Yudhis merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan Winda, tapi dia tidak tahu apa yang terjadi.Sejak mereka bersama, wanita itu pasti akan merona kalau tidak dia akan terus-menerus berbicara begitu bertemu dengannya.Seolah kata-kata yang dia ucapkan tidak ada habisnya.Namun, hari ini sepertinya emosinya sedang tidak stabil.Lagipula, Yudhis masih memiliki hal lain yang harus dilakukan dan mengabaikannya. Dia mengambil ponselnya dan kunci mobil lalu keluar.Di dalam kamar, Winda bisa dengan jelas mendengar suara pintu yang ditutup lalu di buka kembali.Dia mencengkeram lututnya dengan erat. Pipinya berada di atas pahanya dan tidak bisa menahan tangisannya.Tangannya yang lembut mencengkeram lengan bajunya seolah sekuat tenaga untuk membunyikan dan menahan emosinya yang meluap-luap.Meski saat ini musim panas, tapi lantai terasa sangat dingin. Dia seolah tidak sadar dan membiarkan emosi menyakitkan menelannya.Keesokan paginya, begitu Winda membuka matanya, dia merasakan gelombang a
"Pak Rafael ... ini penamu."Rafael mengambilnya dan mendengus pelan. "Aku punya visi, tapi kamu harus tahu kalau mahasiswa baru lulus sepertimu nggak memiliki jiwa kompetisi di perusahaan besar seperti milik kami."Winda menggigit bibinya dan merasa agak sedih. Apa dia akan ditolak lagi?Namun, dia tetap berusaha mengumpulkan keberaniannya dan menjawab dengan tegas, "Pengalaman dikumpulkan sedikit demi sedikit dan aku yakin mampu melakukan pekerjaan ini. Tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan diri."Rafael yang memegang pena dan mengetukkan di meja membalas sambil mencibir, "Kesempatan? Apa menurutmu perusahaan kami melakukan amal? TR Finance ingin melangkah jauh ke depan dan membutuhkan talenta terbaik."Pria itu berbicara tanpa sopan santun, seolah menulis "kamu tidak pantas mendapatkan pekerjaan ini" di wajahnya.Rasa rendah diri dan terhina yang kuat melonjak di dalam hati Winda. Dia mengambil napas dalam-dalam dan menatap tepat di mata Rafael lalu berkata, "Pak Rafael, kuak
Hazel baru saja menyelesaikan rapat dan hendak beristirahat saat menerima telepon dari Winda.Begitu dia menekan tombol untuk mengangkat telepon, suara Winda yang menangis langsung terdengar dari seberang."Hazel, Rafael bajingan! Berani sekali dia mengataiku. Kamu harus membalaskan dendamku!"Hazel tertegun sejenak dan bertanya dengan kaget, "Rafael? Bagaimana dia bisa mengataimu?"Winda yang merasa memiliki tempat mengadu segera menceritakan apa yang telah terjadi hari ini.Akhirnya, dia menambahkan, "Menurutku Rafael sengaja melakukannya, aku bahkan nggak menyinggungnya. Apa dia senang melihatku seperti ini? Aku sangat marah!"Hazel benar-benar tidak tahu harus beraksi bagaimana mendengar cerita Winda."Winda, kalau kamu nggak mungkin diterima, datang saja ke perusahaanku. Aku berjanji akan memberimu setara TR Finance."Meski bisnis utama JY Group adalah pakaian, tapi JY Group juga merambah ke industri lain."Aku masih nggak bisa. Aku akan mengandalkan kekuatanku untuk mencari peker
Sejak kapan Winda menjadi keluarga istrinya?Sudah jelas hanya dirinya keluarganya!Sergio mengangkat pandangan matanya, sorot matanya yang sedingin es menyapu sekelompok karyawan di ruang konferensi yang sedang menonton. Dia segera memberikan instruksi lewat bibirnya, "Ditunda!"Para karyawan saling menatap dengan mata tajam Sergio dan segera pergi.Mereka benar-benar ragu bahwa yang dikatakan Sergio sebenarnya bukan "tunda" melainkan "keluar"!Saat ini, mereka yakin kalau pertemuan hari ini tidak jadi dilaksanakan.Segera, hanya tinggal Sergio di ruang konferensi."Apa yang dilakukan Rafael?" tanya Sergio.Hazel mengulang apa yang dikatakan Winda, "Aku tahu wawancara mereka ketat, tapi bukankah ini sudah keterlaluan? Apa mereka menindas Windaku tanpa satu pun yang melindunginya?"Sergio mendengarkannya dengan diam, kerutan sebal di dahinya makin dalam!Windaku!Windaku!Huh!Dia tidak pernah mendengar panggilan seperti ini dari mulut Hazel sebelumnya dan Winda merebutnya lebih dulu!
Rafael akan sangat murka kalau menyebutkan nama Winda!Dia tidak pernah bertemu dengan wanita yang penuh kebencian seperti Winda! menyebalkan sekali!"Ada apa? Apa yang terjadi pada kalian?"Sergio bertanya dengan bingung."Aku ...."Rafael tergagap dan tidak bisa bicara.Dia tidak bisa mengatakan kalau entah bagaimana mereka telah bercinta, tapi perempuan itu malah kabur dan ternyata malah bersama dengan pria lain!Memalukan sekali!"Singkatnya, aku sama sekali nggak cocok dengan Winda! Kami tidak ditakdirkan dan aku nggak akan pernah memaafkannya!"Sergio terdiam dan menyandarkan punggungnya di kursi kulit kantor. Tangannya mengetuk-ngetuk pegangan kursi, entah apa yang sedang dia pikirkan.Rafael merasa resah, dia takut kalau Sergio terus menanyainya, reputasi yang dia bangun akan hancur.Jadi, dia menjawab dengan santai, "Jangan khawatir, aku sudah meminta secara personal untuk menerima Winda."Lalu, dia segera menutup telepon tanpa menunggu jawaban Sergio. Sepertinya dia merasa be
"Sergio!"Mendengar suara yang sudah familier tersebut, punggung Sergio langsung terasa tegang. Dia buru-buru melepaskan cengkeraman tangannya di leher Yudhis.Sergio mengangkat tangannya untuk merapikan jasnya yang agak berantakan. Kemudian, dia menatap dingin pada Yudhis dan menyiratkan peringatan di matanya.Yudhis juga merapikan pakaiannya dan berkata sambil tersenyum, "Nggak apa-apa. Aku dan Pak Sergio hanya sedang bertukar pendapat."Hazel melirik Yudhis dan menarik Sergio ke kantor.Direktur Departemen Desain mengerutkan kening dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, "Yudhis, katakan sejujurnya. Apa kamu tertarik pada Hazel?"Yudhis tertegun untuk sesaat, kemudian tertawa kecil.Yudhis tidak menjawabnya secara langsung. Itu sebabnya, direktur desain menganggap jika Yudhis memang mengakuinya.Direktur Departemen Desain tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas. Dia pun menepuk pundak Yudhis dan menghiburnya. "Yudhis, aku tahu. Kalian para anak muda begitu menga
Melihat Sergio yang tampak cemburu itu, Hazel pun langsung merasa tidak berdaya di dalam hati.Hazel meraih tangan Sergio, menggoyang-goyangkannya beberapa kali dengan lembut, dan berkata dengan manja, "Sayang, tentu saja yang paling kupedulikan itu kamu."Tangan Sergio lebar dan kering. Terdapat lapisan kapalan yang dangkal pada buku-buku jarinya, sangat berbeda dengan tangan Hazel yang halus dan lembut itu.Merasakan sentuhan lembut di telapak tangannya dan mendengar suara Hazel yang lembut dan manja, Sergio pun merasa tersentuh di dalam hati.Sekeras apa pun hati Sergio, saat ini hatinya sudah jadi meleleh karenanya.Sergio sudah hampir kehilangan akal, bagaimana mungkin dia masih bisa marah?"Oke, aku akan melepaskanmu kali ini." Sergio mengangkat dagunya dengan ekspresi puas, meski sebenarnya merasa enggan.Setelah sekian lama bersama, bagaimana mungkin Hazel tidak bisa memahami Sergio dengan baik?Makin seseorang berpura-pura terlihat untuk tenang, makin besar gejolak emosi di da
Apa dia sudah merusak kesenangan Pak Sergio dan Bu Hazel?Apa dia masih bisa bekerja di tempat ini?Hazel kembali ke mejanya. Dia merasa gugup saat melihat Intan yang mengamati dirinya dan Sergio dengan tatapan yang rumit.Hazel berdeham dan berkata, "Ada perlu apa, Intan?"Intan langsung kembali ke akal sehatnya dan buru-buru menyerahkan dokumen di tangannya. "Bu Hazel, ada dokumen penting yang harus Ibu periksa di sini."Hazel mengangguk. Kemudian, dia membuka dokumen tersebut dan menelusuri baris-barisnya secara sekilas."Nggak ada yang salah dengan dokumennya. Tapi, harganya masih bisa diturunkan sedikit lagi. Kualitas kain yang disediakan perusahaan ini masih cukup bagus. Kita bisa terus melanjutkan kerja sama."Intan mengangguk. Kemudian, dia mengulurkan tangannya untuk mengambil dokumen tersebut. "Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu kalian lagi. Kalian lanjutkan saja. Lanjutkan saja ...."Setelah berkata seperti itu, Intan bergegas pergi dengan sepatu hak tingginya. Bahkan,
Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,
Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan
Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga
Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri
Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus
Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze
Hazel memijit punggungnya yang, lalu berjuang untuk bangun dari tempat tidur untuk mandi.Apa yang terjadi semalam memang sangat berlebihan, membuat wajah Hazel terlihat lebih pucat.Jarak yang dekat ke kamar mandi saja membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke sana.Usai selesai mandi dan berganti pakaian, dia hampir terlambat ke kantor.Hazel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar sambil menyapa Adam."Selamat pagi, Pak Adam. Aku berangkat dulu, sampai jumpa nanti malam ....""Nyonya, sarapan dulu sebelum berangkat. Yang namanya pekerjaan pasti nggak ada selesainya."Adam menghentikan Hazel, mencoba menasihatinya dengan cemas.Hazel melambaikan tangannya, terlihat sedikit terburu-buru. "Nggak usah. Pagi ini ada rapat dan aku sudah hampir terlambat."Adam mengerutkan kening tidak setuju dan menariknya kembali. "Jangan sampai nggak sarapan. Nyonya, Tuan secara khusus meminta saya untuk mengawasi Nyonya sarapan sebelum berangkat kerja. Bahaya kalau tekanan dar
Meskipun Hazel memiliki tubuh yang kurus, tubuhnya tetap berisi di beberapa bagian.Sergio sangat menyukainya.Hazel menatap tatapan membara yang tersembunyi di bagian bawah mata Sergio, entah bagaimana, pikirannya tiba-tiba teringat kembali saat di mana mereka berada di tempat tidur.Wajahnya langsung memerah. Dia langsung beranjak, mencoba melarikan diri."Om, aku sudah kenyang, mau istirahat dulu!"Namun saat Hazel berdiri, pergelangan tangannya dipegang oleh Sergio.Dengan sedikit tarikan, tubuh Hazel jatuh ke belakang. Saat kembali tersadar, dia sudah berada di pangkuan Sergio.Hazel tersipu malu dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?""Menurutmu?"Sergio mendekat perlahan, menempelkan dahinya ke dahi Hazel. Matanya yang gelap dan teduh menyembunyikan api yang membara.Bulu mata Hazel yang panjang dan lentik berkedip beberapa kali dan menatapnya dengan memelas. "Aku nggak tahu."Sergio menempelkan bibirnya ke bibir Hazel, suaranya serak seolah berisi butiran pasir, "Aku ... menging
Sergio tidak bisa menahan tawa saat melihat rasa malu Hazel, sampai menciut seperti ini.Dia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Hazel yang sedikit berantakan, suaranya jelas dan pelan, "Ya, nggak akan aku buka."Setelah mengatakan itu, dia meninggikan suaranya dan berkata kepada Adam yang berada di luar pintu, "Ya. Hari ini pasti kalian lelah, istirahatlah lebih awal."Adam terdiam sejenak, lalu dengan cepat menyadari kalau mungkin dia sudah mengganggu kesenangan tuan dan nyonyanya.Dia menunjukkan senyum penuh kasih, lalu mengiakan dengan penuh pengertian, "Baik, saya akan mengatur situasi agar nggak ada yang akan mengganggu kalian malam ini!"Mendengar kata-kata Adam, Hazel tahu kalau Adam sudah salah paham.Dia mengangkat pipinya yang memerah dari dada Sergio dan menatap tajam ke arah pelakunya."Kamu sengaja melakukan ini?"Sergio menarik kembali senyuman di wajahnya. "Ya, aku memang sengaja."Hazel terkesiap dan ingin memukulnya. Namun, belum sempat dia mengepalkan tinjunya ya