“Apa sebenarnya yang kau butuhkan dari ayahku?” keluh Rave saat pria itu membawa Levana ke dalam ruang kerja pribadinya.“Kenapa kau membawaku ke sini? Aku harus segera pergi bekerja,” seru Levana yang mana hendak keluar, tetapi ditahan oleh Rave.Tatapan Rave kini menyiratkan amarah yang tertahan. “Jangan main-main denganku, Levana. Apa yang sebenarnya kau bicarakan dengan ayahku?”Levana terlihat mengembuskan napasnya mencoba menenangkan diri sendiri. “Seperti yang Tuan Maverick katakan sebelumnya, tidak semua hal perlu kau ketahui, Rave.”“Semua hal tentangmu kini menjadi urusanku, Levana, dan aku berhak tahu apa yang kau bicarakan dengan ayahku. Katakan apa yang kau bicarakan dengannya?” tuntut Rave yang tak juga membuat Levana bersuara.“Aku berhak punya rahasia, Rave.” Levana kini mengalihkan pandangannya ke arah langit-langit ruang kerja Rave. “Lagi pula kau tidak bisa membantu dengan masalah yang aku alami, untuk apa aku menceritakannya padamu.”Ucapan Levana barusan berhasil
Setelah pertengkaran antara Levana dan Rave tempo hari, Levana menjalankan kehidupannya sendiri. Rave tidak lagi datang ke rumah mereka di Richmond yang mana tidak dipedulikan oleh Levana sama sekali.Pernah suatu hari Levana membuka sosial media miliknya setelah lama sekali tidak pernah dibuka, unggahan milik Lilian entah kenapa tiba-tiba muncul di berandanya. Lilian dan Rave saat ini tengah berada di negara lain, tepatnya di Korea Selatan. Terlihat keduanya sedang berlibur bersama.“Betapa menyenangkannya menjadi orang kaya, bisa berlibur dengan bebas tanpa harus memikirkan bagaimana mereka hidup besok,” keluh Levana yang tiba-tiba merasa iri.Seumur hidupnya ia tidak pernah pergi berlibur ke luar negeri. Berbeda dengan kedua orang tuanya yang hampir setiap minggu pergi ke luar negeri untuk bekerja, Levana hanya bisa berkutat dengan pekerjaannya menjadi dokter hewan. Setidaknya pekerjaannya membuat dirinya bahagia, sehingga tidak ada kata jenuh saat tengah bekerja.“Aku masih bisa h
Tubuh yang terasa sangat lemas diikuti rasa pusing yang tiba-tiba datang kembali membuat Levana perlahan membuka matanya. Silau lampu membuatnya berkali-kali mengerjap untuk menetralkan cahaya yang masuk ke matanya.“Kau sudah sadar, Levana?” tegur seseorang yang membuat Levana menoleh ke sisi kirinya.“Rave?” Rasa terkejut tiba-tiba mendatangi Levana ketika mendapati raut khawatir di wajah sang suami. “Kenapa kau di sini?”Mata Levana pun beralih memindai semua penjuru ruangan dan mengembuskan napasnya pelan. “Aku masuk rumah sakit lagi?” tanya Levana yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Rave.“Ya, Mom tadi menghubungi dan memintaku untuk segera datang,” jelas Rave dengan suara yang entah kenapa terdengar sangat lembut di telinga Levana saat ini.“Oh aku sampai lupa jika aku bertemu dengan ibumu,” gumam Levana. Ia hendak duduk dan tangan Rave dengan sigap membantunya. “Kau tidak menghubungi orang tuaku, kan?”Rave menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak, begitu juga dengan Mom. K
Sepanjang malam Levana sama sekali tidak tidur, begitu juga dengan Rave yang terus duduk diam di samping ranjang rumah sakit, bahkan ponsel Rave yang berulang kali berbunyi diabaikannya. Keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.“Pulanglah, Rave. Aku tidak mau melihat kau di sini sepanjang hari,” usir Levana yang sudah mulai lelah melihat suaminya itu.“Kau terlalu gila untuk aku tinggal sendirian, Levana,” cetus Rave yang tidak mempedulikan Levana.Tak lama ketukan pintu di ruang rawat inap Levana terdengar. Baik Levana maupun Rave langsung tertuju pada pintu yang terbuka yang mana ternyata seorang perawat yang datang.“Kira-kira kapan aku bisa bertemu dengan dokter yang menanganiku?” tanya Levana yang mengajukan pertanyaan pada perawat yang tengah menggantikan infus Levana.“Kenapa kau ingin bertemu dengan dokter?” tegur Rave yang mendahului sang perawat untuk menjawab.“Aku perlu tahu kondisiku sendiri, Rave.” Levana berusaha tenang walau sebenarnya dirinya ingin marah pa
Kembali pulang ke Richmond membawa kebahagiaan tersendiri untuk Levana. Dirinya benar-benar merasa nyaman dan menganggap rumah di Richmond sebagai rumah tempatnya pulang. Namun, terkadang Levana harus sadar diri karena rumah di sana bukan miliknya dan sewaktu-waktu ia bisa ditendang begitu saja.“Sebaiknya kau istirahat dahulu, kita bisa bicara lagi di saat tubuhmu sudah pulih seutuhnya,” ujar Rave saat dirinya membantu Levana masuk ke dalam rumah.“Begitu juga sebaliknya, ada baiknya kau pulang ke rumahmu dan tinggalkan aku sendiri,” ucap Levana membalikkan ucapan Rave barusan.“Levana, tolonglah. Aku tidak mungkin meninggalkan kau sendirian di sini,” sahut Rave yang berusaha berdamai dengan Levana.Tubuh Levana kini berbalik menghadap suaminya itu. “Kau takut aku bertindak buruk hingga melukai kandunganku sendiri?” tanya Levana yang berhasil membuat Rave mengembuskan napas beratnya.“Istirahat, Levana. Kau butuh banyak beristirahat sekarang. Jika kau butuh sesuatu, aku ada di kamark
“Kau tidak pulang juga?” tegur Levana saat dirinya mendapati Rave duduk di ruang makan sembari fokus pada laptop dan ponselnya.Kepala Rave mendongak sebentar ke arah Levana yang baru saja turun dari kamarnya. “Kau membutuhkan sesuatu?” tanya Rave yang mendapat gelengan kepala dari Levana.“Sudah dua hari kau di sini, sebaiknya kau pulang,” tegur Levana yang kini fokus pada lemari pendingin di hadapannya.“Aku tetap akan tinggal,” balas Rave singkat.“Tidakkah kau memikirkan perasaan Lilian saat ini? Aku baik-baik saja, jadi kau bisa pulang sekarang,” usir Levana yang kembali mengingatkan tentang Lilian.Rave yang semula sedang minum pun meletakkan gelas yang ia pegang dengan kuat di atas meja. Amarah tertahan seolah menjalar keluar dari tubuhnya.“Bukankah kita berdua sudah berjanji untuk tidak membahas hal ini? Aku lelah terus bertengkar denganmu,” seru Rave yang tidak dipedulikan oleh Levana.Yang dikatakan Rave benar, Levana sendiri sudah lelah terus bertengkar dengan suaminya itu
“Jam berapa Rave datang menjemputmu?” tegur sang ibu yang membuat Levana tersadar dari lamunannya.Senyum tipis Levana terlihat diikuti dengan gelengan kepalanya. Ia pun beranjak mendekati sang ibu yang duduk di ranjang lamanya dan membaringkan kepalanya di atas paha milik ibunya.“Ingat ya, Levana, langsung beritahu jika ada masalah dengan rumah tangga kalian.” Tangan sang ibu membelai lembut rambut Levana hingga dirinya tak sadar hingga jatuh tertidur.Sesuatu yang dingin tiba-tiba Levana rasakan di pipi kirinya. Perlahan matanya mulai membuka dan mendapati Rave tengah menatapnya.“Kapan kau datang?” tanya Levana yang begitu kaget hingga terperanjat dari tidurnya.Rave yang semula berjongkok pun bangkit dan duduk di tepi ranjang Levana. “Kau mau menginap di sini malam ini?” tanya Rave dengan suara yang terdengar lembut.Bukannya menjawab, Levana justru berbalik tanya. “Kau lelah?” Matanya pun melihat ke sekeliling kamar mencari sang ibu. “Ke mana Mom?”“Ibumu tidur di kamarnya begit
“Kau di rumah sekarang?”Levana yang tengah mengangkat panggilan teleponnya kini kembali memastikan siapa yang menghubunginya. Dirinya tidak salah lihat, Rave memang yang menghubunginya, suaranya juga suara Rave, tetapi ada rasa bingung saat sang suami menghubunginya untuk menanyakan keberadaannya.“Ya, aku di rumah. Bukankah kau sendiri yang melarangku untuk pergi ke mana pun selama satu minggu ini,” seru Levana yang kembali menempelkan ponsel di telinga kirinya.“Dad memintamu untuk makan malam bersama di Belgrave malam ini.” Terdengar suara Rave yang menyampaikan pesan pada Levana. “Sayangnya aku tidak bisa pulang ke rumah untuk menjemputmu, kau bisa datang sendiri? Dan oh gunakan taksi, kau dilarang mengendarai mobil sendiri.”Cukup lama Levana terdiam memikirkan ajakan makan malam dengan orang tua Rave. Entah kenapa rasa gugup dan takut seolah kembali mendatanginya. Belum lagi saat makan malam nanti Lilian pasti ikut serta makan bersama.“Levana, kau mendengarku?” tegur Rave yang
Sidang perceraian Rave Maverick dan Lilian Flynn menjadi topik pencarian teratas. Tak hanya di sosial media, beberapa stasiun televisi swasta pun menayangkan siaran langsung sidang perceraian tersebut.Tak ingin terganggu dengan apa yang terjadi, Levana memilih untuk tetap pergi ke kampus. Dirinya tidak ingin hanya diam di rumah dan tidak berbuat apa pun, karena ujungnya ia pasti akan penasaran dan menonton tayangan sidang perceraian sang suami.“Kau baik-baik saja, Levana?” tegur asisten lab yang lain.Tangan Levana pun seketika berhenti dan menoleh ke arah rekan kerja. “Ya? Aku baik-baik saja. Apa aku membuat kesalahan?” tanya Levana yang kebingungan karena dirinya merasa tidak melakukan kesalahan.Kepala sang rekan kerja menggeleng cepat. “Kau … tidak terganggu dengan sidang perceraian Rave Maverick?” Kepala Levana langsung beralih kembali ke arah rekan kerja. “Oh, Levana, maafkan aku, tapi aku penasaran karena namamu terus dibawa oleh beberapa media.”Yang dikatakan oleh rekan ker
Tiga hari setelah Freeya datang menemuinya, Levana merasakan kebahagiaan tersendiri. Dirinya seolah terlahir kembali dan semuanya berjalan dengan begitu lancarnya.Pagi ini dirinya hendak berangkat ke kampus, kebetulan ia memiliki jadwal untuk mendampingi para mahasiswa baru dalam meneliti hewan peliharaan. Namun, berita terhangat yang muncul di televisi membuat dirinya tidak bisa meninggalkan rumahnya barang sedikit pun, mengingat para wartawan kini memblokir jalanan menuju ke rumahnya.“Apa yang terjadi?”Tubuh Levana terasa begitu lemas ketika nama dirinya kembali terseret dalam berita terhangat pagi ini. Kedua orang tuanya langsung berusaha menenangkannya mengingat dirinya tengah hamil kembali.“Untuk beberapa hari ke depan, kau tidak boleh keluar dari rumah dahulu, Levana. Akan sangat berbahaya jika kau pergi keluar,” ujar sang ayah yang kini meminta ibunya mengantarkan Levana kembali ke kamar.“Dengar, Levana. Semua berita yang kau dengar pagi ini tidak ada hubungannya denganmu.
Sebuah pelukan hangat langsung didapatkan oleh Levana begitu dirinya bertemu kembali dengan Freeya. Bukannya sengaja menghindarinya, Levana memang tidak memiliki alasan untuk bertemu dan bicara dengan sang sahabat.“Tidakkah kau merindukanku?” sapa Freeya sembari memegang erat kedua tangan Levana.“Tentu saja aku merindukanmu! Asal kau tahu Freeya, aku sangat merindukanmu,” sahut Levana yang membuat Freeya membuang muka.“Jika kau merindukanku, seharusnya kau menghubungiku, Levana. Setelah aku memberi informasi yang seharusnya tidak kau ketahui, kau langsung menghilang begitu saja tanpa kabar,” ujar Freeya yang berhasil membuat Levana merasa bersalah.“Tunggu sebentar.”Levana pun beralih kecil ke arah parkiran di mana Marcel tengah menunggunya. Ia memberikan pesan kepada Marcel untuk pulang sendiri, tetapi ditolak oleh sang sopir.“Pergilah, Nyonya, tetapi jangan menyruhku untuk pulang. Aku bisa mengikutimu dari belakang, jadi nantinya kau tak perlu meminta temanmu mengantarkan pulan
“Kau baik-baik saja, Ms. Sullivan?” tanya salah seorang mahasiswa yang sedang meneliti, menyadarkan Levana dari lamunannya.“Oh, ya, aku baik-baik saja. Jika kalian membutuhkan bantuanku, bisa panggil aku di dalam ruang kerjaku,” ujar Levana yang kini masuk ke dalam ruang pribadinya.Ia menyandarkan punggungnya di punggung kursi, sedangkan matanya fokus membaca berita yang tengah beredar. Saat ini namanya menjadi topik pencarian paling atas, membuat para dosen dan mahasiswa di kampus bertanya-tanya akan apa yang menimpa dirinya.[Selama setahun pernikahannya, Levana Sullivan mendapat ancaman dari kekasih gelap Lilian Flynn tanpa sepengetahuan Rave Maverick sama sekali.] Tawa pahit terlihat jelas di wajah Levana saat membaca berita yang lewat. Ia hanya menggelengkan kepalanya karena tidak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya itu.“Sebenarnya apa yang tengah kau rencanakan? Membawa serta namaku dan bersikap seolah tidak tahu jika Toby Duggan mengancamku selama ini?”Levana meringi
Seminggu telah berlalu dan Levana tidak pernah merasa tenang saat malam datang. Dirinya selalu merasa gelisah entah apa yang membuat malamnya selalu tidak nyaman.Hubungan Levana dan sang ayah perlahan juga mulai membaik ketika dirinya memaksa untuk bicara empat mata dengan sang ayah. Dirinya baru menyadari jika ayahnya itu juga menyimpan rahasia besar seorang diri.“Maafkan ayahmu ini, Levana. Aku tidak pernah terpikirkan jika pengkhianatan Flynn Group juga berdampak besar untuk hidup kita,” ujar sang ayah saat Levana memaksa untuk bicara.“Kumohon jelaskan semuanya dengan perlahan karena aku tidak paham apa maksud ucapanmu itu, Dad.” Levana memprotes ayahnya sendiri.Terdengar embusan napas kasar keluar dari mulut sang ayah. Matanya terpejam sejenak dan saat terbuka, sang ayah menatapnya dengan tatapan sedih dan merasa bersalah.“Sebagai mantan reporter, aku memiliki banyak kenalan yang menjual berita para orang kaya, Levana. Aku bekerja sama dengan seorang paparazzi yang mana tidak
“Oh, Levana! Mum tidak tahu jika kau sudah pulang,” sahut sang ibu yang kini melangkah mendekat ke arahnya.“Aku tidak ada hubungannya dengan mereka, Dad. Sungguh!” ucap Levana yang mengabaikan sang ibu dan mendekati ayahnya sendiri.Sang ayah terlihat frustasi sendiri saat ini dan memilih untuk duduk membelakangi Levana. “Ya, aku tahu itu. Aku tahu jika kau tidak ada hubungannya dengan masalah ini, Levana. Aku hanya marah, marah pada semuanya yang selalu mengaitkanmu dan marah pada diriku sendiri.”Sejujurnya Levana tidak tahu apa yang tengah ayahnya bicarakan, tetapi jika ia mengaitkan dengan berita yang beredar, dirinya bisa paham dan mengerti apa yang membuat sang ayah terlihat begitu marah.Ibu Levana pun melangkah mendekati sang suami dan memeluknya erat dari belakang. “Sama seperti sebelumnya, kita juga bisa melewati ini semua bersama-sama.”Yang bisa Levana lakukan hanya diam saja di tempatnya berdiri. Rasa lelah yang semula menghampirinya kini seakan lenyap begitu saja.“Tuan
Merasa bodoh dan kesal pada dirinya sendiri, Levana memilih bangkit dan berendam di dalam bath tub. Ia mencoba menghilangkan pikirannya tentang Rave dengan sebegitu kerasnya.“Bodoh. Lagi pula bisa-bisanya kau memikirkan pria yang tidak mungkin memikirkanmu?” keluh Levana yang kini memejamkan matanya.Dirinya berjanji akan memulai hidupnya yang baru dan melupakan semua masalah yang pernah menghampirinya. Ia akan hidup kembali menjadi Levana Sullivan, toh dari awal namanya tidak pernah berubah karena negara tidak pernah memberi restu pada pernikahannya.Keesokan harinya, Levana sudah mulai bekerja di laboratorium salah satu universitas di daerahnya. Saat itu proses belajar mengajar sudah selesai, tetapi para mahasiswa yang melakukan penelitian tetap meneliti di dalam lab, dan sudah menjadi tugas Levana untuk membantu mereka.“Ms. Sullivan, aku dengar Anda pernah bekerja di konservasi hewan milik Newall Group. Apa benar begitu?” tanya seorang mahasiswa yang sedang meneliti di dalam lab.
Terakhir kali saat Levana bertemu dengan ayah mertuanya—Francis Maverick, dirinya sudah menekankan jika ia tidak ingin diganggu oleh Rave. Levana juga meminta jika Francis membantunya agar Rave mau menceraikan dirinya.Sebenarnya pernikahan Levana dan Rave tidak terikat hukum apa pun, pernikahan keduanya dianggap tidak sah di mata hukum karena memang peraturan negara yang tidak diperbolehkan memiliki lebih dari satu pasangan di saat yang bersamaan. Perceraian yang diinginkan Levana tidak lain hanya agar Rave melepaskan dirinya. Terkait masalah urusan di media, ia tidak peduli.“Anda bisa langsung bekerja mulai besok, Nona,” ujar seorang wanita yang kini mengantar Levana berkeliling.Pandangan Levana mulai memandangi area sekitar laboratorium yang mana tampak asri dan nyaman. Dirinya berharap dengan pekerjaan barunya ini, ia bisa memulai hidupnya kembali dan melupakan semua masa lalunya yang buruk.“Ngomong-ngomong, Nona, kenapa Anda berhenti bekerja dengan Newall Group? Bagi para lulu
Tidak ada pembicaraan di antara Levana dan Rave hingga keesokan paginya. Levana hanya meminta Rave memeluknya erat di pagi hari sebelum mereka terbang ke London.Begitu tiba di bandar udara Kota London, Levana dan Rave bagaikan orang yang tidak saling mengenal. Levana sudah meminta jika dirinya akan pulang sendiri dijemput oleh sopir pribadi ayahnya.Tidak ada kecurigaan apa pun di pikiran Rave tentang Levana, pria itu justru sibuk sendiri karena begitu melihat berita, dirinya pertama kali menemukan gosip tentangnya dan juga Levana. Berita lain yang membuatnya terkejut adalah kabar tentang Toby Duggan yang sudah dilaporkan dengan berbagai tindak pidana, salah satunya kasus suap yang dilakukan agar dirinya bisa menjadi model internasional.“Terima kasih untuk waktunya, aku harap kau sehat selalu,” bisik Levana sebelum kedua berpisah.“Aku akan menghubungimu nanti,” pesan Rave yang langsung masuk ke mobil lain bersama dengan Max.“Kita pulang sekarang, Nyonya?” tegur sopir pribadi kelua