Semua orang dibuat penasaran dengan keberadaan Sergio. Bahkan Darra yang baru menyelesaikan penampilannya di atas panggung pun tidak terkecuali.Sebelumnya, Casey bilang kalau ada orang penting yang akan datang ke kampus hari ini. Dia sampai bertanya-tanya siapa orang itu.Saat naik ke panggung untuk tampil, dia melihat yang duduk di sebelah Hendra ternyata Sergio!Dia adalah tuan muda Keluarga Hardwin, pemegang kendali Keluarga Hardwin sekaligus presdir Perusahaan Hardwin. Dia juga sosok paling berkuasa di seluruh Kota Palapa.Selai itu, dia Om Justin!Yang terpenting, dia mempunyai kepribadian yang dingin dan tidak memihak Hazel seperti anggota Keluarga Hardwin lainnya.Di matanya, selama orang itu tidak memperlakukan Hazel dengan berbeda, mereka berada di pihak yang sama dengannya.Sergio memegang kendali penuh atas Keluarga Hardwin. Kalau dia bisa mendapatkan penilaian baik dari Sergio, langkahnya akan makin dekat untuk bisa jadi bagian dari Keluarga Hardwin.Jadi saat melihat Serg
Melihat cahaya secara tiba-tiba, mata Hazel langsung menyipit.Setelah terbiasa dengan intensitas sumber cahaya, dia akhirnya melihat dengan jelas siapa yang berdiri di depan pintu."Om ...."Hidung Hazel terasa masam, menatap sosok yang datang dengan sorot sedih. Semua kepedihan yang dia pendam sejak tadi langsung menyeruak keluar.Saat Sergio melihat keadaan Hazel dengan jelas, hatinya langsung terasa sakit.Yang terjadi selanjutnya adalah kemarahan yang luar biasa.Tanpa pikir panjang, dia bergegas mendekat dan memeluk Hazel erat-erat. Tangannya yang lebar dan hangat terus-menerus mengusap punggung Hazel dengan lembut."Hazel, aku sudah di sini."Hazel takut akan gelap, sesuatu yang hanya diketahui sedikit orang.Saat mendengar suara tercekat Hazel di telepon barusan, Sergio mendapat firasat buruk.Tanpa diduga, tebakannya ternyata benar.Dia tidak bisa membayangkan berapa lama Hazel akan dikurung di kamar pas yang gelap dan kecil ini jika dia tidak menelepon."Maaf, aku terlambat."
Hendra tak kuasa menahan tawanya saat mendengar perkataan Sergio."Kenapa aku nggak tahu kalau kamu punya sisi lucu seperti ini? Kamu memang paling ulung."Sergio mendengar maksud dibalik perkataan Hendra dan tersenyum ringan, yang dianggap sebagai persetujuan.Dia kembali menatap Hazel dan bertanya dengan prihatin, "Hazel, apa yang terjadi? Kenapa kamu terkurung di sini? Apa kamu tahu siapa pelakunya?"Hazel melirik ke arah Hendra dan menjawab dengan jujur, "Ya. Casey yang melakukannya. Kalau alasannya, mungkin Pak Hendra harus mencari tahu dulu."Sebenarnya, Hazel tahu bahwa Casey mengurungnya karena ingin membela Darra.Masalah ini bisa menjadi masalah besar maupun kecil, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kalau hanya dianggap sebagai pertengkaran antar mahasiswa, mungkin Hendra menganggap Hazel membesar-besarkan masalah.Namun, dia tidak ingin masalah ini dibiarkan begitu saja.Sergio menatap Hendra dengan bingung. "Siapa Casey?"Belum sempat Hendra pulih dari keterkejutannya,
Hendra memandang Sergio, menyadari kalau Sergio tengah menatapnya dengan sangat tajam.Dia tiba-tiba bergidik hingga berkeringat dingin, mencoba memikirkan solusi untuk permasalahan ini.Saat Hendra tidak tahu harus berbuat apa, Hazel tiba-tiba berbicara."Pak Hendra, jangan gugup begitu. Ada benang dan jarum di laci ruang ganti. Saya hanya perlu menjahitnya."Hazel mengatakan itu sambil berjalan menuju meja.Membuka laci, dia menemukan kotak jahit di dalamnya dengan benang tipis berbagai warna.Hazel mengambil benang putih, memasukkannya ke dalam lubang jarum dan menjahit bagian yang terkoyak.Ternyata bagian yang sobek ini digunting oleh seseorang.Mungkin Casey terlalu terburu-buru saat melakukan ini, atau mungkin dia tidak berani membuat robekan ini terlihat terlalu mencolok. Robekannya tidak terlalu parah, jadi bisa dijahit dengan cepat.Hendra memandangi gerakan rapi Hazel dengan sedikit apresiasi di matanya.Sergio menatapnya lekat-lekat, bahkan sorot matanya dipenuhi kelembutan
Auditorium yang awalnya berisik dan semrawut berangsur-angsur menjadi sunyi karena suara biola.Semua mata tertuju pada sosok Hazel yang berada di atas panggung, menatapnya tanpa berkedip.Saat Hazel muncul, senyum di bibir Darra tiba-tiba membeku.Matanya membelalak tak percaya, lalu dia menatap Casey. "Bukankah kamu bilang kamu sudah mengurungnya?"Wajah Casey tiba-tiba menjadi sangat pucat.Dia menatap panggung dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Dia menggelengkan kepalanya dengan putus asa, lalu menjelaskan, "Jelas-jelas aku mengurungnya di ruang ganti. Aku sudah mengunci ruang ganti biar lebih aman ...."Casey awalnya mengira kalau apa yang dia lakukan sudah sangat sempurna dan tidak mungkin terjadi kesalahan.Tidak disangka, Hazel benar-benar bisa keluar.Casey langsung duduk tegak sambil menatap pakaian yang dikenakan Hazel.Karena gugup, tangannya mengepal dengan gelisah, bahkan buku-buku jarinya memutih karena cengkeraman yang terlalu erat.Sudah memperhatikan cukup
"Casey, aku agak nggak enak badan. Ayo kembali saja." Darra memegang tangan Casey dan menariknya untuk berdiri, bersiap untuk berjalan keluar.Tepat pada saat ini, pembawa acara di atas panggung menyelesaikan kalimat terakhirnya dan bersiap untuk mengakhiri acara.Hendra tiba-tiba melihat ke arah mereka. "Casey, jangan pergi dulu. Ada yang ingin aku tanyakan padamu."Tubuh Casey menjadi kaku, memandang Darra untuk meminta bantuan, "Darra, apa yang harus aku lakukan? Apa aku ketahuan?"Darra juga sangat ketakutan, apalagi Hendra biasanya tidak memperhatikan murid seperti mereka.Namun dengan banyaknya pasang mata yang menatap ke arah mereka, mereka tidak bisa berpura-pura tidak mendengar.Dia tidak punya pilihan selain menatap Casey dan memintanya menemui Hendra.Hendra berdiri, menatap mereka dan berkata dengan nada dingin, "Ikut ke ruang rektor denganku."Ada banyak mahasiswa berkumpul di sini, jadi ini bukan tempat yang tepat untuk berbicara.Selain itu, Hendra juga punya tujuan egoi
Casey menggelengkan kepalanya putus asa dan menatap Hazel dengan amarah dan kebencian di matanya. "Pak Hendra, dia memfitnah kita tanpa bukti apa pun. Dia sengaja menjebak kita!""Benarkah?" Hazel memandang mereka dengan penuh arti, lalu mengulurkan tangannya ke arah Sergio di belakangnya. "Om, ponsel."Sergio mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dengan sangat alami dan menyerahkannya ke tangan Hazel.Darra dan Casey menatap kosong pemandangan ini dengan mata terbelalak tak percaya.Dalam perjalanan ke sini, Casey sudah mengetahui identitas Sergio dari Darra.Jadi, dia tahu betul sesulit apa untuk bisa mendekati Sergio.Bahkan sejak Sergio masuk hingga sekarang, Casey tidak berani melihatnya lagi karena aura dalam diri pria itu yang begitu kuat.Namun, saat ini dia justru melihat interaksi Hazel dan Sergio yang begitu dekat.Bukan hanya Casey, Darra juga tercengang.Hatinya dipenuhi keraguan. Sejak kapan Hazel dan Sergio bisa sedekat itu?Kenapa dia tidak tahu apa pun sebelumnya?Belum
Darra ingin menarik perhatian Sergio dengan cara ini. Namun ketika mendongak, dia melihat kalau Sergio tengah menatap Hazel sambil tersenyum.Sergio tidak menyadari air mata Darra karena seluruh perhatiannya tertuju pada Hazel.Penampilan Hazel yang meledak-ledak terlihat sangat lucu di matanya.Butuh banyak usaha bagi Sergio untuk menahan keinginan untuk mengusap kepala kecilnya.Melihat hal itu, Darra langsung meneteskan air mata.Kali ini, dia benar-benar merasa dirugikan.Kenapa bisa seperti ini?Bukankah semua orang mengatakan kalau pria tidak tahan kalau sudah melihat air mata wanita? Dia sudah menangis, kenapa Sergio tidak melihatnya sama sekali?Tidak masalah kalau Sergio tidak memandangnya. Lagipula, Sergio terkenal berhati dingin. Akan tetapi, kenapa dia terus memandang Hazel?Apa hubungan keduanya?Darra menggigit bibirnya, merasa sedih dan sakit hati. "Om, Kakak mungkin masih marah padaku. Apa Om bisa bantu bujuk Kakak buat maafin Casey? Dia nggak bermaksud menguncinya."Me
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya