Home / Urban / Hasrat sang PEBINOR / Sirnanya Harga Diri

Share

Sirnanya Harga Diri

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Rochman pun merebahkan tubuhnya di atas kasur. Netranya menerawang langit-langit kamar ....

"Mungkinkah Jhulie bukan jodohku? Apakah aku siap, bercerai dengannya?" Tanpa disadari wajahnya telah banjir oleh air mata.

Pria itu tidak tahu, harus bagaimana. Dia tidak menyesal menikahi Jhulie, namun dia sangat heran kenapa sikap istrinya justru jadi berubah sembilan puluh sembilan persen.

Padahal dulu di mata Rochman, Jhulie merupakan sosok pendiam dan patuh. Kalau pun wanita itu merasa tidak puas dengan nafkah batin, dia dapat membicarakan baik-baik dengan Rochman, dan bukan mengambil jalan pintas dengan berselingkuh. Terlebih dengan tetangganya sendiri.

"Gara-gara pindah ke rumah ini, istriku jadi berbuat nekat. Dan ini semua, gara-gara pria brengsek itu," umpat Rochman.

****

Di tempat lain ....

Di sebuah diskotik, Jhulie dan Antonio duduk berhadapan menikmati minuman yang membuat mereka melayang. Antonio menghisap rokok perlahan, dan terus berulang.

Apa kamu yakin, akan bercerai dengan suamimu?" tanya Antonio kepada Jhulie.

"Tentu saja yakin sekali. Dan setelah aku cerai dengan Rochman, aku akan menagih janjimu. Bukankah kamu akan menikahi ku?" ujar Jhulie.

Antonio tersenyum evil, "tentu saja, sayang."

"Tapi kamu janji, setelah kita nikah, kamu jangan seperti suamiku, tidak memberi kepuasan untukku," kata Jhulie.

Antonio pun tertawa terpingkal. "Ternyata kamu maniak seks."

"Wajar saja, kan aku normal. Jujur, semenjak jadi istri Rochman, aku jarang diberi kepuasan. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya," tutur Jhulie.

"Namanya juga laki-laki. Bukankah dia bekerja juga untuk kamu? Dan uang yang dia dapat, untuk menghidupi kamu, kan?" ujar Antonio.

Jhulie menatap wajah Antonio, keningnya berkerut. "Kenapa kamu jadi membela dia?"

"Oh ... tidak, ini tidak seperti yang kamu kira. Maksud ku, kalau kamu masih ingin hidup dengan suami kamu, aku rela kok kalau harus menjadi selingkuhan kamu, sampai kapan pun kamu mau," tutur Antonio bijak.

"Jhulie semakin tidak mengerti dengan ucapan pria di hadapannya itu. "Apa kamu tidak ingin menikah secara resmi, denganku?"

Antonio tertawa sekali lagi. "Aku siap kapan pun menikahi kamu, ya sudah tidak perlu dibahas lagi masalah suami kamu. Malah jadi salam paham."

Jhulie pun memanyunkan bibirnya ....

"Lagian, kamu juga belum cerai dengan suami kamu itu, kok sudah membahas pernikahan denganku," ledek Antonio merasa konyol dengan Jhulie.

"Aku akan mengurus secepatnya, kamu sabar dulu. Kan apa-apa butuh proses," kata Jhulie merasa yakin.

"Iya, kamu fokus dulu saja dengan urusanmu, setelah kamu beneran cerai dengan suami kamu, barulah kita membahas pernikahan kita," lirih Antonio.

Jhulie tersenyum dalam anggukannya.

****

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam. Kedua insan itu sudah dikuasai alkohol.

"Ayo kita cari hotel," ajak Antonio kepada Jhulie.

Jhulie hanya mengangguk tanpa berbicara sepatah kata pun. Pandangannya mulai kabur, dan tubuhnya terasa lemas.

Kini mereka berdua telah berada dalam sebuah kamar ....

Antonio menatap intens wajah Jhulie yang berdiri di hadapannya. Pria itu sungguh terlena akan kecantikan Jhulie.

"Kamu cantik sekali, Jhul, seperti bidadari. Dan tidak ada yang menandingi kecantikan mu ...." Antonio melontarkan kata-kata di luar kesadaran.

Sementara Jhulie yang mendengar ucapan lirih dari bibir Antonio, sama sekali tak mempercayainya.

"Mas, kamu bercanda, kan?" tukas Jhulie sambil menatap Antonio diiringi senyum terpaksa.

Antonio masih menatap Jhulie, dia tidak merespon ucapan wanita itu. Seketika gairah kelelakiannya bangkit. Pria tampan itu segera membopong tubuh Jhulie, dan menidurkannya di atas kasur king size.

Sedangkan Jhulie pun pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Antonio.

Perlahan, Antonio mengecup dan memagut bibir ranum milik Jhulie. Dan saat itu juga, adrenalin Jhulie bermain dan melayang.

Antonio terus memagut bibir ranum Jhulie, sedangkan Jhulie merasakan kenikmatan yang luar biasa, kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Padahal saat itu, Jhulie sudah melakukan perbuatan terlarang itu berkali-kali dengan Antonio. Namun entah mengapa, hari itu dia merasa Antonio lebih perkasa dibanding hari-hari sebelumnya.

Aroma alkohol yang menguar dari mulut Antonio, pun tak dihiraukan oleh Jhulie. Wanita itu terus menikmati setiap ritme, yang dihasilkan oleh Antonio.

Ketika Jhulie tidak membalas, Antonio pun semakin memperdalam pagutannya pada bibir Jhulie.

Jhulie sempat mengingat Rochman suaminya, namun dia segera menampik pikirannya. Wanita itu pun memilih untuk menikmati percintaan gelap bersama Antonio selingkuhannya. Jhulie mulai membalas pagutan bibir Antonio, dan dengan berani pula dia merangkul leher pria itu, hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka.

Mendapat respon dari Jhulie, Antonio pun semakin berani bahkan pria itupun meninggalkan tanda merah pada leher Jhulie.

Suasana kamar yang semula sunyi, kini hanya terdengar deru napas yang saling memburu, dan rintihan sepasang kekasih gelap yang tengah melakukan penyatuan.

Jhulie meremas sprei dengan kuat ketika Antonio telah mencapai puncaknya. Terasa perih di bawah sana. Kini sepasang kekasih gelap itu tertidur pulas dengan posisi saling berhadapan, tangan mereka saling memeluk.

****

Waktu terus bergulir, hari terus berganti. Hubungan Rochman dan Jhulie semakin jauh dari kata harmonis. Sementara Rochman terus menyibukkan diri dengan bekerja mengais rejeki.

Rumah baru yang dibeli oleh Rochman memang berpenghuni, namun seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Kedua insan memilih sibuk dengan dunianya masing-masing.

Sore hari seperti biasa, Jhulie menonton televisi di rumahnya. Namun dia merasa bosan dengan acara televisi, dia pun beranjak dari duduknya hendak masuk ke dalam kamar. Namun seketika netranya mengarah pada sosok Rochman yang berjalan masuk.

"Jhulie, aku pulang," kata Rochman sambil tersenyum ramah ke arah istrinya.

"Memangnya kalau kamu sudah pulang, kenapa?" ketus Jhulie acuh tak acuh tanpa menatap wajah Rochman.

Rochman mengerutkan keningnya, "Jhul, suami pulang disambut, dong."

"Sudah jangan banyak bicara, lama-lama aku muak sama kamu." Jhulie segera berlalu dari hadapan Rochman.

Rochman menghirup napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. 'Ya Tuhan, apa pernikahan ini sudah tidak dapat diselamatkan?' batinnya.

Rochman mendudukkan tubuhnya di atas sofa, netranya mengarah pada televisi yang masih menyala. Pria itu mendadak kehilangan semangatnya. Hendak mandi pun rasanya malas sekali.

Tak lama, Jhulie lewat dengan berpakaian elegan. Aroma parfum vanila menguar ke seluruh ruangan. Wanita itu berjalan ke arah pintu.

"Kamu mau kemana, Jhul? Kenapa tidak pamit?" tanya Rochman tanpa beranjak dari tempat duduknya.

Jhulie tidak menghiraukan pertanyaan suaminya, dia terus berjalan dan membuka pintu.

Klek ....

Blammm ....

Jhulie keluar dan menutup pintu setengah dibanting.

Rochman hanya menggelengkan kepala sambil mengelus dada. Dia benar-benar sedih dengan sikap suaminya itu.

"Sampai kapan, aku akan seperti ini terus? Aku sudah tidak tahan lagi. Kalaupun aku harus cerai, lebih baik aku cerai saja. Tapi ... kapan Jhulie akan menceraikan ku? Tidak mungkin juga aku yang mengakukan gugatan cerai, bisa-bisa jadi pertanyaan orang tuaku, dan juga mertuaku. Aku tidak ingin mereka kecewa," lirih Rochman.

Dengan langkah gontai, Rochman beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki panjangnya ke arah pintu rumah. Dia mengunci pintu takut ada yang masuk. Entah itu seseorang yang tak dikenal, ataupun maling dan sebagainya.

Setelah mengunci pintu, Rochman memandangi jendela rumah yang terbuat dari kaca, hingga dapat terlihat jelas jalanan di depan rumah. Pria itu seolah menatap kepergian istrinya.

"Kapan aku punya istri yang sayang dan perhatian denganku? Yang taat dengan suaminya, dan juga setia."

Rochman berucap, tanpa sadar bulir bening menetes di pipinya.

"Ah, kenapa aku jadi cengeng begini, sih," lirih Rochman.

Related chapters

  • Hasrat sang PEBINOR   Sungguh tak Disangka

    Kini Jhulie sampai di rumah Antonio. Dan tanpa ragu, Jhulie membuka pintu rumah yang rupanya tidak dikunci. Antonio terkesiap, melihat gadis pujaannya datang tiba-tiba.Antonio yang sudah tak dapat lagi menahan hasratnya, pun segera menghampiri Jhulie dan langsung mengecup bibir ranum Jhulie."Sayang, kamu datang kok tidak mengabariku dulu. Suami kamu gimana? Apa dia tidak kepo?" ujar Antonio ramah."Sudah, jangan bahas dia, aku malas dengarnya," tampik Jhulie."Okelah ... aku kangen, sayang," bisik Antonio di telinga Jhulie."Sama, sayang," sahut Jhulie.Mereka berdua pun melakukan adegan panas, namun kali ini sangat panas, dan kali ini Jhulie begitu menikmati permainan Antonio, karena gadis itupun sudah tak dapat menahan hasratnya lagi. Mereka bermain di atas sofa, dengan gaya begitu menantang.Akhirnya permainan selesai, dan kedua insan tersebut terkulai lemas dengan peluh membanjiri seluruh tubuh, hingga akhirnya mereka terlelap dalam tidurnya di atas sofa.Tak lama, Jhulie terban

  • Hasrat sang PEBINOR   Habislah Kesabaran

    Rochman pun menyuruh Jhulie turun dari mobilnya, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Jhulie yang masih berdiri di depan klinik. Kesabaran pria itu serasa habis."Silahkan pergi, dan tunggulah surat cerai dariku," gumam Jhulie lirih.Akhirnya Jhulie menyetop taxi yang kebetulan melintas, dan masuk ke dalam. Sampai di depan rumah Antonio, Jhulie turun dan langsung masuk ke dalam tanpa mengucap salam, atau menekan bel rumah. Dan kebetulan pintu rumah tidak dikunci."Aku hamil, Sayang. Dan usia kandungan ku baru satu minggu," kata Jhulie spontan dengan raut wajah memancarkan keceriaan. Kedua bola mata Antonio membulat seketika. "Kamu hamil?" ulangnya.Jhulie mengangguk antusias.Antonio terdiam untuk beberapa saat. Pria itu kembali mengingat sebuah perjanjian dengan ayahnya. Kalau dia segera menikah dan mempunyai keturunan, dia akan mendapatkan seluruh harta kekayaan ayahnya.Antonio selama ini memang tidak bekerja, dia hanya membantu ayahnya menjual saham dari perusahaan ke perusaha

  • Hasrat sang PEBINOR   Bercerai

    "Aku akan ke pengadilan, dan mengurus surat perceraian kita, tapi tidak dalam waktu dekat ini," tegas Jhulie tanpa menatap ke arah Rochman."Maksud kamu apa?" tanya Rochman menatap heran kepada Jhulie."Kamu tidak paham maksudku?" selidik Jhulie."Lho, bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau kamu akan menceraikan ku? Kenapa sekarang lain lagi ucapan mu?"Jhulie pun mengesah, dia menggaruk kepalanya yang tak gatal itu."Benar, aku memang akan menceraikan mu. Tapi semua butuh proses," tegas Jhulie."Apa lagi yang kamu tunggu? Kamu mau bikin aku tambah menderita lebih parah lagi, baru kamu akan mencampakkan ku, begitu?" bantah Rochman sambil berkacak pinggang."Sudah, aku tidak mau berdebat dengan mu, pokoknya aku akan menceraikan kamu, tapi tidak dalam waktu dekat ini. Kalau kamu masih membantah, tahu sendiri akibatnya," umpat Jhulie kemudian berlalu meninggalkan Rochman, wanita itu masuk ke dalam kamar tamu.'Dasar perempuan pengecut. Apa sih yang dia tunggu? Katanya mau menceraikan k

  • Hasrat sang PEBINOR   Orang Baru

    Jika saja waktu bisa diputar, mungkin bagi pria yang masih saja merasakan sakit hati lantaran diceraikan istrinya itu, lebih memilih terluka fisik daripada hatinya yang terluka.****Suatu pagi, Rochman baru saja datang di restoran tempat dia mengais rejeki."Kamu sudah datang?" sambut pemilik restoran yang merupakan atasan Rochman bernama Jakcson"Eh, sudah, Mister," angguk Rochman ramah."Saya minta tolong, kamu antarkan istri saya ke kantor, karna dia belum begitu mahir bawa mobil. Kebetulan saya akan mengikuti tender di luar kota, dan tidak bisa ditolak, jam sepuluh harus sudah sampai sana. Jadi saya tidak sempat antar istri saya," titah Jackson.Jackson dan istrinya, Sidney adalah orang asing yang menetap di Indonesia. Mereka memiliki sebuah perusahaan yang dikelola bersama. Mereka merintis usaha tersebut dari awal pernikahan mereka, hingga kini menjadi sebuah perusahaan besar.Pasangan suami istri tersebut pun mendirikan sebuah restoran sebagai usaha sampingan, dan dipasrahkan ke

  • Hasrat sang PEBINOR   Pendekatan

    Tiba-tiba dari arah belakang, Sidney memeluk Rochman. Hal itu sontak membuat Rochman terkesiap.Deg ....Jantung Rochman berdetak kencang, iramanya tak beraturan.Cukup lama kedua insan itu diam tak bergeming. Perlahan, Rochman membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini saling berhadapan dengan Sidney.Rochman menatap intens ke arah Sidney. Dia pun salah tingkah."Maaf, kalau saya lancang," kata Sidney menurunkan pandangannya."Eh, em ... tidak apa-apa, santai saja," gugup Rochman."Boleh minta nomer telpon mu?" kata Sidney."Boleh saja," sahut Rochman.Kemudian mereka bertukar nomor ponsel."Apa nanti malam kamu ada acara?" tanya Sidney."Tidak ada," jawab Rochman singkat."Saya ingin ngobrol denganmu," kata Sidney."Huh?" Rochman mengerutkan keningnya. "Mengobrol denganku? Memangnya, Tuan Jackson tidak marah?""Suami saya keluar kota selama tiga hari, jadi dia tidak akan tahu," ujar Sidney santai.Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, Rochman seolah mendapat kesempatan dalam kesempitan.

  • Hasrat sang PEBINOR   Ketahuan

    "Boleh," angguk Sidney tanpa sadar.Rochman pun memesan kamar hotel yang berada di lantai atas di dalam bar tersebut. Kini mereka berdua telah berada di dalam kamar. Mereka duduk di bibir ranjang.Rochman mengambil kesempatan untuk mendekati Sidney lebih jauh."Kenapa Miss mau menuruti ajakan saya?" tanya Rochman kepada Sidney."Sebenarnya, saya haus belaian walaupun saya punya suami," jawab Sidney."Haus belaian? Maksud Miss?" ujar Rochman yang masih belum mengerti dengan ucapan wanita di sebelahnya itu."Suami saya ...." Sidney menghentikan ucapannya."Miss, kalau anda punya uneg-uneg, cerita saja tidak apa-apa, mungkin bisa membuat anda lebih lega," kata Rochman.Sidney tersenyum dipaksa. "Suami saya impoten ...."Rochman terdiam seketika mendengar ucapan Sidney barusan. Dia pun mengesah pelan."Jadi selama ini, Miss tidak pernah berhubungan dengan suami Miss di ranjang?" tanya Rochman akhirnya.Sidney hanya menggeleng lemah."Terus, kenapa Miss mau menikah dengan dia?" heran Rochm

  • Hasrat sang PEBINOR   Pertemuan tak Terduga

    "Saya tahu, Tuan. Saya sudah lancang mengganggu istri Tuan," jawab Rochman tanpa ragu."Kenapa kamu tega melakukan itu?" Jackson mengerutkan keningnya.Rochman menurunkan pandangannya, dia tidak mungkin bercerita, kalau Sidney pun berusaha menggoda dirinya. Karena Rochman yakin, bahwa Jackson tidak akan percaya."Hei, saya sedang bertanya denganmu, tolong dijawab," ketus Jackson."Saya tidak menyangka, ternyata kamu ini seorang PEBINOR pemuas tante-tante. Kamu dapat uang berapa miliar, dari istri saya? Kalau kamu memang butuh uang banyak, jangan sungkan bilang ke saya. Tidak begini caranya," ujar Jackson lantang.Netra Rochman mulai memerah, dan tangannya mengepal. Ucapan Jackson membuatnya sangat terpukul, pria itu merasa harga dirinya mulai diinjak-injak."Maaf, Tuan, saya tahu saya salah, kalau saya harus diberhentikan dari kerjaan saya, saya siap," kata Rochman yang sudah malas berdebat."Kamu tidak akan saya berhentikan, tapi kamu akan saya pindahkan ke restoran cabang, di Kota B

  • Hasrat sang PEBINOR   Tak Ada Tujuan Pasti

    **Kediaman Rumah RochmanTak terasa hari telah menjelang petang. Rochman merasa lapar, dia pun keluar mengendarai mobil berkeliling jalan hingga akhirnya tiba di sebuah restoran mewah.Setelah memarkirkan mobil, pria itu melangkah masuk ke dalam dan langsung duduk di tempat yang telah tersedia.Tak lama seorang pelayan menghampiri. Dia memberikan buku menu kepada Rochman. Pria tersebut pun melihat-lihat menu dalam buku itu.'coba saja ada pembantu di rumah, pasti aku tidak akan repot-repot cari tempat makan. Tinggal bilang saja sama pembantuku, ingin dibuatkan masakan seperti apa,' batin Rochman.'tapi buat apa juga pembantu? Aku sekarang hidup sendiri. Kalau ada anak dan istri, sepertinya cocok pakai pembantu,' lanjut Rochman dalam hati."Maaf, Tuan, apa anda sudah memutuskan, makanan apa yang akan anda pesan?" Ucapan pelayan membuyarkan lamunan Rochman."Maaf, Mbak, saya pesan satu porsi bebek goreng dan coklat panas," kata Rochman akhirnya."Baik, Tuan, mohon ditunggu," angguk sang

Latest chapter

  • Hasrat sang PEBINOR   Akhirnya... (End)

    Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo

  • Hasrat sang PEBINOR   Sesuatu yang Tumbuh

    Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum

  • Hasrat sang PEBINOR   Kemesraan Dua Insan

    Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P

  • Hasrat sang PEBINOR   Cerita Cinta

    Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.

  • Hasrat sang PEBINOR   Cinta tapi Malu

    "Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah

  • Hasrat sang PEBINOR   Mengunjungi Musuh

    Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm

  • Hasrat sang PEBINOR   Sofa Panas

    Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari

  • Hasrat sang PEBINOR   Liburan

    Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan

  • Hasrat sang PEBINOR   Pesona Puput

    Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me

DMCA.com Protection Status