“Keluar atau akan aku hancurkan mobil jelekmu ini!” gertak si pengancam yang mana tangannya tengah menahan kaca mobil Levana yang sedikit terbuka.Niat Levana sendiri yang sengaja membuka kaca mobil sedikit saja ternyata tidak berhasil. Telapak tangan pria yang berada di luar mobilnya berusaha menekan kaca mobil itu agar bisa turun.“Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?” seru Levana berusaha melawan ketakutannya.Seringai tipis terlihat di wajah pria yang berada di luar. “Bukankah kau datang untuk menyerahkan dirimu padaku?” desisnya yang berhasil membuat Levana gugup dan khawatir.“Siapa kau sebenarnya? Siapa yang mengirimmu?” Di tengah rasa gugupnya Levana terus mencoba untuk bertahan, mengulik informasi yang mungkin saja bisa berguna untuknya. “Apa Lilian yang datang mengirimmu untuk mengancamku?”Pertanyaan yang diucapkan Levana barusan keluar begitu saja dengan mudahnya. Ekspresi pria yang mengancamnya pun kini mengeras dan entah bagaimana caranya, tangan si pengancam berhasi
Pukulan keras serta bunyi nyaring yang berasal dari alarm mobil pun terdengar. Rave yang hendak membuka pintu mengurungkan niatnya saat melihat Levana yang sangat ketakutan. Dipeluk dan ditenangkannya Levana hingga keduanya mendengar suara warga yang datang berkumpul.“Masuklah ke kamarmu, aku akan menyusul nanti,” ujar Rave yang kini membantu Levana berdiri. Namun, bukannya mengikuti perintah Rave, Levana justru mengikuti sang suami yang pergi keluar.Baik Levana maupun Rave sama-sama terkejut melihat apa yang terjadi di halaman depan rumah mereka. Ford Fiesta Levana dan Aston Martin Rave dalam keadaan hancur seperti habis dipukul dengan benda keras.“Kalian berdua baik-baik saja?” tanya seorang wanita yang cukup tua kini berjalan mendekati Levana, sedangkan Rave langsung menghampiri mobil kesayangannya yang sudah rusak parah.“Ya, kami baik-baik saja,” jawab Levana dengan suara yang nyaris tak terdengar, berusaha menutupi ketakutannya.“Kau pasti sangat terkejut,” seru wanita itu ya
“Rave!”Di sisa tenaganya yang sudah hampir habis, Levana langsung mengeluh ketika dirinya mendengar ajakan Rave untuk pindah ke rumah utama. Ia sudah sangat lelah hari ini, tetapi kenapa bahasan dengan Rave tidak ada hentinya.Dirinya membenci jika harus mengulang pembahasan yang sama terus menerus saat mereka bertemu. Ia tahu betul memang hubungan mereka hanya sebatas kontrak saja, tapi jika terus membahas pernikahan dan ajakan pindah rumah siapa yang tidak lelah.“Ini demi keselamatan dirimu, Levana!” tegur Rave yang tahu jika Levana pasti akan menolak ajakan sang suami.“Kau sudah berjanji padaku untuk tidak menyuruhku pindah ke rumah utama. Kenapa kau terus berbohong dan mengingkari janjimu!” Levana berusaha memprotes bahkan dirinya memilih untuk turun kembali.“Karena aku tidak tahu kalau kau diancam seperti ini, Levana. Kau lihat sendiri apa yang kau alami tadi? Mana mungkin aku membiarkan kau di rumah sendirian,” ujar Rave yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Levana.“It
Menjadi seorang dokter hewan memiliki keuntungan sendiri bagi Levana. Dirinya tidak takut pada hewan jenis apa pun, bahkan dirinya pernah mendapatkan pasien berupa tikus sekalipun.Walau begitu ia tetap saja terkejut ketika membuka paket yang dikirimkan untuknya. Bangkai tikus yang disimpan di dalam kotak persegi berwarna merah muda. Siapa yang menyangka jika isi kotak yang indah itu berisi bangkai binatang.“Kau melihat siapa yang mengantarkan paket ini, Eva?” tanya Levana pada asisten barunya.Kepala Eva menggeleng pelan. “Paket ini sudah ada di depan pintu saat seseorang yang memanggil,” jelas Eva memberitahu apa yang diketahuinya.Kening Levana berkerut memperhatikan kotak yang ada di meja makan tersebut. Ia pun segera bangkit dan mendekati tempat penyimpanan perlengkapan dapur dan mengambil sepasang sarung tangan.“Biar aku saja yang membereskannya, Nyonya,” ujar Eva yang terlihat jijik memandang isi kotak tersebut.Kepala Levana menggeleng cepat. “Sebaiknya kau bereskan sarapan
Satu minggu telah berlalu semenjak kejadian Levana diancam kembali si pengancam, dan selama itu juga Levana berusaha untuk mendapatkan kabar intens dari kedua orang tuanya. Ancama si pengancam kembali berhasil untuk menakuti Levana karena membawa serta keselamatan orang yang disayangi.“Jadi, klinik hewan Anda dibangun juga karena bantuan dari Tuan Maverick, Nyonya?” tanya Eva pada suatu malam saat sedang berbincang bersama dengan Levana.“Francis Maverick, ya,” jawab Levana singkat sembari menikmati alunan musik dari radio yang mereka dengar.“Wah pantas saja Anda bisa punya klinik besar di usia yang masih muda. Sepertinya aku terlalu polos menganggap jalan hidup orang lain atas usahanya sendiri,” komentar Eva yang refleks menutup mulutnya. “Oh maafkan aku, Nyonya, aku tidak bermaksud bicara seperti itu.”Tawa kecil Levana kini terdengar dan raut wajahnya sama sekali tidak merasa tersinggung. “Sebenarnya membuka klinik bukan tujuan kariku,” cerita Levana.Eva yang duduk tepat di samp
Ketegangan tiba-tiba menyelimuti ruangan di mana Levana dan Francis kini berada. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing dan berusaha untuk saling mengabaikan apa yang terlintas di pikiran mereka.“Apa maksudnya jika Anda sudah tahu siapa dalang di balik pengancamku?” tanya Levana yang seolah meminta kejelasan pada sang ayah mertua.“Bukankah itu sudah jelas, Levana?” Tubuh Francis kini bangkit dari sandarannya dan terlihat sangat serius. “Atau kau merasa punya musuh lain yang sangat membencimu selain dirinya?”“Siapa yang Anda maksud, Tuan?” tanya Levana yang masih menyangkal ucapan Francis.“Jangan buat aku untuk menyebutkan namanya dengan lantang, Levana Sullivan!” tegur Francis yang membuat Levana terkejut.Tidak, Levana bukannya terkejut mendengar teriakan atau bentakan dari Francis. Dirinya terkejut ketika mendengar Francis menegurnya menggunakan nama keluarga Levana.Dirinya memang benar-benar orang asing, walau nyatanya ia bahkan sedang mengandung calon penerus keluarga Ma
Seingat Levana, dirinya tidak pernah menolak perintah dari ayah mertuanya, Francis Maverick. Terlebih dirinya banyak berutang dan dibantu oleh pria itu membuat dirinya tidak ada hak untuk menolak sesuatu yang diperintahkan padanya.Akan tetapi, berbeda dengan perintah dari Francis kali ini yang mana ingin Levana menjadi penghubung antara Maverick Group dan Newall Group. Levana benar-benar tidak ingin terikat apa pun dengan Newall Group lagi.Ekspresi Francis jelas terlihat kecewa mendengar penolakan Levana barusan, tetapi pria itu memilih untuk tetap bersikap tenang. “Aku harap kau tidak membawa masalah pribadi akan penolakanmu ini, Levana.”Kepala Levana menggeleng pelan. “Tidak, Tuan, aku tidak memiliki masalah dengan Newall Group. Aku hanya tidak yakin jika aku bisa membantu, terlebih dengan status yang aku miliki.”Bukan Francis, tetapi justru Rave yang bersuara. “Apa maksudmu dengan status yang kau miliki?” ujar Rave yang terlihat tersulut emosi.Levana membalas tatapan Rave dan
“Kau yakin akan pindah?” tanya Rave yang membuat Levana mendadak menghentikan merapikan barang-barang yang hendak ia bawa.“Bukannya kau juga ingin aku pindah?” Levana berbalik tanya dan kembali fokus pada barang-barangnya.“Ya, tapi kau tidak mau mendengarkan apa yang aku katakan, sedangkan saat dad yang memintamu kau langsung setuju. Apa yang ayahku tawarkan padamu hingga kau langsung setuju dengan ajakannya?” Suara Rave terdengar serius saat ini hingga Levana beralih ke arah Eva yang sama-sama ada di dalam kamarnya.“Eva bisa kau tinggalkan kami dulu?” pinta Levana yang langsung didengarkan oleh asisten barunya itu.Setelah bunyi pintu ditutup dan langkah kaki yang terdengar menjauh pun barulah Levana kembali fokus pada sang suami. Ia pun lebih memilih duduk di balik meja kerjanya sembari merapikan barang-barang yang hendak dibawanya ke rumah baru.“Kenapa kau beranggapan jika ayahmu menawarkan sesuatu padaku?” tanya Levana yang tidak melirik sedikit pun ke arah Rave.Langkah kaki