Share

SENYUM PALSU

Author: Rainina
last update Last Updated: 2025-03-07 22:15:26

Tapi Julian tidak mengindahkan perkataan Silvi.  

“Sil, kopi buat kamu.” Silvi mengangkat alisnya bingung saat Lina, teman seruangannya membawakannya segelas kopi hangat dari luar.

“Loh, tumben? Ada angin apa kamu beliin aku kopi?” Walau mereka sudah bekerja sama cukup lama, Lina bukanlah tipe orang yang akan membelikan sesuatu kecuali jika Silvi sedang berulang tahun.

Lina menggelengkan kepalanya, “Dari Pak Julian.”

“Buat Silvi aja nih? Buat kita yang lain ga ada?” Dona, teman seruangannya yang lain ikut bertanya penasaran.

“Tadi aku dititipin Pak Adrian, katanya dari Pak Julian buat Silvi.” Dan saat Silvi menyadarinya hampir seluruh mata yang berada di ruangan itu sudah mengarah ke arahnya. Termasuk tatapan Samuel, atasan sekaligus pria yang sedang dekat dengan Silvi.

Silvi menggeleng cepat, “Ga ada hubungan apa-apa!” suaranya tegas, ia tidak ingin dihubungkan dengan Julian, terutama tidak di depan pria yang sedang dekat dengan dirinya.

“Loh terus, kenapa Pak Julian tiba-tiba kirimin kamu kopi?” 

Silvi menghela nafas, ia harus memberikan jawaban yang dapat memuaskan rasa penasaran orang-orang ini. “Kemarin Pak Adrian lagi sibuk, terus karena aku kebetulan lagi lewat waktu beliau sedang mengantarkan Pak Julian berkeliling, jadi aku yang menggantikan.”

“Pak Julian yang cool banget itu?” Dona kembali bersuara, tatapannya terlihat sangat sanksi dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Silvi. “Hah?” Silvi sama sekali tidak mengerti, apa Julian menunjukkan sifat yang berbeda di depan orang lain?

“Aku beberapa kali ketemu pak Julian buat nunjukin proposal dari client, beliau jarang  banget ngomong kalau gak penting, paling cuma ngangguk sama geleng doang. Ekspresinya juga datar terus, serem. Pak Julian yang itu?” Silvi berharap wanita yang sangat suka sekali bergosip ini segera keluar dari ruangan dan tidak mengajukan pertanyaan yang menyulitkan dirinya lagi.

“Dingin bukan berarti tidak tau terimakasih.” Silvi menekankan ucapannya sambil menatap Dona dengan tatapan memohon agar ia tidak mengajukan pertanyaan lagi. Semakin banyak yang ia tanyakan, semakin Silvi merasa sedang disudutkan.

“Hmm…” Dona tidak mengatakan apapun lagi, tapi tatapannya seolah menunjukkan bahwa ia sedang menemukan sesuatu yang menarik,

Silvi juga memilih untuk tidak mengatakan apapun lagi, tapi tatapan orang-orang di sekitarnya terasa menekannya. Ia hanya mampu memandangi kopi di mejanya, entah kenapa, kopi itu mulai terlihat seperti pertanda buruk yang sengaja diletakkan Julian di mejanya.

Pertanda buruk kedua.

Silvi mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Samuel yang sedang menatap bingung ke arahnya. Pria itu terlalu lembut untuk mencurigai bahwa Silvi bermain api dengan dua pria, tapi jika Julian terus melakukan hal tidak terduga seperti ini, bukan tidak mungkin Samuel akan merasa dipermainkan. Ia harus menyudahi apapun yang sedang coba dilakukan oleh Julian.

= =

SREETTT

Suara dari lakban yang digunakan Silvi memenuhi seluruh ruangan, ia baru saja selesai memasukkan invoice-invoice yang sudah tidak lagi ia gunakan ke dalam kardus untuk dipindahkan ke ruang arsip. 

Saat ia bersiap untuk mengangkat kardus yang tergeletak di lantai itu, Samuel memberikan kode bahwa ia akan membantu Silvi. Tapi Silvi menggeleng pelan sambil tersenyum, menolak tawaran yang diberikan oleh Samuel.

Pertama, ia tidak ingin mengganggu pekerjaan pria itu, dan kedua, ia juga masih tidak ingin ada yang bergosip tentang dirinya dan Samuel, lagipula mereka berdua masih belum resmi bersama. Tapi seluruh tembok di kantor ini bisa berbicara.

Walau Samuel terlihat kecewa,Silvi tetap mengangkat dokumennya sendirian, lagipula dokumen itu sebenarnya cukup ringan. Silvi melangkah keluar dari ruangannya sambil tersenyum membayangkan ekspresi Samuel sebelumnya. 

Tapi senyuman di wajahnya langsung menghilang begitu kardus yang berada di tangannya diangkat oleh orang di hadapannya hanya beberapa langkah dari pintu ruangan di belakangnya. Dan saat ia sadar siapa pelaku hatinya terasa jatuh ke lantai.

Julian berdiri di hadapannya sambil tersenyum tulus ke arahnya, “Biar aku bawakan, ke gudang arsip kan?” Sebelum Silvi sempat menjawab pria itu sudah berbalik dan melangkah di depannya.

Silvi melihat ke sekelilingnya, berbeda dengan di hotel saat itu, kali ini rekan kerjanya lah yang mencuri pandang ke arahnya dan Julian. Bahkan diantara orang-orang yang melihat ke arah mereka ada Samuel yang menyusul Silvi untuk membantunya. Dan pria itu kini ikut terdiam melihat ke arah Silvi. 

Tidak, apa maksud semua ini?

Seolah Julian ingin semua orang melihat dan berasumsi tentang mereka berdua. Silvi merasakan telinganya berdengung kuat saat kesadaran itu menamparnya. Ia menatap Julian yang memutar wajahnya agar bisa melihat dirinya yang masih berdiri mematung di belakang. 

Senyum tulus yang tadi ia perlihatkan sudah berubah menjadi sebuah seringai, pria itu jelas sudah menyadari bahwa Silvi sadar apa yang sedang ia coba lakukan.

Apapun yang akan terjadi setelah ini adalah apa yang coba ditunjukkan oleh beberapa pertanda buruk yang telah muncul sebelumnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hate You To The Bone   ANAK HARAM

    “Apa yang sebenarnya anda inginkan?” Silvi langsung membuka mulutnya setelah ia memastikan bahwa ia hanya berdua dengan Julian di gudang arsip. Ini baru hari ketiga dirinya bertemu Julian, dan pria ini sudah melakukan hal yang merugikan dirinya. Julian meletakkan kardus yang sebelumnya berada di tangannya ke lantai, sebelum akhirnya berbalik dan menjalan mendekat ke arah Silvi. “Tidak ada yang berubah sejak terakhir kali kita bertemu Silvi, aku masih menginginkanmu.” “Saya sudah memiliki pacar.” Silvi menyilangkan tangannya di dada, walau dirinya dan Julian tidak pernah mendeklarasikan diri mereka sebagai pacar secara resmi, tapi tidak ada kata lain yang dapat mendeskripsikan perasaan dan hubungan mereka.Julian memegang dagunya, berpura-pura berpikir. “Ah ya, Samuel bukan? Wajahnya saat ia melihatku membantumu sangat menarik.”Silvi merenggut, wajahnya memerah karena kesal, tapi dia berusaha berbicara dengan setenang mungkin. “Apa anda melakukan ini semua dengan sengaja? Bukan sepe

    Last Updated : 2025-03-08
  • Hate You To The Bone   ORANG JAHAT TIDAK BERUBAH SEPENUHNYA

    Silvi membuka pintu ruangannya perlahan, berharap tidak ada yang menyadarinya. Tapi keinginan sekecil itu pun terasa sangat berlebihan di situasi ini. Semua orang yang berada dalam ruangan langsung memalingkan wajah mereka ke arah Silvi. Semua orang memandangnya dengan tatapan penasaran, kecuali Samuel yang langsung mengalihkan pandangannya kembali pada laptop di hadapannya.Silvi berusaha bersikap seolah tidak ada apa-apa saat berjalan ke mejanya, tapi jelas orang-orang disekitarnya tidak akan melewatkan kesempatan untuk bertanya langsung pada dirinya.“Aku dengar dari Pak Adrian kamu pernah satu sekolah dengan Pak Julian?” Atas dasar apa Pak Adrian menyebarkan cerita itu?Silvi menatap ke arah Dona yang melemparkan pertanyaan, “Iya, tapi hanya selama satu tahun.” Silvi menyerah, jika dia mengelak atau berbohong hal itu hanya akan memperparah keadaan.“Oh, kenapa tadi kamu ga bilang?”Silvi mengangkat bahunya, “Karena kami hanya satu sekolah sebentar, jadi aku rasa itu tidak penting.

    Last Updated : 2025-03-09
  • Hate You To The Bone   HARI ITU

    Hari itu tidak seperti biasanya, Pak Beni, supir keluarganya, terlambat menjemputnya! Silvi yang sejak tadi duduk tenang mulai gelisah saat melihat teman-temannya sudah pulang satu persatu. Mobil yang menjemput Sharon, satu-satunya temannya yang sedang menunggu jemputan bersamanya, berhenti di depan mereka. Membuat Silvi semakin kesal.Ia akan memastikan bahwa Pak Beni akan mendapatkan hukuman karena telah membuatnya menunggu selama berjam-jam.“Supir kamu masih belum bisa dihubungin? Mau pulang bareng?” Sharon bertanya sambil membuka pintu mobil di hadapan mereka. Silvi melihat ke dalam mobil itu, ayah Sharon yang menjemputnya tersenyum kepada Silvi.Sebenarnya Silvi tidak mau, ia tidak suka naik ke sembarang mobil milik orang lain, apalagi apabila mobil itu tidak termasuk ke dalam ‘standar’ milik Silvi. Terserah saja jika ada yang menganggap dirinya angkuh. Lagipula keluarganya mampu memenuhi standar itu.Tapi ia juga sama tidak Sukanya jika harus menunggu supir keluarganya itu data

    Last Updated : 2025-03-14
  • Hate You To The Bone   SEMUANYA

    Silvi memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Alicia, ibunya. Rasa panas mulai menjalar di sana, matanya melebar karena tidak menduga perlakuan ibunya.“SEMUA KARENA KAMU! TIDAK SEHARUSNYA KAMU LAHIR!” Belum hilang rasa shock akibat tamparan yang diterimanya, sekarang dia juga harus memproses perkataan ibunya. Kenapa? Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya telah ia lakukan?“JANGAN BERANI-BERANINYA KAMU MENYALAHKAN ANAK YANG TIDAK PERNAH MINTA DILAHIRKAN DARI RAHIM PEREMPUAN JALANG SEPERTI KAMU! SEHARUSNYA KAMU YANG MEMOHON MAAF ATAS KELAKUANMU SENDIRI!!” Silvi melihat ke arah ayahnya yang balas berteriak pada ibunya, pria itu melangkah mendekat ke arah mereka dan menarik bahu sang istri, ayahnya yang tidak pernah sekalipun meninggikan suara pada ibunya sekarang berteriak dengan begitu keras, dan bahkan memperlakukan ibunya dengan kasar.“SUDAH KUBILANG AKU BUKAN WANITA JALANG, ITU HANYA SEBUAH KESALAHAN SATU MALAM, AKU BAHKAN TIDAK TAHU KALAU ANAK HARAM INI BUKAN ANAKMU.”Nafas

    Last Updated : 2025-03-16
  • Hate You To The Bone   1. Pertemuan Kembali

    “Kamu nggak mendengarkan kata sambutanku sampai akhir.” Suara itu tenang dan ramah, terlalu ramah hingga membuat Silvi terlalu takut untuk mengangkat wajahnya. Sambutan, arti dari kata itu sudah melebur jika dia yang menyebutkannya. Itu bukan lagi omong kosong atau kata yang sebenarnya tak berarti yang diucapkan di atas panggung. Kata sambutan dari pria itu tidak pernah berarti ucapan selamat datang atau perkenalan. Tapi pengingat yang terus mengatakan bahwa ia tidak akan bisa lari dari dirinya. Sama seperti hari ini, ketika ia kira sekarang masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Hari-hari di mana ia bisa lepas dari kendali pria itu. Tapi dia kembali, naik ke atas panggung lengkap dengan sambutan kepadanya, sebagai anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan semua orang bertepuk tangan, seolah mereka saling bekerja sama, mengejek ilusi kebebasan yang telah Silvi bangun selama ini. Tidak ada yang berubah, semua masih sama dengan saat itu, saat Silvi hanya seorang siswa yang

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hate You To The Bone   PERTEMUAN KEMBALI

    “Aku menyukaimu, apa kamu mau menjadi pacarku?” Silvi menatap teman sekelas yang berada di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. Anak ini selalu mengusiknya, caranya memberikan perhatian yang tidak penting serta hadiah-hadiah yang sering muncul di meja dan lokernya sangat mengganggu.Jangankan berpacaran, jika teman-teman Silvi tau bahwa pria culun bertubuh kurus kering ini menyatakan cinta padanya yang terkenal sebagai anak tercantik di kelas mereka, ia pati akan diledek habis-habisan.Ah sialan, bahkan wajah merahnya yang sedang tertunduk malu dihadapan Silvi sangat mengganggu. Apa tidak ada yag memberitahunya bahwa caranya bersikap terlihat seperti orang bodoh?“Apa kamu pernah melihat dirimu sendiri di cermin?” Syukurnya sepertinya anak ini tidak sebodoh penampilannya Tangannya yang mengepal serta ekspresi wajahnya yang mengeras jelas berarti ia memahami apa maksud dari pertanyaan sakartis Silvi.“Sial!” Silvi mengumpat, apa dia terlihat seperti bisa dimiliki oleh siapa saja? K

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hate You To The Bone   FIRASAT BURUK

    Silvi langsung memperhatikan sekitarnya, untungnya sepertinya seluruh rekan kerjanya masih berada di dalam ballroom dan tidak melihat dirinya sedang berdua dengan Julian. Dia memutuskan untuk memanfaatkan momen ini untuk meminta maaf dengan Julian. Dengan begitu mungkin mereka berdua bisa meletakkan masa lalu di belakang. “Saya minta maaf atas semua hal yang pernah terjadi di masa lalu.” Silvi berucap dengan tulus, menundukkan kepalanya serendah mungkin di hadapan Julian. “Hal apa lebih tepatnya?” “Semua hal buruk yang pernah saya katakan di masa lalu.” Silvi masih tidak mengangkat kepalanya, ia ingin Julian merasakan ketulusan dari permintaan maafnya. Julian mengangkat wajah Silvi dengan telunjuknya, memaksa Silvi untuk menatap matanya. Pria itu sedang tersenyum, senyuman yang entah kenapa membuat SIlvi merinding saat melihatnya. “Kamu masih secantik yang aku ingat.” Silvi mengernyitkan dahinya. “Maaf?” Jemari Julian yang berada di dagu Silvi bergerak ke rambutnya, menyentuh he

    Last Updated : 2025-02-10
  • Hate You To The Bone   JANGAN SENTUH AKU

    Sejak malam itu Silvi terus merasa khawatir, ada banyak skenario yang terus berputar di otaknya tentang bagaimana Julian akan memperlakukannya. Akankah ia memperlakukannya seperti sampah di hadapan orang lain? Akankah dia mengeluarkan hinaan bagi Silvi, tentang bagaimana dirinya sekarang berada di level yang jauh lebih tinggi darinya? Atau apakah Julian akan mengabaikannya?Silvi berharap bahwa yang terakhirlah yang menjadi kenyataan. Jika dua skenario lainnya yang akan menjadi kenyataan, maka Silvi akan tamat. Silvi berusaha menenangkan dirinya. JIka ini adalah sesuatu yang bisa ia tahan, maka ia akan bertahan untuk bekerja di sini, karena tidak ada tempat lain yang bisa membayarnya lebih baik di perusahaan ini.Tapi di sisi lain, ia juga terus membawa surat resign di dalam tasnya, siap ia layangkan kapanpun ia butuhkan. Silvi berjalan dengan cepat meninggalkan Lift sambil menundukkan kepalanya, berharap agar ia bisa segera masuk ke ruangannya tanpa menemui Julian. Ia hampir saja te

    Last Updated : 2025-03-04

Latest chapter

  • Hate You To The Bone   SEMUANYA

    Silvi memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Alicia, ibunya. Rasa panas mulai menjalar di sana, matanya melebar karena tidak menduga perlakuan ibunya.“SEMUA KARENA KAMU! TIDAK SEHARUSNYA KAMU LAHIR!” Belum hilang rasa shock akibat tamparan yang diterimanya, sekarang dia juga harus memproses perkataan ibunya. Kenapa? Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya telah ia lakukan?“JANGAN BERANI-BERANINYA KAMU MENYALAHKAN ANAK YANG TIDAK PERNAH MINTA DILAHIRKAN DARI RAHIM PEREMPUAN JALANG SEPERTI KAMU! SEHARUSNYA KAMU YANG MEMOHON MAAF ATAS KELAKUANMU SENDIRI!!” Silvi melihat ke arah ayahnya yang balas berteriak pada ibunya, pria itu melangkah mendekat ke arah mereka dan menarik bahu sang istri, ayahnya yang tidak pernah sekalipun meninggikan suara pada ibunya sekarang berteriak dengan begitu keras, dan bahkan memperlakukan ibunya dengan kasar.“SUDAH KUBILANG AKU BUKAN WANITA JALANG, ITU HANYA SEBUAH KESALAHAN SATU MALAM, AKU BAHKAN TIDAK TAHU KALAU ANAK HARAM INI BUKAN ANAKMU.”Nafas

  • Hate You To The Bone   HARI ITU

    Hari itu tidak seperti biasanya, Pak Beni, supir keluarganya, terlambat menjemputnya! Silvi yang sejak tadi duduk tenang mulai gelisah saat melihat teman-temannya sudah pulang satu persatu. Mobil yang menjemput Sharon, satu-satunya temannya yang sedang menunggu jemputan bersamanya, berhenti di depan mereka. Membuat Silvi semakin kesal.Ia akan memastikan bahwa Pak Beni akan mendapatkan hukuman karena telah membuatnya menunggu selama berjam-jam.“Supir kamu masih belum bisa dihubungin? Mau pulang bareng?” Sharon bertanya sambil membuka pintu mobil di hadapan mereka. Silvi melihat ke dalam mobil itu, ayah Sharon yang menjemputnya tersenyum kepada Silvi.Sebenarnya Silvi tidak mau, ia tidak suka naik ke sembarang mobil milik orang lain, apalagi apabila mobil itu tidak termasuk ke dalam ‘standar’ milik Silvi. Terserah saja jika ada yang menganggap dirinya angkuh. Lagipula keluarganya mampu memenuhi standar itu.Tapi ia juga sama tidak Sukanya jika harus menunggu supir keluarganya itu data

  • Hate You To The Bone   ORANG JAHAT TIDAK BERUBAH SEPENUHNYA

    Silvi membuka pintu ruangannya perlahan, berharap tidak ada yang menyadarinya. Tapi keinginan sekecil itu pun terasa sangat berlebihan di situasi ini. Semua orang yang berada dalam ruangan langsung memalingkan wajah mereka ke arah Silvi. Semua orang memandangnya dengan tatapan penasaran, kecuali Samuel yang langsung mengalihkan pandangannya kembali pada laptop di hadapannya.Silvi berusaha bersikap seolah tidak ada apa-apa saat berjalan ke mejanya, tapi jelas orang-orang disekitarnya tidak akan melewatkan kesempatan untuk bertanya langsung pada dirinya.“Aku dengar dari Pak Adrian kamu pernah satu sekolah dengan Pak Julian?” Atas dasar apa Pak Adrian menyebarkan cerita itu?Silvi menatap ke arah Dona yang melemparkan pertanyaan, “Iya, tapi hanya selama satu tahun.” Silvi menyerah, jika dia mengelak atau berbohong hal itu hanya akan memperparah keadaan.“Oh, kenapa tadi kamu ga bilang?”Silvi mengangkat bahunya, “Karena kami hanya satu sekolah sebentar, jadi aku rasa itu tidak penting.

  • Hate You To The Bone   ANAK HARAM

    “Apa yang sebenarnya anda inginkan?” Silvi langsung membuka mulutnya setelah ia memastikan bahwa ia hanya berdua dengan Julian di gudang arsip. Ini baru hari ketiga dirinya bertemu Julian, dan pria ini sudah melakukan hal yang merugikan dirinya. Julian meletakkan kardus yang sebelumnya berada di tangannya ke lantai, sebelum akhirnya berbalik dan menjalan mendekat ke arah Silvi. “Tidak ada yang berubah sejak terakhir kali kita bertemu Silvi, aku masih menginginkanmu.” “Saya sudah memiliki pacar.” Silvi menyilangkan tangannya di dada, walau dirinya dan Julian tidak pernah mendeklarasikan diri mereka sebagai pacar secara resmi, tapi tidak ada kata lain yang dapat mendeskripsikan perasaan dan hubungan mereka.Julian memegang dagunya, berpura-pura berpikir. “Ah ya, Samuel bukan? Wajahnya saat ia melihatku membantumu sangat menarik.”Silvi merenggut, wajahnya memerah karena kesal, tapi dia berusaha berbicara dengan setenang mungkin. “Apa anda melakukan ini semua dengan sengaja? Bukan sepe

  • Hate You To The Bone   SENYUM PALSU

    Tapi Julian tidak mengindahkan perkataan Silvi. “Sil, kopi buat kamu.” Silvi mengangkat alisnya bingung saat Lina, teman seruangannya membawakannya segelas kopi hangat dari luar.“Loh, tumben? Ada angin apa kamu beliin aku kopi?” Walau mereka sudah bekerja sama cukup lama, Lina bukanlah tipe orang yang akan membelikan sesuatu kecuali jika Silvi sedang berulang tahun.Lina menggelengkan kepalanya, “Dari Pak Julian.”“Buat Silvi aja nih? Buat kita yang lain ga ada?” Dona, teman seruangannya yang lain ikut bertanya penasaran.“Tadi aku dititipin Pak Adrian, katanya dari Pak Julian buat Silvi.” Dan saat Silvi menyadarinya hampir seluruh mata yang berada di ruangan itu sudah mengarah ke arahnya. Termasuk tatapan Samuel, atasan sekaligus pria yang sedang dekat dengan Silvi.Silvi menggeleng cepat, “Ga ada hubungan apa-apa!” suaranya tegas, ia tidak ingin dihubungkan dengan Julian, terutama tidak di depan pria yang sedang dekat dengan dirinya.“Loh terus, kenapa Pak Julian tiba-tiba kirimi

  • Hate You To The Bone   JANGAN SENTUH AKU

    Sejak malam itu Silvi terus merasa khawatir, ada banyak skenario yang terus berputar di otaknya tentang bagaimana Julian akan memperlakukannya. Akankah ia memperlakukannya seperti sampah di hadapan orang lain? Akankah dia mengeluarkan hinaan bagi Silvi, tentang bagaimana dirinya sekarang berada di level yang jauh lebih tinggi darinya? Atau apakah Julian akan mengabaikannya?Silvi berharap bahwa yang terakhirlah yang menjadi kenyataan. Jika dua skenario lainnya yang akan menjadi kenyataan, maka Silvi akan tamat. Silvi berusaha menenangkan dirinya. JIka ini adalah sesuatu yang bisa ia tahan, maka ia akan bertahan untuk bekerja di sini, karena tidak ada tempat lain yang bisa membayarnya lebih baik di perusahaan ini.Tapi di sisi lain, ia juga terus membawa surat resign di dalam tasnya, siap ia layangkan kapanpun ia butuhkan. Silvi berjalan dengan cepat meninggalkan Lift sambil menundukkan kepalanya, berharap agar ia bisa segera masuk ke ruangannya tanpa menemui Julian. Ia hampir saja te

  • Hate You To The Bone   FIRASAT BURUK

    Silvi langsung memperhatikan sekitarnya, untungnya sepertinya seluruh rekan kerjanya masih berada di dalam ballroom dan tidak melihat dirinya sedang berdua dengan Julian. Dia memutuskan untuk memanfaatkan momen ini untuk meminta maaf dengan Julian. Dengan begitu mungkin mereka berdua bisa meletakkan masa lalu di belakang. “Saya minta maaf atas semua hal yang pernah terjadi di masa lalu.” Silvi berucap dengan tulus, menundukkan kepalanya serendah mungkin di hadapan Julian. “Hal apa lebih tepatnya?” “Semua hal buruk yang pernah saya katakan di masa lalu.” Silvi masih tidak mengangkat kepalanya, ia ingin Julian merasakan ketulusan dari permintaan maafnya. Julian mengangkat wajah Silvi dengan telunjuknya, memaksa Silvi untuk menatap matanya. Pria itu sedang tersenyum, senyuman yang entah kenapa membuat SIlvi merinding saat melihatnya. “Kamu masih secantik yang aku ingat.” Silvi mengernyitkan dahinya. “Maaf?” Jemari Julian yang berada di dagu Silvi bergerak ke rambutnya, menyentuh he

  • Hate You To The Bone   PERTEMUAN KEMBALI

    “Aku menyukaimu, apa kamu mau menjadi pacarku?” Silvi menatap teman sekelas yang berada di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. Anak ini selalu mengusiknya, caranya memberikan perhatian yang tidak penting serta hadiah-hadiah yang sering muncul di meja dan lokernya sangat mengganggu.Jangankan berpacaran, jika teman-teman Silvi tau bahwa pria culun bertubuh kurus kering ini menyatakan cinta padanya yang terkenal sebagai anak tercantik di kelas mereka, ia pati akan diledek habis-habisan.Ah sialan, bahkan wajah merahnya yang sedang tertunduk malu dihadapan Silvi sangat mengganggu. Apa tidak ada yag memberitahunya bahwa caranya bersikap terlihat seperti orang bodoh?“Apa kamu pernah melihat dirimu sendiri di cermin?” Syukurnya sepertinya anak ini tidak sebodoh penampilannya Tangannya yang mengepal serta ekspresi wajahnya yang mengeras jelas berarti ia memahami apa maksud dari pertanyaan sakartis Silvi.“Sial!” Silvi mengumpat, apa dia terlihat seperti bisa dimiliki oleh siapa saja? K

  • Hate You To The Bone   1. Pertemuan Kembali

    “Kamu nggak mendengarkan kata sambutanku sampai akhir.” Suara itu tenang dan ramah, terlalu ramah hingga membuat Silvi terlalu takut untuk mengangkat wajahnya. Sambutan, arti dari kata itu sudah melebur jika dia yang menyebutkannya. Itu bukan lagi omong kosong atau kata yang sebenarnya tak berarti yang diucapkan di atas panggung. Kata sambutan dari pria itu tidak pernah berarti ucapan selamat datang atau perkenalan. Tapi pengingat yang terus mengatakan bahwa ia tidak akan bisa lari dari dirinya. Sama seperti hari ini, ketika ia kira sekarang masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Hari-hari di mana ia bisa lepas dari kendali pria itu. Tapi dia kembali, naik ke atas panggung lengkap dengan sambutan kepadanya, sebagai anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan semua orang bertepuk tangan, seolah mereka saling bekerja sama, mengejek ilusi kebebasan yang telah Silvi bangun selama ini. Tidak ada yang berubah, semua masih sama dengan saat itu, saat Silvi hanya seorang siswa yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status