Sudut pandang Valerie:Jika ini orang lain, aku pasti sudah mendengus dingin. Namun, seberapa pun aku terluka oleh pria ini, aku tidak bisa menyangkal bahwa dia sejujur itu. Jika dia bilang menginginkan kesempatan kedua, maka dia memang sungguh-sungguh.Yang kuragukan adalah maksud di baliknya.Dulu aku menganggap pernikahan itu suci, tetapi sekarang aku tahu. Tidak peduli apakah dia melakukan ini demi Nenek, demi citra perusahaan, karena rasa bersalah telah memanfaatkanku, atau alasan lainnya. Jika alasannya bukan cinta, maka itu hanya akan menjadi bencana."Aku orang yang nggak memberi kesempatan kedua." Aku mendorongnya perlahan dan sebelum dia sempat memohon, aku menambahkan, "Aku sudah terlalu sering memberikannya padamu, seperti makanan sehari-hari."Dia membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Menatapku dengan mata biru yang dalam, dia berdiri di sana, jakunnya bergerak pelan. Namun, dia tidak berkata apa-apa.Apa yang bisa dia katakan? Aku sudah melakukan segalanya, mengatakan s
Sudut pandang Valerie:Ini jebakan! Ini benar-benar jebakan!"Apa yang kamu tahu tentang itu?" Aku pura-pura masih mengendalikan keadaan, berniat mengakali dia.Marcel melengkungkan bibirnya seolah bisa menebak pikiranku, tetapi dia berkata dengan tenang, "Aku tahu kalau Joshua mengambil sesuatu dari ibumu pada hari dia membawamu kembali. Apakah ini berarti sesuatu bagimu?"Apa? Rahangku seakan terjatuh ke lantai. Dia menyeringai, tahu bahwa dia telah memenangkan negosiasi ini.Itu memang berarti sesuatu bagiku. Itu berarti segalanya bagiku! Aku pikir aku telah kehilangan ibuku bertahun-tahun lalu. Dia baru memberitahuku sekarang bahwa si Iblis Joshua memiliki sesuatu milik ibuku?"Apa itu dan di mana?" Aku menuntut. Marcel tersenyum lebar, membuat hatiku tenggelam."Sebuah ciuman, untuk informasi ini. Deal?"Arghhhh!Dia sama sekali tidak peduli dengan cermin sialan itu! Dia bisa dengan mudah membeli sejuta cermin untuk Alisa! Dia tahu aku akan mencoba mengakali dia dan dia sengaja me
Sudut pandang Valerie:Aku belum pernah merasa seburuk ini seumur hidupku.Bagi keluarga angkatku, aku selalu merundung Alisa. Aku merusak barang-barangnya, aku berkata kasar padanya. Memang, aku pernah merusak barang-barangnya sebelumnya, tetapi biasanya barang yang bisa diganti, seperti tumpukan sampah yang aku lempar keluar jendela hari ini dan kebanyakan karena dia merusak barangku dulu, atau dia merusaknya sendiri lalu menyalahkanku.Aku belum pernah merusak sesuatu yang begitu berarti bagi siapa pun, apalagi untuk Alisa. Mungkin karena hal seperti ini jarang terjadi, makanya aku merasa seperti duduk di atas seribu jarum.Alisa menangis, pura-pura menangis di depan kamarnya sementara Alfred membersihkannya. Aku duduk di meja makan yang kosong, menunggu tangisan pura-puranya berubah menjadi tangisan sungguhan.Aku sudah sangat ahli membedakan tangisan asli dan palsunya. Kalau asli, hidungnya akan tersumbat. Itu artinya dia belum menyadari bahwa barang kesayangannya sekarang sudah h
Sudut pandang Valerie:"Kamu tahu nggak kalau ....""Marcel! Maaf soal keributan tadi." Suara Alisa yang terdengar menyedihkan, tetapi ceria memotong "kelas pelafalan" daruratku. Aku menarik pergelanganku sekuat tenaga dan tentu saja kali ini dia melepaskannya."Valerie," panggil Alisa, membuatku hampir gemetar mendengar suaranya. Aku menarik napas dalam-dalam dan berbalik menatapnya.Alisa melirik Marcel dengan ragu sebelum mengaitkan jari-jarinya. "Maaf karena membuat keributan. Aku nggak seharusnya memberitahumu soal ibumu dan aku sudah menyakitimu. Kehilangan kamarku pantas aku terima kalau itu bisa menebus kesalahanku. Intinya, selamat datang kembali di rumah.""Ya, tentu, terserah," gumamku sambil berjalan menuju kursi yang paling jauh.Alisa menatapku, sedikit terkejut. Benar, aku tidak berdebat dengannya atau mencoba mengungkap kebohongannya karena rasa bersalah. Namun, aku juga tidak akan melakukannya meski aku tidak merusak boneka itu.Seperti yang sudah kukatakan di rumah sa
Sudut pandang Valerie:Marcel tidak pernah duduk bersamaku. Dia selalu di sisi Alisa di Keluarga Salim, dan selalu duduk di seberang meja di rumah kami."Marcel ...." Alisa bergumam, tiba-tiba menunduk setelah sebelumnya tersenyum lebar ketika Joshua berjanji akan mengganti semua barang yang kubuang. "Aku ... aku ingin ...." Dia berdiri, membawa piringnya.Dia ingin pindah duduk."Jadi aku harus duduk di mana lagi?" Marcel duduk tegak dengan satu lengan terletak santai di sandaran kursiku. Dia menatapku, bukan Alisa, lalu menunjuk kursi kosong di sisi lain. "Kamu tahu kursi itu untuk siapa?"Alisa membeku di tempatnya, menatap Marcel dengan gugup penuh harap sambil mencengkeram pinggir piring sampai jari-jarinya memutih.Aku memutar mataku. Ya, tentu saja. Untuk sang putri kesayanganmu. Seolah aku ingin duduk di sebelahmu.Aku meraih piringku untuk pindah, tetapi dia lebih dulu menangkap pergelangan tanganku. "Itu kursi Aveline. Tahu kenapa?"Aku dan Alisa sama-sama terkejut."Karena s
Sudut pandang Valerie:Aku mengabaikan es kola itu.Seakan-akan aku akan meraihnya dan memberi Alisa alasan untuk tertawa puas!Aku mengambil sedikit kentang tumbuk dan salad, tetapi tidak ada yang semenarik semangkuk besar sayap ayam panas yang mengepul di depanku ini. Tidak ada yang menyentuhnya dan aku pun juga tidak bisa, tanpa minuman dingin. Mungkin aku bisa menggantinya dengan segelas air es ....Aku menatap tajam air putih yang hambar itu. Aku tidak menginginkannya.Mataku melirik ke arah dapur. Mungkin ada kola lagi di sana? Keluarga Salim tidak minum soda. Memiliki anak yang berjuang melawan maut setiap hari membuat mereka sangat menjaga pola makan sehat. Namun, mungkin saja ...."Kolanya juga kupesan bareng sayap ayam tadi," kata Marcel tiba-tiba, dengan nada polos seolah-olah dia tidak baru saja membaca pikiranku. "Restorannya? Mereka pasti tahu cara menikmati sayap ayam yang enak."Aku juga tahu! Aku mulai menyesal mendorong kola itu menjauh. Ya, si berengsek ini yang memb
Sudut pandang Valerie:"Nggak, terima kasih." Menyadari tatapan Alisa, aku menambahkan, "Aku harus pergi menjaga barang rampasanku."Joshua meninggalkan meja saat Alisa mulai berlinang air mata melihat pangerannya bermandikan keringat. Aveline tetap duduk bersama kami selama makan malam, lebih karena sopan santun, sebelum akhirnya pergi begitu memungkinkan.Namun, tidak dengan Alisa. Dia tetap tinggal. Sepertinya dia juga punya sesuatu untuk dikatakan pada Marcel.Hari ini sangat melelahkan. Aku harus memastikan aku punya tempat tidur untuk malam ini. Aku tidak akan terkejut jika Alisa menyuruh Alfred untuk membuat berantakan kamarku alih-alih membersihkannya."Aku akan mengantarmu ke kamarmu," ucap Marcel dengan nada bercanda, lalu menambahkan sebelum aku sempat menolak, "Atau kamu lebih suka membicarakan kesepakatan kita di sini?""Mar ...." gumam Alisa pelan saat dia mendekat.Aku melepaskan tangan Marcel, menatapnya dingin sambil menunggu keputusannya. Aku sudah tahu apa keputusann
Sudut pandang Valerie:Marcel pergi setelah ledakan emosiku malam itu. Kurasa aku telah menyakitinya. Lebih baik segera menyelesaikannya, 'kan? Dia tidak pernah datang lagi setelah itu. Aku memiliki seminggu yang damai. Tidak ada mantan yang mengganggu, tidak ada Alisa, dan tidak ada berita.Pada akhirnya, berita kami tidak muncul di halaman depan. Bahkan tidak di halaman terakhir atau halaman mana pun. Joshua diam-diam menghubungi kamerawanku pada hari kedua, menawarkan untuk membeli video tersebut. Meskipun juru kamera itu menaikkan harga tiga kali lipat setelah kesepakatan dibuat, Joshua tetap menyetujuinya.Aku tahu ini karena dia bukan sekadar juru kamera, dia adalah salah satu sahabat Adrian, seorang veteran dari Agaria dan sekarang menjadi pengawalku.Video buatanku terjual seharga 750 juta. Kurasa aku bisa mendorongnya lebih jauh lagi, tetapi kami sudah mendapatkan apa yang kami inginkan, yaitu untuk menguji sikap Joshua Salim.Dia berusaha keras untuk menjaga namaku tetap kelu
"Nona Salim, senang bertemu denganmu." Okto membungkuk pada Val dengan sikap sopan, tetapi Val bersumpah dia melihat sekilas senyuman mengejek yang coba ditahannya saat dia menundukkan kepala.Apa-apaan ini? Okto adalah "pangeran misterius" yang akan diumumkan Keluarga Wibowo hari ini? Dia adalah putra dari Erawan Wibowo? Okto tahu kalau Val sedang menghindari ayahnya dan dia membantunya? Apakah Okto tahu tentang Nico? Apa arti semua ini?Begitu banyak kejutan meledak di kepala Val."Sudah lama nggak ketemu, Okto!" Alisa menyambutnya dengan senyum cerah, matanya berbinar penuh suka cita."Kami baru saja ketemu kemarin di gedung Tanzil." Okto membalas senyuman itu dengan antusiasme yang setara, kalau tidak lebih. "Mungkin kamu lupa karena waktu itu kamu cuma melirikku sekilas dan nggak berhenti buat ngobrol pas aku nyapa kamu. Nggak ngenalin aku, ya?"Alisa terkenal karena tidak pernah melempar senyum pada siapa pun, kecuali targetnya. Dia bersikap seperti malaikat di hadapan orang-oran
Val mulai serius mempertimbangkannya sekarang.Dia tidak bisa menuntut mereka kalau mereka cuma menyaksikan kecelakaan mobil, seburuk apa pun itu, menyaksikan seorang ibu mati saat mencoba menyelamatkan bayinya. Mereka bisa dan Val yakin mereka pasti akan, mengklaim bahwa Erin memohon agar mereka menyelamatkan bayinya.Faktanya, itulah versi pertama dari "kebenaran" yang diceritakan oleh Joshua ketika Val mencoba mencari keluarganya sendiri.Namun, kalau mereka terlibat langsung dalam kecelakaan itu? Mungkin Val bisa menuntut mereka! Dengan catatan kalau Val bisa membuktikannya, sebelum masa kedaluwarsa penuntutan berakhir.Berapa lama batas waktu untuk kasus tabrak lari? Val tidak yakin."Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi waktu itu," tuntut Val, tetapi dia tidak bergerak meski tatapan Nyonya Wibowo mulai curiga, matanya tajam menelisik bisik-bisik mereka."Jangan maksa!" Aveline memperingatkan.Nyonya Wibowo menatap Val dengan mata penuh kecurigaan, begitu juga dengan semua o
Nenek mengatakan itu?Aveline jelas tidak mengetahuinya, berbeda dengan Alisa. Namun, Alisa juga tidak menyangka Marcel akan menyebutkannya di sini. Val sebenarnya merasakan keterkejutan yang sama ....Apakah Marcel sadar bahwa dia sedang menginjak lapisan tipis dari kebohongan Alisa?Namun, tak ada yang lebih terkejut daripada Nyonya Wibowo ...."Tunggu, bukankah kamu sudah mendapatkan pernikahan yang dijanjikan itu lima tahun lalu? Aku datang ke pernikahanmu!"Lima tahun yang lalu, tepat setelah dokumen perceraian resminya dengan Val selesai, Marcel menikahi Alisa dengan perayaan yang megah. Seluruh kota merayakan hari bahagia mereka, melupakan mantan Nyonya Tanzil yang dibiarkan membusuk dalam penjara.Val mengatupkan bibirnya, berusaha keras menahan senyum.Jadi, bukan hanya Alisa yang mengaku sebagai wanita Marcel di depannya, tetapi juga di depan semua orang? Seorang ibu yang penuh kasih, membawa putri kesayangannya untuk mengunjungi orang berpengaruh yang ingin mereka dekati set
Nyonya Wibowo berbalik, mendorong lengan Aveline seperti seekor bulldog di atas ring. Diam-diam, Marcel melangkah maju dengan senyuman cerah, menghalangi Val darinya."Dia menolak datang hari ini hanya karena aku mengundangmu! Aku nggak menyangka dia benar-benar nggak datang, tapi ternyata benaran!" Nyonya Wibowo langsung melupakan Val. "Masalah sebesar apa yang membuatnya bahkan nggak mau bicara dengan cucunya sendiri yang begitu baik selama bertahun-tahun?"Marcel bahkan terhenti sejenak ....Bukankah Gloria melakukan hal yang sama kepada putrinya? Dia bahkan tidak datang ke pemakaman Erin. Sebenarnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang datang, atas perintahnya, tampaknya.Kata-kata itu juga menghentikan amarah Val sesaat ....Bertahun-tahun? Dia mengira Nenek mengusir Marcel hanya sebagai bentuk sikap, sebagian untuk memberinya kesempatan menantang dirinya sendiri tanpa nama Tanzil yang membuka jalannya. Namun, dia tidak menyangka Nenek benar-benar tidak berbicara dengannya se
Acara ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Aveline. Yah, kecuali fakta bahwa dia yang menyelenggarakannya sebagai cara untuk menjilat Nyonya Wibowo.Nyonya Wibowo ada di sini untuk mengumumkan kembalinya si bajingan, putra dari Erawan Wibowo yang hilang, ke publik. Acara ini bukan untuk Aveline dan sudah pasti bukan untuk Val. Aveline sudah bersusah payah menjaga Val tetap jauh dari Keluarga Wibowo dan dia tidak akan gagal sekarang.Satu-satunya celah, hal yang terus-menerus dipikirkannya sejak melihat Val adalah ....Bagaimana Val bisa mendapatkan undangan?Untuk mencegah mimpi buruk terbesarnya menjadi kenyataan, Aveline bahkan tidak mengundang Keluarga Demian. Putri mereka adalah salah satu sahabat Val. Ditambah lagi, ada Adrian, yang tiba-tiba saja membela Val tanpa alasan.Mereka telah membuat hidup Keluarga Salim sulit di dunia bisnis. Mereka akan berperan besar dalam kejatuhan Rumah Z, yang keuntungannya bisa lebih dari dua kali lipat bisnis Keluarga Salim dalam beberapa
Setiap Natal, Aveline akan membawa Alisa dalam kunjungan "keluarga", di mana Joshua tidak ikut serta. Alasannya selalu berkaitan dengan bagaimana keluarganya tidak menyetujui pernikahannya dengan Joshua, yang dianggap berada di bawah standar mereka. Sementara itu, Val akan ditinggalkan bersama Joshua, dengan alasan untuk menjaga keseimbangan antara orang tua dan anak-anak.Jika itu benar-benar alasan utamanya, maka Aveline seharusnya tidak membawa Gerry bersamanya juga.Val dulu berpikir bahwa itu karena Alisa tidak menyukainya. Namun, sekarang dia tahu alasan sebenarnya di balik semua itu ....Dari bagaimana Aveline dan Alisa berusaha menjilat Nyonya Wibowo, sudah jelas bahwa mereka tidak ingin Val memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang berkuasa seperti ini. Terlebih lagi, sebagai putri Aveline sendiri.Bagaimana jika Nyonya Wibowo mulai menyukai Val? Kemudian, akan ada seseorang di "keluarga" ini yang benar-benar memperlakukannya dengan baik. Itu adalah hal yang haru
Itulah frasa yang tidak pernah bisa dipahami Val, rasa ingin tahu yang kelam.Sambil melihat sekeliling, Val perlahan menggeleng, matanya dipenuhi rasa jijik saat melihat penghinaan di mata para penonton yang ingin tahu. Apa yang mereka tunggu? Agar dia menangis karena dipermalukan oleh seorang wanita tua yang bahkan tidak mengenalnya?Agar dia merasa malu karena seseorang yang menyebutnya "saudari" justru secara terbuka menunjukkan cara untuk mempermalukannya, sambil berpura-pura bersikap baik dengan akting canggungnya?Dia bukan orang yang seharusnya merasa malu di sini."Terima kasih atas undangannya, Nyonya Wibowo," Val menunduk ringan, nadanya tenang dan sopan.Nyonya Wibowo akhirnya menatap Val, seolah melihatnya untuk pertama kali. Dia mengamati Val selama beberapa detik yang terasa lama dan kerutan di wajahnya semakin dalam. Pada titik ini, Val cukup terkejut. Apa yang bisa Alisa katakan sampai membuat Nyonya Wibowo langsung membencinya terlebih hanya dengan melihatnya?"Hmph."
Val sempat kehilangan fokus sejenak.Apa yang barusan Marcel katakan?Selama ini, Val mengira Joshua ada hubungannya dengan kematian ibunya. Setidaknya, dia menyaksikannya dan tidak menolong, hanya melihat Erin meregang nyawa lalu membawa Val pulang. Val sudah menyelidiki kecelakaan mobil itu dengan memanfaatkan sumber daya Nico dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi, sumber daya itu sangat besar.Hasilnya? Tidak ada.Val tidak menemukan satu pun bukti yang menunjukkan keberadaan Joshua di dekat lokasi kecelakaan dan dia berpikir mungkin semua jejaknya telah dihapus. Lagi pula, Joshua pasti telah berusaha menutupi jejaknya juga.Namun, jika yang dikatakan Marcel benar ...."Gimana kamu bisa tahu? Kamu punya bukti? Sudah berapa lama kamu mengetahuinya dan menyembunyikannya dariku hanya untuk ...?" Val meledak dengan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin.Ting, ting, ting!Suara dentingan gelas yang tajam memecah keheningan, membuat Val langsung berhenti. Bahkan sebelum dia bisa men
"Aku baru sadar, kamu terlihat menggemaskan saat marah."Saat itu, Val benar-benar ingin menghantam kepala pria konyol itu dan langsung pergi. Namun, seluruh lobi sudah sunyi dan semua mata tertuju pada orang-orang di tengah. Jika dia berani bertindak sekarang, dia akan menjadi pusat perhatian. Jadi itu alasan Marcel begitu berani sekarang?"Kalau kamu sudah nggak peduli lagi dengan ular kecilmu itu ...." Val menggertakkan giginya, tetapi dia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Marcel menyeringai percaya diri dan menyelanya dengan santai ...."Kamu bahkan belum mendengar tawaranku."Val berbalik untuk pergi, tetapi Marcel sudah lebih dulu membaca gerakannya dan menarik pinggangnya sebelum dia bisa menghindar. Walaupun dia gagal membuat keributan dan hanya menarik perhatian segelintir orang di sekitar mereka, dia kini berada dalam pelukan Marcel, dengan erat."Kamu ...!"Val nyaris berteriak. Nyaris.Val tidak pernah suka berdandan, tidak seperti sekarang. Dia belajar merias di