“Kau di rumah sekarang?”Levana yang tengah mengangkat panggilan teleponnya kini kembali memastikan siapa yang menghubunginya. Dirinya tidak salah lihat, Rave memang yang menghubunginya, suaranya juga suara Rave, tetapi ada rasa bingung saat sang suami menghubunginya untuk menanyakan keberadaannya.“Ya, aku di rumah. Bukankah kau sendiri yang melarangku untuk pergi ke mana pun selama satu minggu ini,” seru Levana yang kembali menempelkan ponsel di telinga kirinya.“Dad memintamu untuk makan malam bersama di Belgrave malam ini.” Terdengar suara Rave yang menyampaikan pesan pada Levana. “Sayangnya aku tidak bisa pulang ke rumah untuk menjemputmu, kau bisa datang sendiri? Dan oh gunakan taksi, kau dilarang mengendarai mobil sendiri.”Cukup lama Levana terdiam memikirkan ajakan makan malam dengan orang tua Rave. Entah kenapa rasa gugup dan takut seolah kembali mendatanginya. Belum lagi saat makan malam nanti Lilian pasti ikut serta makan bersama.“Levana, kau mendengarku?” tegur Rave yang
Makan malam yang telah direncanakan oleh Francis Maverick sejauh ini berjalan lancar. Walau Levana cukup tertekan, dirinya bisa mengatasi agar bisa terlihat tenang saat makan malam tengah berlangsung.“Oh Levana, minggu depan ada pameran tanaman hias lagi. Kau mau pergi bersamaku?” tanya Yara Maverick, sang ibu mertua yang tiba-tiba bersuara.Levana yang terkejut langsung refleks menoleh ke samping kanannya di mana Rave berada. Keduanya seolah paham dengan apa yang masing-masing mereka pikirkan.“Mrs Maverick, maafkan aku, tapi aku tidak cukup yakin bisa datang ke sana mengingat aku sudah lama tidak datang ke klinik,” tolak Levana secara halus yang mana mendapat seringai tipis dari Francis.“Bagaimana jika mengajak Lilian? Jadwalmu kosong minggu depan, kan?” Rave terdengar menyarankan Lilian pada ibunya yang mana dibalas anggukan semangat dari wanita itu.“Minggu ini aku tidak ada jadwal apa pun, aku bisa pergi menemanimu, Mom. Bukankah biasanya aku yang selalu menemanimu datang ke pa
Teguran Francis Maverick membuat tiga orang di sana refleks terdiam dalam keterkejutannya. Levana yang juga terkejut mendengar teguran Francis hanya bisa menggigit bibir bawahnya.“Pulanglah bersama Levana ke Richmond, Rave,” perintah Francis yang justru membuat Lilian protes.“Kenapa Rave yang harus mengantarkannya, dia datang ke sini naik taksi, pulangnya ya tentu harus naik taksi. Lagi pula Rave terlalu lelah jika harus mengantar Levana dan kembali lagi ke sini,” protes Lilian yang mana justru membuat Levana yang merasa takut karena keberaniannya.“Kalau Rave terlalu lelah untuk pulang ke sini ya dia tak perlu pulang. Lagi pula ia pulang ke rumahnya sendiri dengan Levana,” sahut Francis.“Tidak bisa begitu, Rave sudah lama tidak pulang ke rumah denganku,” tukas Lilian yang masih teguh pada ucapannya.“Jangan hanya memikirkan dirimu sendiri, Lilian. Kau tidak perlu harus diantar Rave karena kau tinggal di dekat sini, sedangkan Levana yang seharusnya diantar pulang, karena selain tem
“Bagaimana Levana, kau ingin aku membantumu menggugurkan anak yang kau kandung, atau kau lebih memilih menggugurkannya sendiri tanpa bantuanku?”Suara dingin tersebut tiba-tiba kembali membayangi Levana saat dirinya sedang duduk diam di dalam klinik. Rasa takut tiba-tiba menghampirinya hingga tanpa sadar tangan Levana menyentuh perutnya yang masih rata.Ancaman tersebut terus mengantuinya pikirannya di saat ia sedang merasa sendiri. Dipejamkan sebentar matanya dan raut wajah sang pengancam tiba-tiba datang, membuatnya semakin merasa ketakutan.“Bagaimana jika dia benar-benar melakukannya? Apa yang harus aku lakukan?” gumam Levana seorang diri.Kepalanya tiba-tiba dijatuhkannya di atas tumpukan rekam medis hewan yang tengah diperiksanya. “Sebenarnya apa yang aku inginkan? Haruskah aku mengugurkan kandunganku sebelum ia makin besar? Kehadirannya di dunia ini tentu akan semakin mempersulit keadaan.”Tiba-tiba pikirannya kembali pada saat dirinya dan Rave bertengkar. “Anak itu tidak bersa
“Dokter, kau tidak apa-apa?”Beberapa staf Levana langsung datang menghampirinya begitu ruang kerja milik Levana dibuka oleh Lilian. Tak ada yang peduli pada Lilian saat ini dan semua staf di sana sibuk membantu Levana.“Aku baik-baik saja. Tolong hati-hati dengan pecahan gelas,” pesan Levana yang mengkhawatirkan kondisi stafnya yang hendak membantu.“Haruskah aku hubungi Tuan Maverick?” tanya Nora yang kini sedang membantu membersihkan luka di lengan Levana.“Oh tidak, dia tidak perlu tahu. Lagi pula ini hanya luka kecil,” tolak Levana yang mana mencoba mengalihkan pandangannya ke arah jendela.“Dokter, tapi kau sedang hamil. Aku khawatir terjadi sesuatu pada kandunganmu,” ucap Nora yang membuat Levana refleks menyentuh perutnya sendiri.“Aku baik-baik saja, kau bisa keluar sekarang,” usir Levana secara halus.Setelah memastikan luka di lengan Levana baik-baik saja, Nora pun izin kembali bekerja, meninggalkan Levana sendirian di ruang kerja miliknya.Saat hanya ada dirinya sendiri, L
Saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Levana, Rave terdiam dan terlihat cukup terkejut. Pengangan tangan Rave di lengan Levana pun perlahan dilepaskan oleh Levana dan hendak pergi meninggalkan suaminya itu hingga Rave kembali menahan Levana.“Kenapa Lilian melakukan itu padamu? Apa yang menyebabkannya.. tidak, aku sangat mengenal sifat Lilian, dia melakukan itu pasti ada alasannya.” Rave terlihat menyangkal apa yang terjadi.Hentakan tangan Levana kembali membuat pegangan Rave di lengannya terlepas. “Tidak ada gunanya aku menceritakan apa yang terjadi padaku jika pada akhirnya kau akan menyangkal semua yang aku katakan.”“Itu karena semuanya tidak masuk akal untukku! Dengar, aku jauh lebih mengenal Lilian dibandingkan kau, itu sebabnya aku tidak percaya dengan semua yang kau katakan,” tutur Rave yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Levana.“Aku tahu itu,” jawabnya santai yang mana langsung berbalik dan hendak naik ke lantai atas.“Ke mana kau akan pergi? Aku belum selesai
Sudah beberapa hari berlalu semenjak kejadian Rave yang tiba-tiba menampar Levana. Hal terakhir yang bisa diingat oleh Levana adalah tangan sang suami yang terluka dan pecahan vas bunga yang berserakan di dekat pintu kamarnya.Tak ada ucapan hingga kabar yang diberikan oleh sang suami hingga hari ini. Levana hanya bisa menebak jika suaminya itu pulang ke rumah utama, menyetir sendiri dalam keadaan tangan terluka. Walau dirinya merasa khawatir, Levana merasa tidak ada hak menanyakan kabar sang suami hingga hari berlalu dengan sendirinya.“Oh Levana, kau tampak manis seperti biasa!” puji Yara—ibu mertuanya, begitu melihat kedatangannya.Levana yang dipuji pun langsung tersipu dan memberikan senyum manisnya. “Terima kasih, Nyonya. Kau tampak elegan seperti biasanya.” Levana membalas pujian sang mertua dengan pujian.Dress formal hitam yang panjangnya di bawah lutut dikenakan oleh Yara Maverick. Blazer yang dibiarkan tersampir di pundaknya menambah kesan santai, tetapi tetap berkelas. Sed
“Levana,” panggil ibu mertuanya dengan suara yang sangat lembut. Namun, Levana langsung menggelengkan kepalanya.“Sudah lama aku memikirkan masalah kontrak perjodohan itu, Nyonya, bahkan semenjak aku belum menikah dengan Rave,” ujar Levana tiba-tiba bercerita.“Apa yang mengganggu pikiranmu saat itu? Karena menikah dengan seseorang yang tidak kau cintai?” tanya Yara yang mencoba menebak pikiran Levana, tetapi dirinya kembali menggelengkan kepala.“Sesungguhnya yang aku khawatirkan hanya masalah keturunan saja. Melihat Rave yang seolah tidak peduli memiliki keturunan jauh berbeda dengan tuntutan yang Tuan Maverick berikan padaku,” lanjut Levana.Ekspresi Yara kini terlihat cukup bingung. “Apa yang Francis katakan kepadamu?”Embusan napas yang sangat berat keluar dari mulut Levana. “Anda tahu apa yang aku takutkan, Nyonya? Aku takut anak yang aku lahirkan nantinya hanya akan menjadi masalah di hidup Rave dan tentunya aku mengkhawatirkan hidupnya.”Yara terlihat menggelengkan kepalanya c