Om Sergio bukan orang yang nggak bisa bedain mana yang benar dan mana yang salah. Nanti aku telepon Om buat tanya situasinya.""Nggak usah, Kak Justin. Aku nggak mau kalian bermasalah cuma karena aku. Aku juga nggak tahu Kakak sudah bilang apa saja sama Om. Di kampus tadi, aku sapa Om saja nggak digubris."Darra duduk di tempat tidur dengan air mata membasahi wajahnya. Suaranya tercekat, terdengar sangat sedih.Hati Justin terasa mau remuk saat mendengar suara tangisan Darra.Dia mencoba menenangkan pelan, "Nggak akan, Darra. Kamu sangat lembut dan baik, Om pasti bakal suk