Saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Levana, Rave terdiam dan terlihat cukup terkejut. Pengangan tangan Rave di lengan Levana pun perlahan dilepaskan oleh Levana dan hendak pergi meninggalkan suaminya itu hingga Rave kembali menahan Levana.“Kenapa Lilian melakukan itu padamu? Apa yang menyebabkannya.. tidak, aku sangat mengenal sifat Lilian, dia melakukan itu pasti ada alasannya.” Rave terlihat menyangkal apa yang terjadi.Hentakan tangan Levana kembali membuat pegangan Rave di lengannya terlepas. “Tidak ada gunanya aku menceritakan apa yang terjadi padaku jika pada akhirnya kau akan menyangkal semua yang aku katakan.”“Itu karena semuanya tidak masuk akal untukku! Dengar, aku jauh lebih mengenal Lilian dibandingkan kau, itu sebabnya aku tidak percaya dengan semua yang kau katakan,” tutur Rave yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Levana.“Aku tahu itu,” jawabnya santai yang mana langsung berbalik dan hendak naik ke lantai atas.“Ke mana kau akan pergi? Aku belum selesai
Sudah beberapa hari berlalu semenjak kejadian Rave yang tiba-tiba menampar Levana. Hal terakhir yang bisa diingat oleh Levana adalah tangan sang suami yang terluka dan pecahan vas bunga yang berserakan di dekat pintu kamarnya.Tak ada ucapan hingga kabar yang diberikan oleh sang suami hingga hari ini. Levana hanya bisa menebak jika suaminya itu pulang ke rumah utama, menyetir sendiri dalam keadaan tangan terluka. Walau dirinya merasa khawatir, Levana merasa tidak ada hak menanyakan kabar sang suami hingga hari berlalu dengan sendirinya.“Oh Levana, kau tampak manis seperti biasa!” puji Yara—ibu mertuanya, begitu melihat kedatangannya.Levana yang dipuji pun langsung tersipu dan memberikan senyum manisnya. “Terima kasih, Nyonya. Kau tampak elegan seperti biasanya.” Levana membalas pujian sang mertua dengan pujian.Dress formal hitam yang panjangnya di bawah lutut dikenakan oleh Yara Maverick. Blazer yang dibiarkan tersampir di pundaknya menambah kesan santai, tetapi tetap berkelas. Sed
“Levana,” panggil ibu mertuanya dengan suara yang sangat lembut. Namun, Levana langsung menggelengkan kepalanya.“Sudah lama aku memikirkan masalah kontrak perjodohan itu, Nyonya, bahkan semenjak aku belum menikah dengan Rave,” ujar Levana tiba-tiba bercerita.“Apa yang mengganggu pikiranmu saat itu? Karena menikah dengan seseorang yang tidak kau cintai?” tanya Yara yang mencoba menebak pikiran Levana, tetapi dirinya kembali menggelengkan kepala.“Sesungguhnya yang aku khawatirkan hanya masalah keturunan saja. Melihat Rave yang seolah tidak peduli memiliki keturunan jauh berbeda dengan tuntutan yang Tuan Maverick berikan padaku,” lanjut Levana.Ekspresi Yara kini terlihat cukup bingung. “Apa yang Francis katakan kepadamu?”Embusan napas yang sangat berat keluar dari mulut Levana. “Anda tahu apa yang aku takutkan, Nyonya? Aku takut anak yang aku lahirkan nantinya hanya akan menjadi masalah di hidup Rave dan tentunya aku mengkhawatirkan hidupnya.”Yara terlihat menggelengkan kepalanya c
“Hei, Levana. Kau baik-baik saja?” tanya Freya yang membuat Levana mendadak sadar jika dirinya tidak sendirian sekarang.“Sepertinya aku harus ke toilet sebentar,” gumam Levana yang langsung bangkit berdiri, tetapi lengannya dengan sigap ditahan oleh Freya.“Perlu aku temani?” tawar Freya.Levana segera menggeleng cepat menjawab tawaran dari Freya barusan. “Oh tidak perlu, aku baik-baik saja.”“Kau yakin?” Freya yang kembali meyakinkan Levana yang mana langsung dibalas senyum tipis darinya.“Aku baik-baik saja, Freya. Kau tidak perlu khawatir,” bisik Levana yang pada akhirnya dilepaskan oleh Freya.Begitu Freya mengizinkannya pergi ke toilet, Levana langsung mencari bilik toilet yang kosong. Beruntung tidak ada seorang pun di dalam toilet yang mana membuat dirinya sedikit lega. Baru saja ia mendapatkan ancaman lagi dan dirinya mendadak merasakan rasa cemas yang berlebihan.Saat merasa dirinya sudah cukup tenang, Levana pun keluar dari bilik toilet. Dirinya berdiri tepat di hadapan ka
“Keluar atau akan aku hancurkan mobil jelekmu ini!” gertak si pengancam yang mana tangannya tengah menahan kaca mobil Levana yang sedikit terbuka.Niat Levana sendiri yang sengaja membuka kaca mobil sedikit saja ternyata tidak berhasil. Telapak tangan pria yang berada di luar mobilnya berusaha menekan kaca mobil itu agar bisa turun.“Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?” seru Levana berusaha melawan ketakutannya.Seringai tipis terlihat di wajah pria yang berada di luar. “Bukankah kau datang untuk menyerahkan dirimu padaku?” desisnya yang berhasil membuat Levana gugup dan khawatir.“Siapa kau sebenarnya? Siapa yang mengirimmu?” Di tengah rasa gugupnya Levana terus mencoba untuk bertahan, mengulik informasi yang mungkin saja bisa berguna untuknya. “Apa Lilian yang datang mengirimmu untuk mengancamku?”Pertanyaan yang diucapkan Levana barusan keluar begitu saja dengan mudahnya. Ekspresi pria yang mengancamnya pun kini mengeras dan entah bagaimana caranya, tangan si pengancam berhasi
Pukulan keras serta bunyi nyaring yang berasal dari alarm mobil pun terdengar. Rave yang hendak membuka pintu mengurungkan niatnya saat melihat Levana yang sangat ketakutan. Dipeluk dan ditenangkannya Levana hingga keduanya mendengar suara warga yang datang berkumpul.“Masuklah ke kamarmu, aku akan menyusul nanti,” ujar Rave yang kini membantu Levana berdiri. Namun, bukannya mengikuti perintah Rave, Levana justru mengikuti sang suami yang pergi keluar.Baik Levana maupun Rave sama-sama terkejut melihat apa yang terjadi di halaman depan rumah mereka. Ford Fiesta Levana dan Aston Martin Rave dalam keadaan hancur seperti habis dipukul dengan benda keras.“Kalian berdua baik-baik saja?” tanya seorang wanita yang cukup tua kini berjalan mendekati Levana, sedangkan Rave langsung menghampiri mobil kesayangannya yang sudah rusak parah.“Ya, kami baik-baik saja,” jawab Levana dengan suara yang nyaris tak terdengar, berusaha menutupi ketakutannya.“Kau pasti sangat terkejut,” seru wanita itu ya
“Rave!”Di sisa tenaganya yang sudah hampir habis, Levana langsung mengeluh ketika dirinya mendengar ajakan Rave untuk pindah ke rumah utama. Ia sudah sangat lelah hari ini, tetapi kenapa bahasan dengan Rave tidak ada hentinya.Dirinya membenci jika harus mengulang pembahasan yang sama terus menerus saat mereka bertemu. Ia tahu betul memang hubungan mereka hanya sebatas kontrak saja, tapi jika terus membahas pernikahan dan ajakan pindah rumah siapa yang tidak lelah.“Ini demi keselamatan dirimu, Levana!” tegur Rave yang tahu jika Levana pasti akan menolak ajakan sang suami.“Kau sudah berjanji padaku untuk tidak menyuruhku pindah ke rumah utama. Kenapa kau terus berbohong dan mengingkari janjimu!” Levana berusaha memprotes bahkan dirinya memilih untuk turun kembali.“Karena aku tidak tahu kalau kau diancam seperti ini, Levana. Kau lihat sendiri apa yang kau alami tadi? Mana mungkin aku membiarkan kau di rumah sendirian,” ujar Rave yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Levana.“It
Menjadi seorang dokter hewan memiliki keuntungan sendiri bagi Levana. Dirinya tidak takut pada hewan jenis apa pun, bahkan dirinya pernah mendapatkan pasien berupa tikus sekalipun.Walau begitu ia tetap saja terkejut ketika membuka paket yang dikirimkan untuknya. Bangkai tikus yang disimpan di dalam kotak persegi berwarna merah muda. Siapa yang menyangka jika isi kotak yang indah itu berisi bangkai binatang.“Kau melihat siapa yang mengantarkan paket ini, Eva?” tanya Levana pada asisten barunya.Kepala Eva menggeleng pelan. “Paket ini sudah ada di depan pintu saat seseorang yang memanggil,” jelas Eva memberitahu apa yang diketahuinya.Kening Levana berkerut memperhatikan kotak yang ada di meja makan tersebut. Ia pun segera bangkit dan mendekati tempat penyimpanan perlengkapan dapur dan mengambil sepasang sarung tangan.“Biar aku saja yang membereskannya, Nyonya,” ujar Eva yang terlihat jijik memandang isi kotak tersebut.Kepala Levana menggeleng cepat. “Sebaiknya kau bereskan sarapan