Sejak kapan Winda menjadi keluarga istrinya?Sudah jelas hanya dirinya keluarganya!Sergio mengangkat pandangan matanya, sorot matanya yang sedingin es menyapu sekelompok karyawan di ruang konferensi yang sedang menonton. Dia segera memberikan instruksi lewat bibirnya, "Ditunda!"Para karyawan saling menatap dengan mata tajam Sergio dan segera pergi.Mereka benar-benar ragu bahwa yang dikatakan Sergio sebenarnya bukan "tunda" melainkan "keluar"!Saat ini, mereka yakin kalau pertemuan hari ini tidak jadi dilaksanakan.Segera, hanya tinggal Sergio di ruang konferensi."Apa yang dilakukan Rafael?" tanya Sergio.Hazel mengulang apa yang dikatakan Winda, "Aku tahu wawancara mereka ketat, tapi bukankah ini sudah keterlaluan? Apa mereka menindas Windaku tanpa satu pun yang melindunginya?"Sergio mendengarkannya dengan diam, kerutan sebal di dahinya makin dalam!Windaku!Windaku!Huh!Dia tidak pernah mendengar panggilan seperti ini dari mulut Hazel sebelumnya dan Winda merebutnya lebih dulu!
Rafael akan sangat murka kalau menyebutkan nama Winda!Dia tidak pernah bertemu dengan wanita yang penuh kebencian seperti Winda! menyebalkan sekali!"Ada apa? Apa yang terjadi pada kalian?"Sergio bertanya dengan bingung."Aku ...."Rafael tergagap dan tidak bisa bicara.Dia tidak bisa mengatakan kalau entah bagaimana mereka telah bercinta, tapi perempuan itu malah kabur dan ternyata malah bersama dengan pria lain!Memalukan sekali!"Singkatnya, aku sama sekali nggak cocok dengan Winda! Kami tidak ditakdirkan dan aku nggak akan pernah memaafkannya!"Sergio terdiam dan menyandarkan punggungnya di kursi kulit kantor. Tangannya mengetuk-ngetuk pegangan kursi, entah apa yang sedang dia pikirkan.Rafael merasa resah, dia takut kalau Sergio terus menanyainya, reputasi yang dia bangun akan hancur.Jadi, dia menjawab dengan santai, "Jangan khawatir, aku sudah meminta secara personal untuk menerima Winda."Lalu, dia segera menutup telepon tanpa menunggu jawaban Sergio. Sepertinya dia merasa be
"Sergio!"Mendengar suara yang sudah familier tersebut, punggung Sergio langsung terasa tegang. Dia buru-buru melepaskan cengkeraman tangannya di leher Yudhis.Sergio mengangkat tangannya untuk merapikan jasnya yang agak berantakan. Kemudian, dia menatap dingin pada Yudhis dan menyiratkan peringatan di matanya.Yudhis juga merapikan pakaiannya dan berkata sambil tersenyum, "Nggak apa-apa. Aku dan Pak Sergio hanya sedang bertukar pendapat."Hazel melirik Yudhis dan menarik Sergio ke kantor.Direktur Departemen Desain mengerutkan kening dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, "Yudhis, katakan sejujurnya. Apa kamu tertarik pada Hazel?"Yudhis tertegun untuk sesaat, kemudian tertawa kecil.Yudhis tidak menjawabnya secara langsung. Itu sebabnya, direktur desain menganggap jika Yudhis memang mengakuinya.Direktur Departemen Desain tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas. Dia pun menepuk pundak Yudhis dan menghiburnya. "Yudhis, aku tahu. Kalian para anak muda begitu menga
Melihat Sergio yang tampak cemburu itu, Hazel pun langsung merasa tidak berdaya di dalam hati.Hazel meraih tangan Sergio, menggoyang-goyangkannya beberapa kali dengan lembut, dan berkata dengan manja, "Sayang, tentu saja yang paling kupedulikan itu kamu."Tangan Sergio lebar dan kering. Terdapat lapisan kapalan yang dangkal pada buku-buku jarinya, sangat berbeda dengan tangan Hazel yang halus dan lembut itu.Merasakan sentuhan lembut di telapak tangannya dan mendengar suara Hazel yang lembut dan manja, Sergio pun merasa tersentuh di dalam hati.Sekeras apa pun hati Sergio, saat ini hatinya sudah jadi meleleh karenanya.Sergio sudah hampir kehilangan akal, bagaimana mungkin dia masih bisa marah?"Oke, aku akan melepaskanmu kali ini." Sergio mengangkat dagunya dengan ekspresi puas, meski sebenarnya merasa enggan.Setelah sekian lama bersama, bagaimana mungkin Hazel tidak bisa memahami Sergio dengan baik?Makin seseorang berpura-pura terlihat untuk tenang, makin besar gejolak emosi di da
Apa dia sudah merusak kesenangan Pak Sergio dan Bu Hazel?Apa dia masih bisa bekerja di tempat ini?Hazel kembali ke mejanya. Dia merasa gugup saat melihat Intan yang mengamati dirinya dan Sergio dengan tatapan yang rumit.Hazel berdeham dan berkata, "Ada perlu apa, Intan?"Intan langsung kembali ke akal sehatnya dan buru-buru menyerahkan dokumen di tangannya. "Bu Hazel, ada dokumen penting yang harus Ibu periksa di sini."Hazel mengangguk. Kemudian, dia membuka dokumen tersebut dan menelusuri baris-barisnya secara sekilas."Nggak ada yang salah dengan dokumennya. Tapi, harganya masih bisa diturunkan sedikit lagi. Kualitas kain yang disediakan perusahaan ini masih cukup bagus. Kita bisa terus melanjutkan kerja sama."Intan mengangguk. Kemudian, dia mengulurkan tangannya untuk mengambil dokumen tersebut. "Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu kalian lagi. Kalian lanjutkan saja. Lanjutkan saja ...."Setelah berkata seperti itu, Intan bergegas pergi dengan sepatu hak tingginya. Bahkan,
Keduanya berbincang lama di telepon, mulai dari masalah pekerjaan hingga ke mana harus pergi berbelanja nanti, juga di mana ada restoran baru di suatu tempat yang ingin mereka datangi untuk makan bersama.Mereka berdua membicarakan semuanya.Hazel benar-benar mengabaikan Sergio, yang merupakan suami sahnya.Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit, wajah Sergio menjadi makin muram. Suasana di kantor juga menjadi makin mencekam.Perasaan menjadi tertekan, seolah badai akan datang.Namun, pelaku utama yang menbabkan semua ini tidak menyadarinya. Dia masih dengan senang hati berbagi hal-hal menarik yang ditemuinya di perusahaan kepada sahabatnya.Baru setelah terdengar suara batuk-batuk kecil, yang menyiratkan rasa kesal yang begitu kuat, Hazel pun akhirnya mau memalingkan wajahnya untuk sementara waktu dan menatap Sergio dengan ragu.Sergio merasa kesal selama beberapa saat dan benar-benar ingin menegur si kecil yang tidak punya perasaan ini.Namun, ketika menatap mata almon Hazel
Setelah berkata seperti itu, Hazel meraih tangan Sergio dan meninggalkan perusahaan.Intan berdiri di sana. Dia menatap kosong pada sosok Hazel untuk waktu yang lama. Tatapan matanya terlihat rumit.Namun, emosi tersebut datang dan pergi secepat kilat. Dalam sekejap, Intan sudah kembali terlihat biasa....Setelah selesai pertemuan pada sore berikutnya, Hazel membawa Intan ke Hotel Santoria untuk bertemu klien.Sejak masa jabatannya, ini pertama kalinya Hazel keluar menemui klien.Klien yang hendak mereka temui adalah para pemasok yang sudah bekerja sama dengan JY Group selama lebih dari sepuluh tahun. Mereka sudah memasok kain untuk JY Group selama bertahun-tahun.Sebelumnya, Krisna sudah membuat JY Group berantakan. Para pemasok sudah lama mengeluh dan satu per satu dari mereka ingin membatalkan kontrak.Namun, baru-baru ini, entah dari mana para pemasok itu mendengar kabar, tiba-tiba saja mereka mulai kembali menghubungi JY Group dan ingin memperbarui kontrak.Alasan kenapa Hazel be
Hazel memasuki ruangan. Dia mencari tempat duduk dan duduk di depan bos-bos tersebut. Kemudian, Hazel menuangkan segelas anggur untuk dirinya sendiri.Bos-bos itu saling berpandangan dan tidak tahu apa maksudnya."Semuanya silakan duduk. Secara logika, aku ini yang lebih muda. Nggak ada alasan bagi kalian untuk berdiri, sementara aku sedang duduk."Hazel tersenyum tipis. Jari-jarinya yang putih dan ramping itu memegang gelas anggur, lalu menggoyang-goyangkannya dengan lembut. Gerakannya begitu santai dan elegan, hingga tidak bisa membuat orang mengalihkan pandangan mereka.Tatapan mata para pria di ruangan itu tiba-tiba menunjukkan nafsu yang serakah.Pak Sergio pasti merasa senang. Wanita dengan kecantikan yang luar biasa ini jarang sekali ada.Hanya saja, tidak diketahui seberapa hebat dia di atas ranjang ....Semua orang mulai menyusun rencananya sendiri-sendiri di dalam hati.Mereka sudah mencari informasi terlebih dahulu sebelum datang. Ternyata, JY Group belum menentukan pemasok