Share

5. Hari Pertama

Penulis: Annelieser
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 07:41:39

Hari telah berganti dan hari ini adalah hari pertama Helena bekerja di tempat keluarga Hanstedorf. Helena mengemasi beberapa barangnya untuk dibawa ke mansion tersebut. Sedikit demi sedikit dia akan membawa beberapa barang pentingnya pindah. Helena tidak berniat untuk mengosongkan apartemen begitu saja. Sebab, tempat itu dapat digunakan untuk keluarganya jika mereka berkunjung.

Helena sendiri sebenarnya masih tidak menyangka akan mendapat pekerjaan baru dengan cara seperti ini. Entah itu hasil rekomendasi ayahnya atau bukan, setidaknya Helena dapat kembali beraktifitas. Lagipula dia merasa bahwa keluarga Hanstedorf memiliki kenyamanan tersendiri baginya. Dimulai dari Sarah, Luke, lalu Jason, semuanya ramah dan baik kepadanya. Helena tidak ingin terlalu naif tetapi bisa dikatakan bahwa instingnya selalu benar.

Meski dirinya belum berkenalan lebih jauh dengan beberapa orang lainnya di mansion itu, tetapi itu sudah cukup bagi Helena. Helena ingin melakukan yang terbaik meski pekerjaannya masih belum diketahui seberapa beratnya.

“Terima kasih sudah menjemputku, Josh. Semoga harimu menyenangkan,” ucap ramah Helena kepada supir pribadi keluarga Hanstedorf bernama Josh itu.

“Biar saya bantu untuk membawakan barang-barangmu,” ujar Josh namun Helena langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Ah tidak, tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri. Terima kasih banyak,” tolak Helena dengan ramah. Helena kemudian menarik napasnya perlahan sebelum masuk ke dalam mansion tersebut. Ternyata sudah ada Jason yang memang menyambutnya.

“Selamat pagi, Helena.”

“Selamat pagi juga, Jason. Wah, pakaianmu tampak berubah,” ucap Helena saat melihat warna pakaian Jason sedikit berubah menjadi abu-abu. Meski itu bukanlah hal penting untuk diperhatikan tetapi ini cukup menarik perhatian Helena.

“Dikatakan ini untuk menyambut hari pertama kerjamu.”

Oh? Sungguh?”

“Tentu. Silahkan ke ruangan Luke, dia sudah menunggu. Barangmu biar ku bawakan ke tempatmu,” Helena mengangguk tanda setuju, kemudian kakinya melangkah menaiki anak tangga beriringan dengan Jason di sebelahnya. Keduanya lalu berpisah sebab beda arah dan Helena pun menghampiri tempat kerja Luke.

𝘛𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬 𝘵𝘰𝘬

Saat pemilik ruangan berkata, “Silahkan masuk,” Helena segera membuka pintu dan dengan santun memasuki ruangan tersebut. Seperti biasa, senyuman khas lesung pipi Luke langsung menghiasi pemandangan Helena pagi ini.

“Selamat pagi, Helena.”

“Selamat pagi juga, tuan Luke.”

“Panggil saja aku Luke. Sungguh itu terasa canggung jika kamu menambahkan kata ‘tuan’ di depannya,” ujar Luke yang membuat Helena sedikit gugup.

“Maaf. Aku hanya belum terbiasa.”

“Jangan terlalu gugup, Helena. Anggaplah aku sebagai teman barumu. Bukankah kamu cukup akrab dengan Sarah meski baru kenal?”

Pertanyaan itu sontak membuat Helena sedikit tak bergeming. Apa yang dikatakan Luke tidak salah tapi bukankah itu berbeda? Helena yakin kalau Sarah berumur lebih muda darinya dan juga kepribadian Sarah memang cocok untuk diajak berkomunikasi layaknya teman dekat. Bukannya Helena tidak ingin berteman dengan Luke tapi di mata Helena saat ini, Luke adalah atasannya.

“Ya, kamu benar ….”

“Anggap aku sebagai teman barumu juga. Sebenarnya aku tidak terlalu ingin terikat dengan julukan atasan-bawahan. Ya meski beberapa orang melakukannya. Tapi khusus untukmu adalah pengecualian. Karena jika begitu, maka bukankah aku harus memanggilmu nona mengingat ayahmu adalah atasanku?”

Ah, Helena paham sekarang. Meski merasa sedikit aneh, ini merupakan fakta baru untuk Helena sebab dia tidak menyangka bahwa ayahnya merupakan atasan Luke. Entah ini benar atau tidak tapi Helena tidak melihat adanya kebohongan pada sorot mata Luke. Luke hanya tersenyum saat melihat Helena tak bergeming lalu mengambil beberapa dokumen yang memang dipersiapkan untuk Helena.

“Karena ini hari pertamamu menjadi Sekretarisku, ini adalah pekerjaan untukmu. Kamu bisa melakukannya di sini agar aku dapat memantaunya. Yang perlu kamu lakukan hanya merapikan data dan mengatur jadwal yang tertera di dalam. Apakah kamu mengerti?”

Helena menerima beberapa tumpukan dokumen itu di tangannya. Dia lalu melihat ke arah meja baru dengan perlengkapan layaknya kantor di atasnya. Helena baru paham bahwa itu ternyata dipersiapkan untuknya karena sebelumnya, meja itu tidak ada di ruangan Luke.

Hm … aku mengerti. Tapi, apakah ini akan menjadi tempat kerjaku? Atau yang berada di kamar baruku?”

“Kamu bisa melakukan di kedua tempat tersebut. Untuk saat ini, lakukanlah di sini. Setelahnya bebas.”

Helena kemudian mengangguk paham dan menghela napasnya sebelum duduk ke meja tersebut. Meja itu memang lumayan berdekatan dengan Luke. Meski merasa sedikit gugup tapi Helena dengan mantap akan melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin.

Mansion milik keluarga Hanstedorf ini sangat luas. Saat Helena berkeliling sebelumnya dengan Jason, dia mengetahui beberapa hal yang membuatnya takjub. Ada sebuah lapangan golf yang cukup luas di halaman belakangnya lalu kolam renang dan lapangan tenis. Sekelilingnya dipenuhi oleh banyak jenis tanaman dan pohon yang melingkar. Membuat tempat ini sangat sejuk seolah sedang berada di istana negeri dongeng.

Saat sedang beristirahat seperti ini, Helena bebas untuk berkeliling mansion sendirian. Dia akan menyapa Lily yang merupakan satu-satunya pelayan di sini, lalu Willis si tukang kebun, dan Charles sang penjaga kebersihan. Sebenarnya tak banyak pekerja yang berada di sini. Menurut info Jason, ketiga orang tersebut sudah sangat lama bersama keluarga Hanstedorf, lebih tepatnya saat Luke masih remaja.

Lantai paling atas adalah lantai milik keluarga Hanstedorf secara pribadi. Kamar-kamar mereka ditempatkan di sana sedangkan lantai dua memiliki beberapa ruangan umum, ruangan kerja, serta kamar tamu. Kamar yang ditempati Helena tentu berada di lantai dua. Tepatnya di ujung barat dan tidak terlalu jauh dengan ruangan kerja Luke.

Meski mansion ini sangatlah megah, tapi yang mengisi sangatlah sedikit. Helena bertanya-tanya, di manakah para keluarga Hanstedorf berada? Bahkan dia belum pernah menemui Sarah lagi di sini. Saat Helena sedang melamun di halaman belakang, dia dikejutkan oleh datangnya Jason.

Oh kamu mengejutkanku.”

“Kenapa hanya berdiam diri? Jika kamu ingin berenang, lakukan saja.”

“Terima kasih untuk itu tapi aku sedang memikirkan sesuatu. Bolehkah aku bertanya padamu?”

“Apa yang ingin ditanyakan?”

“Tempat ini sangat luas tapi terasa cukup sunyi. Semenjak aku berada di sini, aku tidak melihat keluarga Hanstedorf lainnya selain Luke. Bahkan aku belum pernah melihat batang hidung Sarah di sini. Apakah hanya Luke yang tinggal di sini?”

Pertanyaan Helena terdengar dengan nada seperti anak yang sangat penasaran. Jason yang mendengar hal itu lalu tersenyum sebelum menjawab.

“Semua anggota keluarga Hanstedorf tinggal di sini kecuali sang tuan dan nyonya yang sudah lama pindah ke kota lain. Namun anak-anak mereka memiliki kesibukannya tersendiri dan jarang ada di rumah ini.”

Oh seperti itu. Kukira hanya Luke yang tinggal di sini.”

“Tidak, kedua adiknya masih tinggal di sini meski hanya Sarah yang lebih sering pulang dibandingkan 𝘕𝘪𝘤𝘩𝘰𝘭𝘢𝘴.”

Ada satu nama yang asing di telinga Helena. Namun ketika Helena ingin bertanya lebih lanjut, dia baru menyadari bahwa dirinya harus kembali menyelesaikan pekerjaannya dan segera kembali ke ruangan kerja Luke.

Saat melangkah masuk, Helena dapat melihat bahwa Luke sedang melakukan 𝘧𝘢𝘤𝘦 𝘤𝘢𝘭𝘭 dengan seseorang. Helena dengan sepelan mungkin tidak membuat kebisingan agar tidak mengganggu Luke. Kemudian dirinya dapat duduk nyaman di meja kerjanya.

Oh? Apakah transaksinya dipercepat? Bagaimana dengan targetnya?”

[Ya. Target sudah 𝘬𝘶𝘭𝘦𝘯𝘺𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯 saat itu juga.]

“Kamu bergerak sangat cepat. Apakah kamu akan langsung pulang?”

[Mungkin. Kirimkan file yang kuminta agar ini segera selesai.]

“Sudah kukirimkan. Silahkan dicek kembali untuk memastikan.”

Meski Helena tidak ingin menguping, tetapi percakapan itu memang terdengar jelas di telinganya. Namun Helena tetap berusaha fokus mengerjakan pekerjaannya dan Luke kembali berbicara.

“Setelah kamu selesai dengan misimu, cepatlah kembali karena ada seseorang yang ingin ku perkenalkan padamu.”

[Siapa?]

“Kamu pasti mengetahuinya.”

[....]

Tak lama 𝘧𝘢𝘤𝘦 𝘤𝘢𝘭𝘭 itu dimatikan dan terlihat Luke hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Saat Luke menengok ke arah Helena, Helena segera memalingkan wajahnya.

“Tidak apa untuk mendengarnya, Helena.”

“Maaf, aku tidak bermaksud. Apakah itu adikmu?”

“Ya, itu adikku. Bagaimana kamu bisa menebaknya?”

“Hanya saja, aku mendengar kata ‘pulang’ di percakapan itu. Jadi aku asumsikan itu mungkin adikmu,” Helena sedikit merasa canggung karena pada dasarnya dia tidak berniat sama sekali untuk menguping. Tetapi telinganya lah yang memang menangkap percakapan tersebut.

“Ini adalah orang yang ingin ku perkenalkan padamu nanti. Tapi dia bukanlah orang yang ramah jadi aku akan meminta maaf kepadamu lebih dahulu.”

Ah tidak apa-apa. Aku paham setiap anggota keluarga memiliki kepribadian yang berbeda.”

“Berbeda … ya, dia memang sangat berbeda. Dibandingkan dengan saudaraku lainnya, dia seperti 𝘥𝘶𝘳𝘪 di antara banyaknya tanaman.”

Jelas pernyataan itu membuat salah satu alis Helena terangkat sedikit. Apakah adiknya itu seburuk itu? Bahkan menyebutnya dengan kata duri … entah kenapa ini membuat perasaannya menjadi tidak enak.

“Apakah nama adikmu itu adalah Nicholas?”

Hm? Apakah Jason yang memberitahumu?”

“Ya, Jason berkata bahwa kedua adikmu jarang berada di rumah.”

“Itu tidak salah karena memang benar adanya. Sarah sibuk dengan pemotretan dan baletnya tetapi dia masih lebih sering pulang dibandingkan Nick.”

Helena hanya mengangguk paham akan konfirmasi tersebut. Mendadak dia terpikirkan sesuatu namun pikiran itu cepat disingkirkan. Helena kemudian melanjutkan pekerjaan di hari pertamanya itu dengan nyaman.

Bab terkait

  • Hati Sang Bayangan   6. Pertemuan Pertama

    “𝘜𝘨𝘩 … lukaku.” Saat Helena melihat bekas jahitan di pinggang kanannya, dia merasa sedikit jijik. Luka ini seolah meninggalkan banyak trauma yang tak dapat Helena lupakan. Namun baginya, trauma merupakan hal yang lebih baik dihadapi saja agar berdamai dengan sendirinya. Meski sebagian dalam dirinya menolak akan hal tersebut. Pagi di Berlin dapat mencapai 11 derajat atau bahkan kurang dari itu mengingat ini masih musim gugur. Terkadang hidung Helena akan terasa beku mendadak sebab dia sebenarnya tidak begitu kuat dengan suhu dingin. Meski begitu, Helena masih menikmati kota di negara ini. Bisa dikatakan bahwa semalam adalah hari pertama Helena tidur di tempat tinggal yang baru yakni mansion Hanstedorf. Dia masih tidak menyangka bahwa kamarnya cukup luas, sedikit lebih dari kamar yang berada di apartemennya. Helena tidur cukup pulas yang menandakan dia memang nyaman. Pagi ini Helena akan sarapan untuk pertama kalinya di sini. Langkah kakinya menuruni anak tangga dengan perlahan. “

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Hati Sang Bayangan   7. Nightmare

    Malam telah menunjukkan waktu dini hari dan Helena mendadak terbangun dengan keringat dingin di pelipisnya. Kepalanya terasa berat. Mimpi buruk tentang penculikannya mendadak menghantui alam bawah sadarnya. “Sial … ini bahkan masuk ke mimpiku,” gerutu Helena sembari memegang kepalanya yang pusing. Kejadian itu memang membawa luka yang cukup dalam baginya. Tentu, tidak mungkin Helena akan lupa begitu saja. Namun Helena bersikeras untuk mengabaikan potongan-potongan memori buruk itu. Tapi siapa sangka itu akan membawanya ke dalam mimpi buruk.“Aku harus minum sesuatu untuk menenangkanku,” gumamnya lalu bangkit dari tempat tidur. Helena lalu melangkah keluar dari kamar dan terlihat lorong lantai ini begitu sunyi.“Tentu saja semuanya sudah tidur.”Meski sepi, tetapi beruntung penerangan di mansion pada waktu ini masih terbilang cukup terang. Walau ada beberapa area yang gelap. Dapur berada di lantai paling dasar. Harus melewati pintu halaman belakang dulu untuk mencapai ke sana. Karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Hati Sang Bayangan   8. Plan

    Pagi telah menyinari dan wajah Helena terlihat tidak begitu bagus saat ini. Hal itu disebabkan oleh kepingan memori buruknya yang masih menghantui pemikirannya malam itu. Beruntung Helena dapat memaksakan diri untuk tidur. Jika tidak, dia benar-benar akan terlihat seperti mayat hari ini.“Apakah tidak ada cara untuk melenyapkan memori buruk itu?” gerutunya yang kesal sendiri. Meski seperti kurang tidur, Helena tetap dapat bangun pagi untuk menjalani aktivitasnya sebagai Sekretaris. Dirinya bahkan sudah rapi dengan cepat. Yang perlu dilakukannya saat ini adalah sarapan lalu mengerjakan pekerjaannya.Ketika Helena keluar dari kamar, samar-samar dia mendengar suara keributan di lantai dasar. Sepertinya itu dari arah meja makan. Helena melangkah menuruni tangga dan suara itu terdengar semakin jelas. Yang menarik adalah Helena seperti mengenali suara ini.“Kenapa kamu tidak menjemputku?!”“Ada Josh, kenapa harus aku?”“Jarak dari sini ke Hotel lebih jauh daripada jarak darimu di bandara!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Hati Sang Bayangan   9. Kereta

    “Kenapa harus dengannya…,” gumam Helena dalam hati saat dirinya kini sedang menunggu kereta untuk datang. Helena paham bahwa menjadi Sekretaris itu kemungkinan besar akan mengikuti ke mana sang tuan pergi, terlebih jika ada urusan yang sangat penting. Meski Helena baru beberapa hari bekerja di kediaman Hanstedorf, kini dia harus menemani sang atasan untuk mengunjungi acara resmi. Tidak ada yang salah dengan ini, Helena juga akan melakukannya karena itu memang pekerjaannya. Namun yang menjadi masalah adalah dirinya tidak pergi bersama Luke.“Dia bahkan memasang ekspresi seperti itu. Sepertinya suasana hatinya kurang baik. Uhh apa yang harus kulakukan?” Helena sesekali melirik ke arah pria berambut salju itu, yang hanya diam dengan mimik wajah seolah ingin menerkam seseorang. Bahkan dari awal mereka berangkat bersama menuju stasiun, Nicholas sama sekali tidak berbicara sepatah katapun kepada Helena. Ini sedikit membuat Helena merasa canggung sekaligus waspada.Sebenarnya Helena juga tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Hati Sang Bayangan   10. Kereta (2)

    “Uhh bukankah orang itu sudah gila?” gerutu Helena saat dirinya menjauh dari Nicholas. Berbicara dengan Nicholas masalah penculikan dan bunuh membunuh itu membuat Helena sakit kepala. Akhirnya dia memutuskan untuk ke restoran yang memang tersedia di kereta ini. Meminum kopi dengan sedikit camilan mungkin dapat membuat pikirannya lebih tenang.Restoran ini cukup bagus dan tidak terlalu banyak orang, yang menjadikan suasananya tenang dan damai. Terdengar lantunan lagu-lagu yang dapat dinikmati sembari melihati pemandangan dari jendela kereta, suasana inilah yang disenangi Helena. “Tidakkah dia lapar atau haus?” gumam Helena kala memikirkan Nicholas yang sepertinya masih asik berkutat dengan buku klasiknya itu. “Kurasa aku harus menawarinya sesuatu.”Memutuskan untuk kembali ke Nicholas mungkin pilihan yang tidak buruk. Setidaknya, pria itu masih atasannya. Tidak mungkin bagi Helena untuk terus menghindar meski rasanya aneh karena mengingat pembicaraan mereka sebelumnya. Saat Helena hen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Hati Sang Bayangan   11. Dortmund

    Dortmund merupakan salah satu kota terbesar yang terletak di wilayah bagian barat Jerman dan masuk ke dalam Rhine Utara-Westphalia. Disebut sebagai metropolitan hijau sebab meski kota ini termasuk kota industri, sebagian wilayahnya terdiri atas jalur air, hutan, ladang, dan ruang hijau seperti Westfalenpark dan Rombergpark.Seperti yang dikatakan Nicholas sebelumnya, kota ini terlihat sama seperti Berlin. Namun jika dilihat lebih jelas, terdapat beberapa perbedaan suasananya. Angin menerpa rambut Helena saat dirinya sudah menginjakkan kaki di kota Dortmund itu. “Wah … tempat ini terasa berbeda.”Suasana hati Helena kian membaik setelah dirinya sudah keluar dari kereta itu. Mengingat kejadian sebelumnya, Helena masih merasa malu. Dia bahkan tidak terlalu banyak bicara dengan Nicholas. Memikirkan bagaimana dia memilih pilihan untuk bersembunyi di kamar mandi yang sempit adalah tindakan konyol. Ya, setidaknya dirinya selamat dari pria pemabuk itu.Mobil sedan hitam menghampiri mereka sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Hati Sang Bayangan   12. Dortmund (2)

    “Oh astaga! Sudah jam berapa ini?!” pekik Helena saat dirinya terbangun dengan perasaan terkejut sambil mencari-cari ponselnya. Jam sudah menunjukkan sore hari, waktu yang cukup lama untuk tertidur. Helena pun segera bangun dengan rambutnya yang tidak beraturan. Bahkan dirinya masih memakai pakaian yang sama dari Berlin. “Ah kenapa aku malah tertidur seperti ini ….” gumam Helena yang kakinya langsung melangkah cepat keluar dari kamar. Suasana ruangan hotel VIP ini terasa sepi. Hal ini tentu membuat Helena menjadi bertanya-tanya, “Apakah Nick belum kembali?”Saat dirinya berjalan menuju ruang tengah, Helena tidak merasakan ada siapapun di sini selain keberadaan dirinya. Matanya pun berkeliling melihat keseluruhan ruangan tersebut. Kamar VIP ini benar-benar luas. Sepertinya ini adalah jenis Presidential Suite mengingat adanya ruang TV di tengah, 2 kamar tidur, serta bar kecil. Kemewahan ruangan ini sungguh membuat Helena takjub. Tak sadar dirinya melangkah mendekati pintu yang sepertin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Hati Sang Bayangan   13. Dortmund : Westfalenpark (3)

    “Ini ….”Westfalenpark, sebuah taman penghijauan yang terletak di tengah kota Dortmund. Taman ini bisa disebut sebagai paru-paru hijau sebab dipenuhi banyaknya padang rumput, pepohonan, dan bunga-bunga. Siapapun yang menapakkan kakinya di taman ini, akan disuguhi pemandangan asri yang menyejukkan. Meski hari sudah petang namun masih banyak pengunjung yang datang untuk sekedar jalan-jalan atau menikmati suasana musim gugur di sore hari. Terlihat mata Helena yang berbinar saat melihat sepanjang sisinya terdapat bunga-bunga yang cantik. Dia juga dapat melihat ada beberapa anak-anak yang sedang bermain.“Belum pernah ke sini, bukan?” tanya Nicholas ketika melihat Helena yang matanya sibuk berkeliling seolah takjub. Helena lalu mengangguk senang.“Ini sungguh indah! Aku menyukai taman yang seperti ini. Oh aku akan memotret bunga itu,” Helena segera mengeluarkan ponselnya dan mulai mengambil gambar sebanyak mungkin. Nicholas hanya diam memperhatikan wanita itu dengan kedua tangannya dimasuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05

Bab terbaru

  • Hati Sang Bayangan   13. Dortmund : Westfalenpark (3)

    “Ini ….”Westfalenpark, sebuah taman penghijauan yang terletak di tengah kota Dortmund. Taman ini bisa disebut sebagai paru-paru hijau sebab dipenuhi banyaknya padang rumput, pepohonan, dan bunga-bunga. Siapapun yang menapakkan kakinya di taman ini, akan disuguhi pemandangan asri yang menyejukkan. Meski hari sudah petang namun masih banyak pengunjung yang datang untuk sekedar jalan-jalan atau menikmati suasana musim gugur di sore hari. Terlihat mata Helena yang berbinar saat melihat sepanjang sisinya terdapat bunga-bunga yang cantik. Dia juga dapat melihat ada beberapa anak-anak yang sedang bermain.“Belum pernah ke sini, bukan?” tanya Nicholas ketika melihat Helena yang matanya sibuk berkeliling seolah takjub. Helena lalu mengangguk senang.“Ini sungguh indah! Aku menyukai taman yang seperti ini. Oh aku akan memotret bunga itu,” Helena segera mengeluarkan ponselnya dan mulai mengambil gambar sebanyak mungkin. Nicholas hanya diam memperhatikan wanita itu dengan kedua tangannya dimasuk

  • Hati Sang Bayangan   12. Dortmund (2)

    “Oh astaga! Sudah jam berapa ini?!” pekik Helena saat dirinya terbangun dengan perasaan terkejut sambil mencari-cari ponselnya. Jam sudah menunjukkan sore hari, waktu yang cukup lama untuk tertidur. Helena pun segera bangun dengan rambutnya yang tidak beraturan. Bahkan dirinya masih memakai pakaian yang sama dari Berlin. “Ah kenapa aku malah tertidur seperti ini ….” gumam Helena yang kakinya langsung melangkah cepat keluar dari kamar. Suasana ruangan hotel VIP ini terasa sepi. Hal ini tentu membuat Helena menjadi bertanya-tanya, “Apakah Nick belum kembali?”Saat dirinya berjalan menuju ruang tengah, Helena tidak merasakan ada siapapun di sini selain keberadaan dirinya. Matanya pun berkeliling melihat keseluruhan ruangan tersebut. Kamar VIP ini benar-benar luas. Sepertinya ini adalah jenis Presidential Suite mengingat adanya ruang TV di tengah, 2 kamar tidur, serta bar kecil. Kemewahan ruangan ini sungguh membuat Helena takjub. Tak sadar dirinya melangkah mendekati pintu yang sepertin

  • Hati Sang Bayangan   11. Dortmund

    Dortmund merupakan salah satu kota terbesar yang terletak di wilayah bagian barat Jerman dan masuk ke dalam Rhine Utara-Westphalia. Disebut sebagai metropolitan hijau sebab meski kota ini termasuk kota industri, sebagian wilayahnya terdiri atas jalur air, hutan, ladang, dan ruang hijau seperti Westfalenpark dan Rombergpark.Seperti yang dikatakan Nicholas sebelumnya, kota ini terlihat sama seperti Berlin. Namun jika dilihat lebih jelas, terdapat beberapa perbedaan suasananya. Angin menerpa rambut Helena saat dirinya sudah menginjakkan kaki di kota Dortmund itu. “Wah … tempat ini terasa berbeda.”Suasana hati Helena kian membaik setelah dirinya sudah keluar dari kereta itu. Mengingat kejadian sebelumnya, Helena masih merasa malu. Dia bahkan tidak terlalu banyak bicara dengan Nicholas. Memikirkan bagaimana dia memilih pilihan untuk bersembunyi di kamar mandi yang sempit adalah tindakan konyol. Ya, setidaknya dirinya selamat dari pria pemabuk itu.Mobil sedan hitam menghampiri mereka sa

  • Hati Sang Bayangan   10. Kereta (2)

    “Uhh bukankah orang itu sudah gila?” gerutu Helena saat dirinya menjauh dari Nicholas. Berbicara dengan Nicholas masalah penculikan dan bunuh membunuh itu membuat Helena sakit kepala. Akhirnya dia memutuskan untuk ke restoran yang memang tersedia di kereta ini. Meminum kopi dengan sedikit camilan mungkin dapat membuat pikirannya lebih tenang.Restoran ini cukup bagus dan tidak terlalu banyak orang, yang menjadikan suasananya tenang dan damai. Terdengar lantunan lagu-lagu yang dapat dinikmati sembari melihati pemandangan dari jendela kereta, suasana inilah yang disenangi Helena. “Tidakkah dia lapar atau haus?” gumam Helena kala memikirkan Nicholas yang sepertinya masih asik berkutat dengan buku klasiknya itu. “Kurasa aku harus menawarinya sesuatu.”Memutuskan untuk kembali ke Nicholas mungkin pilihan yang tidak buruk. Setidaknya, pria itu masih atasannya. Tidak mungkin bagi Helena untuk terus menghindar meski rasanya aneh karena mengingat pembicaraan mereka sebelumnya. Saat Helena hen

  • Hati Sang Bayangan   9. Kereta

    “Kenapa harus dengannya…,” gumam Helena dalam hati saat dirinya kini sedang menunggu kereta untuk datang. Helena paham bahwa menjadi Sekretaris itu kemungkinan besar akan mengikuti ke mana sang tuan pergi, terlebih jika ada urusan yang sangat penting. Meski Helena baru beberapa hari bekerja di kediaman Hanstedorf, kini dia harus menemani sang atasan untuk mengunjungi acara resmi. Tidak ada yang salah dengan ini, Helena juga akan melakukannya karena itu memang pekerjaannya. Namun yang menjadi masalah adalah dirinya tidak pergi bersama Luke.“Dia bahkan memasang ekspresi seperti itu. Sepertinya suasana hatinya kurang baik. Uhh apa yang harus kulakukan?” Helena sesekali melirik ke arah pria berambut salju itu, yang hanya diam dengan mimik wajah seolah ingin menerkam seseorang. Bahkan dari awal mereka berangkat bersama menuju stasiun, Nicholas sama sekali tidak berbicara sepatah katapun kepada Helena. Ini sedikit membuat Helena merasa canggung sekaligus waspada.Sebenarnya Helena juga tid

  • Hati Sang Bayangan   8. Plan

    Pagi telah menyinari dan wajah Helena terlihat tidak begitu bagus saat ini. Hal itu disebabkan oleh kepingan memori buruknya yang masih menghantui pemikirannya malam itu. Beruntung Helena dapat memaksakan diri untuk tidur. Jika tidak, dia benar-benar akan terlihat seperti mayat hari ini.“Apakah tidak ada cara untuk melenyapkan memori buruk itu?” gerutunya yang kesal sendiri. Meski seperti kurang tidur, Helena tetap dapat bangun pagi untuk menjalani aktivitasnya sebagai Sekretaris. Dirinya bahkan sudah rapi dengan cepat. Yang perlu dilakukannya saat ini adalah sarapan lalu mengerjakan pekerjaannya.Ketika Helena keluar dari kamar, samar-samar dia mendengar suara keributan di lantai dasar. Sepertinya itu dari arah meja makan. Helena melangkah menuruni tangga dan suara itu terdengar semakin jelas. Yang menarik adalah Helena seperti mengenali suara ini.“Kenapa kamu tidak menjemputku?!”“Ada Josh, kenapa harus aku?”“Jarak dari sini ke Hotel lebih jauh daripada jarak darimu di bandara!”

  • Hati Sang Bayangan   7. Nightmare

    Malam telah menunjukkan waktu dini hari dan Helena mendadak terbangun dengan keringat dingin di pelipisnya. Kepalanya terasa berat. Mimpi buruk tentang penculikannya mendadak menghantui alam bawah sadarnya. “Sial … ini bahkan masuk ke mimpiku,” gerutu Helena sembari memegang kepalanya yang pusing. Kejadian itu memang membawa luka yang cukup dalam baginya. Tentu, tidak mungkin Helena akan lupa begitu saja. Namun Helena bersikeras untuk mengabaikan potongan-potongan memori buruk itu. Tapi siapa sangka itu akan membawanya ke dalam mimpi buruk.“Aku harus minum sesuatu untuk menenangkanku,” gumamnya lalu bangkit dari tempat tidur. Helena lalu melangkah keluar dari kamar dan terlihat lorong lantai ini begitu sunyi.“Tentu saja semuanya sudah tidur.”Meski sepi, tetapi beruntung penerangan di mansion pada waktu ini masih terbilang cukup terang. Walau ada beberapa area yang gelap. Dapur berada di lantai paling dasar. Harus melewati pintu halaman belakang dulu untuk mencapai ke sana. Karena

  • Hati Sang Bayangan   6. Pertemuan Pertama

    “𝘜𝘨𝘩 … lukaku.” Saat Helena melihat bekas jahitan di pinggang kanannya, dia merasa sedikit jijik. Luka ini seolah meninggalkan banyak trauma yang tak dapat Helena lupakan. Namun baginya, trauma merupakan hal yang lebih baik dihadapi saja agar berdamai dengan sendirinya. Meski sebagian dalam dirinya menolak akan hal tersebut. Pagi di Berlin dapat mencapai 11 derajat atau bahkan kurang dari itu mengingat ini masih musim gugur. Terkadang hidung Helena akan terasa beku mendadak sebab dia sebenarnya tidak begitu kuat dengan suhu dingin. Meski begitu, Helena masih menikmati kota di negara ini. Bisa dikatakan bahwa semalam adalah hari pertama Helena tidur di tempat tinggal yang baru yakni mansion Hanstedorf. Dia masih tidak menyangka bahwa kamarnya cukup luas, sedikit lebih dari kamar yang berada di apartemennya. Helena tidur cukup pulas yang menandakan dia memang nyaman. Pagi ini Helena akan sarapan untuk pertama kalinya di sini. Langkah kakinya menuruni anak tangga dengan perlahan. “

  • Hati Sang Bayangan   5. Hari Pertama

    Hari telah berganti dan hari ini adalah hari pertama Helena bekerja di tempat keluarga Hanstedorf. Helena mengemasi beberapa barangnya untuk dibawa ke mansion tersebut. Sedikit demi sedikit dia akan membawa beberapa barang pentingnya pindah. Helena tidak berniat untuk mengosongkan apartemen begitu saja. Sebab, tempat itu dapat digunakan untuk keluarganya jika mereka berkunjung.Helena sendiri sebenarnya masih tidak menyangka akan mendapat pekerjaan baru dengan cara seperti ini. Entah itu hasil rekomendasi ayahnya atau bukan, setidaknya Helena dapat kembali beraktifitas. Lagipula dia merasa bahwa keluarga Hanstedorf memiliki kenyamanan tersendiri baginya. Dimulai dari Sarah, Luke, lalu Jason, semuanya ramah dan baik kepadanya. Helena tidak ingin terlalu naif tetapi bisa dikatakan bahwa instingnya selalu benar.Meski dirinya belum berkenalan lebih jauh dengan beberapa orang lainnya di mansion itu, tetapi itu sudah cukup bagi Helena. Helena ingin melakukan yang terbaik meski pekerjaannya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status