Menjadi seorang dokter hewan memiliki keuntungan sendiri bagi Levana. Dirinya tidak takut pada hewan jenis apa pun, bahkan dirinya pernah mendapatkan pasien berupa tikus sekalipun.Walau begitu ia tetap saja terkejut ketika membuka paket yang dikirimkan untuknya. Bangkai tikus yang disimpan di dalam kotak persegi berwarna merah muda. Siapa yang menyangka jika isi kotak yang indah itu berisi bangkai binatang.“Kau melihat siapa yang mengantarkan paket ini, Eva?” tanya Levana pada asisten barunya.Kepala Eva menggeleng pelan. “Paket ini sudah ada di depan pintu saat seseorang yang memanggil,” jelas Eva memberitahu apa yang diketahuinya.Kening Levana berkerut memperhatikan kotak yang ada di meja makan tersebut. Ia pun segera bangkit dan mendekati tempat penyimpanan perlengkapan dapur dan mengambil sepasang sarung tangan.“Biar aku saja yang membereskannya, Nyonya,” ujar Eva yang terlihat jijik memandang isi kotak tersebut.Kepala Levana menggeleng cepat. “Sebaiknya kau bereskan sarapan
Satu minggu telah berlalu semenjak kejadian Levana diancam kembali si pengancam, dan selama itu juga Levana berusaha untuk mendapatkan kabar intens dari kedua orang tuanya. Ancama si pengancam kembali berhasil untuk menakuti Levana karena membawa serta keselamatan orang yang disayangi.“Jadi, klinik hewan Anda dibangun juga karena bantuan dari Tuan Maverick, Nyonya?” tanya Eva pada suatu malam saat sedang berbincang bersama dengan Levana.“Francis Maverick, ya,” jawab Levana singkat sembari menikmati alunan musik dari radio yang mereka dengar.“Wah pantas saja Anda bisa punya klinik besar di usia yang masih muda. Sepertinya aku terlalu polos menganggap jalan hidup orang lain atas usahanya sendiri,” komentar Eva yang refleks menutup mulutnya. “Oh maafkan aku, Nyonya, aku tidak bermaksud bicara seperti itu.”Tawa kecil Levana kini terdengar dan raut wajahnya sama sekali tidak merasa tersinggung. “Sebenarnya membuka klinik bukan tujuan kariku,” cerita Levana.Eva yang duduk tepat di samp
Ketegangan tiba-tiba menyelimuti ruangan di mana Levana dan Francis kini berada. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing dan berusaha untuk saling mengabaikan apa yang terlintas di pikiran mereka.“Apa maksudnya jika Anda sudah tahu siapa dalang di balik pengancamku?” tanya Levana yang seolah meminta kejelasan pada sang ayah mertua.“Bukankah itu sudah jelas, Levana?” Tubuh Francis kini bangkit dari sandarannya dan terlihat sangat serius. “Atau kau merasa punya musuh lain yang sangat membencimu selain dirinya?”“Siapa yang Anda maksud, Tuan?” tanya Levana yang masih menyangkal ucapan Francis.“Jangan buat aku untuk menyebutkan namanya dengan lantang, Levana Sullivan!” tegur Francis yang membuat Levana terkejut.Tidak, Levana bukannya terkejut mendengar teriakan atau bentakan dari Francis. Dirinya terkejut ketika mendengar Francis menegurnya menggunakan nama keluarga Levana.Dirinya memang benar-benar orang asing, walau nyatanya ia bahkan sedang mengandung calon penerus keluarga Ma
Seingat Levana, dirinya tidak pernah menolak perintah dari ayah mertuanya, Francis Maverick. Terlebih dirinya banyak berutang dan dibantu oleh pria itu membuat dirinya tidak ada hak untuk menolak sesuatu yang diperintahkan padanya.Akan tetapi, berbeda dengan perintah dari Francis kali ini yang mana ingin Levana menjadi penghubung antara Maverick Group dan Newall Group. Levana benar-benar tidak ingin terikat apa pun dengan Newall Group lagi.Ekspresi Francis jelas terlihat kecewa mendengar penolakan Levana barusan, tetapi pria itu memilih untuk tetap bersikap tenang. “Aku harap kau tidak membawa masalah pribadi akan penolakanmu ini, Levana.”Kepala Levana menggeleng pelan. “Tidak, Tuan, aku tidak memiliki masalah dengan Newall Group. Aku hanya tidak yakin jika aku bisa membantu, terlebih dengan status yang aku miliki.”Bukan Francis, tetapi justru Rave yang bersuara. “Apa maksudmu dengan status yang kau miliki?” ujar Rave yang terlihat tersulut emosi.Levana membalas tatapan Rave dan
“Kau yakin akan pindah?” tanya Rave yang membuat Levana mendadak menghentikan merapikan barang-barang yang hendak ia bawa.“Bukannya kau juga ingin aku pindah?” Levana berbalik tanya dan kembali fokus pada barang-barangnya.“Ya, tapi kau tidak mau mendengarkan apa yang aku katakan, sedangkan saat dad yang memintamu kau langsung setuju. Apa yang ayahku tawarkan padamu hingga kau langsung setuju dengan ajakannya?” Suara Rave terdengar serius saat ini hingga Levana beralih ke arah Eva yang sama-sama ada di dalam kamarnya.“Eva bisa kau tinggalkan kami dulu?” pinta Levana yang langsung didengarkan oleh asisten barunya itu.Setelah bunyi pintu ditutup dan langkah kaki yang terdengar menjauh pun barulah Levana kembali fokus pada sang suami. Ia pun lebih memilih duduk di balik meja kerjanya sembari merapikan barang-barang yang hendak dibawanya ke rumah baru.“Kenapa kau beranggapan jika ayahmu menawarkan sesuatu padaku?” tanya Levana yang tidak melirik sedikit pun ke arah Rave.Langkah kaki
Baik Levana maupun Rave terkejut ketika mendengar suara seseorang yang menginterupsi percakapan mereka. Keduanya dibuat semakin terkejut ketika menyadari siapa yang datang.“Lilian?” tegur Rave yang terlihat begitu terkejut.Aura panas seketika terasa saat Levana melihat Eva yang berdiri tak jauh dari mereka yang terlihat panik. Tahu jika ada yang tidak beres, Levana menggeleng pelan ke arah Eva seolah mengisyaratkan jika semuanya baik-baik saja dan tak perlu dikhawatirkan.“Oh Lilian, silakan duduk,” ujar Levana yang cukup canggung saat menawarkan pada Lilian agar wanita itu duduk di salah satu kursi di taman belakang.Tatapan tajam Lilian seolah mampu membuat Levana cukup khawatir. “Kau tidak memberitahuku jika wanita tak tahu diri ini akan pindah di lingkungan yang sama dengan kita!” cetus Lilian yang ucapannya ditujukan pada Rave.“Tenanglah karena aku juga baru tahu hari ini,” jawab Rave cepat seolah membela dirinya, walau sebenarnya yang dikatakan Rave memang benar.“Bohong!” tu
Hal yang paling Levana suka saat dirinya pindah ke rumah di Belgrave adalah jarak yang ia tempuh saat ke klinik jauh lebih dekat. Belum lagi kondisinya yang sedang hamil membuatnya kesulitan saat menempuh perjalanan yang jauh.Walau begitu, jika disuruh memilih Levana lebih suka tinggal di Richmond. Alasannya karena lingkungan di Richmond jauh lebih nyaman dibanding di Belgrave yang merupakan pusat Kota London. Belum lagi dirinya terkadang tak sengaja bertemu dengan Lilian saat keluar rumah.“Nyonya, ada paket yang butuh tanda tangan Anda sebagai penerimanya,” ujar Damian yang tiba-tiba mendatangi Levana yang sedang bersantai bersama Eva.Levana yang mendengarnya pun langsung bangkit berdiri. “Paket? Aku tidak memesan barang apa pun,” sahut Levana yang kini berjalan menuju ke ruang tamunya.“Nyonya Maverick?” tanya seseorang yang langsung dibalas anggukan oleh Levana. “Bisa tanda tangan di sini,” lanjutnya.“Audi?” gumam Levana saat membaca tanda terima yang harus ia tanda tangani. “S
Hari semakin gelap dan Levana belum juga beranjak memandangi taman belakangnya yang kecil dan tertutup. Dirinya masih diam dan memikirkan banyak hal yang terlintas di pikirannya, terutama pada kandungannya yang semakin besar.Hampir dua minggu berlalu dirinya tidak bertemu dengan Rave. Pernah sekali ia tak sengaja bertemu di jalan dan saat itu Rave sedang bersama Lilian. Levana tahu jika Rave saat itu hanya berpura-pura tidak melihatnya dan hal itu yang membuatnya merasa semakin sedih.“Nyonya, hari sudah semakin gelap dan dingin. Sebaiknya Anda masuk ke dalam,” tegur Eva yang sedari tadi berusaha mengajak Levana masuk.Senyum di wajah Levana terlihat begitu menenangkan bagi siapa saja yang melihatnya. “Aku masih ingin menikmati udara segar. Biarkan aku di sini sebentar lagi,” tolak Levana akan ajakan Eva.“Udaranya makin lama makin dingin, Nyonya. Aku takut Anda akan jatuh sakit nantinya,” ujar Eva yang masih terus berusaha membujuk Levana.“Bisa tolong bawakan selimut untukku, Eva?”