“Aku harus segera mencari pekerjaan baru …,” gumam Helena dengan matanya yang agak lelah sebab sudah berjam-jam dirinya di depan laptop. Dirinya merevisi CV berkali-kali agar terlihat menarik para perusahaan. Sesekali dia meregangkan tangan dan tubuhnya itu. Lalu dia sedikit merintih saat bekas luka di bagian pinggang kanannya agak tertarik.
“Aduh! Luka ini.” Jelas bahwa bekas luka itu berasal dari kejadian mematikan 4 bulan lalu. Sebenarnya Helena masih merasa takjub dengan dirinya sendiri karena masih dapat bertahan hidup hingga saat ini. Ya, meski itu memang tujuan para penculik untuk membuatnya tetap hidup agar dapat disiksa perlahan tetapi sedikit keberuntungannya itu membawa secercah kehidupan untuknya. Jika bukan karena pria misterius yang dulu pernah menyelamatkannya, mungkin tidak ada Helena saat ini. “Kira-kira, siapa ya orang itu?” gumamnya sambil bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya Helena masih merasa penasaran dengan pria bertopeng tak dikenal itu. Sebelumnya dia pernah bertanya kepada ayahnya saat dirinya sudah siuman dari koma, namun ayahnya pun tidak mengetahuinya. Sang ayah berkata bahwa yang penting dirinya sudah selamat saat ini dan Helena pun melupakan hal itu. Sesaat Helena kembali ke laptopnya dan mengecek email, ada sebuah pesan baru dari pengirim yang familiar. Segera Helena membuka email tersebut dan respon pertama yang dilakukannya adalah mengerutkan kening. “Apa ini??” Ada sebuah tulisan singkat yang berisi sebuah tawaran pekerjaan untuknya. Dia bahkan masih merevisi CV nya tetapi kenapa ada surat undangan yang masuk? Namun setelah Helena membacanya dengan teliti sampai bawah, kini ada perasaan paham tetapi juga heran. “Luke Hanstedorf? Bukankah ini keluarga Hanstedorf? Kenapa mereka menawariku ini ….” Kepala Helena penuh dengan tanda tanya saat melihat nama yang tertulis di bawahnya. Sebenarnya, dia merasa bingung sekaligus tertarik dengan tawaran ini. Dituliskan bahwa keluarga itu sedang membutuhkan Sekretaris baru dan itu sesuai dengan bidang Helena. Tetapi hal yang mengganjal dalam benaknya adalah … “Kenapa aku?” Pertanyaan singkat itu jelas menimbulkan beberapa pertanyaan baru di kepalanya. Helena memandang isi surat itu dengan seksama. Bahkan mereka memberi alamat dan jam temu janjinya. Haruskah Helena mencoba datang? “Besok … pukul 9 pagi ….” Helena sedikit menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya ini merupakan kebetulan yang berkah sebab dia saat ini memang sedang mencari pekerjaan baru. Tetapi rasa mengganjalnya terus ada dalam hatinya. “Apakah ayah yang merekomendasikanku kepada mereka?” “Apakah ada kandidat lainnya?” Pertanyaan demi pertanyaan muncul dan itu membuat Helena sedikit pusing. Dia lalu menarik napasnya dalam untuk menenangkan diri. Mau tidak mau, Helena harus mengambil keputusan saat ini juga. “Baiklah … mari datang besok.” ㅡㅡㅡ Helena kembali menapakkan kakinya di mansion besar ini. Meski baru beberapa hari yang lalu, Helena masih merasa takjub dengan kemegahan mansion ini. Mansion dengan gaya modern namun tetap terkesan klasik, memberi kesan tersendiri bagi Helena. “Aku tidak akan heran kalau ada lapangan bola di belakang rumah ini,” gumamnya saat kedua matanya menatap kagum mansion tersebut. Pintu lalu terbuka lebar dan membuat Helena sedikit terkejut. Terlihat seorang pria dengan pakaian formal hitam-putih, menyambut dirinya dengan keramahan. “Selamat datang, nona Helena.” “Ah terima kasih.” Helena merasa familiar dengan pria ini. Sepertinya pria tersebut pekerja tetap di mansion itu. Helena lalu melangkah kakinya masuk ke dalam dengan perasaan gugup. Meski dia sudah mempersiapkan diri, namun tetap saja dirinya merasa sedikit cemas. Helena bahkan bangun pagi sekali untuk menjernihkan pikiran. Dia juga memilih pakaian yang layak dan bagus untuk memberi kesan 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘪𝘮𝘱𝘳𝘦𝘴𝘴𝘪𝘰𝘯 yang baik. Matanya tak luput dari interior mansion tersebut. Sekali lagi Helena merasa yakin bahwa tempat ini sama luasnya dengan Mall yang ada di Berlin. Kemudian, pria berpakaian formal itu mengetuk pintu sebuah ruangan. Saat pintu itu dibuka, terlihat ada pria dengan senyuman lesung pipi yang pernah Helena temui beberapa hari lalu sedang duduk dibalik meja kerjanya. Pria itu kemudian berdiri dan mengulurkan tangan tanda berjabat. “Selamat pagi, Helena.” “Selamat pagi, tuan …?” “Oh panggil aku Luke saja. Ini pertama kalinya aku memperkenalkan diri, bukan?” Helena mengangguk kecil. “𝘈𝘩 … 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘓𝘶𝘬𝘦 𝘏𝘢𝘯𝘴𝘵𝘦𝘥𝘰𝘳𝘧. 𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘶𝘥𝘢.” “Apakah kamu merasa gugup, Helena? Kamu terlihat kurang nyaman dibanding saat kita bertemu sebelumnya di pesta itu.” “A-ah … kalau boleh kuakui, saya memang merasa gugup saat ini.” Pria lesung pipi bernama Luke itu hanya tersenyum ke arah Helena. Ini adalah pertama kalinya setelah sekian lama Helena merasa sangat gugup meski dia sudah mencoba untuk menenangkan diri. Entah karena Helena yang tahu bahwa siapa orang ini atau memang auranya yang agak mengintimidasi meski Luke sudah sangat bersikap ramah. “Hahaha kenapa tiba-tiba menjadi formal? Santai saja, Helena. Ini tidak seperti aku akan membuatmu menjadi budak. Aku hanya perlu Sekretaris baru untuk membantu pekerjaanku. Kamu bisa melakukannya, ‘kan?” Luke tentu bukan orang yang terlalu senang berbasa-basi, tetapi pertanyaan ini membuat Helena ingin menanyakan hal yang mengganjal di kepalanya sedari kemarin. “Tentu saja. Tapi, apakah kandidatnya hanya aku saja?” “Apakah terlihat ada yang lain selain kamu di sini?” pertanyaan balik itu membuat Helena tersadar bahwa tidak ada orang lain selain dirinya di sini. Luke kembali memasang senyuman khasnya. “Jawabannya tidak ada. Jadi, kamu bisa langsung bekerja di sini. Aku akan memperkenalkanmu kepada asistenku, ini adalah Jason. Kamu mungkin pernah bertemu dia sebelumnya.” Luke mencoba memperkenalkan pria dengan pakaian formal hitam-putih itu yang ternyata adalah asisten pribadinya. Pria bernama Jason itu sedikit agak membungkuk untuk memperkenalkan diri. “Senang bertemu denganmu, Helena. Saya adalah Jason, asisten pribadi Tuan Luke.” “Ah iya, senang bertemu denganmu juga, Jason.” “Baiklah. Karena kalian sudah berkenalan, sepertinya kamu bisa memulai pekerjaanmu. Ah tapi tenang saja, khusus hari ini Jason hanya akan memberitahumu beberapa hal mengenai pekerjaan ini. Bisakah kamu dengan baik hati melakukan itu, Jason?” tanya Luke sambil tetap memasang senyum di wajahnya kepada Jason. Jason hanya mengangguk tanda setuju. “Tentu.” “Tu-tunggu sebentar,” sela Helena tiba-tiba yang membuat Luke mengangkat alisnya sedikit. “Ada apa, Helena?” “Bukankah ini terlalu cepat?” tanya Helena dengan nada begitu heran. Pasalnya, dirinya langsung diterima begitu saja tanpa adanya wawancara atau perkenalan diri lebih jauh. “Terlalu cepat? Oh apakah kamu ingin dimulai besok saja?” “Ti-tidak bukan begitu. Tapi … bukankah aku harusnya di wawancara terlebih dahulu? Bahkan aku belum memperkenalkan diri lebih jauh ….” Ada keheningan beberapa detik di antara mereka. Luke tiba-tiba tertawa kecil mendengar alasan tersebut. Seketika dia langsung paham kenapa Helena begitu heran. “Ah … aku mengerti maksudmu. Tapi tenang saja, Helena, aku sudah tahu tentang dirimu,” Helena terdiam sejenak lalu Luke kembali berbicara, “Jika aku bisa menjabarkan, namamu adalah Helena Darvamawish. Umur 26 tahun dengan predikat lulusan terbaik di Freie Universität Berlin, mantan atlet taekwondo, pernah bekerja menjadi Sekretaris di perusahaan Z selama 2 tahun. Kamu juga mahir 4 bahasa serta yang terakhir tentu saja anak pertama dari keluarga Darvamawish. Benar begitu, bukan?” Helena hanya diam tak bergeming setelah mendengar Luke dapat menjelaskan tentang dirinya secara rinci. Dia lupa bahwa keluarga Hanstedorf selain berjualan senjata juga ahlinya mengulik informasi. Jelas ini bukanlah hal yang sulit untuk mereka temui mengenai informasi dirinya. Meski begitu, tetap saja hal itu membuat Helena agak merinding. “Ya … kamu mendeskripsikannya dengan tepat.” “Kalau begitu 𝘤𝘢𝘴𝘦 𝘤𝘭𝘰𝘴𝘦𝘥. Apakah ada yang ingin kamu tanyakan lagi?” Helena diam beberapa saat sebelum dia kembali menanyakan pertanyaan lagi. “Bagaimana dengan jam kerja? Apakah di sini berbeda dengan kantor biasa? Mengingat … pekerjaan di sini mungkin lebih berat.” “Pertanyaan yang sangat bagus, Helena. Untuk hal itu, tenang saja. Jam kerja untukmu sama dengan jam kerja di perusahaan lainnya. Yang perlu kamu lakukan sebenarnya hanya membantu beberapa pekerjaan Jason sebab dia selama ini telah mengerjakan banyak hal. Karena aku tidak ingin Jason angkat kaki dari tempat ini, maka dari itu aku membutuhkanmu menjadi Sekretarisku. Apakah sudah jelas?” Dapat terlihat lengkungan di sudut mata Luke saat menjelaskan hal tersebut. Helena sedikit tertegun dan menatap Luke dan Jason bergantian. Mendengar penjelasan tersebut membuat Helena berpikir bahwa pekerjaan di tempat ini pasti sungguh berat. “𝘉𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘢𝘯𝘵𝘰𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘵𝘢 𝘑𝘢𝘴𝘰𝘯 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢.” “Aku mengerti. Terima kasih atas penjelasannya, Tuan Luke.” “Panggil Luke saja. Aku tidak ingin berkomunikasi terlalu formal. Tempatkan dirimu dengan nyaman di sini, Helena.” “T-tapi bukankah Jason tadi memanggilmu dengan tuㅡ” “Tidak. Itu hanya formalitas saja. Panggil saja Luke, oke?” Helena tak dapat berkomentar lebih banyak. Jadi dia memilih untuk menganggukkan kepala saja. “Baiklah …” “Karena kamu sudah paham, jadi silahkan ikuti Jason ke kamar dan juga tempat kerja barumu,” perkataan itu jelas kembali membuat Helena terheran lagi. “Kamar? Apakah itu diperlukan?” “Tentu saja. Karena kamu bekerja di sini jadi kamu juga akan tinggal di sini,” Helena kembali terdiam untuk kesekian kalinya. Ini sungguh di luar bayangannya. Apartemen Helena ke mansion ini terbilang tidak terlalu jauh dan menurutnya, tinggal di sini akan membuatnya merasa 𝘢𝘸𝘬𝘸𝘢𝘳𝘥. “Tinggal … di sini?” Luke mengangguk dengan mantap, “Tapi, apartemenku ke tempat ini tidak terlalu jauh. Aku bisa berangkat lebih awal.” “Menurutku itu akan menyulitkanmu nanti mengingat pekerjaan ini sangat berpusat dengan waktu. Mungkin kamu bisa berangkat lebih awal tetapi ada kalanya aku membutuhkanmu di saat-saat tidak tertentu entah itu di luar jam pekerjaan atau karena akan ikut denganku keluar kota. Ah, ya, tentu akan ada lembur di sini tapi mengingat kondisimu baru saja pulih setelah dirawat, akan ku usahakan menjadi ringan. Soal gaji dan bonus, akan disesuaikan dengan pekerjaanmu. Bagaimana?” Helena berpikir sejenak mendengar penjelasan panjang dari Luke. Meski ini membuatnya bimbang tapi dia paham maksud Luke. Mungkin dirinya akan diperlukan lebih dari yang dikira dan pastinya benar-benar mengejar waktu. Ini merupakan tekanan baru untuknya tapi Helena juga merasa 𝘦𝘹𝘤𝘪𝘵𝘦𝘥. “Karena kamu berkata begitu, aku tidak dapat berkomentar banyak. Tapi … aku merasa tidak enak. Aku masih terlalu baru untuk tinggal di sini.” “Tenang saja. Semua yang bekerja di sini termasuk Jason, juga tinggal di sini. Kamu tidak perlu khawatir soal hal lainnya. Makanan, fasilitas, dan sebagainya tersedia di sini. Kamu bisa memasak jika mau meski ada Lily yang selalu menyiapkan segala kebutuhan rumah. Oh, di sini juga ada kolam renang jika kamu ingin berenang dan terdapat perpustakaan kecil yang bisa kamu kunjungi kalau ingin membaca sesuatu. Intinya, akan ku pastikan kamu merasa nyaman di rumah ini, Helena.” Penjelasan tersebut membuat Helena menjadi tak enak hati. Bukankah itu terlalu mewah untuk ukuran pekerja biasa untuknya? Meski Luke berkata bahwa semua pekerjanya tinggal di mansion itu, tetap saja itu membuatnya sedikit merasa bimbang. “Sejujurnya ini terlalu mewah untukku tapi baiklah. Aku akan berusaha untuk berbaur dengan nyaman di sini.” “Terima kasih untuk itu. Tenang saja, orang-orang di sini penuh dengan kasih sayang meski pekerjaanku terbilang berbahaya. Ya … kecuali untuk satu orang.” “Apakah ada seseorang yang perlu diperhatikan agar aku dapat berhati-hati?” tanya Helena penuh rasa ingin tahu. Sempat ada keraguan di raut wajah Luke. Namun dia menjawab pertanyaan tersebut. “Ya … bisa dibilang seperti itu. Dia sebenarnya adikku, seumuran denganmu.” Helena lalu berpikir sejenak. Jika itu adalah adiknya Luke, maka hanya ada dua orang yang Helena ketahui yaitu Sarah dan si rambut salju. Jika yang dimaksud adalah Sarah … sepertinya tidak mungkin. Sebab Sarah terlihat sangat ceria dan selalu riang saat berbicara dengannya. Helena juga ragu kalau Sarah seumuran dengannya. Maka hanya ada satu orang yang memiliki kemungkinan besar. “Baiklah, aku mengerti.” “Hanya perlu beberapa waktu untuk dapat dekat dengannya karena kepribadiannya yang sulit. Tapi akan lebih baik tidak terlalu mengusiknya. Akan kuperkenalkan jika dia sudah kembali ke sini.” Entah kenapa perkataan tersebut membuat Helena bingung dan merasa bahwa adiknya Luke yang satu itu bukanlah orang yang ramah. Demi menjaga dirinya sendiri, Helena harus selalu ingat dengan peringatan tersebut. “Terima kasih untuk itu. Aku akan berhati-hati.” “Baiklah kalau begitu, Jason silahkan tolong temani Helena ke tempatnya dan jaga sebaik mungkin. Kamu bisa mengajaknya berkeliling rumah ini jika berkenan.” “Siap, dimengerti.” Jason lalu mempersilahkan Helena untuk keluar dari ruangan tersebut dengan Luke yang tersenyum sampai Helena menghilang dari pandangannya. Luke lalu menghela napasnya. Rencana awalnya berhasil untuk membuat Helena dapat tinggal di rumah ini. Setidaknya ini mempermudahnya untuk menjaga Helena sesuai dengan kesepakatan dengan keluarga Darvamawish. Penculikan Helena memang termasuk berita besar bagi keluarga Darvamawish maupun Hanstedorf. Sebab dia sudah menghilang selama beberapa hari dan ditemukan dengan keadaan yang begitu buruk meski beruntungnya masih hidup. Luke juga paham bahwa Nicholasㅡsang adik dengan kepribadian yang sangat sulit itu, tidak mau jika diperintah terus menerus untuk memata-matai Helena. Maka jalan inilah yang dibuatnya meski Luke sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi jika Helena bertatap muka secara langsung dengan Nicholas. “Haa … semoga anak itu setidaknya bersikap lembut meski hanya sedikit.”Hari telah berganti dan hari ini adalah hari pertama Helena bekerja di tempat keluarga Hanstedorf. Helena mengemasi beberapa barangnya untuk dibawa ke mansion tersebut. Sedikit demi sedikit dia akan membawa beberapa barang pentingnya pindah. Helena tidak berniat untuk mengosongkan apartemen begitu saja. Sebab, tempat itu dapat digunakan untuk keluarganya jika mereka berkunjung.Helena sendiri sebenarnya masih tidak menyangka akan mendapat pekerjaan baru dengan cara seperti ini. Entah itu hasil rekomendasi ayahnya atau bukan, setidaknya Helena dapat kembali beraktifitas. Lagipula dia merasa bahwa keluarga Hanstedorf memiliki kenyamanan tersendiri baginya. Dimulai dari Sarah, Luke, lalu Jason, semuanya ramah dan baik kepadanya. Helena tidak ingin terlalu naif tetapi bisa dikatakan bahwa instingnya selalu benar.Meski dirinya belum berkenalan lebih jauh dengan beberapa orang lainnya di mansion itu, tetapi itu sudah cukup bagi Helena. Helena ingin melakukan yang terbaik meski pekerjaannya
“𝘜𝘨𝘩 … lukaku.”Saat Helena melihat bekas jahitan di pinggang kanannya, dia merasa sedikit jijik. Luka ini seolah meninggalkan banyak trauma yang tak dapat Helena lupakan. Namun baginya, trauma merupakan hal yang lebih baik dihadapi saja agar berdamai dengan sendirinya. Meski sebagian dalam dirinya menolak akan hal tersebut.Pagi di Berlin dapat mencapai 11 derajat atau bahkan kurang dari itu mengingat ini masih musim gugur. Terkadang hidung Helena akan terasa beku mendadak sebab dia sebenarnya tidak begitu kuat dengan suhu dingin. Meski begitu, Helena masih menikmati kota di negara ini.Bisa dikatakan bahwa semalam adalah hari pertama Helena tidur di tempat tinggal yang baru yakni mansion Hanstedorf. Dia masih tidak menyangka bahwa kamarnya cukup luas, sedikit lebih dari kamar yang berada di apartemennya. Helena tidur cukup pulas yang menandakan dia memang nyaman. Pagi ini Helena akan sarapan untuk pertama kalinya di sini. Langkah kakinya menuruni anak tangga dengan perlahan.“Hel
Malam telah menunjukkan waktu dini hari dan Helena mendadak terbangun dengan keringat dingin di pelipisnya. Kepalanya terasa berat. Mimpi buruk tentang penculikannya mendadak menghantui alam bawah sadarnya. “Sial … ini bahkan masuk ke mimpiku,” gerutu Helena sembari memegang kepalanya yang pusing. Kejadian itu memang membawa luka yang cukup dalam baginya. Tentu, tidak mungkin Helena akan lupa begitu saja. Namun Helena bersikeras untuk mengabaikan potongan-potongan memori buruk itu. Tapi siapa sangka itu akan membawanya ke dalam mimpi buruk.“Aku harus minum sesuatu untuk menenangkanku,” gumamnya lalu bangkit dari tempat tidur. Helena lalu melangkah keluar dari kamar dan terlihat lorong lantai ini begitu sunyi.“Tentu saja semuanya sudah tidur.”Meski sepi, tetapi beruntung penerangan di mansion pada waktu ini masih terbilang cukup terang. Walau ada beberapa area yang gelap. Dapur berada di lantai paling dasar. Harus melewati pintu halaman belakang dulu untuk mencapai ke sana. Karena
“Hahahahaha kita sebentar lagi akan menjadi kaya raya!” ucap salah satu seorang pria dengan suara begitu keras, yang disusul oleh sorakan meriah dari beberapa pria lainnya di dalam ruangan tersebut. Suasana saat ini begitu pekat, berisik, dan kotor. Semua tampak begitu bahagia terkecuali satu orang yang mulutnya terikat sobekan kain dengan erat. Itu adalah seorang wanita yang keadaannya begitu lusuh dan penuh dengan beberapa luka di sekitar wajah serta tubuhnya. Kedua tangannya tak dapat bergerak sebab rantai yang mengikatnya begitu kuat. Dia hanya memasang wajah sendu dengan tubuh kecilnya yang sudah lemas. Matanya juga sembab dan dirinya berpikir bahwa jiwanya sudah tidak ada di raganya saat ini.Dia hanya ingin mati.Tapi itu tidak dibiarkan terjadi. Para penculik-penculik tersebut masih berusaha keras untuk membuatnya tetap hidup meski dia terus disiksa berkali-kali hanya untuk membuat sebuah ancaman kepada keluarganya. Bahkan air matanya saja sudah kering. Dia lelah. Dia hanya in
ㅡ 4 bulan kemudian ㅡ[Lena, apa kamu yakin akan melakukannya?] tanya seorang wanita paruh baya dari seberang telepon dengan nada khawatir. Helena yang masih berdandan di depan cermin pun menjawab dengan senyuman, walau senyumannya tersebut tak dapat dilihat oleh wanita paruh baya itu.“Tidak apa-apa, Ibu. Aku baik-baik saja. Lagipula, aku hanya perlu menggantikan ayah saja ‘kan?”[Itu memang benar tapi … bagaimana dengan kondisimu?]“Aku sehat 100%. Ibu tidak perlu khawatir, setelah acaranya usai, aku akan beristirahat.” Helena mencoba menenangkan sang ibunda yang masih mengkhawatirkan kondisinya. Sudah 4 bulan berlalu semenjak kejadian mematikan itu terjadi. Helena jelas mengingat hal tersebut ketika dirinya tersadar dari koma selama dua bulan. Dia masih bisa merasakan bagaimana tubuhnya disiksa oleh para penculik, disuntik obat yang tidak diketahui, dan membuatnya tidak dapat pingsan dengan mudah. Keinginannya untuk mati pada saat itu sangat tinggi. Bahkan dia meminta maaf kepada k
Pagi telah datang dan Helena yang memang rajin bangun pagi sudah lebih dulu membuat teh hangat. Suasana pagi di Berlin cukup dingin meski Helena memakai piyama berbahan tebal. Tidak ada jadwal yang menanti hari ini jadi Helena memutuskan untuk bersantai saja di apartemennya. “Apakah aku berbelanja saja nanti? Kebetulan makanan di sini juga hampir habis,” gumamnya sambil berjalan menuju sofa dan membawa segelas teh hangat. Dia lalu duduk dengan santai dan meminum teh tersebut dengan nikmat. Setelahnya Helena membuka ponsel dan terdapat cukup banyak pemberitahuan dari keluarga dan juga teman-temannya.[𝙈𝙚𝙨𝙨𝙖𝙜𝙚𝙨] 𝙈𝙤𝙢 𝙎𝙖𝙮𝙖𝙣𝙜, 𝙖𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙞𝙨𝙩𝙞𝙧𝙖𝙝𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙞𝙠? 𝙆𝙖𝙢𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙠𝙚𝙡𝙚𝙡𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙝𝙖𝙙𝙞𝙧𝙞 𝙖𝙘𝙖𝙧𝙖 𝙞𝙩𝙪, 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣? 𝙈𝙤𝙢 𝙏𝙤𝙡𝙤𝙣𝙜 𝙝𝙪𝙗𝙪𝙣𝙜𝙞 𝙄𝙗𝙪 𝙣𝙖𝙣𝙩𝙞 𝙃𝙖𝙣𝙣𝙖𝙝: 𝙆𝙖𝙠, 𝙖𝙥𝙖 𝙥𝙖𝙨𝙨𝙬𝙤𝙧𝙙 𝙡𝙖𝙥𝙩𝙤𝙥𝙢𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞 𝙨𝙞𝙣𝙞? 𝙈𝙞𝙖 𝙈𝙚𝙡𝙞𝙨𝙨𝙖: 𝙃𝙚𝙞