Beranda / Romansa / Hati yang Kau Sakiti / Bab 59 : Bertemu Maria

Share

Bab 59 : Bertemu Maria

Penulis: Vanilla_Nilla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kiran terkesiap ketika mendengar teriakan Lita, ia pun menoleh ke belakang di mana ia sudah melihat Lita dan Arka di sana.

Lita berjalan cepat ke arah kiran, ia lalu mengambil alih Cleo yang masih dalam gendongan Kiran.

"Cleo, Sayang! Astaga, kamu bikin mama panik!" Lita memeluk Cleo erat-erat. Ia mencium anaknya dengan lega, sementara Cleo tampak kebingungan dengan kegaduhan di sekitarnya.

Setelah memastikan Cleo aman di pelukannya, Lita menatap ke arah Kiran. "Kiran, aku tahu kamu sedang sedih. Tapi tidak seharusnya kamu membawa Cleo ke kolam ikan seperti ini. Kamu hampir mencelakai anakku!"

Kiran tertegun mendengar perkataan Lita. "Apa maksudmu?"

"Kamu sengaja ingin menjatuhkan Cleo ke kolam, 'kan? Karena kamu sakit hati. Anakmu sudah tidak ada, jadi kamu ingin melukai anakku!"

Kata-kata itu seperti duri yang menghujam hati Kiran. Bagaimana bisa wanita itu menuduhnya begitu kejam? Kiran menatap Lita dengan pandangan marah yang tertahan, bibirnya bergetar menahan emosi.

"Lita!"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
kapan sih thor karma u arka dan Lita, kalau bisa Cleo mati biar ngak ada pengikat antara Lita dan arka,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 60 : Clarissa Ardiyani Wirasena

    "Mama ..." Kiran memeluk Maria erat, perasaan bersalah mulai menggelayuti hatinya, apalagi ketika ia mengatakan sesuatu yang mungkin telah menyakiti hati ibu mertuanya itu. "Maafkan aku, Ma ... aku tidak bermaksud bicara seperti itu kepada Mama ...."Punggung Kiran bergetar, Maria segera mengelusnya dengan lembut. Ia terkejut sekaligus bahagia bahwa Kiran akhirnya menjenguknya. Maria sempat berpikir Kiran benar-benar marah dan membencinya setelah kejadian itu."Tidak, Sayang. Seharusnya mama yang minta maaf ... semua ini salah mama."Kiran melepaskan pelukannya, sorot matanya menatap Maria begitu hangat, meskipun air matanya masih berlinang di pelupuk mata. "Tidak, Ma. Aku tahu Mama tidak bersalah. Aku yakin ada seseorang yang sengaja memasukkan obat itu ke tas Mama."Hati Maria begitu lega ketika mengetahui bila ternyata Kiran percaya padanya. Dengan perlahan, Maria menghapus air mata yang masih mengalir di pipi Kiran. "Mama juga berpikir seperti itu, Sayang.""Semua ini pasti ulah L

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 61 : Kakak Ipar

    Kiran keluar dari kamar mandi, sembari menggosok rambut basahnya menggunakan handuk. Piyama satin berwarna biru muda dengan motif bunga-bunga kecil terlihat manis di tubuhnya. Ketika Kiran berjalan menuju tempat tidur, tiba-tiba suara notifikasi dari ponselnya yang tergeletak di atas meja rias menarik perhatiannya. Ia segera menghampiri meja itu, meletakkan handuk di kursi terdekat, dan meraih ponselnya. Sebuah pesan baru dari sahabatnya, Intan, muncul di layar. Intan : "Ran, nanti malam longgar gak?" Kiran : "Iya, ada apa emangnya?" Intan : "Kamu lupa kalau hari ini ulang tahun Hena?" Kiran langsung menepuk jidatnya karena lupa. Bagaimana bisa ia melupakan ulang tahun Hena, salah satu sahabat dekat mereka? Ia memang sedang banyak pikiran akhir-akhir ini, tapi tetap saja, ini bukan sesuatu yang seharusnya terlupakan. Kiran : "Nanti malam aku gak ada acara kok. Jadi, kalian rencana ngumpul di mana?" Intan : "Mau ikut gabung? Kita rencana mau makan-makan santai aja di Cafe

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 62 : Cemburu

    Kiran meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja, membuka aplikasi pesan berwarna hijau sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi. Tubuhnya sedikit membungkuk, ia terus fokus melihat ke arah layar ponsel yang kini ada di pangkuannya. Jari jemari lentiknya bergerak cepat menggeser layar ke bawah untuk mencari nama Arga di daftar kontaknya. Setelah menemukannya, Kiran terkejut.'Kenapa foto profil Kak Arga hilang?' gumamnya dalam hati. Yang terlihat hanya gambar donat tergigit berwarna abu-abu, bukan foto Arga seperti biasanya. Rasa penasaran membuatnya mengetik sebuah pesan singkat kepada Arga.Kiran : PIa menunggu beberapa saat, tetapi pesan itu hanya tercentang satu. 'Kenapa ceklis satu? Apa nomorku diblokir sama Kak Arga?' pikir Kiran, ia merasa gusar. Napasnya terdengar berat saat ia meletakkan ponsel itu kembali ke atas meja.Kiran melihat jam di pergelangan tangannya. Jarum pendeknya sudah menunjuk ke angka sepuluh. Ia merasa malam ini sudah cukup dan tak ingin berlama-lama la

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 63 : Balas Dendam

    Kiran membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat seolah-olah baru saja melewati malam yang panjang dan melelahkan. Ia terduduk di ranjang, matanya menyapu sekeliling kamar yang sepi dan asing. Kamar itu gelap, hanya sedikit cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela yang tertutup gorden tebal. Wanita yang masih berumur 27 tahun itu mencoba mengingat kembali apa yang terjadi padanya. "Aku di mana?" Kiran menyentuh kepalanya yang masih terasa pening. "Awh! Kepalaku sakit sekali." Ingatannya kembali pada malam sebelumnya, ketika ia hendak mencari taksi. Namun tiba-tiba mobil berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Orang yang ada di mobil itu keluar dan tiba-tiba menarik tubuhnya masuk ke mobil. "Siapa mereka? Kenapa mereka menculikku?" Kiran meringis sambil menepuk pelan kepalanya lagi yang terasa berdenyut. Ia berangsur turun dari tempat tidur. Meski tubuhnya masih lemah karena efek obat bius, tapi ia harus segera keluar dari tempat ini. Tas Kiran tergeletak

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 64 : Kebohongan Lita

    Aldo mengepalkan tangannya kuat-kuat ketika mengetahui Kiran telah merekam pembicaraan mereka sejak awal. Pria beralis tebal itu memandang Lita sambil menahan emosi. "Siapa yang menerima rekaman itu?" tanyanya tajam. Lita menggigit bibir bawahnya. "Maria," gumamnya pelan. "Kiran sudah mengirim rekaman ini kepada wanita tua itu." Mendengar nama Maria, Aldo semakin murka. "Wanita tua itu!" desisnya. Ia lalu segera memberi perintah kepada Lita. "Pergi temui wanita itu. Jangan sampai dia menyebarkan rekaman tersebut. Hentikan dia dengan cara apa pun." "Tapi, bagaimana dengan Kiran?" tanyanya gugup, sambil melirik ke arah Kiran yang masih tergeletak di lantai. Aldo mendekati tubuh Kiran yang tak berdaya, lalu berjongkok di sampingnya. Ia menyentuh rambut Kiran, merapikan helaian yang menutupi wajah wanita itu. "Aku yang akan mengurusnya di sini." "Baiklah." Tanpa berkata apa-apa lagi, Lita segera keluar dari ruangan itu. Setelah Lita pergi, Aldo kembali menatap Kiran yang mas

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 65 : Kabur

    "Mama!" Kiran tiba-tiba bermimpi buruk tentang ibu mertuanya. Napasnya pun tersengal-sengal, sampai tubuhnya sudah basah oleh keringat. "Ada apa ini? Kenapa aku mimpi buruk?" Kiran mengusap keringat seukuran biji jagung di dahi. Namun, saat tangannya mulai bergerak, pundaknya terasa nyeri. "Aduh! Pundakku sakit sekali," rintih Kiran, seraya mengelus pundaknya. Wanita itu mulai mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia tersadar bila masih berada di kamar yang sama, kamar yang asing dan menyeramkan baginya. "Ternyata aku masih ada di sini." Kiran menghembuskan napas gusar sebelum bergumam kembali. "Aku harus keluar dari sini." "Di mana ponselku?" Tiba-tiba, Kiran teringat akan ponselnya. Dengan cepat, ia turun dari ranjang, meskipun tubuhnya terasa lemas, tapi ia berusaha bertahan untuk mencari keberadaan ponselnya. Kiran hanya ingin memastikan bahwa rekaman tersebut sudah terkirim kepada Maria. Karena rekaman itu adalah satu-satunya bukti yang ia punya. Namun

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 66 : Sebuah Paket

    "Ma ... ayo bangun ...!" Kiran begitu pilu menyaksikan Maria yang tak berdaya, ia sudah menepuk wajah Maria pelan, berharap ibu mertuanya itu akan bangun, tapi Maria tak kunjung sadar. Tak kuat melihat itu semua, Kiran mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berharap menemukan bantuan. Ia segera teringat pada Bi Sri. "Bi ... Bi Sri!" teriak Kiran. Beberapa saat kemudian, terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa mendekat. Bi Sri berlari dari arah dapur. "Iya, Non! Ada apa?" Suara Bi Sri tercekat ketika pandangannya jatuh pada tubuh Maria yang tergeletak bersimbah darah di bawah tangga. "Ya Tuhan, Nyonya! Apa yang terjadi, Non?" Bi Sri mendekat dengan cepat, ia lalu berjongkok di samping Kiran sambil menatap Maria. "Aku juga tidak tahu, Bi ... kita harus segera membawa Mama ke rumah sakit!" Kiran berusaha mengendalikan suaranya yang gemetar, meski air mata terus mengalir di pipinya. "Dari tadi Bibi ke mana saja?" "Bibi baru saja pulang dari pasar, Non." "Kita harus cepat,

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 67 : Rumah Sakit

    Arka berdiri terpaku, merasa tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Istri yang ia cintai, yang selama ini ia percayai sepenuh hati, ternyata telah mengkhianatinya. Rasa sakit dan amarah sudah menggrogoti hatinya. Selama ini, ia pikir cinta Kiran hanya untuknya, tetapi kenyataannya semua itu salah. Arka tahu bahwa dirinya juga pernah khilaf dan mengkhianati Kiran, tetapi dia tak pernah menyangka bahwa Kiran akan membalasnya dengan cara yang sama. "Ada apa, Mas? Kenapa kamu terlihat begitu kesal?" Lita bertanya ketika melihat wajah suaminya ditekuk. "Bagaimana aku tidak kesal? Lihat ini sendiri!" Arka melemparkan foto-foto tersebut ke atas meja, seolah membuang seluruh rasa kecewanya di sana. Lita segera meraih foto-foto itu, ia terkejut saat melihatnya. Wajahnya tampak seperti diliputi rasa syok, meski sebenarnya ia sudah tahu apa yang akan ia lihat. "Ya Tuhan, Kiran … Ini … ini benar-benar Kiran, Mas?" "Aku benar-benar tidak habis pikir dengan dia! Bagaimana bisa

Bab terbaru

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 125 : Happy Wedding (Tamat)

    Clarissa berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang begitu mempesona. Ia mengenakan gaun putih yang elegan, berpotongan simple dengan renda-renda halus yang menghiasi bagian bawah gaun. Rambutnya digelung ke belakang dengan rapi, dihiasi dengan jepit mutiara kecil. Penampilannya pun begitu sangat menawan. Hari ini adalah hari istimewa bagi Clarissa, karena orang tuanya akan menikah. Rasa bahagia tak bisa disembunyikan dari matanya yang berbinar. Ia berputar sedikit di depan cermin, mencoba melihat penampilannya dari segala sisi. "Aku cantik tidak?" tanyanya, sambil tersenyum lebar. Noah dan Cleo yang berada di belakangnya segera mengangguk. "Cantik sekali! Kamu kelihatan seperti bidadari yang sering aku lihat di TV," puji Cleo begitu kagum. "Terima kasih, Cleo," balas Clarissa sambil tertawa kecil. Noah dan Cleo juga tampil tak kalah menarik. Mereka mengenakan setelan jas hitam dengan kemeja putih, lengkap dengan dasi kupu-kupu yang terikat rapi di leher mereka. Cleo me

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 124 : Rencana Clarissa

    Setibanya di kamar, ketiga anak itu duduk di sofa dengan ekspresi bingung. Clarissa menghela napas pelan dan berkata, "Sepertinya Mommy dan Daddy terus saja bertengkar." Cleo mengangguk setuju, lalu bertanya, "Terus, kita harus ngapain?" Clarissa mengangkat bahu dengan polos. "Aku juga nggak tahu." Tiba-tiba, Noah tersenyum. "Gimana kalau kita buat Papa dan Mama baikan lagi?" usulnya. "Gimana caranya?" tanya Cleo bingung. Clarissa menggaruk kepalanya, seolah berpikir keras. "Ayo kita berpikir dulu." Mereka bertiga pun langsung terdiam, memutar otak mencari cara terbaik untuk menyatukan Kiran dan Arga. Setelah beberapa saat, wajah Clarissa tiba-tiba tersenyum lebar. "Aha! Aku punya ide!" "Apa?" tanya Noah dan Cleo serempak. Kedua lelaki itu pun langsung melihat ke arah Clarissa yang ada di tengah-tengah mereka. Clarissa langsung merangkul Noah dan Cleo. "Sini, aku bisikin," katanya sambil berbisik di telinga mereka. Setelah mendengar rencana Clarissa, Noah dan Cleo

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 123 : Pertengkaran Kiran & Arga

    Kiran menghentikan langkahnya dan berjongkok di depan Cleo yang masih menangis. Dengan lembut, ia menghapus air mata anak kecil itu. "Sayang, Mama sedang sakit. Kita doakan saja biar Mama cepat sembuh, ya. Supaya nanti Mama bisa berkumpul lagi dengan kita." Cleo mengangguk kecil sambil sesegukan. "Iya, Tante. Cleo selalu doain Mama pas salat, biar Mama bisa cepat sembuh." Kiran tersenyum dan mengelus kepala Cleo dengan gemas. "Anak pintar. Sudah, jangan nangis lagi, ya. Tante tahu kamu anak yang kuat." Cleo menatap Kiran dengan wajah yang masih terlihat sedih. "Tante, aku mau pulang ke rumah. Papa sudah jarang sekali tinggal di rumah. Aku rindu." Kiran tertegun mendengar permintaan Cleo. Ia tahu bahwa selama ini Arka memang lebih sering tinggal di rumah almarhum orang tuanya, jarang pulang ke rumahnya sendiri. Bahkan, Cleo sering merasa kesepian karena rumah itu hanya menyisakan kenangan masa lalu. "Baiklah, kalau begitu, kita akan pulang ke rumah," jawab Kiran sambil tersen

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 122 : Menemui Lita

    Kiran melihat Cleo berdiri sendirian di balkon apartemen, bocah kecil itu tampak termenung, tatapannya juga terlihat kosong. Ia mulai berjalan ke arah Cleo. "Cleo." Cleo terkesiap mendengar suara Kiran. Ia segera menghapus air mata yang sempat jatuh di pipinya, lalu menoleh ke arah Kiran yang kini berdiri di sampingnya. "Tante …," sahut Cleo pelan. "Kamu sedang apa sendirian di sini? Kenapa tidak main sama Noah dan Clarissa?" Kiran bertanya sambil tersenyum tipis. Cleo menggeleng pelan. "Tidak, Tante. Aku hanya sedang sedih." "Sedih?" Kiran berjongkok agar bisa sejajar dengan Cleo. "Kenapa, Sayang?" Cleo menarik napas panjang sebelum menjawab, "Iya, Tante. Aku sedih … sekarang aku gak punya siapa-siapa lagi. Papa udah gak ada. Nenek udah pulang ke kampung, dan Mama masih di rumah sakit." Kiran merasakan hatinya pilu mendengar kata-kata itu. Bi Sri, neneknya Cleo sekaligus orang yang bekerja di rumah Maria, juga sudah kembali ke kampung halaman karena usianya yang suda

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 121 : Kehilangan

    Air mata Kiran jatuh menggelinding meninggalkan jejak di wajahnya, mengalir begitu saja tanpa permisi. Lututnya terjun bebas mendarat di tanah, dadanya terasa sesak, terasa perih seperti ditusuk ribuan jarum. "Kenapa … kenapa harus kamu?" Hiks! James menghampiri Kiran, lalu meletakkan tangannya di bahu putrinya, memberikan sedikit kekuatan di tengah kesedihannya. Ia tahu, putrinya pasti akan terpuruk melihat seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya kini telah berpulang. "Arka ingin memberikan kesempatan kedua untukmu, Kiran. Dia ingin kamu tetap bisa melihat dunia," ujar James dengan suara yang terdengar berat. "Tapi kenapa Arka … kenapa dia melakukan ini, Pa?" Suara Kiran begitu serak, matanya masih tertuju pada nisan Arka. James menarik napas panjang sebelum menjawab, "Selama ini, Arka memiliki penyakit jantung. Dokter sudah lama memberitahunya bahwa kondisinya semakin memburuk dari hari ke hari. Ia mencoba bertahan sekuat tenaga. Tapi pada akhirnya, ia tahu waktunya tidak

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 120 : Batu Nisan

    Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Kiran dan keluarganya. Setelah beberapa minggu menunggu, akhirnya dokter akan melepas perban di mata Kiran. Mereka semua menanti hasil dari operasi transplantasi yang menentukan penglihatan Kiran kembali. Dokter masuk sambil tersenyum ramah. "Baiklah, Kiran. Kita akan mulai melepas perbanmu sekarang. Cobalah untuk rileks, ya." Kiran mengangguk. Akan tetapi tubuhnya sudah bergetar, ia takut bila semuanya akan sia-sia, tapi ia juga berharap bila penglihatannya kembali normal lagi. Clarissa yang berdiri di samping tempat tidur, menggenggam tangan ibunya dengan erat. Sementara James dan Kinanti berdiri di belakang mereka, wajah mereka begitu gelisah, hanya berharap bila semuanya akan baik-baik saja, dan putrinya kembali bisa melihat. Perban perlahan dilepas, lapis demi lapis, hingga akhirnya dokter berhenti dan menatap Kiran serius. "Coba perlahan buka matamu, Kiran. Jangan khawatir, cahaya mungkin akan terasa sedikit menyilaukan di awal.

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 119 : Donor Mata

    "Kita … kita harus segera mencari donor, Dok. Apa pun yang bisa dilakukan, kami akan lakukan. Tolong selamatkan Kiran." James berharap putrinya akan mendapatkan donor mata secepat mungkin, ia tak bisa membayangkan bila Kiran tak bisa melihat. Dokter mengangguk. "Kami akan berusaha sebaik mungkin, Pak. Kami juga akan mulai mencari donor yang cocok untuk segera dilakukan transplantasi mata," katanya sebelum kembali masuk ke dalam ruang gawat darurat. James dan Kinanti berdiri di depan pintu ruang perawatan dengan perasaan yang bercampur aduk, berharap ada keajaiban yang bisa menyelamatkan penglihatan putri mereka. Tubuh James terasa lemas saat mendengar kondisi Kiran yang begitu kritis. Kakinya hampir tak kuat menopang tubuhnya, dan ia terpaksa bersandar pada dinding untuk menahan beban emosinya. Ia berharap putri semata wayangnya akan baik-baik saja, meski situasinya tampak begitu sulit. Di dalam hatinya, James terus berdoa agar ada keajaiban yang bisa menyelamatkan Kiran. Clari

  • Hati yang Kau Sakiti   Bab 118 : Kritis

    Aldo menyeringai dari balik kemudi mobilnya ketika melihat sosok wanita yang dikenalnya, Kiran. Wanita yang selama ini ia benci. "Jadi, kamu sudah kembali lagi, Kiran? Baguslah. Sekarang waktunya aku membalas dendam atas kematian Cintya dan juga atas apa yang terjadi pada Lita," gumamnya, sorot matanya menatap Kiran seperti api yang berkobar. Ia masih kesal ketika mengetahui adik sepupunya, Lita, dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dan kondisi mentalnya semakin parah. Lima tahun lalu, Lita tertangkap basah oleh Arga ketika sedang mencoba membekap Maria. Tanpa belas kasih, Arka memasukan Lita begitu saja ke Rumah Sakit Jiwa. Sampai mental Lita sudah terlanjur kacau, terkadang dia menangis tanpa sebab, kadang juga tertawa seperti orang yang kehilangan akal. "Sekarang waktunya kamu untuk mati." Aldo berdesis seraya menancap pedal gas begitu kuat. Kiran yang sedang berjongkok di tepi jalan, ia terlalu sibuk memunguti barang belanjaannya yang berjatuhan, sampai ia tidak menyadari ada

  • Hati yang Kau Sakiti   Ba 117 : Tabrak Lari

    "Ayo, sini! Aku akan kenalkan kamu sama kakakku." Cleo tampak sangat bahagia ketika melihat ayahnya datang bersama seorang gadis kecil yang baru ia temui beberapa hari lalu. Wajah Cleo berseri-seri saat menarik tangan Clarissa menuju tempat kakaknya berada. "Kamu punya kakak?" Cleo mengangguk. "Iya, dia sedang main motor-motoran," jawab Cleo sambil menunjuk ke arah Noah yang sedang asyik bermain di arena permainan. Sesampainya di dekat Noah, Cleo langsung berhenti dan memanggilnya, "Kak Noah!" Noah menoleh saat mendengar suara Cleo dari samping. "Ada apa, Dek?" "Lihat, aku bawa siapa!" Cleo tersenyum lebar, seraya menunjuk seorang gadis mungil yang berdiri di sampingnya. Noah segera turun dari permainan dan melihat ke arah gadis kecil itu. "Dia siapa?" "Dia Clarissa, Kak." "Oh, jadi ini Clarissa yang sempat kamu bilang kemarin, ya?" Clarissa melirik ke arah Cleo. "Kamu ngomong apa tentang aku?" "Aku bilang kamu cantik." Perkataan Cleo membuat Clarissa sedikit tersipu malu.

DMCA.com Protection Status