Pipinya langsung merona dan menyebar hingga ke telinganya.Hazel memelototinya dengan kesal. Dia melihat sekeliling dengan tenang, lalu berbisik, "Om, jangan bicara macam-macam. Masih ada orang lain di sini.""Jangan khawatir, mereka nggak dengar, kok." Sergio juga menjawab sambil berbisik.Begitu kata-kata itu keluar, pandangan dingin dan mematikan samar-samar menyapu ke arah para pelayan yang berada di sekitar.Para pelayan langsung ketakutan. Mereka langsung mencari alasan kalau ada pekerjaan lain yang harus mereka selesaikan, lalu meninggalkan dapur dengan cepat.Mereka tidak melihat apa-apa!Tidak mendengar apa pun!Sungguh!Hazel memandang para pelayan yang melarikan diri, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Sergio. Dia tersenyum tidak berdaya.Seperti yang sudah diduga, ketika Tuan Sergio sudah menunjukkan wajah dinginnya, tidak banyak orang yang bisa menahannya!Sergio membantu Hazel membawa dua hidangan yang sudah siap ke meja, lalu melepas jasnya, menyingsingkan lengan
Hazel mengusap bibirnya, di mana aroma unik Sergio masih tersisa di sana.Hangat dan khas, yang masih terus membekas.Hazel mengerjap, kebingungan di matanya terlihat jelas.Dia berkata dengan cemberut, "Om, jawab saja, ya?""Sekarang bukan waktunya, tunggu sampai hari ulang tahunmu."Hazel yang mendengar itu langsung menunduk. "Ah, masih dua bulan lagi dong!"Sergio mencolek wajah kecilnya yang mengembang, lalu tertawa tak berdaya. "Aku akan menyiapkan kejutan untukmu. Kamu bisa menantikannya."Menyadari tidak akan mendapatkan jawaban dari Sergio, Hazel terpaksa harus menyerah."Sebaiknya itu benar-benar kejutan atau aku akan marah.""Ya." Sergio mengiakan sambil tersenyum, lalu menggandeng tangan Hazel, membawanya ke kamar.Hazel melepaskan sandalnya dan menghempaskan dirinya ke tempat tidur yang empuk, berguling-guling dengan nyaman.Benar saja, ranjang di kamarnya memang terasa sangat nyaman.Sergio mengambil salep dari lemari obat dan duduk di tepi ranjang. "Kemarilah."Mata Hazel
"Hazel, aku menginginkanmu."Gumamnya sambil bergerak ke telinga Hazel dan menggigit lembut daun telinganya.Suara rendah dan seksi itu seakan berubah menjadi sebuah arus yang perlahan-lahan mengalir dari telinga Hazel ke seluruh anggota tubuhnya.Hazel merasakan sensasi kesemutan yang luar biasa menjalar ke seluruh tulang belakangnya. Seketika, tubuhnya menjadi lemas.Melihat Hazel yang hampir menciut, Sergio tertawa pelan dan bertanya lagi, "Boleh nggak?"Jantung Hazel berdegup kencang hingga dia tidak bisa mengendalikannya.Tubuhnya juga perlahan-lahan bereaksi terhadap godaan Sergio.Mendengar pertanyaannya, Hazel menahan rasa malunya dan berbisik, "Hmmm".Meskipun mereka sudah sering melakukannya, tetapi Hazel masih merasa malu.Setiap kali mereka melakukannya, Sergio menunjukkan sikap dingin dan penuh gairah, seperti makhluk abadi yang tidak tercemar oleh pikiran-pikiran fana.Hazel diam-diam menggertakkan gigi dan berinisiatif melingkarkan lengannya ke leher Sergio, mencium bibi
Tatapan Rafael ke arah Sergio berubah seketika.Tidak disangka!Sergio yang terlihat kuat, dengan delapan kotak di perut dan terlihat seperti model terkenal, ternyata hanya kuat di luarnya saja?Ekspresi wajah Rafael terlalu jelas, membuat Sergio bisa melihat apa yang dia pikirkan.Matanya sedikit menyipit, bagian bawah matanya menyiratkan kilatan berbahaya. "Mau mati?"Situasi berbahaya mengincar, Rafael pun ketakutan. Dia tersenyum sinis. "Nggak, kok. Aku nggak tahu apa-apa, aku juga nggak lihat apa-apa. Kalian lanjutkan saja!"Sergio mengalihkan pandangannya dan menggandeng tangan Hazel ke arah ruang makan.Mata Hazel sesekali melihat ke arah tangan Adam, hatinya merasa curiga.Mungkinkah Sergio benar-benar punya kekurangan dalam hal itu?Sampai perlu mengonsumsi sup tonik ....Memikirkan situasi panas tadi malam, ujung telinga Hazel memerah. Dia ingin mengatakan sesuatu."Om, sebaiknya kamu tidur di ruang kerja malam ini."Tangan Sergio yang sedang memegang sendok langsung tersenta
Rafael menahan tawanya hingga perutnya sakit. Dia mengeluarkan ponselnya untuk berbagi cerita ini dengan Vexal.Rafael mengirim pesan kepada Vexal. "Aku pikir si tua Sergio itu menyebalkan, tapi ternyata dia mudah sekali dibujuk."Pesan terkirim. Sebelum balasan Vexal masuk, sebuah suara dingin terdengar dari belakangnya."Si tua? Menyebalkan?"Tangan Rafael yang sedang mengetik terhenti. Dia menoleh dan bertemu dengan wajah muram Sergio."Ser ... Sergio, kapan kamu ke sini?"Dia menyembunyikan ponselnya di balik punggung dengan kikuk, lalu tersenyum canggung.Ekspresi di wajah Sergio tidak berubah. "Pas kamu kirim pesan."Rafael menyunggingkan senyum tipis. "Sergio, kamu pasti salah baca. Aku nggak bilang apa-apa, kok!"Orang yang barusan itu bukan dia!Tentu saja bukan!Sergio meliriknya sekilas, mengambil jas yang tergeletak di sandaran sofa, lalu memakainya. Dia bertanya, "Ada keperluan sampai kamu ke mari?"Rafael menyembunyikan ponselnya di belakang punggungnya dan menjawab seriu
Wajah Sergio berubah muram setelah kepergian Rafael.Hazel merasakan sesuatu yang aneh, bertanya sambil menggenggam tangan Hazel, "Om, apa ada masalah serius?"Sergio tidak ingin Hazel ikut khawatir. Dia membelai rambutnya dan menggeleng pelan, "Nggak apa-apa. Ayo, aku antar kamu ke kantor."Sergio tidak ingin mengatakannya, Hazel juga tidak mengajukan pertanyaan lagi, dengan patuh mengikutinya ke mobil.Dalam perjalanan, Sergio bertanya tentang Yudhis dengan santai, "Kudengar Yudhis sudah keluar dari perusahaan?"Hazel bersandar di kursi samping kemudi dalam keadaan mengantuk. Dia menggosok-gosok alisnya saat mendengar pertanyaan Sergio, merasa sakit kepala."Ya, dia meninggalkan pekerjaannya beberapa hari yang lalu. Awalnya aku pikir dia akan sulit dihadapi, tapi nggak disangka dia langsung setuju setelah aku minta dia keluar."Satu-satunya hal yang membuatnya pusing adalah Yudhis meninggalkan kekacauan besar setelah dia pergi.Sekarang, seluruh departemen desain seperti kehilangan t
Mereka langsung menggeleng dan tidak berani menjawab.Hazel tersenyum dingin, lalu mengulurkan tangannya ke salah satu dari mereka. "Kemarikan."Dia adalah seorang pria paruh baya yang mengenakan kacamata berbingkai hitam, orang yang paling keterlaluan saat memaki Hazel.Pria itu mundur dua langkah dan berpura-pura terlihat tidak bersalah. "Bu Hazel, mau apa?""Kamu ingin aku minta seseorang buat menggeledahmu?" Hazel mengangkat tangannya, sorot matanya menunjukkan sedikit kemarahan.Pria itu ragu-ragu sejenak, tetapi akhirnya mengulurkan ponselnya.Hazel mengambilnya, lalu membuka salah satu video di dalamnya.Dalam video tersebut, punggung Hazel menempel di bagian depan mejanya dan tubuh Yudhis yang tinggi besar menyelimuti dirinya, membungkuk seolah-olah akan menciumnya.Mungkin karena sudut pengambilan gambar, posisi keduanya terlihat ambigu.Hazel menggertakkan gigi dan bertanya, "Dari mana kamu mendapatkan video ini?"Pria itu menundukkan kepalanya dan tidak menjawab."Katakan!"
Hampir semua orang terdiam dan menanyakan apa yang telah terjadi.Dalam sekejap, forum menjadi kacau dan ribut.Tepat pada saat itu, sebuah pesan tiba-tiba muncul di kolom komentar. "Menurut sumber yang bisa dipercaya, semua pesan yang kita unggah di forum sudah dilihat oleh Bu Hazel. Kalian harus berhati-hati!"Kalimat ini secara langsung memicu kegemparan di hati semua orang.Mereka panik dan mengklik beranda mereka, ingin segera menghapus apa yang sudah mereka tuliskan mereka.Meskipun saat mengirim pesan itu mereka merasa sangat puas, bagaimanapun juga, Hazel adalah presdir JY Group, orang yang membayar gaji mereka.Kalaupun mereka berani, mereka hanya akan berani bergosip di belakang Hazel.Namun, semua orang terkejut saat mengetahui kalau pesan yang telah mereka kirimkan tidak bisa dihapus.Bahkan mereka tidak bisa menghapus akun mereka.Pada saat itu, hampir semua orang tercengang. Saat ini, hanya ada satu pikiran yang tersisa di benak mereka! Semuanya sudah berakhir!Jika Bu Ha