Share

Bab 117 Tawaran Alisa

Penulis: Nyx Rai
Sudut pandang Valerie:

"Lelucon apa ini?" ujar Joshua dengan nada murung. Tatapannya yang tajam menancap pada kamerawan. "Ini vila Keluarga Salim, dan dia ...."

"Dia adalah kamerawanku. Malik Entertainment menugaskannya untukku. Untuk film pertamaku." Aku tersenyum padanya dan berhasil menyalakan amarah di matanya dengan kalimat itu, "Tidakkah Ayah bangga padaku?"

Aurel benar. Berakting dengan emosi yang nyata membuat segalanya jauh lebih mudah. Aku memang senang melihat Joshua kesal, yang membuatku tersenyum lebih lebar dan membuatnya makin marah.

Sempurna!

Aveline melirik suaminya dengan khawatir. Setelah jeda singkat, Joshua Salim langsung berubah ke mode liciknya.

"Tentu saja bangga," katanya sambil membuka tangan dan berjalan mendekat. "Aku bangga karena kamu menolak bantuanku hanya demi membuktikan kemampuanmu sendiri. Itu baru putriku."

Melihatnya makin dekat, aku merasa jijik hingga bulu kudukku meremang. Aku tidak tahan dipeluk olehnya. Bisa-bisa aku muntah.

Kupikir Joshua tah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 118 Rencana Jahatku

    Sudut pandang Valerie:Jika ada satu hal yang tidak pernah Alisa dustakan, itu adalah hasratnya terhadap Marcel. Aku bertaruh pada hal itu.Alisa cemberut dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dia menatap kedua orang tuanya dengan penuh harap, tetapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak bisa menyangkal kebohonganku, karena aku bisa membuatnya menjadi kenyataan."Valerie ...." Aveline berbicara dengan nada lebih lembut, terdengar ragu, "Kamu tahu Alisa sudah tinggal di kamar itu selama bertahun-tahun. Aku nggak tahu apakah ....""Maksudku ...." Aku mengambil koper dari tangan Alisa, menundukkan kepala agar tidak tertawa melihat betapa "pilu" nada suaraku, "Aku bisa pergi, kalau itu yang kalian inginkan.""Pergi ke mana?" Alisa membentak dengan nada melengking."Alisa Salim!" Joshua memperingatkan. Baik Aveline maupun Alisa langsung menutup mulut rapat-rapat. "Kalau Alisa begitu peduli padamu, maka aku nggak keberatan." Setelah berkata begitu, Joshua berbalik dan meninggalka

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 119 Rubah Kecil yang Imut

    Sudut pandang Marcel:Valerie bersembunyi di rumah Aurel, aku tahu itu. Aku ingin memberinya waktu dan ruang dulu, meskipun aku ragu apakah semua waktu dan ruang di dunia ini cukup untuk membuatnya mau mendengar apa pun yang ingin aku katakan.Akhir-akhir ini, Adrian sering melontarkan komentar pedas padaku. Awalnya, kupikir itu karena perasaannya terhadap Valerie, jadi aku mengabaikannya. Namun, begitu Valerie muncul di rumah keluarga Salim, pesan spam Adrian hampir membuat aplikasiku penuh. Saat itulah aku sadar.Mereka merencanakan sesuatu dan Valerie ingin perhatianku teralihkan ke hal lain.Aku menunggu di kantorku. Benar saja, kurang dari satu jam, Alisa menerobos masuk, lengkap dengan air mata, mengatakan bahwa Valerie ingin mengusirnya dari keluarga.Aku sudah belajar dari kesalahan, tidak bisa lagi hanya mendengarkan kata-katanya saja.Selama bertahun-tahun, dia menuduh Valerie ini dan itu dan aku mempercayainya. Dia bilang dia hanya memberi Liam uang demi menyelamatkan nyawan

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 120 Kesempatan Kedua

    Sudut pandang Marcel:Keterkejutan di matanya hanya menunjukkan betapa aku telah mengabaikannya, betapa aku menganggapnya remeh, dan betapa dia telah menderita begitu lama, hingga hal sederhana seperti ini saja mampu membuatnya terkejut.Valerie menatapku tajam, tetapi mata berkabutnya membuat tatapan itu tidak lagi setajam biasanya, justru terlihat menyedihkan, seperti anak kucing yang tersakiti. Wajahnya yang rapuh itu membuat hatiku bergetar, apalagi dengan pipinya yang memerah karena amarah.Aku tidak ingin melihat rasa sakit di matanya lagi, tidak akan pernah. Aku hanya ingin menghapusnya, dengan cara apa pun yang aku bisa.Aku memiringkan kepalaku, mendekat untuk mencuri ciuman."Kalau kamu berani ...." Valerie mendesis marah, tangannya terangkat seolah ingin mencakar wajahku. Aku dengan mudah menangkap pergelangan tangannya yang lembut, lalu berbisik di telinganya, "Dia sedang mengintip, 'kan?"Valerie terdiam, matanya yang bening seperti mata rusa itu melirik ke arah pintu. Aku

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 121 Kesepakatan dengan Iblis

    Sudut pandang Valerie:Jika ini orang lain, aku pasti sudah mendengus dingin. Namun, seberapa pun aku terluka oleh pria ini, aku tidak bisa menyangkal bahwa dia sejujur itu. Jika dia bilang menginginkan kesempatan kedua, maka dia memang sungguh-sungguh.Yang kuragukan adalah maksud di baliknya.Dulu aku menganggap pernikahan itu suci, tetapi sekarang aku tahu. Tidak peduli apakah dia melakukan ini demi Nenek, demi citra perusahaan, karena rasa bersalah telah memanfaatkanku, atau alasan lainnya. Jika alasannya bukan cinta, maka itu hanya akan menjadi bencana."Aku orang yang nggak memberi kesempatan kedua." Aku mendorongnya perlahan dan sebelum dia sempat memohon, aku menambahkan, "Aku sudah terlalu sering memberikannya padamu, seperti makanan sehari-hari."Dia membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Menatapku dengan mata biru yang dalam, dia berdiri di sana, jakunnya bergerak pelan. Namun, dia tidak berkata apa-apa.Apa yang bisa dia katakan? Aku sudah melakukan segalanya, mengatakan s

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 122 Hati Alisa

    Sudut pandang Valerie:Ini jebakan! Ini benar-benar jebakan!"Apa yang kamu tahu tentang itu?" Aku pura-pura masih mengendalikan keadaan, berniat mengakali dia.Marcel melengkungkan bibirnya seolah bisa menebak pikiranku, tetapi dia berkata dengan tenang, "Aku tahu kalau Joshua mengambil sesuatu dari ibumu pada hari dia membawamu kembali. Apakah ini berarti sesuatu bagimu?"Apa? Rahangku seakan terjatuh ke lantai. Dia menyeringai, tahu bahwa dia telah memenangkan negosiasi ini.Itu memang berarti sesuatu bagiku. Itu berarti segalanya bagiku! Aku pikir aku telah kehilangan ibuku bertahun-tahun lalu. Dia baru memberitahuku sekarang bahwa si Iblis Joshua memiliki sesuatu milik ibuku?"Apa itu dan di mana?" Aku menuntut. Marcel tersenyum lebar, membuat hatiku tenggelam."Sebuah ciuman, untuk informasi ini. Deal?"Arghhhh!Dia sama sekali tidak peduli dengan cermin sialan itu! Dia bisa dengan mudah membeli sejuta cermin untuk Alisa! Dia tahu aku akan mencoba mengakali dia dan dia sengaja me

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 1 Sudah Lama Dia Nantikan

    Sudut pandang Valerie:Jadwal menstruasiku tidak pernah akurat. Namun, tetap saja ... seharusnya aku tahu.Mual, lemas, dan perubahan selera makan. Kamu pikir gejala-gejala itu sudah sangat jelas, tetapi hingga bukti terpampang nyata di depanmu, kamu baru akan sadar berapa banyak petunjuk yang kamu lewatkan.Sama seperti aku yang melewatkan tanda-tanda tegas bahwa pria yang menikahiku tidak akan pernah membalas cintaku, tidak peduli seberapa keras usahaku.Aku datang memeriksakan diri sambil berpikir, hal terburuk apa yang bisa terjadi? Jika aku mengidap kanker, aku bisa mengatasinya. Namun, untuk satu hal ini ... aku tidak berdaya.Seorang bayi. Hal terbaik yang datang di saat terburuk.Aku tidak tahu kapan aku akan merasakan kasih sayang keibuan yang pernah kudengar. Namun, aku bisa menebak reaksinya. Marcel Tanzil pasti akan membenci bayi ini.Mungkin akan lebih baik kalau aku mengidap kanker. Setidaknya hal itu bisa membuat salah satu dari kami senang.Aku duduk sendirian di lobi l

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 2 Tiket untuk Dua Orang

    Sudut pandang Valerie:Aku duduk di taksi menuju rumah sakit lain untuk menemui Marcel, rumah sakit tempat Alisa berada. Aku merasa sangat tidak nyaman. ​​Mungkin karena mabuk darat, mual di awal kehamilan, atau mungkin ... aku hanya muak dengan perjalanan ini.Aku paling benci perjalanan yang sudah begitu sering kulalui selama sepuluh tahun terakhir ini. Alisa selalu di rumah sakit dan Marcel selalu berada di dekatnya, bahkan sebelum kami menikah.Itulah akibatnya jika orang yang kamu cintai mencintai saudaramu yang mengidap Willebrand dan memiliki golongan darah rhesus negatif.Ya, Alisa mengidap penyakit yang membuatnya tidak bisa sembuh dari pendarahan. Dia juga memiliki golongan darah yang hanya dimiliki oleh 0,3% orang di seluruh dunia.Luka gores di jari bahkan bisa mematikan baginya. Jadi, tidak heran jika Alisa menjadi permata paling berharga di keluarga kami. Hanya dengan hidup, dia mendapatkan segalanya yang dia inginkan.Bagaimana denganku? Aku hanyalah orang yang selalu di

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 3 Cara Membunuh Naga

    Sudut pandang Valerie:"Bodoh, transplantasi sumsum tulang belakang itu sudah 3 bulan lalu," ujar Marcel. Tawanya terdengar hingga ke koridor yang sepi.Tanganku memegang kenop pintu, tetapi aku tidak memiliki tenaga untuk memutarnya. Aku sudah pernah melihat mereka bermesraan, sudah terlalu sering untuk waktu yang terlalu lama.Seakan-akan ingin menyiksa diri, aku hanya mematung di sana, mendengar percakapan di dalam."Hari ini hanya pemeriksaan rutin. Lagian, sebelum ini hasilnya selalu bagus, 'kan?" hibur Marcel.Aku bisa membayangkan senyum lembut Marcel saat dia membujuk Alisa. Tangannya yang kuat menepuk pelan kepalanya, seolah-olah Alisa adalah bunga paling rapuh sedunia.Kehangatan seperti itu hanya pernah kuterima sekali darinya. Saat itu, kupikir aku telah menemukan matahari. Demi satu-satunya cahaya di hidupku yang gelap, aku mempertaruhkan segalanya dan melemparkan diri ke matahari itu. Hasilnya, aku terbakar.Tidak peduli seberapa dalam cintaku dan sebanyak apa pun pengorb

Bab terbaru

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 122 Hati Alisa

    Sudut pandang Valerie:Ini jebakan! Ini benar-benar jebakan!"Apa yang kamu tahu tentang itu?" Aku pura-pura masih mengendalikan keadaan, berniat mengakali dia.Marcel melengkungkan bibirnya seolah bisa menebak pikiranku, tetapi dia berkata dengan tenang, "Aku tahu kalau Joshua mengambil sesuatu dari ibumu pada hari dia membawamu kembali. Apakah ini berarti sesuatu bagimu?"Apa? Rahangku seakan terjatuh ke lantai. Dia menyeringai, tahu bahwa dia telah memenangkan negosiasi ini.Itu memang berarti sesuatu bagiku. Itu berarti segalanya bagiku! Aku pikir aku telah kehilangan ibuku bertahun-tahun lalu. Dia baru memberitahuku sekarang bahwa si Iblis Joshua memiliki sesuatu milik ibuku?"Apa itu dan di mana?" Aku menuntut. Marcel tersenyum lebar, membuat hatiku tenggelam."Sebuah ciuman, untuk informasi ini. Deal?"Arghhhh!Dia sama sekali tidak peduli dengan cermin sialan itu! Dia bisa dengan mudah membeli sejuta cermin untuk Alisa! Dia tahu aku akan mencoba mengakali dia dan dia sengaja me

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 121 Kesepakatan dengan Iblis

    Sudut pandang Valerie:Jika ini orang lain, aku pasti sudah mendengus dingin. Namun, seberapa pun aku terluka oleh pria ini, aku tidak bisa menyangkal bahwa dia sejujur itu. Jika dia bilang menginginkan kesempatan kedua, maka dia memang sungguh-sungguh.Yang kuragukan adalah maksud di baliknya.Dulu aku menganggap pernikahan itu suci, tetapi sekarang aku tahu. Tidak peduli apakah dia melakukan ini demi Nenek, demi citra perusahaan, karena rasa bersalah telah memanfaatkanku, atau alasan lainnya. Jika alasannya bukan cinta, maka itu hanya akan menjadi bencana."Aku orang yang nggak memberi kesempatan kedua." Aku mendorongnya perlahan dan sebelum dia sempat memohon, aku menambahkan, "Aku sudah terlalu sering memberikannya padamu, seperti makanan sehari-hari."Dia membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Menatapku dengan mata biru yang dalam, dia berdiri di sana, jakunnya bergerak pelan. Namun, dia tidak berkata apa-apa.Apa yang bisa dia katakan? Aku sudah melakukan segalanya, mengatakan s

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 120 Kesempatan Kedua

    Sudut pandang Marcel:Keterkejutan di matanya hanya menunjukkan betapa aku telah mengabaikannya, betapa aku menganggapnya remeh, dan betapa dia telah menderita begitu lama, hingga hal sederhana seperti ini saja mampu membuatnya terkejut.Valerie menatapku tajam, tetapi mata berkabutnya membuat tatapan itu tidak lagi setajam biasanya, justru terlihat menyedihkan, seperti anak kucing yang tersakiti. Wajahnya yang rapuh itu membuat hatiku bergetar, apalagi dengan pipinya yang memerah karena amarah.Aku tidak ingin melihat rasa sakit di matanya lagi, tidak akan pernah. Aku hanya ingin menghapusnya, dengan cara apa pun yang aku bisa.Aku memiringkan kepalaku, mendekat untuk mencuri ciuman."Kalau kamu berani ...." Valerie mendesis marah, tangannya terangkat seolah ingin mencakar wajahku. Aku dengan mudah menangkap pergelangan tangannya yang lembut, lalu berbisik di telinganya, "Dia sedang mengintip, 'kan?"Valerie terdiam, matanya yang bening seperti mata rusa itu melirik ke arah pintu. Aku

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 119 Rubah Kecil yang Imut

    Sudut pandang Marcel:Valerie bersembunyi di rumah Aurel, aku tahu itu. Aku ingin memberinya waktu dan ruang dulu, meskipun aku ragu apakah semua waktu dan ruang di dunia ini cukup untuk membuatnya mau mendengar apa pun yang ingin aku katakan.Akhir-akhir ini, Adrian sering melontarkan komentar pedas padaku. Awalnya, kupikir itu karena perasaannya terhadap Valerie, jadi aku mengabaikannya. Namun, begitu Valerie muncul di rumah keluarga Salim, pesan spam Adrian hampir membuat aplikasiku penuh. Saat itulah aku sadar.Mereka merencanakan sesuatu dan Valerie ingin perhatianku teralihkan ke hal lain.Aku menunggu di kantorku. Benar saja, kurang dari satu jam, Alisa menerobos masuk, lengkap dengan air mata, mengatakan bahwa Valerie ingin mengusirnya dari keluarga.Aku sudah belajar dari kesalahan, tidak bisa lagi hanya mendengarkan kata-katanya saja.Selama bertahun-tahun, dia menuduh Valerie ini dan itu dan aku mempercayainya. Dia bilang dia hanya memberi Liam uang demi menyelamatkan nyawan

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 118 Rencana Jahatku

    Sudut pandang Valerie:Jika ada satu hal yang tidak pernah Alisa dustakan, itu adalah hasratnya terhadap Marcel. Aku bertaruh pada hal itu.Alisa cemberut dengan air mata yang mengalir di pipinya. Dia menatap kedua orang tuanya dengan penuh harap, tetapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak bisa menyangkal kebohonganku, karena aku bisa membuatnya menjadi kenyataan."Valerie ...." Aveline berbicara dengan nada lebih lembut, terdengar ragu, "Kamu tahu Alisa sudah tinggal di kamar itu selama bertahun-tahun. Aku nggak tahu apakah ....""Maksudku ...." Aku mengambil koper dari tangan Alisa, menundukkan kepala agar tidak tertawa melihat betapa "pilu" nada suaraku, "Aku bisa pergi, kalau itu yang kalian inginkan.""Pergi ke mana?" Alisa membentak dengan nada melengking."Alisa Salim!" Joshua memperingatkan. Baik Aveline maupun Alisa langsung menutup mulut rapat-rapat. "Kalau Alisa begitu peduli padamu, maka aku nggak keberatan." Setelah berkata begitu, Joshua berbalik dan meninggalka

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 117 Tawaran Alisa

    Sudut pandang Valerie:"Lelucon apa ini?" ujar Joshua dengan nada murung. Tatapannya yang tajam menancap pada kamerawan. "Ini vila Keluarga Salim, dan dia ....""Dia adalah kamerawanku. Malik Entertainment menugaskannya untukku. Untuk film pertamaku." Aku tersenyum padanya dan berhasil menyalakan amarah di matanya dengan kalimat itu, "Tidakkah Ayah bangga padaku?"Aurel benar. Berakting dengan emosi yang nyata membuat segalanya jauh lebih mudah. Aku memang senang melihat Joshua kesal, yang membuatku tersenyum lebih lebar dan membuatnya makin marah.Sempurna!Aveline melirik suaminya dengan khawatir. Setelah jeda singkat, Joshua Salim langsung berubah ke mode liciknya."Tentu saja bangga," katanya sambil membuka tangan dan berjalan mendekat. "Aku bangga karena kamu menolak bantuanku hanya demi membuktikan kemampuanmu sendiri. Itu baru putriku."Melihatnya makin dekat, aku merasa jijik hingga bulu kudukku meremang. Aku tidak tahan dipeluk olehnya. Bisa-bisa aku muntah.Kupikir Joshua tah

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 116 Sandiwara Kakak Adik Penuh Kasih

    Sudut pandang Valerie:Aku membawa koper saat datang ke vila Keluarga Salim kali ini. Aku akan tampil perdana di depan ratu sandiwara, aku membutuhkan persiapan yang tepat.Aku menginap di rumah Aurel selama beberapa hari untuk memulihkan diri .... Umm, untuk bersenang-senang juga. Sekarang aku kembali fokus pada film karena tinggal di kota. Syuting dimulai dua minggu lagi, jadi aku menikmati kebebasan yang tersisa sendirian di apartemen, menyelesaikan suntingan terakhir naskah, dan bersantai.Kami berhasil membujuk Liana. Sekarang dia tinggal serumah dengan Aurel dan mereka berdua adalah pekerja keras. Mereka cocok satu sama lain.Pada hari kedua Liana bekerja, hari ketika mereka mulai bangun pagi-pagi dan pulang sangat larut, aku membawa koper kecilku ke medan pertempuranku sendiri.Kali ini, aku datang untuk menang.Hendrik, penjaga pintu, membiarkanku masuk sambil tersenyum, tanpa curiga apa pun. Inilah keuntungan memiliki musuh yang munafik. Mereka menyimpan pertarungan di dalam d

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 115 Kembali ke Sarang

    Sudut pandang Valerie:Apa maksudnya itu?Aku menatap Adrian sementara sejuta kemungkinan berputar di kepalaku. Bagaimana dia tahu? Apakah dia tahu sesuatu? Apakah dia berbicara tentang masalah narkoba, atau ayahku, atau keduanya? Aku tidak berani mengikuti satu arah yang aku takuti ….Apakah ini berarti ... bahwa ibuku mungkin masih hidup?"Itu bisa ditunda," Aurel mengusap bahuku saat aku tampak membeku."Aku baik-baik saja," gumamku, tetapi aku memang sedikit bingung. Aku tidak merasa ingin menangis saat mendengarnya lagi, tetapi aku tidak tahu apakah aku bisa menanggung jika harapanku hancur lagi.Adrian menghela napas, memberiku tatapan pasrah. "Seperti inilah yang akan kamu rasakan kalau kamu menyelidikinya sendiri. Setiap potongan informasi baru, entah sudah dikonfirmasi atau belum, akan menjadi kereta luncur emosimu. Sejujurnya, aku rasa kamu nggak sanggup menanggungnya ….""Adrian Malik!" Aurel meledak marah. "Teganya kamu ….""Aurel," ucapku menghentikannya. "Nggak apa-apa. A

  • Hati Suamiku, Milik Pujaan Hatinya   Bab 114 Overdosis

    Sudut pandang Valerie:Aku tidak punya rencana.Aku bicara besar, tetapi aku sebenarnya tidak memiliki "rencana balas dendam" di dalam pikiranku. Menyakiti orang itu proyek besar dan memikirkannya saja sudah membuatku lelah."Apa pun yang kamu mau lakukan, kami ada untukmu," kata Aurel sambil melontarkan pandangan aneh ke Adrian.Aurel bisa saja berbicara untuk dirinya sendiri dan Liana dalam hal ini, tetapi canggung juga untuk mengecualikan Adrian begitu saja."Ya!" Adrian pura-pura tidak mengerti pandangan canggung Aurel, mengangguk dengan tegas, dan dengan suara yang tulus mengatakan, "Kami semua ada untukmu."Aurel mengalihkan pandangannya, menekan bibirnya ke bawah seolah-olah bibir itu mencoba tersenyum di luar kendalinya."Kamu akan tinggal denganku, 'kan?" Aurel mengalihkan topik yang dia mulai. "Aku juga membujuk Liana untuk tinggal di sini. Firma hukum Liana cuma 20 menit berjalan dari sini, dan kita bisa bertarung dengan bantal …."Hanya dalam satu menit, Aurel melirik Adria

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status