Share

5. Hari Pertama

Hari telah berganti dan hari ini adalah hari pertama Helena bekerja di tempat keluarga Hanstedorf. Helena mengemasi beberapa barangnya untuk dibawa ke mansion tersebut. Sedikit demi sedikit dia akan membawa beberapa barang pentingnya pindah. Helena tidak berniat untuk mengosongkan apartemen begitu saja. Sebab, tempat itu dapat digunakan untuk keluarganya jika mereka berkunjung.

Helena sendiri sebenarnya masih tidak menyangka akan mendapat pekerjaan baru dengan cara seperti ini. Entah itu hasil rekomendasi ayahnya atau bukan, setidaknya Helena dapat kembali beraktifitas. Lagipula dia merasa bahwa keluarga Hanstedorf memiliki kenyamanan tersendiri baginya. Dimulai dari Sarah, Luke, lalu Jason, semuanya ramah dan baik kepadanya. Helena tidak ingin terlalu naif tetapi bisa dikatakan bahwa instingnya selalu benar.

Meski dirinya belum berkenalan lebih jauh dengan beberapa orang lainnya di mansion itu, tetapi itu sudah cukup bagi Helena. Helena ingin melakukan yang terbaik meski pekerjaannya masih belum diketahui seberapa beratnya.

“Terima kasih sudah menjemputku, Josh. Semoga harimu menyenangkan,” ucap ramah Helena kepada supir pribadi keluarga Hanstedorf bernama Josh itu.

“Biar saya bantu untuk membawakan barang-barangmu,” ujar Josh namun Helena langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Ah tidak, tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri. Terima kasih banyak,” tolak Helena dengan ramah. Helena kemudian menarik napasnya perlahan sebelum masuk ke dalam mansion tersebut. Ternyata sudah ada Jason yang memang menyambutnya.

“Selamat pagi, Helena.”

“Selamat pagi juga, Jason. Wah, pakaianmu tampak berubah,” ucap Helena saat melihat warna pakaian Jason sedikit berubah menjadi abu-abu. Meski itu bukanlah hal penting untuk diperhatikan tetapi ini cukup menarik perhatian Helena.

“Dikatakan ini untuk menyambut hari pertama kerjamu.”

Oh? Sungguh?”

“Tentu. Silahkan ke ruangan Luke, dia sudah menunggu. Barangmu biar ku bawakan ke tempatmu,” Helena mengangguk tanda setuju, kemudian kakinya melangkah menaiki anak tangga beriringan dengan Jason di sebelahnya. Keduanya lalu berpisah sebab beda arah dan Helena pun menghampiri tempat kerja Luke.

𝘛𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬

Saat pemilik ruangan berkata, “Silahkan masuk,” Helena segera membuka pintu dan dengan santun memasuki ruangan tersebut. Seperti biasa, senyuman khas lesung pipi Luke langsung menghiasi pemandangan Helena pagi ini.

“Selamat pagi, Helena.”

“Selamat pagi juga, tuan Luke.”

“Panggil saja aku Luke. Sungguh itu terasa canggung jika kamu menambahkan kata ‘tuan’ di depannya,” ujar Luke yang membuat Helena sedikit gugup.

“Maaf. Aku hanya belum terbiasa.”

“Jangan terlalu gugup, Helena. Anggaplah aku sebagai teman barumu. Bukankah kamu cukup akrab dengan Sarah meski baru kenal?”

Pertanyaan itu sontak membuat Helena sedikit tak bergeming. Apa yang dikatakan Luke tidak salah tapi bukankah itu berbeda? Helena yakin kalau Sarah berumur lebih muda darinya dan juga kepribadian Sarah memang cocok untuk diajak berkomunikasi layaknya teman dekat. Bukannya Helena tidak ingin berteman dengan Luke tapi di mata Helena saat ini, Luke adalah atasannya.

“Ya, kamu benar ….”

“Anggap aku sebagai teman barumu juga. Sebenarnya aku tidak terlalu ingin terikat dengan julukan atasan-bawahan. Ya meski beberapa orang melakukannya. Tapi khusus untukmu adalah pengecualian. Karena jika begitu, maka bukankah aku harus memanggilmu nona mengingat ayahmu adalah atasanku?”

Ah, Helena paham sekarang. Meski merasa sedikit aneh, ini merupakan fakta baru untuk Helena sebab dia tidak menyangka bahwa ayahnya merupakan atasan Luke. Entah ini benar atau tidak tapi Helena tidak melihat adanya kebohongan pada sorot mata Luke. Luke hanya tersenyum saat melihat Helena tak bergeming lalu mengambil beberapa dokumen yang memang dipersiapkan untuk Helena.

“Karena ini hari pertamamu menjadi Sekretarisku, ini adalah pekerjaan untukmu. Kamu bisa melakukannya di sini agar aku dapat memantaunya. Yang perlu kamu lakukan hanya merapikan data dan mengatur jadwal yang tertera di dalam. Apakah kamu mengerti?”

Helena menerima beberapa tumpukan dokumen itu di tangannya. Dia lalu melihat ke arah meja baru dengan perlengkapan layaknya kantor di atasnya. Helena baru paham bahwa itu ternyata dipersiapkan untuknya karena sebelumnya, meja itu tidak ada di ruangan Luke.

Hm … aku mengerti. Tapi, apakah ini akan menjadi tempat kerjaku? Atau yang berada di kamar baruku?”

“Kamu bisa melakukan di kedua tempat tersebut. Untuk saat ini, lakukanlah di sini. Setelahnya bebas.”

Helena kemudian mengangguk paham dan menghela napasnya sebelum duduk ke meja tersebut. Meja itu memang lumayan berdekatan dengan Luke. Meski merasa sedikit gugup tapi Helena dengan mantap akan melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin.

Mansion milik keluarga Hanstedorf ini sangat luas. Saat Helena berkeliling sebelumnya dengan Jason, dia mengetahui beberapa hal yang membuatnya takjub. Ada sebuah lapangan golf yang cukup luas di halaman belakangnya lalu kolam renang dan lapangan tenis. Sekelilingnya dipenuhi oleh banyak jenis tanaman dan pohon yang melingkar. Membuat tempat ini sangat sejuk seolah sedang berada di istana negeri dongeng.

Saat sedang beristirahat seperti ini, Helena bebas untuk berkeliling mansion sendirian. Dia akan menyapa Lily yang merupakan satu-satunya pelayan di sini, lalu Willis si tukang kebun, dan Charles sang penjaga kebersihan. Sebenarnya tak banyak pekerja yang berada di sini. Menurut info Jason, ketiga orang tersebut sudah sangat lama bersama keluarga Hanstedorf, lebih tepatnya saat Luke masih remaja.

Lantai paling atas adalah lantai milik keluarga Hanstedorf secara pribadi. Kamar-kamar mereka ditempatkan di sana sedangkan lantai dua memiliki beberapa ruangan umum, ruangan kerja, serta kamar tamu. Kamar yang ditempati Helena tentu berada di lantai dua. Tepatnya di ujung barat dan tidak terlalu jauh dengan ruangan kerja Luke.

Meski mansion ini sangatlah megah, tapi yang mengisi sangatlah sedikit. Helena bertanya-tanya, di manakah para keluarga Hanstedorf berada? Bahkan dia belum pernah menemui Sarah lagi di sini. Saat Helena sedang melamun di halaman belakang, dia dikejutkan oleh datangnya Jason.

Oh kamu mengejutkanku.”

“Kenapa hanya berdiam diri? Jika kamu ingin berenang, lakukan saja.”

“Terima kasih untuk itu tapi aku sedang memikirkan sesuatu. Bolehkah aku bertanya padamu?”

“Apa yang ingin ditanyakan?”

“Tempat ini sangat luas tapi terasa cukup sunyi. Semenjak aku berada di sini, aku tidak melihat keluarga Hanstedorf lainnya selain Luke. Bahkan aku belum pernah melihat batang hidung Sarah di sini. Apakah hanya Luke yang tinggal di sini?”

Pertanyaan Helena terdengar dengan nada seperti anak yang sangat penasaran. Jason yang mendengar hal itu lalu tersenyum sebelum menjawab.

“Semua anggota keluarga Hanstedorf tinggal di sini kecuali sang tuan dan nyonya yang sudah lama pindah ke kota lain. Namun anak-anak mereka memiliki kesibukannya tersendiri dan jarang ada di rumah ini.”

Oh seperti itu. Kukira hanya Luke yang tinggal di sini.”

“Tidak, kedua adiknya masih tinggal di sini meski hanya Sarah yang lebih sering pulang dibandingkan 𝘕𝘪𝘤𝘩𝘰𝘭𝘢𝘴.”

Ada satu nama yang asing di telinga Helena. Namun ketika Helena ingin bertanya lebih lanjut, dia baru menyadari bahwa dirinya harus kembali menyelesaikan pekerjaannya dan segera kembali ke ruangan kerja Luke.

Saat melangkah masuk, Helena dapat melihat bahwa Luke sedang melakukan 𝘧𝘢𝘤𝘦 𝘤𝘢𝘭𝘭 dengan seseorang. Helena dengan sepelan mungkin tidak membuat kebisingan agar tidak mengganggu Luke. Kemudian dirinya dapat duduk nyaman di meja kerjanya.

Oh? Apakah transaksinya dipercepat? Bagaimana dengan targetnya?”

[Ya. Target sudah 𝘬𝘶𝘭𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 saat itu juga.]

“Kamu bergerak sangat cepat. Apakah kamu akan langsung pulang?”

[Mungkin. Kirimkan file yang kuminta agar ini segera selesai.]

“Sudah kukirimkan. Silahkan dicek kembali untuk memastikan.”

Meski Helena tidak ingin menguping, tetapi percakapan itu memang terdengar jelas di telinganya. Namun Helena tetap berusaha fokus mengerjakan pekerjaannya dan Luke kembali berbicara.

“Setelah kamu selesai dengan misimu, cepatlah kembali karena ada seseorang yang ingin ku perkenalkan padamu.”

[Siapa?]

“Kamu pasti mengetahuinya.”

[....]

Tak lama 𝘧𝘢𝘤𝘦 𝘤𝘢𝘭𝘭 itu dimatikan dan terlihat Luke hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Saat Luke menengok ke arah Helena, Helena segera memalingkan wajahnya.

“Tidak apa untuk mendengarnya, Helena.”

“Maaf, aku tidak bermaksud. Apakah itu adikmu?”

“Ya, itu adikku. Bagaimana kamu bisa menebaknya?”

“Hanya saja, aku mendengar kata ‘pulang’ di percakapan itu. Jadi aku asumsikan itu mungkin adikmu,” Helena sedikit merasa canggung karena pada dasarnya dia tidak berniat sama sekali untuk menguping. Tetapi telinganya lah yang memang menangkap percakapan tersebut.

“Ini adalah orang yang ingin ku perkenalkan padamu nanti. Tapi dia bukanlah orang yang ramah jadi aku akan meminta maaf kepadamu lebih dahulu.”

Ah tidak apa-apa. Aku paham setiap anggota keluarga memiliki kepribadian yang berbeda.”

“Berbeda … ya, dia memang sangat berbeda. Dibandingkan dengan saudaraku lainnya, dia seperti 𝘥𝘶𝘳𝘪 di antara banyaknya tanaman.”

Jelas pernyataan itu membuat salah satu alis Helena terangkat sedikit. Apakah adiknya itu seburuk itu? Bahkan menyebutnya dengan kata duri … entah kenapa ini membuat perasaannya menjadi tidak enak.

“Apakah nama adikmu itu adalah Nicholas?”

Hm? Apakah Jason yang memberitahumu?”

“Ya, Jason berkata bahwa kedua adikmu jarang berada di rumah.”

“Itu tidak salah karena memang benar adanya. Sarah sibuk dengan pemotretan dan baletnya tetapi dia masih lebih sering pulang dibandingkan Nick.”

Helena hanya mengangguk paham akan konfirmasi tersebut. Mendadak dia terpikirkan sesuatu namun pikiran itu cepat disingkirkan. Helena kemudian melanjutkan pekerjaan di hari pertamanya itu dengan nyaman.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status