“Levana!”Tubuh Rave langsung bereaksi begitu dirinya melihat Levana yang mendadak goyah ketika bangkit dari duduknya. Tangan Levana tak sengaja menyenggol cangkir teh yang kini pecah berantakan di lantai. Beruntung Rave berhasil menangkap tubuh Levana dalam pelukannya hingga tidak membuat Levana jatuh terkena pecahan kaca.“Oh, Nyonya, apa yang terjadi?” tanya Eva yang tiba-tiba datang bersama dengan Damian di belakangnya.“Aku tidak apa-apa. Maaf telah membangunkan kalian berdua, Eva, Damian,” ujar Levana yang suaranya terdengar begitu lemah.“Tolong segera dibersihkan dan jangan sampai meninggalkan serpihan kacanya,” perintah Rave, baik pada Eva maupun pada Damian.“Tak perlu, aku bisa jalan sendiri,” tolak Levana begitu Rave hendak menggendongnya.Akan tetapi, ucapan Levana tidak didengarkan oleh Rave yang mana tetap memilih untuk menggendong Levana dan membawanya kembali ke kamar.“Kau merasa pusing?” tanya Rave begitu selesai membaringkan tubuh Levana di atas ranjang. Tangannya
Semenjak pertengkaran saat sarapan tadi pagi, Levana hanya memilih diam. Begitu juga dengan Rave yang mana seolah tidak menganggap keberadaan Levana.Dirinya bahkan sempat terkejut jika Rave kembali pulang ke rumahnya setelah mereka bertengkar tadi pagi. Namun, melihat kedatangan Rave dirinya kembali merasa jika ia tengah dimanfaatkan oleh suaminya itu.Sudah hampir satu jam Levana duduk di meja kerjanya. Sewaktu Rave masuk ke dalam kamarnya, suaminya itu sempat melirik ke arah Levana yang tengah fokus membaca diagnosis pasiennya. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah Levana pura-pura sibuk karena terpikirkan hal lain.Ponsel yang ia pegang berulang kali diketukkannya di meja, sedangkan mata Levana terus melirik ke arah Rave yang tengah sibuk dengan tablet miliknya sembari bersandar di atas ranjang. Tiba-tiba ia merasa dehaman Rave terdengar dan matanya tiba-tiba menangkap tatapan mata Levana.“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?” tegur Rave yang membuat Levana terlonjak kaget dan
Levana tidak tahu apa yang terjadi pada sang suami hari ini. Yang pasti, setelah keduanya pulang sehabis kontrol ke dokter kandungan, Rave terlihat begitu bahagia dan tak hentinya menggenggam erat tangan Levana. Saat mereka tiba di rumah, Levana langsung membersihkan dirinya dan Rave sibuk menelepon. Entah siapa yang tengah dihubungi oleh suaminya itu, tetapi dari ekspresinya yang terlihat begitu bahagia, sepertinya ada kabar baik yang tengah diterimanya. “Oh, kau sudah selesai?” sapa Rave begitu melihat Levana yang keluar dari kamar mandi. “Ya,” balas Levana singkat. “Kau ingin makan malam di rumah? Kalau ya, biar aku minta Eva memasakkan sesuatu untuk kita nanti malam.” Ucapan Levana barusan langsung ditolak oleh Rave dengan menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Kita akan makan malam bersama di luar. Kedua orang tuaku dan kedua orang tuamu juga akan ikut,” ujar Rave tiba-tiba yang berhasil membuat Levana begitu terkejut mendengarnya. “Ada apa? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya L
Levana tidak bisa menebak apa yang tengah dibicarakan Rave dengan Lilian di telepon, tetapi melihat raut wajah sang suami yang tak bisa ditebak, dirinya memutuskan untuk pura-pura tidur saja. Dipejamkan matanya dan berusaha untuk tidak memedulikan apa pun lagi.Dirinya merasakan tangan Rave yang membelai lembut puncak kepalanya, tetapi Levana tetap tidak membuka matanya. Selimut yang semula hanya menutupi pinggangnya pun kini terasa menutupi hingga ke dadanya. Yang paling membuat perasaan Levana campur aduk adalah saat Rave mengecup singkat keningnya dan beranjak bangkit dari duduknya di atas ranjang.“Maafkan aku, Levana,” ujar Rave yang mana tak lama setelah itu terdengar bunyi pintu ditutup.Pertahanan Levana pun seketika hancur saat dirinya perlahan membuka mata. Benar sekali dugaannya yang mana Rave tengah meninggalkannya seorang diri di dalam kamar.Rasa sesal mendadak memenuhi perasaannya saat dirinya teringat jika pertahanan dirinya sudah runtuh semenjak keduanya tengah datang
Di hadapan Levana kini terdapat banyak foto-foto yang diambil oleh paparazzi. Levana hanya memegang salah satu foto saja dan setelahnya mengembuskan napas beratnya.“Seharusnya bukan aku yang Anda panggil, Tuan Maverick,” ujar Levana yang mengembalikan foto yang ia pegang di atas meja.“Kau tahu alasanku memanggilmu membicarakan ini berdua saja, Levana,” balas Francis Maverick.Kepala Levana menggeleng pelan. “Tidak, aku tidak paham tujuanmu memanggilku ke sini. Anda seharusnya memberitahu Rave, bukan aku.”Mendengar ucapan Levana barusan justru membuat Francis tertawa. “Kau ingin aku memberitahu Rave tentang ini?”Mata Levana mendadak terpejam cukup lama, sedangkan tangannya mengepal kuat. “Aku.. Jujur saja aku tidak tahu.” Levana kini terlihat begitu serius menatap ke arah sang ayah mertua. “Tapi, Tuan, yang aku tahu Lilian dan Toby Duggan berteman dekat. Anda juga tahu tentang itu, bukan?”“Tidak ada teman yang berciuman mesra seperti itu, Levana!” tegur Francis yang berhasil membu
Kedua telapak tangan Lilian mengepal kuat dan Levana bisa merasakan tanda-tanda kemarahan yang begitu besar dari wanita di hadapannya itu. Menghadapi Lilian butuh ketenangan yang luar biasa besar karena bukan hanya sekali saja Levana berhadapan dengan wanita itu, dan ia sudah hapal bagaimana watak dari istri pertama suaminya.“Kontrol emosimu itu jika tidak ingin menjadi sorotan pengunjung lain,” tegur Levana dengan suaranya yang sangat tenang.Tentu saja teguran Levana barusan membuat Lilian kembali mengamuk. “Kau pikir siapa dirimu berani menegurku seperti itu, huh!” bentak Lilian.Tepat seperti yang sudah Levana duga sebelumnya, bentakan Lilian barusan mengundang sejumlah perhatian para pengunjung lain, bahkan beberapa dari mereka menunjukkan rasa tidak sukanya pada Levana dan Lilian saat ini.“Sepertinya tidak ada lagi yang perlu kita berdua bicarakan, bukan? Sebaiknya aku pergi sekarang,” ucap Levana yang kini hendak bangkit berdiri, tetapi dengan cepat ditegur oleh Lilian.“Dudu
“Anda yakin kita sebaiknya pulang ke rumah saja, Nyonya? Aku pikir sebaiknya Anda langsung ke dokter,” usul Damian saat mereka tengah di perjalanan menuju ke rumah.“Aku baik-baik saja, Damian. Tubuhku tidak terluka sedikit pun, aku hanya merasa lemas,” balas Levana dengan suaranya yang terdengar begitu lemah.“Perlu aku menghubungi Tuan Rave?” Damian kembali bersuara, tetapi langsung disambar oleh Levana.“Oh, tidak! Jangan pernah hubungi Rave. Kedatangannya nanti hanya akan menghancurkan dan menyudutkanku saja. Kau paham akan hal itu, bukan?” balas Levana yang langsung direspon anggukan kepala oleh Damian.Baik Damian maupun Eva sudah sama-sama paham dengan hubungan antara Levana dan Rave. Tak hanya sekali, tetapi Rave sering kali tiba-tiba datang ke rumah Levana dan menyalahkan Levana jika terjadi sesuatu pada Lilian. Itu sebabnya perubahan Rave belakangan ini bukan hanya membuat Levana senang, tetapi juga dirasakan oleh Damian dan Eva.Begitu tiba di rumah, Eva langsung menyambut
“Siapa yang memberikan ini?” tanya Rave yang ikut bertanya perihal kue pie yang baru saja dibuka oleh Levana.Baik Eva maupun Damian terlihat saling berpandangan satu sama lain. Rave yang melihatnya kini menatap mereka curiga karena merasa ada yang tengah disembunyikan.“Siapa yang mengirimkannya?” tegur Rave dengan suara yang sedikit meninggi.“Nyonya Lilian, Tuan,” ujar Damian yang mengambil alih menjawab pertanyaan yang ditujukan pada Eva.“Lilian?” tanya Rave yang mendadak bingung mendengarnya.Levana yang berada di samping Rave pun kini memilih duduk setelah menerima air hangat yang diambilkan oleh Eva. Segera saja Levana meminum obat sakit kepala yang juga dibawakan oleh Eva.“Ya, Tuan, pie ini dari Nyonya Lilian, tetapi Nyonya Lilian memberitahuku jika kue ini buatan Nyonya Maverick,” jelas Eva yang akhirnya bersuara setelah mengumpulkan keberanian.Yang dilakukan oleh Levana sekarang adalah pura-pura tidak mendengar apa pun. Dirinya hanya fokus menenangkan dirinya. Ia juga mer
“Setelah mempertimbangkan seluruh bukti persidangan, Vincent Sullivan selaku Tergugat dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan pencemaran nama baik yang diajukan oleh Penggugat, Jacob Flynn. Informasi yang diberikan Tergugat kepada Francis Maverick merupakan fakta, yaitu adanya penggelapan dana, pemalsuan data, dan pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh Penggugat. Oleh karena itu, gugatan Penggugat resmi ditolak dan pengadilan membebankan seluruh biaya dan ganti rugi kepada Penggugat. Putusan persidangan ini dinyatakan selesai.”Ketukan palu sebanyak tiga kali berturut-turut pun terdengar, menandakan jika sidang benar-benar dianggap telah selesai. Perasaan Levana sendiri begitu lega setelah mendengar sang ayah dinyatakan tidak bersalah, sedangkan sang ibu menangis haru dalam pelukan Yara Maverick.Levana langsung mendongak ke arah samping kanannya begitu ia merasakan tangannya digenggam seseorang. Dirinya mendapati Rave tengah tersenyum tulus menatap ke arahnya dan dibalas senyuman yan
Pandangan Levana kini tak beralih sedikit pun dari pria di hadapannya. Ia dan Rave kini berada di dalam kamar Levana, duduk berhadapan dengan beberapa tumpuk berkas di hadapan mereka.“Jadi, bagaimana keputusanmu?” tegur Rave yang membuka pembicaraan lebih dulu.Embusan napas berat Levana kini terdengar dan mulai membuka salah satu berkas di hadapannya. Sebelumnya ia sempat berbicara langsung dengan ayahnya, menanyakan perihal kepergian kedua orang tuanya kemarin malam.“Semua perbuatanku di masa lalu itu memang benar, Levana. Walaupun semua informasi yang aku berikan pada Francis Maverick terkait Flynn Group benar adanya, pihak Flynn Group tetap saja bisa menjebloskanku ke dalam penjara dengan undang-undang pencemaran nama baik,” ujar sang ayah yang membuat Levana menggenggam erat ujung kemejanya.“Lalu, apa yang kau inginkan sekarang?” Suara Levana terdengar begitu dingin saat menanyakannya kepada sang ayah, membuat raut wajah sang ayah terlihat begitu sedih.Sebenarnya Levana meras
Seharian ini semua pekerjaan Levana mendadak terganggu karena ia terpikirkan dengan ucapan Rave sebelumnya. Ia tidak bisa bekerja dengan baik hingga rekan kerjanya sesama asisten lab menyarankan Levana untuk istirahat di ruangannya sebentar.“Berhenti memikirkannya, Levana. Hidupmu baik-baik saja sebelum dia datang kembali,” keluh Levana yang kini memejamkan matanya sembari bersandar di balik lemari.Sekuat apa pun Levana berusaha menepis pikirannya tentang Rave, ia tidak bisa melupakannya begitu saja. Pertemuannya kemarin malam seolah menghancurkan bentuk pertahanan Levana yang ia bangun sejauh ini.“Dari mana dia tahu jika aku sedang mengandung? Yang tahu tentang kehamilanku hanya mum dan dad saja,” gumam Levana yang mendadak bingung sendiri.“Mungkinkah ada orang lain yang mengetahuinya? Tapi siapa?”Keraguan mengenai kedua orang tuanya tiba-tiba mendatanginya. Ia penasaran dengan apa yang dilakukan kedua orang tuanya kemarin malam hingga membuatnya berada seorang diri di rumah.Ke
“Levana! Apa yang terjadi di rumah semalam? Kenapa bajumu berantakan di ruang keluarga? Dan baju siapa ini?” teriak sang ibu yang langsung membuka pintu kamar Levana tanpa permisi.Baik Levana maupun sang ibu sama-sama terkejut ketika pintu terbuka. Levana yang terbangun karena suara teriakan sang ibunya hanya bisa mematung saat menyadari posisinya saat ini. Begitu juga dengan sang ibu yang langsung membungkam mulutnya sendiri seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.“Rave?” gumam sang ibu yang mana hanya gerakan bibir saja yang terlihat.Mata Levana refleks terpejam saat mengingat memorinya tadi malam. “Mum, ini tidak seperti yang kau bayangkan!” teriak Levana yang berhasil membangunkan pria di sampingnya.“Oh, Levana, jangan bergerak dan sebaiknya kau pakai bajumu dahulu,” sahut sang ibu yang langsung menutup pintu kamarnya. “Mum tunggu di bawah.”Tangan kanan Levana hanya bisa memijat keningnya saat menyadari apa yang terjadi tadi malam. Rave yang perlahan bangun pun
Tubuh Levana seketika membeku ketika dirinya membuka pintu dan mendapati Rave berdiri di hadapannya. Tubuhnya basah, wajahnya pucat, dan kulitnya mengkerut karena terkena hujan yang cukup deras.“Levana..” panggilnya pelan yang mana membuat Levana akhirnya tersadar dari lamunannya.“Rave? Apa yang kau lakukan di sini?Tangan Levana pun refleks menarik lengan Rave ketika dirinya tersadar dari lamunanya. Dengan kesadaran penuh dirinya mempersilakan suaminya itu masuk ke dalam rumah, khawatir akan kesehatan sang suami yang sudah basah kuyup seperti itu.“Sebenarnya apa yang kau lakukan di tengah hujan deras seperti ini? Kau benar-benar mencari penyakit,” tegur Levana yang kini sibuk sendiri membawakan handuk untuk Rave.Levana pun berlari kecil ke kamarnya, mengambilkan handuk untuk Rave. Sedangkan suaminya itu masih berdiri tepat di depan pintu rumahnya.Handuk yang Levana bawa pun langsung disampirkannya ke kepala dan tubuh Rave, mengusapkan di wajahnya hingga tidak lagi basah.“Lebih
Sidang perceraian Rave Maverick dan Lilian Flynn menjadi topik pencarian teratas. Tak hanya di sosial media, beberapa stasiun televisi swasta pun menayangkan siaran langsung sidang perceraian tersebut.Tak ingin terganggu dengan apa yang terjadi, Levana memilih untuk tetap pergi ke kampus. Dirinya tidak ingin hanya diam di rumah dan tidak berbuat apa pun, karena ujungnya ia pasti akan penasaran dan menonton tayangan sidang perceraian sang suami.“Kau baik-baik saja, Levana?” tegur asisten lab yang lain.Tangan Levana pun seketika berhenti dan menoleh ke arah rekan kerja. “Ya? Aku baik-baik saja. Apa aku membuat kesalahan?” tanya Levana yang kebingungan karena dirinya merasa tidak melakukan kesalahan.Kepala sang rekan kerja menggeleng cepat. “Kau … tidak terganggu dengan sidang perceraian Rave Maverick?” Kepala Levana langsung beralih kembali ke arah rekan kerja. “Oh, Levana, maafkan aku, tapi aku penasaran karena namamu terus dibawa oleh beberapa media.”Yang dikatakan oleh rekan ker
Tiga hari setelah Freeya datang menemuinya, Levana merasakan kebahagiaan tersendiri. Dirinya seolah terlahir kembali dan semuanya berjalan dengan begitu lancarnya.Pagi ini dirinya hendak berangkat ke kampus, kebetulan ia memiliki jadwal untuk mendampingi para mahasiswa baru dalam meneliti hewan peliharaan. Namun, berita terhangat yang muncul di televisi membuat dirinya tidak bisa meninggalkan rumahnya barang sedikit pun, mengingat para wartawan kini memblokir jalanan menuju ke rumahnya.“Apa yang terjadi?”Tubuh Levana terasa begitu lemas ketika nama dirinya kembali terseret dalam berita terhangat pagi ini. Kedua orang tuanya langsung berusaha menenangkannya mengingat dirinya tengah hamil kembali.“Untuk beberapa hari ke depan, kau tidak boleh keluar dari rumah dahulu, Levana. Akan sangat berbahaya jika kau pergi keluar,” ujar sang ayah yang kini meminta ibunya mengantarkan Levana kembali ke kamar.“Dengar, Levana. Semua berita yang kau dengar pagi ini tidak ada hubungannya denganmu.
Sebuah pelukan hangat langsung didapatkan oleh Levana begitu dirinya bertemu kembali dengan Freeya. Bukannya sengaja menghindarinya, Levana memang tidak memiliki alasan untuk bertemu dan bicara dengan sang sahabat.“Tidakkah kau merindukanku?” sapa Freeya sembari memegang erat kedua tangan Levana.“Tentu saja aku merindukanmu! Asal kau tahu Freeya, aku sangat merindukanmu,” sahut Levana yang membuat Freeya membuang muka.“Jika kau merindukanku, seharusnya kau menghubungiku, Levana. Setelah aku memberi informasi yang seharusnya tidak kau ketahui, kau langsung menghilang begitu saja tanpa kabar,” ujar Freeya yang berhasil membuat Levana merasa bersalah.“Tunggu sebentar.”Levana pun beralih kecil ke arah parkiran di mana Marcel tengah menunggunya. Ia memberikan pesan kepada Marcel untuk pulang sendiri, tetapi ditolak oleh sang sopir.“Pergilah, Nyonya, tetapi jangan menyruhku untuk pulang. Aku bisa mengikutimu dari belakang, jadi nantinya kau tak perlu meminta temanmu mengantarkan pulan
“Kau baik-baik saja, Ms. Sullivan?” tanya salah seorang mahasiswa yang sedang meneliti, menyadarkan Levana dari lamunannya.“Oh, ya, aku baik-baik saja. Jika kalian membutuhkan bantuanku, bisa panggil aku di dalam ruang kerjaku,” ujar Levana yang kini masuk ke dalam ruang pribadinya.Ia menyandarkan punggungnya di punggung kursi, sedangkan matanya fokus membaca berita yang tengah beredar. Saat ini namanya menjadi topik pencarian paling atas, membuat para dosen dan mahasiswa di kampus bertanya-tanya akan apa yang menimpa dirinya.[Selama setahun pernikahannya, Levana Sullivan mendapat ancaman dari kekasih gelap Lilian Flynn tanpa sepengetahuan Rave Maverick sama sekali.] Tawa pahit terlihat jelas di wajah Levana saat membaca berita yang lewat. Ia hanya menggelengkan kepalanya karena tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya itu.“Sebenarnya apa yang tengah kau rencanakan? Membawa serta namaku dan bersikap seolah tidak tahu jika Toby Duggan mengancamku selama ini?”Levana meringi