Auditorium yang awalnya berisik dan semrawut berangsur-angsur menjadi sunyi karena suara biola.Semua mata tertuju pada sosok Hazel yang berada di atas panggung, menatapnya tanpa berkedip.Saat Hazel muncul, senyum di bibir Darra tiba-tiba membeku.Matanya membelalak tak percaya, lalu dia menatap Casey. "Bukankah kamu bilang kamu sudah mengurungnya?"Wajah Casey tiba-tiba menjadi sangat pucat.Dia menatap panggung dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Dia menggelengkan kepalanya dengan putus asa, lalu menjelaskan, "Jelas-jelas aku mengurungnya di ruang ganti. Aku sudah mengunci ruang ganti biar lebih aman ...."Casey awalnya mengira kalau apa yang dia lakukan sudah sangat sempurna dan tidak mungkin terjadi kesalahan.Tidak disangka, Hazel benar-benar bisa keluar.Casey langsung duduk tegak sambil menatap pakaian yang dikenakan Hazel.Karena gugup, tangannya mengepal dengan gelisah, bahkan buku-buku jarinya memutih karena cengkeraman yang terlalu erat.Sudah memperhatikan cukup
"Casey, aku agak nggak enak badan. Ayo kembali saja." Darra memegang tangan Casey dan menariknya untuk berdiri, bersiap untuk berjalan keluar.Tepat pada saat ini, pembawa acara di atas panggung menyelesaikan kalimat terakhirnya dan bersiap untuk mengakhiri acara.Hendra tiba-tiba melihat ke arah mereka. "Casey, jangan pergi dulu. Ada yang ingin aku tanyakan padamu."Tubuh Casey menjadi kaku, memandang Darra untuk meminta bantuan, "Darra, apa yang harus aku lakukan? Apa aku ketahuan?"Darra juga sangat ketakutan, apalagi Hendra biasanya tidak memperhatikan murid seperti mereka.Namun dengan banyaknya pasang mata yang menatap ke arah mereka, mereka tidak bisa berpura-pura tidak mendengar.Dia tidak punya pilihan selain menatap Casey dan memintanya menemui Hendra.Hendra berdiri, menatap mereka dan berkata dengan nada dingin, "Ikut ke ruang rektor denganku."Ada banyak mahasiswa berkumpul di sini, jadi ini bukan tempat yang tepat untuk berbicara.Selain itu, Hendra juga punya tujuan egoi
Casey menggelengkan kepalanya putus asa dan menatap Hazel dengan amarah dan kebencian di matanya. "Pak Hendra, dia memfitnah kita tanpa bukti apa pun. Dia sengaja menjebak kita!""Benarkah?" Hazel memandang mereka dengan penuh arti, lalu mengulurkan tangannya ke arah Sergio di belakangnya. "Om, ponsel."Sergio mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dengan sangat alami dan menyerahkannya ke tangan Hazel.Darra dan Casey menatap kosong pemandangan ini dengan mata terbelalak tak percaya.Dalam perjalanan ke sini, Casey sudah mengetahui identitas Sergio dari Darra.Jadi, dia tahu betul sesulit apa untuk bisa mendekati Sergio.Bahkan sejak Sergio masuk hingga sekarang, Casey tidak berani melihatnya lagi karena aura dalam diri pria itu yang begitu kuat.Namun, saat ini dia justru melihat interaksi Hazel dan Sergio yang begitu dekat.Bukan hanya Casey, Darra juga tercengang.Hatinya dipenuhi keraguan. Sejak kapan Hazel dan Sergio bisa sedekat itu?Kenapa dia tidak tahu apa pun sebelumnya?Belum
Darra ingin menarik perhatian Sergio dengan cara ini. Namun ketika mendongak, dia melihat kalau Sergio tengah menatap Hazel sambil tersenyum.Sergio tidak menyadari air mata Darra karena seluruh perhatiannya tertuju pada Hazel.Penampilan Hazel yang meledak-ledak terlihat sangat lucu di matanya.Butuh banyak usaha bagi Sergio untuk menahan keinginan untuk mengusap kepala kecilnya.Melihat hal itu, Darra langsung meneteskan air mata.Kali ini, dia benar-benar merasa dirugikan.Kenapa bisa seperti ini?Bukankah semua orang mengatakan kalau pria tidak tahan kalau sudah melihat air mata wanita? Dia sudah menangis, kenapa Sergio tidak melihatnya sama sekali?Tidak masalah kalau Sergio tidak memandangnya. Lagipula, Sergio terkenal berhati dingin. Akan tetapi, kenapa dia terus memandang Hazel?Apa hubungan keduanya?Darra menggigit bibirnya, merasa sedih dan sakit hati. "Om, Kakak mungkin masih marah padaku. Apa Om bisa bantu bujuk Kakak buat maafin Casey? Dia nggak bermaksud menguncinya."Me
"Siapa pun yang berbuat salah harus dihukum. Casey, apa kamu tahu, seberapa besar pengaruh dari tindakanmu untuk kampus?"Bahu Casey menyusut drastis dan hatinya diliputi kesedihan.Dia tidak menyangka, dia hanya melakukan hal kecil, tetapi reaksi Hendra akan sebesar ini.Hendra berkata dengan sungguh-sungguh, "Panggil orang tuamu dan terima hukumanmu."Mendengar hal itu, Casey tiba-tiba mendongak panik, "Jangan! Pak Hendra nggak boleh melakukan ini kepada saya. Hazel juga nggak terluka!"Melihat ini, Hendra tahu kalau Casey tidak sadar akan kesalahan yang sudah dia perbuat.Dia mencibir dan mengingatkan, "Hari ini adalah hari ulang tahun kamu. Apa kamu tahu berapa banyak pemimpin yang duduk di antara penonton? Kamu seharusnya beruntung karena nggak terjadi apa-apa pada Hazel."Kalau acara ulang tahun kampus kacau, dia mungkin tidak akan bisa menegakkan kepalanya selama setahun penuh ke depan.Tiba-tiba mata Casey memerah. Dia mendekati Hendra dan memohon, "Pak Hendra, saya mohon. Tolo
Melihat sorot mata Hazel, Hendra merasa kalau kekhawatirannya bisa terbaca oleh Hazel.Dia tersenyum dan setuju dengan perkataan Hazel, "Pihak kampus juga nggak akan membiarkan mahasiswanya dirugikan."Hazel tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi.Hazel, Sergio dan Hendra saling berbincang singkat sebelum meninggalkan ruang rektor.Hazel memandang Sergio dengan senyuman di matanya. "Om, terima kasih. Kalau Om nggak datang menyelamatkanku, nggak tahu aku akan terkurung berapa lama di sana."Sergio menatap wajah mungilnya cukup lama, lalu mencubit wajah lembutnya."Aku pernah bilang apa, kenapa kamu melupakannya secepat ini?"Hazel merasakan sentuhan hangat di pipinya dan pipinya tiba-tiba memerah.Dia langsung mundur dua langkah dan menatap Sergio dengan tatapan kosong.Karena saking paniknya, bahkan kata-katanya pun menjadi tersendat, "Om, jangan...."Sergio mengangkat alisnya dan bertanya sambil tersenyum, "Jangan apa?"Hazel menjawab, "Jangan lakukan apa pun. Nggak enak dilihat!
Darra merasa sangat sedih sekaligus frustrasi ketika dikalahkan di depan Hazel.Setelah kembali ke rumah, dia mengunci diri di kamar, berbaring di tempat tidur dan menangis, terus tenggelam dalam kesedihannya.Apa dia harus membereskan si Casey yang bodoh itu?Tindakan Casey membuat Darra tidak bisa mengangkat kepala di depan Hazel. Kesan Hendra terhadapnya mungkin juga sangat terpengaruh.Orang yang paling membuatnya merasa malu adalah Sergio.Dia awalnya berpikir bahwa, sebagai wanita yang sangat dicintai Justin, Sergio akan memperlakukannya dengan sedikit berbeda.Namun, tidak disangka pria itu akan begitu dingin dan tidak berperasaan.Yang paling membuatnya cemburu adalah, Sergio memperlakukan Hazel secara berbeda dan berpihak kepadanya.Saat Darra benar-benar kesal, ponselnya tiba-tiba berdering.Dia bahkan tidak melihat siapa yang menelepon dan langsung mematikan panggilan.Saat ini, dia sedang kesal dan tidak mau menjawab panggilan dari siapa pun.Namun, siapa sangka tidak lama
Dania sedang menyiapkan makanan yang dibawa Darra. Ketika mendengar ini, dia menatap Krisna dengan tatapan genit."Kamu itu suamiku, mana mungkin aku nggak menjagamu dengan baik?"Krisna tertawa, merasa cukup senang.Darra tersenyum dan menghela napas panjang, "Ayah, Ibu, hubungan kalian harmonis sekali. Saat masih kecil, Ayah nggak sama kita. Aku selalu ingin kita bersatu. Akhirnya, harapanku jadi kenyataan."Krisna kembali teringat akan kejadian saat itu dan merasa bersalah.Dia memegang erat tangan Dania dan Darra, lalu mengatakan, "Saat itu aku yang salah, sampai harus membuat kalian menderita."Dania menggelengkan kepalanya, matanya sedikit merah. "Ayah bicara apa! Semuanya sudah berakhir."Setelah selesai makan, Krisna melihat Darra duduk mematung di sofa. Wajahnya tampak kesepian, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Dia bertanya dengan ragu, "Darra, lagi mikirin apa?"Darra kembali tersadar, lalu terlihat panik. Lalu, dia menggeleng kuat-kuat, "Nggak, kok. Bukan apa-apa."S
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya