Share

ANAK HARAM

Author: Rainina
last update Last Updated: 2025-03-08 23:12:54

“Apa yang sebenarnya anda inginkan?” Silvi langsung membuka mulutnya setelah ia memastikan bahwa ia hanya berdua dengan Julian di gudang arsip. Ini baru hari ketiga dirinya bertemu Julian, dan pria ini sudah melakukan hal yang merugikan dirinya. 

Julian meletakkan kardus yang sebelumnya berada di tangannya ke lantai, sebelum akhirnya berbalik dan menjalan mendekat ke arah Silvi. “Tidak ada yang berubah sejak terakhir kali kita bertemu Silvi, aku masih menginginkanmu.” 

“Saya sudah memiliki pacar.” Silvi menyilangkan tangannya di dada, walau dirinya dan Julian tidak pernah mendeklarasikan diri mereka sebagai pacar secara resmi, tapi tidak ada kata lain yang dapat mendeskripsikan perasaan dan hubungan mereka.

Julian memegang dagunya, berpura-pura berpikir. “Ah ya, Samuel bukan? Wajahnya saat ia melihatku membantumu sangat menarik.”

Silvi merenggut, wajahnya memerah karena kesal, tapi dia berusaha berbicara dengan setenang mungkin. “Apa anda melakukan ini semua dengan sengaja? Bukan seperti ini caranya jika anda menyukai seseorang...”

Julian memandang Silvi yang terlihat berusaha keras menahan emosinya, tangannya yang tadi hanya ia lipat di dadanya, sekarang menggenggam lengannya sendiri dengan kuat. Seolah berusaha menyalurkan emosi yang ia rasakan pada dirinya sendiri.

Julian selalu menyukai perubahan emosi yang ditunjukkan oleh Silvi. Wanita ini selalu merasa bahwa dirinya berada puncak, bebas melakukan apapun yang ia inginkan. Dulu ia senang berpura-pura bersikap baik di depan orang tertentu yang menguntungkannya.

Tapi ia juga tidak segan-segan menginjak-injak orang yang tidak ia anggap penting. Memperlakukan mereka seolah mereka bukanlah apa-apa dengan ekspresi tidak peduli di wajahnya.

Dia selalu begitu, ia hanya menunjukkan dua ekspresi, ekspresi baik yang dibuat-buat, dan ekspresi tidak peduli yang ia tunjukkan kepada orang yang tidak penting bagi dirinya. Dan Julian menyukai ekspresi yang paling jarang ditunjukkan oleh Silvi di depan banyak orang. Ekspresi terganggu dan tidak senang darinya.

Silvi tidak menyukai makanan yang terlalu manis, jadi dia menghadiahkan banyak coklat untuknya. Silvi tidak menyukai boneka karena menurutnya boneka itu menyeramkan. Jadi setiap hari senin, Silvi akan menemukan sebuah boneka baru di dalam lokernya. 

Silvi adalah orang yang bersikap dengan penuh perhitungan, jadi ketika ada seseorang yang bersikap baik padanya tanpa alasan, dia akan curiga. Silvi juga tidak suka terlihat bersama dengan Julian yang dicap aneh karena caranya memberikan hadiah pada Silvi, jadi Julian melakukan segala cara agar Silvi mau bertemu berdua dengannya. 

Julian menyeringai, ekspresi jijik dan kesal yang muncul di wajah Silvi saat ia tidak memiliki pilihan selain menemui Julian setelah membaca surat Julian yang mengatakan bahwa ia akan mengungkapkan perasaannya di hadapan seluruh teman sekelas mereka jika Silvi menolak datang, masih begitu segar di ingatannya. 

Wanita itu sangat menghibur, ia begitu memperhatikan citra dirinya di mata orang lain, tapi di saat yang bersamaan, ia tidak mampu mengendalikan ekspresinya yang begitu jujur jika seseorang membuat masalah dengan sengaja.

Bahkan saat itu Julian tidak mampu menahan tawa dan menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan tawa itu dari Silvi. Silvi mungkin akan semakin marah jika dia tau ekspresi macam apa yang ditunjukkan Julian saat pertemuan mereka dulu. Oh, dan tentu saja Julian sangat ingin melihatnya.

Dan ia memiliki kesempatan itu kembali sekarang, untuk melihat ekspresi yang paling ia inginkan di wajah Silvi.

“Ah benar, lagi pula yang sedang aku sukai saat ini adalah seorang Silvi. Yang mulia Silvi. Yang selalu memandang orang lain lebih rendah darinya. Lucu sekali bukan seseorang seperti itu saat ini bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang staff biasa. Sejak pertama kali aku tahu bahwa kamu bekerja di sini aku selalu bertanya-tanya.. Apa yang terjadi pada Silviku?”

Silvi mengerutkan keningnya, ia menegakkan tubuhnya, pembicaraan ini mulai membuatnya merasa tidak nyaman. Ia bahkan tidak dapat melakukan apapun saat Julian berjalan mendekat dan memegang bahunya dengan kedua tangan besar miliknya.

“Seorang putri dari seorang CEO dan aktris terkenal, apa yang membuatnya masuk ke kehidupan biasa seperti ini? Ia bahkan tidak dapat melakukan apapun ketika rekan kerjanya memfitnahnya satu tahun yang lalu. Sama sekali bukan seperti Silviku yang akan menginjak orang-orang seperti itu. Jadi aku melakukan sedikit pencarian tentang dirimu.”

“Apa…”

“Silvi sang anak haram.” Silvi dapat merasakan wajahnya memucat, tubuhnya terasa lemas, jika bukan karena tangan Julian yang tiba-tiba sudah berada di pinggangnya, mungkin ia sudah akan jatuh karena perasaan kaget yang menderanya.

“Anak yang lahir dari darah ibunya dan supir di rumah mereka, tapi tentu saja ibumu yang seorang aktris terkenal itu sangat hebat dalam berakting. Ia bahkan dapat menyembunyikan kenyataannya selama bertahun-tahun. Hingga kamu duduk di kelas tiga SMA.”

“Sayang sekali aku tidak berada di sini saat itu, hingga aku melewatkan momen di mana wajah orang tuamu terus muncul di televisi selama berbulan-bulan setelah skandal ini mencuat. Dan aku harus memujimu yang masih dapat lulus dengan baik dari sekolah dengan segala isu yang menyertaimu.”

“Katakan padaku Silvi, bagaimana rasanya dibuang oleh orang yang kamu anggap sebagai ayahmu selama ini? Bagaimana rasanya ketika ibumu juga ikut membuangmu karena menganggapmu sebagai pembawa sial di kehidupannya yang sempurna?” Silvi menggigit bibir bawahnya dengan kuat, sejauh mana Julian mencari tahu tentangnya…

Julian  memegang tangan Silvi, mengelusnya dengan sayang dengan senyuman yang tulus. Ini akan terlihat seperti adegan romantis, jika saja perkataan Julian selanjutnya tidak pernah ia lontarkan.

“Katakan padaku Silvi, bagaimana rasanya ketika tangan yang tidak pernah bekerja ini secara tiba-tiba harus menopang dirimu sendirian tanpa bantuan orang lain? Bukankah itu sangat berat?”

“Apakah pacarmu itu mengetahui soal ini?” Silvi melebarkan matanya, pria ini… tidak bermaksud untuk mengatakan semuanya pada Samuel kan?

“Bagaimana menurutmu? Apakah Samuel akan mampu menerima dirimu dan seluruh latar belakang dirimu?” Julian membawa tangan Silvi ke wajahnya, mengelus wajahnya sendiri dengan tangan kecil milik Silvi sambil menatapnya dengan tatapan tajam.

“Apakah dirinya tahu bahwa dirimu yang dulu tidak ubahnya seorang pembully? Seseorang yang merasa dirinya jauh lebih baik dibandingkan orang lain. Hingga ilusi itu dihapuskan oleh kenyataan.”

“Cukup…” Silvi berbicara dengan lirih, suaranya bergetar hebat.

“Tapi jangan khawatir Silvi, karena jika ia tidak dapat menerima dirimu sepenuhnya, maka aku akan melakukannya dengan sepenuh hati.”

Pria ini sudah gila….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hate You To The Bone   ORANG JAHAT TIDAK BERUBAH SEPENUHNYA

    Silvi membuka pintu ruangannya perlahan, berharap tidak ada yang menyadarinya. Tapi keinginan sekecil itu pun terasa sangat berlebihan di situasi ini. Semua orang yang berada dalam ruangan langsung memalingkan wajah mereka ke arah Silvi. Semua orang memandangnya dengan tatapan penasaran, kecuali Samuel yang langsung mengalihkan pandangannya kembali pada laptop di hadapannya.Silvi berusaha bersikap seolah tidak ada apa-apa saat berjalan ke mejanya, tapi jelas orang-orang disekitarnya tidak akan melewatkan kesempatan untuk bertanya langsung pada dirinya.“Aku dengar dari Pak Adrian kamu pernah satu sekolah dengan Pak Julian?” Atas dasar apa Pak Adrian menyebarkan cerita itu?Silvi menatap ke arah Dona yang melemparkan pertanyaan, “Iya, tapi hanya selama satu tahun.” Silvi menyerah, jika dia mengelak atau berbohong hal itu hanya akan memperparah keadaan.“Oh, kenapa tadi kamu ga bilang?”Silvi mengangkat bahunya, “Karena kami hanya satu sekolah sebentar, jadi aku rasa itu tidak penting.

    Last Updated : 2025-03-09
  • Hate You To The Bone   HARI ITU

    Hari itu tidak seperti biasanya, Pak Beni, supir keluarganya, terlambat menjemputnya! Silvi yang sejak tadi duduk tenang mulai gelisah saat melihat teman-temannya sudah pulang satu persatu. Mobil yang menjemput Sharon, satu-satunya temannya yang sedang menunggu jemputan bersamanya, berhenti di depan mereka. Membuat Silvi semakin kesal.Ia akan memastikan bahwa Pak Beni akan mendapatkan hukuman karena telah membuatnya menunggu selama berjam-jam.“Supir kamu masih belum bisa dihubungin? Mau pulang bareng?” Sharon bertanya sambil membuka pintu mobil di hadapan mereka. Silvi melihat ke dalam mobil itu, ayah Sharon yang menjemputnya tersenyum kepada Silvi.Sebenarnya Silvi tidak mau, ia tidak suka naik ke sembarang mobil milik orang lain, apalagi apabila mobil itu tidak termasuk ke dalam ‘standar’ milik Silvi. Terserah saja jika ada yang menganggap dirinya angkuh. Lagipula keluarganya mampu memenuhi standar itu.Tapi ia juga sama tidak Sukanya jika harus menunggu supir keluarganya itu data

    Last Updated : 2025-03-14
  • Hate You To The Bone   SEMUANYA

    Silvi memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Alicia, ibunya. Rasa panas mulai menjalar di sana, matanya melebar karena tidak menduga perlakuan ibunya.“SEMUA KARENA KAMU! TIDAK SEHARUSNYA KAMU LAHIR!” Belum hilang rasa shock akibat tamparan yang diterimanya, sekarang dia juga harus memproses perkataan ibunya. Kenapa? Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya telah ia lakukan?“JANGAN BERANI-BERANINYA KAMU MENYALAHKAN ANAK YANG TIDAK PERNAH MINTA DILAHIRKAN DARI RAHIM PEREMPUAN JALANG SEPERTI KAMU! SEHARUSNYA KAMU YANG MEMOHON MAAF ATAS KELAKUANMU SENDIRI!!” Silvi melihat ke arah ayahnya yang balas berteriak pada ibunya, pria itu melangkah mendekat ke arah mereka dan menarik bahu sang istri, ayahnya yang tidak pernah sekalipun meninggikan suara pada ibunya sekarang berteriak dengan begitu keras, dan bahkan memperlakukan ibunya dengan kasar.“SUDAH KUBILANG AKU BUKAN WANITA JALANG, ITU HANYA SEBUAH KESALAHAN SATU MALAM, AKU BAHKAN TIDAK TAHU KALAU ANAK HARAM INI BUKAN ANAKMU.”Nafas

    Last Updated : 2025-03-16
  • Hate You To The Bone   1. Pertemuan Kembali

    “Kamu nggak mendengarkan kata sambutanku sampai akhir.” Suara itu tenang dan ramah, terlalu ramah hingga membuat Silvi terlalu takut untuk mengangkat wajahnya. Sambutan, arti dari kata itu sudah melebur jika dia yang menyebutkannya. Itu bukan lagi omong kosong atau kata yang sebenarnya tak berarti yang diucapkan di atas panggung. Kata sambutan dari pria itu tidak pernah berarti ucapan selamat datang atau perkenalan. Tapi pengingat yang terus mengatakan bahwa ia tidak akan bisa lari dari dirinya. Sama seperti hari ini, ketika ia kira sekarang masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Hari-hari di mana ia bisa lepas dari kendali pria itu. Tapi dia kembali, naik ke atas panggung lengkap dengan sambutan kepadanya, sebagai anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan semua orang bertepuk tangan, seolah mereka saling bekerja sama, mengejek ilusi kebebasan yang telah Silvi bangun selama ini. Tidak ada yang berubah, semua masih sama dengan saat itu, saat Silvi hanya seorang siswa yang

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hate You To The Bone   PERTEMUAN KEMBALI

    “Aku menyukaimu, apa kamu mau menjadi pacarku?” Silvi menatap teman sekelas yang berada di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. Anak ini selalu mengusiknya, caranya memberikan perhatian yang tidak penting serta hadiah-hadiah yang sering muncul di meja dan lokernya sangat mengganggu.Jangankan berpacaran, jika teman-teman Silvi tau bahwa pria culun bertubuh kurus kering ini menyatakan cinta padanya yang terkenal sebagai anak tercantik di kelas mereka, ia pati akan diledek habis-habisan.Ah sialan, bahkan wajah merahnya yang sedang tertunduk malu dihadapan Silvi sangat mengganggu. Apa tidak ada yag memberitahunya bahwa caranya bersikap terlihat seperti orang bodoh?“Apa kamu pernah melihat dirimu sendiri di cermin?” Syukurnya sepertinya anak ini tidak sebodoh penampilannya Tangannya yang mengepal serta ekspresi wajahnya yang mengeras jelas berarti ia memahami apa maksud dari pertanyaan sakartis Silvi.“Sial!” Silvi mengumpat, apa dia terlihat seperti bisa dimiliki oleh siapa saja? K

    Last Updated : 2025-02-07
  • Hate You To The Bone   FIRASAT BURUK

    Silvi langsung memperhatikan sekitarnya, untungnya sepertinya seluruh rekan kerjanya masih berada di dalam ballroom dan tidak melihat dirinya sedang berdua dengan Julian. Dia memutuskan untuk memanfaatkan momen ini untuk meminta maaf dengan Julian. Dengan begitu mungkin mereka berdua bisa meletakkan masa lalu di belakang. “Saya minta maaf atas semua hal yang pernah terjadi di masa lalu.” Silvi berucap dengan tulus, menundukkan kepalanya serendah mungkin di hadapan Julian. “Hal apa lebih tepatnya?” “Semua hal buruk yang pernah saya katakan di masa lalu.” Silvi masih tidak mengangkat kepalanya, ia ingin Julian merasakan ketulusan dari permintaan maafnya. Julian mengangkat wajah Silvi dengan telunjuknya, memaksa Silvi untuk menatap matanya. Pria itu sedang tersenyum, senyuman yang entah kenapa membuat SIlvi merinding saat melihatnya. “Kamu masih secantik yang aku ingat.” Silvi mengernyitkan dahinya. “Maaf?” Jemari Julian yang berada di dagu Silvi bergerak ke rambutnya, menyentuh he

    Last Updated : 2025-02-10
  • Hate You To The Bone   JANGAN SENTUH AKU

    Sejak malam itu Silvi terus merasa khawatir, ada banyak skenario yang terus berputar di otaknya tentang bagaimana Julian akan memperlakukannya. Akankah ia memperlakukannya seperti sampah di hadapan orang lain? Akankah dia mengeluarkan hinaan bagi Silvi, tentang bagaimana dirinya sekarang berada di level yang jauh lebih tinggi darinya? Atau apakah Julian akan mengabaikannya?Silvi berharap bahwa yang terakhirlah yang menjadi kenyataan. Jika dua skenario lainnya yang akan menjadi kenyataan, maka Silvi akan tamat. Silvi berusaha menenangkan dirinya. JIka ini adalah sesuatu yang bisa ia tahan, maka ia akan bertahan untuk bekerja di sini, karena tidak ada tempat lain yang bisa membayarnya lebih baik di perusahaan ini.Tapi di sisi lain, ia juga terus membawa surat resign di dalam tasnya, siap ia layangkan kapanpun ia butuhkan. Silvi berjalan dengan cepat meninggalkan Lift sambil menundukkan kepalanya, berharap agar ia bisa segera masuk ke ruangannya tanpa menemui Julian. Ia hampir saja te

    Last Updated : 2025-03-04
  • Hate You To The Bone   SENYUM PALSU

    Tapi Julian tidak mengindahkan perkataan Silvi. “Sil, kopi buat kamu.” Silvi mengangkat alisnya bingung saat Lina, teman seruangannya membawakannya segelas kopi hangat dari luar.“Loh, tumben? Ada angin apa kamu beliin aku kopi?” Walau mereka sudah bekerja sama cukup lama, Lina bukanlah tipe orang yang akan membelikan sesuatu kecuali jika Silvi sedang berulang tahun.Lina menggelengkan kepalanya, “Dari Pak Julian.”“Buat Silvi aja nih? Buat kita yang lain ga ada?” Dona, teman seruangannya yang lain ikut bertanya penasaran.“Tadi aku dititipin Pak Adrian, katanya dari Pak Julian buat Silvi.” Dan saat Silvi menyadarinya hampir seluruh mata yang berada di ruangan itu sudah mengarah ke arahnya. Termasuk tatapan Samuel, atasan sekaligus pria yang sedang dekat dengan Silvi.Silvi menggeleng cepat, “Ga ada hubungan apa-apa!” suaranya tegas, ia tidak ingin dihubungkan dengan Julian, terutama tidak di depan pria yang sedang dekat dengan dirinya.“Loh terus, kenapa Pak Julian tiba-tiba kirimi

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Hate You To The Bone   SEMUANYA

    Silvi memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh Alicia, ibunya. Rasa panas mulai menjalar di sana, matanya melebar karena tidak menduga perlakuan ibunya.“SEMUA KARENA KAMU! TIDAK SEHARUSNYA KAMU LAHIR!” Belum hilang rasa shock akibat tamparan yang diterimanya, sekarang dia juga harus memproses perkataan ibunya. Kenapa? Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya telah ia lakukan?“JANGAN BERANI-BERANINYA KAMU MENYALAHKAN ANAK YANG TIDAK PERNAH MINTA DILAHIRKAN DARI RAHIM PEREMPUAN JALANG SEPERTI KAMU! SEHARUSNYA KAMU YANG MEMOHON MAAF ATAS KELAKUANMU SENDIRI!!” Silvi melihat ke arah ayahnya yang balas berteriak pada ibunya, pria itu melangkah mendekat ke arah mereka dan menarik bahu sang istri, ayahnya yang tidak pernah sekalipun meninggikan suara pada ibunya sekarang berteriak dengan begitu keras, dan bahkan memperlakukan ibunya dengan kasar.“SUDAH KUBILANG AKU BUKAN WANITA JALANG, ITU HANYA SEBUAH KESALAHAN SATU MALAM, AKU BAHKAN TIDAK TAHU KALAU ANAK HARAM INI BUKAN ANAKMU.”Nafas

  • Hate You To The Bone   HARI ITU

    Hari itu tidak seperti biasanya, Pak Beni, supir keluarganya, terlambat menjemputnya! Silvi yang sejak tadi duduk tenang mulai gelisah saat melihat teman-temannya sudah pulang satu persatu. Mobil yang menjemput Sharon, satu-satunya temannya yang sedang menunggu jemputan bersamanya, berhenti di depan mereka. Membuat Silvi semakin kesal.Ia akan memastikan bahwa Pak Beni akan mendapatkan hukuman karena telah membuatnya menunggu selama berjam-jam.“Supir kamu masih belum bisa dihubungin? Mau pulang bareng?” Sharon bertanya sambil membuka pintu mobil di hadapan mereka. Silvi melihat ke dalam mobil itu, ayah Sharon yang menjemputnya tersenyum kepada Silvi.Sebenarnya Silvi tidak mau, ia tidak suka naik ke sembarang mobil milik orang lain, apalagi apabila mobil itu tidak termasuk ke dalam ‘standar’ milik Silvi. Terserah saja jika ada yang menganggap dirinya angkuh. Lagipula keluarganya mampu memenuhi standar itu.Tapi ia juga sama tidak Sukanya jika harus menunggu supir keluarganya itu data

  • Hate You To The Bone   ORANG JAHAT TIDAK BERUBAH SEPENUHNYA

    Silvi membuka pintu ruangannya perlahan, berharap tidak ada yang menyadarinya. Tapi keinginan sekecil itu pun terasa sangat berlebihan di situasi ini. Semua orang yang berada dalam ruangan langsung memalingkan wajah mereka ke arah Silvi. Semua orang memandangnya dengan tatapan penasaran, kecuali Samuel yang langsung mengalihkan pandangannya kembali pada laptop di hadapannya.Silvi berusaha bersikap seolah tidak ada apa-apa saat berjalan ke mejanya, tapi jelas orang-orang disekitarnya tidak akan melewatkan kesempatan untuk bertanya langsung pada dirinya.“Aku dengar dari Pak Adrian kamu pernah satu sekolah dengan Pak Julian?” Atas dasar apa Pak Adrian menyebarkan cerita itu?Silvi menatap ke arah Dona yang melemparkan pertanyaan, “Iya, tapi hanya selama satu tahun.” Silvi menyerah, jika dia mengelak atau berbohong hal itu hanya akan memperparah keadaan.“Oh, kenapa tadi kamu ga bilang?”Silvi mengangkat bahunya, “Karena kami hanya satu sekolah sebentar, jadi aku rasa itu tidak penting.

  • Hate You To The Bone   ANAK HARAM

    “Apa yang sebenarnya anda inginkan?” Silvi langsung membuka mulutnya setelah ia memastikan bahwa ia hanya berdua dengan Julian di gudang arsip. Ini baru hari ketiga dirinya bertemu Julian, dan pria ini sudah melakukan hal yang merugikan dirinya. Julian meletakkan kardus yang sebelumnya berada di tangannya ke lantai, sebelum akhirnya berbalik dan menjalan mendekat ke arah Silvi. “Tidak ada yang berubah sejak terakhir kali kita bertemu Silvi, aku masih menginginkanmu.” “Saya sudah memiliki pacar.” Silvi menyilangkan tangannya di dada, walau dirinya dan Julian tidak pernah mendeklarasikan diri mereka sebagai pacar secara resmi, tapi tidak ada kata lain yang dapat mendeskripsikan perasaan dan hubungan mereka.Julian memegang dagunya, berpura-pura berpikir. “Ah ya, Samuel bukan? Wajahnya saat ia melihatku membantumu sangat menarik.”Silvi merenggut, wajahnya memerah karena kesal, tapi dia berusaha berbicara dengan setenang mungkin. “Apa anda melakukan ini semua dengan sengaja? Bukan sepe

  • Hate You To The Bone   SENYUM PALSU

    Tapi Julian tidak mengindahkan perkataan Silvi. “Sil, kopi buat kamu.” Silvi mengangkat alisnya bingung saat Lina, teman seruangannya membawakannya segelas kopi hangat dari luar.“Loh, tumben? Ada angin apa kamu beliin aku kopi?” Walau mereka sudah bekerja sama cukup lama, Lina bukanlah tipe orang yang akan membelikan sesuatu kecuali jika Silvi sedang berulang tahun.Lina menggelengkan kepalanya, “Dari Pak Julian.”“Buat Silvi aja nih? Buat kita yang lain ga ada?” Dona, teman seruangannya yang lain ikut bertanya penasaran.“Tadi aku dititipin Pak Adrian, katanya dari Pak Julian buat Silvi.” Dan saat Silvi menyadarinya hampir seluruh mata yang berada di ruangan itu sudah mengarah ke arahnya. Termasuk tatapan Samuel, atasan sekaligus pria yang sedang dekat dengan Silvi.Silvi menggeleng cepat, “Ga ada hubungan apa-apa!” suaranya tegas, ia tidak ingin dihubungkan dengan Julian, terutama tidak di depan pria yang sedang dekat dengan dirinya.“Loh terus, kenapa Pak Julian tiba-tiba kirimi

  • Hate You To The Bone   JANGAN SENTUH AKU

    Sejak malam itu Silvi terus merasa khawatir, ada banyak skenario yang terus berputar di otaknya tentang bagaimana Julian akan memperlakukannya. Akankah ia memperlakukannya seperti sampah di hadapan orang lain? Akankah dia mengeluarkan hinaan bagi Silvi, tentang bagaimana dirinya sekarang berada di level yang jauh lebih tinggi darinya? Atau apakah Julian akan mengabaikannya?Silvi berharap bahwa yang terakhirlah yang menjadi kenyataan. Jika dua skenario lainnya yang akan menjadi kenyataan, maka Silvi akan tamat. Silvi berusaha menenangkan dirinya. JIka ini adalah sesuatu yang bisa ia tahan, maka ia akan bertahan untuk bekerja di sini, karena tidak ada tempat lain yang bisa membayarnya lebih baik di perusahaan ini.Tapi di sisi lain, ia juga terus membawa surat resign di dalam tasnya, siap ia layangkan kapanpun ia butuhkan. Silvi berjalan dengan cepat meninggalkan Lift sambil menundukkan kepalanya, berharap agar ia bisa segera masuk ke ruangannya tanpa menemui Julian. Ia hampir saja te

  • Hate You To The Bone   FIRASAT BURUK

    Silvi langsung memperhatikan sekitarnya, untungnya sepertinya seluruh rekan kerjanya masih berada di dalam ballroom dan tidak melihat dirinya sedang berdua dengan Julian. Dia memutuskan untuk memanfaatkan momen ini untuk meminta maaf dengan Julian. Dengan begitu mungkin mereka berdua bisa meletakkan masa lalu di belakang. “Saya minta maaf atas semua hal yang pernah terjadi di masa lalu.” Silvi berucap dengan tulus, menundukkan kepalanya serendah mungkin di hadapan Julian. “Hal apa lebih tepatnya?” “Semua hal buruk yang pernah saya katakan di masa lalu.” Silvi masih tidak mengangkat kepalanya, ia ingin Julian merasakan ketulusan dari permintaan maafnya. Julian mengangkat wajah Silvi dengan telunjuknya, memaksa Silvi untuk menatap matanya. Pria itu sedang tersenyum, senyuman yang entah kenapa membuat SIlvi merinding saat melihatnya. “Kamu masih secantik yang aku ingat.” Silvi mengernyitkan dahinya. “Maaf?” Jemari Julian yang berada di dagu Silvi bergerak ke rambutnya, menyentuh he

  • Hate You To The Bone   PERTEMUAN KEMBALI

    “Aku menyukaimu, apa kamu mau menjadi pacarku?” Silvi menatap teman sekelas yang berada di hadapannya dengan tatapan tidak percaya. Anak ini selalu mengusiknya, caranya memberikan perhatian yang tidak penting serta hadiah-hadiah yang sering muncul di meja dan lokernya sangat mengganggu.Jangankan berpacaran, jika teman-teman Silvi tau bahwa pria culun bertubuh kurus kering ini menyatakan cinta padanya yang terkenal sebagai anak tercantik di kelas mereka, ia pati akan diledek habis-habisan.Ah sialan, bahkan wajah merahnya yang sedang tertunduk malu dihadapan Silvi sangat mengganggu. Apa tidak ada yag memberitahunya bahwa caranya bersikap terlihat seperti orang bodoh?“Apa kamu pernah melihat dirimu sendiri di cermin?” Syukurnya sepertinya anak ini tidak sebodoh penampilannya Tangannya yang mengepal serta ekspresi wajahnya yang mengeras jelas berarti ia memahami apa maksud dari pertanyaan sakartis Silvi.“Sial!” Silvi mengumpat, apa dia terlihat seperti bisa dimiliki oleh siapa saja? K

  • Hate You To The Bone   1. Pertemuan Kembali

    “Kamu nggak mendengarkan kata sambutanku sampai akhir.” Suara itu tenang dan ramah, terlalu ramah hingga membuat Silvi terlalu takut untuk mengangkat wajahnya. Sambutan, arti dari kata itu sudah melebur jika dia yang menyebutkannya. Itu bukan lagi omong kosong atau kata yang sebenarnya tak berarti yang diucapkan di atas panggung. Kata sambutan dari pria itu tidak pernah berarti ucapan selamat datang atau perkenalan. Tapi pengingat yang terus mengatakan bahwa ia tidak akan bisa lari dari dirinya. Sama seperti hari ini, ketika ia kira sekarang masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Hari-hari di mana ia bisa lepas dari kendali pria itu. Tapi dia kembali, naik ke atas panggung lengkap dengan sambutan kepadanya, sebagai anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan semua orang bertepuk tangan, seolah mereka saling bekerja sama, mengejek ilusi kebebasan yang telah Silvi bangun selama ini. Tidak ada yang berubah, semua masih sama dengan saat itu, saat Silvi hanya seorang siswa yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status