Share

6. Pertemuan Pertama

โ€œ๐˜œ๐˜จ๐˜ฉ โ€ฆ lukaku.โ€

Saat Helena melihat bekas jahitan di pinggang kanannya, dia merasa sedikit jijik. Luka ini seolah meninggalkan banyak trauma yang tak dapat Helena lupakan. Namun baginya, trauma merupakan hal yang lebih baik dihadapi saja agar berdamai dengan sendirinya. Meski sebagian dalam dirinya menolak akan hal tersebut.

Pagi di Berlin dapat mencapai 11 derajat atau bahkan kurang dari itu mengingat ini masih musim gugur. Terkadang hidung Helena akan terasa beku mendadak sebab dia sebenarnya tidak begitu kuat dengan suhu dingin. Meski begitu, Helena masih menikmati kota di negara ini.

Bisa dikatakan bahwa semalam adalah hari pertama Helena tidur di tempat tinggal yang baru yakni mansion Hanstedorf. Dia masih tidak menyangka bahwa kamarnya cukup luas, sedikit lebih dari kamar yang berada di apartemennya. Helena tidur cukup pulas yang menandakan dia memang nyaman. Pagi ini Helena akan sarapan untuk pertama kalinya di sini. Langkah kakinya menuruni anak tangga dengan perlahan.

โ€œHelena,โ€ panggil seseorang yang membuat langkah Helena terhenti. Helena kemudian menengok ke belakang.

โ€œHai Jason, ada apa?โ€

โ€œLuke ingin memintamu datang ke ruang kerjanya saat ini.โ€

โ€œOh? Baiklah. Aku akan segera ke sana. Terima kasih.โ€

Mendengar informasi tersebut Helena kembali menaiki anak tangga dan menuju ruang kerja Luke. Mungkin ada sesuatu yang penting, pikir Helena. Dia lalu mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan tersebut.

โ€œSelamat pagi โ€ฆ,โ€ sapa Helena yang disambut oleh senyum lesung pipi Luke.

โ€œAh, ini dia. Selamat pagi, Helena.โ€

โ€œApakah ada yang bisa kubantu atau kukerjakan?โ€ tanya Helena dengan nada ramah. Luke pagi ini terlihat begitu sibuk. Kadang Helena merasa bahwa Luke jarang tidur karena dia jarang melihat Luke keluar dari ruangan ini selain makan atau menerima tamu.

โ€œMaaf mengganggu waktu sarapanmu, tapi bisakah kamu mengantar dokumen ini ke kamar Nicholas?โ€

โ€œKe kamar โ€ฆ adikmu?โ€

โ€œYa, dia baru saja kembali tadi dan buru-buru ingin mendapat data dari perusahaan yang dia minta. Bisakah kamu mengantarkannya? Mungkin kamu dapat sekaligus berkenalan dengannya.โ€

Ada keheningan beberapa detik saat Helena menatap dokumen yang dipegang Luke tersebut. Jelas, dia tidak mungkin menolaknya. Hanya mengantarkan dokumen bukanlah tugas yang sulit. Tapi yang menjadi kendala adalah bagaimana Helena harus berhadapan dengan orang yang disebut Luke ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ itu?

โ€œTentu saja. Biar aku antarkan ini.โ€

โ€œTerima kasih, Helena. Kamarnya di lantai tiga paling ujung sebelah barat. Semoga kamu dapat berkenalan dengan baik.โ€

Helena kemudian menerima dokumen tersebut dan keluar dari ruang kerja Luke. Hatinya berdegup kala kakinya melangkah menaiki anak tangga dan berjalan ke ujung barat mansion tersebut. Sampailah dirinya di depan pintu kamar Nicholas. Helena menarik napasnya dalam untuk menenangkan diri. Dia harus rileks agar memberi kesan yang baik. Tak lama, Helena mengetuk pintu sampai suara pemilik kamar tersebut mengizinkan masuk.

Terlihat ada pria berambut putih seperti salju sedang duduk di meja kerjanya. Memakai kacamata dan menatap tajam ke arahnya saat Helena jalan mendekat. Kulitnya putih pucat, memakai kemeja berwarna abu gelap, dan Helena juga dapat melihat warna kebiruan di matanya. Sejujurnya Helena merasa cukup gugup meski dia telah memantapkan mentalnya untuk bertemu pria ini.

โ€œ๐˜œ๐˜ฉ๐˜ฎ โ€ฆ selamat pagi, tuan Nicholas. Namaku Helena Darvamawish, aku adalah Sekretaris baru tuan Luke. Maaf mengganggu waktumu tapi aku hanya ingin mengantar dokใ…กโ€

โ€œSudah pulih rupanya?โ€

Pertanyaan mendadak itu jelas membuat Helena terdiam sejenak. Merasa bingung dengan hal tersebut, Helena tak bisa merespon banyak.

โ€œHuh?โ€

โ€œKamu tidak ingat?โ€ sekali lagi pertanyaan itu membuat Helena mengerutkan kening. Entah apa maksud konteks pertanyaan tersebut tetapi apakah ini berhubungan dengan peristiwa 4 bulan lalu?

โ€œApa โ€ฆ yang harus kuingat?โ€ tanya Helena dengan ragu. Pria bernama Nicholas itu melepas kacamatanya dan berdiri dari tempat duduknya. Kepala Helena sedikit terangkat secara refleks saat Nicholas berjalan mendekat ke arahnya. Sungguh, pria ini sangatlah tinggi. Kemungkinan besar lebih tinggi dibanding Luke. Bahkan postur tubuhnya seperti model. Ini jelas pertama kalinya Helena dapat melihat pria yang biasa dia sebut berambut salju secara dekat. Helena tak menyangka bahwa Nicholas lebih seperti pangeran dari negeri dingin.

โ€œTidak mungkin kamu melupakannya, bukan?โ€

โ€œAku tidak mengerti maksudmu โ€ฆ.โ€

โ€œHelena, kamulah yang telah membuang waktuku untuk menyelamatkanmu.โ€

๐˜‹๐˜ถ๐˜จ!

Jantung Helena seketika berdetak kencang saat mendengar pernyataan tersebut. Pupilnya mengecil sebab rasa terkejut. Apakah ini orangnya? Si pria bertopeng misterius yang pernah menyelamatkannya 4 bulan lalu? Jika memang benar, berarti Helena dapat menyimpulkan bahwa sudah pasti ayahnya yang menghubungi pihak Hanstedorf untuk membantu menyelamatkannya. Meski merasa terkejut dengan pernyataan tiba-tiba itu, Helena tetap memasang wajah tenangnya.

โ€œAh โ€ฆ apakah kamu pria bertopeng itu?โ€

โ€œKamu menyimpan memori dengan baik di kepalamu.โ€

โ€œKenapa โ€ฆ kamu mau menyelamatkanku jika itu memberatkanmu?โ€ tanya Helena dengan berani. Nicholas terdiam sejenak sambil menatap Helena dengan cukup tajam. Terlihat sorot mata Helena seolah memintanya untuk memberikan jawaban.

โ€œTidak ada pilihan.โ€

โ€œTidak ada pilihan?โ€

โ€œAku sudah menolak tapi Luke bersikeras memintaku untuk ke Roma dengan dalih demi menyelamatkan nyawa seorang anak dari si jenius Darvamawish.โ€

Helena tak bergeming. Sudah dipastikan itu atas permohonan ayahnya juga untuk menyelamatkannya. Tetapi yang sedikit mengganjal adalah sepertinya pria ini bukanlah pria yang mudah untuk diperintah begitu saja meski butuh pemaksaan.

โ€œApakah itu permohonan dari ayahku?โ€

โ€œBukankah itu sudah jelas?โ€

Nicholas lalu mengambil dokumen yang dipegang Helena dan sedikit membaca per lembarnya secara cepat. Helena masih diam. Haruskah dirinya berterima kasih untuk itu?

โ€œTerima โ€ฆ kasih sudah menyelamatkanku saat itu. Meski itu menyita waktu terbaikmu,โ€ ucap Helena agak menunduk yang membuat Nicholas kembali menatapnya.

โ€œNick.โ€

โ€œHuh?โ€

โ€œPanggil saja Nick. Tanpa sebutan โ€˜tuanโ€™.โ€

Helena hanya berkedip menatap Nicholas saat mendengar hal itu. Sepertinya memang keluarga ini tidak menyukai hal yang terlalu formalitas. Meski kemungkinan besar itu hanya berlaku di rumah ini. Mungkin berbeda jika di luar sana?

โ€œBaiklah. Kalau begitu, aku akan pergi. Senang berkenalan denganmu, Nick,โ€ pamit Helena sambil tersenyum kemudian melangkah keluar dari kamar tersebut. Tatapan Nicholas terus tertuju kepada Helena sampai wanita tersebut menutup pintunya.

Helena langsung menghela napas berat tanda lega karena sudah keluar dari kamar tersebut. Sepanjang dirinya menghadapi pria bagai es itu, Helena sedikit menahan napas. Entah kenapa aura pria tersebut sangat berbeda dengan Luke. Seolah Helena sedang menghadapi ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ต๐˜ช๐˜ฉ yang sedang beristirahat.

Meski begitu, setidaknya Helena sudah mendapatkan jawaban dari apa yang dia pikirkan sebelumnya. Walau samar dalam ingatan Helena, pria bertopeng itu memang memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi. Dia masih tak menyangka akan bertemu dengan pria misterius tersebut di sini yang ternyata adalah anak dari keluarga Hanstedorf.

โ€œSemoga aku tidak selalu berhadapan dengannya di masa depan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status