โ๐๐จ๐ฉ โฆ lukaku.โ
Saat Helena melihat bekas jahitan di pinggang kanannya, dia merasa sedikit jijik. Luka ini seolah meninggalkan banyak trauma yang tak dapat Helena lupakan. Namun baginya, trauma merupakan hal yang lebih baik dihadapi saja agar berdamai dengan sendirinya. Meski sebagian dalam dirinya menolak akan hal tersebut. Pagi di Berlin dapat mencapai 11 derajat atau bahkan kurang dari itu mengingat ini masih musim gugur. Terkadang hidung Helena akan terasa beku mendadak sebab dia sebenarnya tidak begitu kuat dengan suhu dingin. Meski begitu, Helena masih menikmati kota di negara ini. Bisa dikatakan bahwa semalam adalah hari pertama Helena tidur di tempat tinggal yang baru yakni mansion Hanstedorf. Dia masih tidak menyangka bahwa kamarnya cukup luas, sedikit lebih dari kamar yang berada di apartemennya. Helena tidur cukup pulas yang menandakan dia memang nyaman. Pagi ini Helena akan sarapan untuk pertama kalinya di sini. Langkah kakinya menuruni anak tangga dengan perlahan. โHelena,โ panggil seseorang yang membuat langkah Helena terhenti. Helena kemudian menengok ke belakang. โHai Jason, ada apa?โ โLuke ingin memintamu datang ke ruang kerjanya saat ini.โ โOh? Baiklah. Aku akan segera ke sana. Terima kasih.โ Mendengar informasi tersebut Helena kembali menaiki anak tangga dan menuju ruang kerja Luke. Mungkin ada sesuatu yang penting, pikir Helena. Dia lalu mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan tersebut. โSelamat pagi โฆ,โ sapa Helena yang disambut oleh senyum lesung pipi Luke. โAh, ini dia. Selamat pagi, Helena.โ โApakah ada yang bisa kubantu atau kukerjakan?โ tanya Helena dengan nada ramah. Luke pagi ini terlihat begitu sibuk. Kadang Helena merasa bahwa Luke jarang tidur karena dia jarang melihat Luke keluar dari ruangan ini selain makan atau menerima tamu. โMaaf mengganggu waktu sarapanmu, tapi bisakah kamu mengantar dokumen ini ke kamar Nicholas?โ โKe kamar โฆ adikmu?โ โYa, dia baru saja kembali tadi dan buru-buru ingin mendapat data dari perusahaan yang dia minta. Bisakah kamu mengantarkannya? Mungkin kamu dapat sekaligus berkenalan dengannya.โ Ada keheningan beberapa detik saat Helena menatap dokumen yang dipegang Luke tersebut. Jelas, dia tidak mungkin menolaknya. Hanya mengantarkan dokumen bukanlah tugas yang sulit. Tapi yang menjadi kendala adalah bagaimana Helena harus berhadapan dengan orang yang disebut Luke ๐ฌ๐ถ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ณ๐ข๐ฎ๐ข๐ฉ itu? โTentu saja. Biar aku antarkan ini.โ โTerima kasih, Helena. Kamarnya di lantai tiga paling ujung sebelah barat. Semoga kamu dapat berkenalan dengan baik.โ Helena kemudian menerima dokumen tersebut dan keluar dari ruang kerja Luke. Hatinya berdegup kala kakinya melangkah menaiki anak tangga dan berjalan ke ujung barat mansion tersebut. Sampailah dirinya di depan pintu kamar Nicholas. Helena menarik napasnya dalam untuk menenangkan diri. Dia harus rileks agar memberi kesan yang baik. Tak lama, Helena mengetuk pintu sampai suara pemilik kamar tersebut mengizinkan masuk. Terlihat ada pria berambut putih seperti salju sedang duduk di meja kerjanya. Memakai kacamata dan menatap tajam ke arahnya saat Helena jalan mendekat. Kulitnya putih pucat, memakai kemeja berwarna abu gelap, dan Helena juga dapat melihat warna kebiruan di matanya. Sejujurnya Helena merasa cukup gugup meski dia telah memantapkan mentalnya untuk bertemu pria ini. โ๐๐ฉ๐ฎ โฆ selamat pagi, tuan Nicholas. Namaku Helena Darvamawish, aku adalah Sekretaris baru tuan Luke. Maaf mengganggu waktumu tapi aku hanya ingin mengantar dokใ กโ โSudah pulih rupanya?โ Pertanyaan mendadak itu jelas membuat Helena terdiam sejenak. Merasa bingung dengan hal tersebut, Helena tak bisa merespon banyak. โHuh?โ โKamu tidak ingat?โ sekali lagi pertanyaan itu membuat Helena mengerutkan kening. Entah apa maksud konteks pertanyaan tersebut tetapi apakah ini berhubungan dengan peristiwa 4 bulan lalu? โApa โฆ yang harus kuingat?โ tanya Helena dengan ragu. Pria bernama Nicholas itu melepas kacamatanya dan berdiri dari tempat duduknya. Kepala Helena sedikit terangkat secara refleks saat Nicholas berjalan mendekat ke arahnya. Sungguh, pria ini sangatlah tinggi. Kemungkinan besar lebih tinggi dibanding Luke. Bahkan postur tubuhnya seperti model. Ini jelas pertama kalinya Helena dapat melihat pria yang biasa dia sebut berambut salju secara dekat. Helena tak menyangka bahwa Nicholas lebih seperti pangeran dari negeri dingin. โTidak mungkin kamu melupakannya, bukan?โ โAku tidak mengerti maksudmu โฆ.โ โHelena, kamulah yang telah membuang waktuku untuk menyelamatkanmu.โ ๐๐ถ๐จ! Jantung Helena seketika berdetak kencang saat mendengar pernyataan tersebut. Pupilnya mengecil sebab rasa terkejut. Apakah ini orangnya? Si pria bertopeng misterius yang pernah menyelamatkannya 4 bulan lalu? Jika memang benar, berarti Helena dapat menyimpulkan bahwa sudah pasti ayahnya yang menghubungi pihak Hanstedorf untuk membantu menyelamatkannya. Meski merasa terkejut dengan pernyataan tiba-tiba itu, Helena tetap memasang wajah tenangnya. โAh โฆ apakah kamu pria bertopeng itu?โ โKamu menyimpan memori dengan baik di kepalamu.โ โKenapa โฆ kamu mau menyelamatkanku jika itu memberatkanmu?โ tanya Helena dengan berani. Nicholas terdiam sejenak sambil menatap Helena dengan cukup tajam. Terlihat sorot mata Helena seolah memintanya untuk memberikan jawaban. โTidak ada pilihan.โ โTidak ada pilihan?โ โAku sudah menolak tapi Luke bersikeras memintaku untuk ke Roma dengan dalih demi menyelamatkan nyawa seorang anak dari si jenius Darvamawish.โ Helena tak bergeming. Sudah dipastikan itu atas permohonan ayahnya juga untuk menyelamatkannya. Tetapi yang sedikit mengganjal adalah sepertinya pria ini bukanlah pria yang mudah untuk diperintah begitu saja meski butuh pemaksaan. โApakah itu permohonan dari ayahku?โ โBukankah itu sudah jelas?โ Nicholas lalu mengambil dokumen yang dipegang Helena dan sedikit membaca per lembarnya secara cepat. Helena masih diam. Haruskah dirinya berterima kasih untuk itu? โTerima โฆ kasih sudah menyelamatkanku saat itu. Meski itu menyita waktu terbaikmu,โ ucap Helena agak menunduk yang membuat Nicholas kembali menatapnya. โNick.โ โHuh?โ โPanggil saja Nick. Tanpa sebutan โtuanโ.โ Helena hanya berkedip menatap Nicholas saat mendengar hal itu. Sepertinya memang keluarga ini tidak menyukai hal yang terlalu formalitas. Meski kemungkinan besar itu hanya berlaku di rumah ini. Mungkin berbeda jika di luar sana? โBaiklah. Kalau begitu, aku akan pergi. Senang berkenalan denganmu, Nick,โ pamit Helena sambil tersenyum kemudian melangkah keluar dari kamar tersebut. Tatapan Nicholas terus tertuju kepada Helena sampai wanita tersebut menutup pintunya. Helena langsung menghela napas berat tanda lega karena sudah keluar dari kamar tersebut. Sepanjang dirinya menghadapi pria bagai es itu, Helena sedikit menahan napas. Entah kenapa aura pria tersebut sangat berbeda dengan Luke. Seolah Helena sedang menghadapi ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ถ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฑ๐ถ๐ต๐ช๐ฉ yang sedang beristirahat. Meski begitu, setidaknya Helena sudah mendapatkan jawaban dari apa yang dia pikirkan sebelumnya. Walau samar dalam ingatan Helena, pria bertopeng itu memang memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi. Dia masih tak menyangka akan bertemu dengan pria misterius tersebut di sini yang ternyata adalah anak dari keluarga Hanstedorf. โSemoga aku tidak selalu berhadapan dengannya di masa depan."Malam telah menunjukkan waktu dini hari dan Helena mendadak terbangun dengan keringat dingin di pelipisnya. Kepalanya terasa berat. Mimpi buruk tentang penculikannya mendadak menghantui alam bawah sadarnya. โSial โฆ ini bahkan masuk ke mimpiku,โ gerutu Helena sembari memegang kepalanya yang pusing. Kejadian itu memang membawa luka yang cukup dalam baginya. Tentu, tidak mungkin Helena akan lupa begitu saja. Namun Helena bersikeras untuk mengabaikan potongan-potongan memori buruk itu. Tapi siapa sangka itu akan membawanya ke dalam mimpi buruk.โAku harus minum sesuatu untuk menenangkanku,โ gumamnya lalu bangkit dari tempat tidur. Helena lalu melangkah keluar dari kamar dan terlihat lorong lantai ini begitu sunyi.โTentu saja semuanya sudah tidur.โMeski sepi, tetapi beruntung penerangan di mansion pada waktu ini masih terbilang cukup terang. Walau ada beberapa area yang gelap. Dapur berada di lantai paling dasar. Harus melewati pintu halaman belakang dulu untuk mencapai ke sana. Karena
โHahahahaha kita sebentar lagi akan menjadi kaya raya!โ ucap salah satu seorang pria dengan suara begitu keras, yang disusul oleh sorakan meriah dari beberapa pria lainnya di dalam ruangan tersebut. Suasana saat ini begitu pekat, berisik, dan kotor. Semua tampak begitu bahagia terkecuali satu orang yang mulutnya terikat sobekan kain dengan erat. Itu adalah seorang wanita yang keadaannya begitu lusuh dan penuh dengan beberapa luka di sekitar wajah serta tubuhnya. Kedua tangannya tak dapat bergerak sebab rantai yang mengikatnya begitu kuat. Dia hanya memasang wajah sendu dengan tubuh kecilnya yang sudah lemas. Matanya juga sembab dan dirinya berpikir bahwa jiwanya sudah tidak ada di raganya saat ini.Dia hanya ingin mati.Tapi itu tidak dibiarkan terjadi. Para penculik-penculik tersebut masih berusaha keras untuk membuatnya tetap hidup meski dia terus disiksa berkali-kali hanya untuk membuat sebuah ancaman kepada keluarganya. Bahkan air matanya saja sudah kering. Dia lelah. Dia hanya in
ใ ก 4 bulan kemudian ใ ก[Lena, apa kamu yakin akan melakukannya?] tanya seorang wanita paruh baya dari seberang telepon dengan nada khawatir. Helena yang masih berdandan di depan cermin pun menjawab dengan senyuman, walau senyumannya tersebut tak dapat dilihat oleh wanita paruh baya itu.โTidak apa-apa, Ibu. Aku baik-baik saja. Lagipula, aku hanya perlu menggantikan ayah saja โkan?โ[Itu memang benar tapi โฆ bagaimana dengan kondisimu?]โAku sehat 100%. Ibu tidak perlu khawatir, setelah acaranya usai, aku akan beristirahat.โ Helena mencoba menenangkan sang ibunda yang masih mengkhawatirkan kondisinya. Sudah 4 bulan berlalu semenjak kejadian mematikan itu terjadi. Helena jelas mengingat hal tersebut ketika dirinya tersadar dari koma selama dua bulan. Dia masih bisa merasakan bagaimana tubuhnya disiksa oleh para penculik, disuntik obat yang tidak diketahui, dan membuatnya tidak dapat pingsan dengan mudah. Keinginannya untuk mati pada saat itu sangat tinggi. Bahkan dia meminta maaf kepada k
Pagi telah datang dan Helena yang memang rajin bangun pagi sudah lebih dulu membuat teh hangat. Suasana pagi di Berlin cukup dingin meski Helena memakai piyama berbahan tebal. Tidak ada jadwal yang menanti hari ini jadi Helena memutuskan untuk bersantai saja di apartemennya. โApakah aku berbelanja saja nanti? Kebetulan makanan di sini juga hampir habis,โ gumamnya sambil berjalan menuju sofa dan membawa segelas teh hangat. Dia lalu duduk dengan santai dan meminum teh tersebut dengan nikmat. Setelahnya Helena membuka ponsel dan terdapat cukup banyak pemberitahuan dari keluarga dan juga teman-temannya.[๐๐๐จ๐จ๐๐๐๐จ] ๐๐ค๐ข ๐๐๐ฎ๐๐ฃ๐, ๐๐ฅ๐๐ ๐๐ ๐ ๐๐ข๐ช ๐๐๐ง๐๐จ๐ฉ๐๐ง๐๐๐๐ฉ ๐๐๐ฃ๐๐๐ฃ ๐๐๐๐ ? ๐๐๐ข๐ช ๐ฉ๐๐๐๐ ๐ ๐๐ก๐๐ก๐๐๐๐ฃ ๐จ๐๐๐ฉ ๐ข๐๐ฃ๐๐๐๐๐๐ง๐ ๐๐๐๐ง๐ ๐๐ฉ๐ช, ๐๐ช๐ ๐๐ฃ? ๐๐ค๐ข ๐๐ค๐ก๐ค๐ฃ๐ ๐๐ช๐๐ช๐ฃ๐๐ ๐๐๐ช ๐ฃ๐๐ฃ๐ฉ๐ ๐๐๐ฃ๐ฃ๐๐: ๐๐๐ , ๐๐ฅ๐ ๐ฅ๐๐จ๐จ๐ฌ๐ค๐ง๐ ๐ก๐๐ฅ๐ฉ๐ค๐ฅ๐ข๐ช ๐ฎ๐๐ฃ๐ ๐๐ ๐จ๐๐ฃ๐? ๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐จ๐จ๐: ๐๐๐
โAku harus segera mencari pekerjaan baru โฆ,โ gumam Helena dengan matanya yang agak lelah sebab sudah berjam-jam dirinya di depan laptop. Dirinya merevisi CV berkali-kali agar terlihat menarik para perusahaan. Sesekali dia meregangkan tangan dan tubuhnya itu. Lalu dia sedikit merintih saat bekas luka di bagian pinggang kanannya agak tertarik.โAduh! Luka ini.โJelas bahwa bekas luka itu berasal dari kejadian mematikan 4 bulan lalu. Sebenarnya Helena masih merasa takjub dengan dirinya sendiri karena masih dapat bertahan hidup hingga saat ini. Ya, meski itu memang tujuan para penculik untuk membuatnya tetap hidup agar dapat disiksa perlahan tetapi sedikit keberuntungannya itu membawa secercah kehidupan untuknya. Jika bukan karena pria misterius yang dulu pernah menyelamatkannya, mungkin tidak ada Helena saat ini.โKira-kira, siapa ya orang itu?โ gumamnya sambil bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya Helena masih merasa penasaran dengan pria bertopeng tak dikenal itu. Sebelumnya dia pernah
Hari telah berganti dan hari ini adalah hari pertama Helena bekerja di tempat keluarga Hanstedorf. Helena mengemasi beberapa barangnya untuk dibawa ke mansion tersebut. Sedikit demi sedikit dia akan membawa beberapa barang pentingnya pindah. Helena tidak berniat untuk mengosongkan apartemen begitu saja. Sebab, tempat itu dapat digunakan untuk keluarganya jika mereka berkunjung.Helena sendiri sebenarnya masih tidak menyangka akan mendapat pekerjaan baru dengan cara seperti ini. Entah itu hasil rekomendasi ayahnya atau bukan, setidaknya Helena dapat kembali beraktifitas. Lagipula dia merasa bahwa keluarga Hanstedorf memiliki kenyamanan tersendiri baginya. Dimulai dari Sarah, Luke, lalu Jason, semuanya ramah dan baik kepadanya. Helena tidak ingin terlalu naif tetapi bisa dikatakan bahwa instingnya selalu benar.Meski dirinya belum berkenalan lebih jauh dengan beberapa orang lainnya di mansion itu, tetapi itu sudah cukup bagi Helena. Helena ingin melakukan yang terbaik meski pekerjaannya