Share

Orang Baru

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jika saja waktu bisa diputar, mungkin bagi pria yang masih saja merasakan sakit hati lantaran diceraikan istrinya itu, lebih memilih terluka fisik daripada hatinya yang terluka.

****

Suatu pagi, Rochman baru saja datang di restoran tempat dia mengais rejeki.

"Kamu sudah datang?" sambut pemilik restoran yang merupakan atasan Rochman bernama Jakcson

"Eh, sudah, Mister," angguk Rochman ramah.

"Saya minta tolong, kamu antarkan istri saya ke kantor, karna dia belum begitu mahir bawa mobil. Kebetulan saya akan mengikuti tender di luar kota, dan tidak bisa ditolak, jam sepuluh harus sudah sampai sana. Jadi saya tidak sempat antar istri saya," titah Jackson.

Jackson dan istrinya, Sidney adalah orang asing yang menetap di Indonesia. Mereka memiliki sebuah perusahaan yang dikelola bersama. Mereka merintis usaha tersebut dari awal pernikahan mereka, hingga kini menjadi sebuah perusahaan besar.

Pasangan suami istri tersebut pun mendirikan sebuah restoran sebagai usaha sampingan, dan dipasrahkan kepada Rochman sebagai tangan kanan mereka, karena kinerja Rochman sangat bagus.

"Oh, baiklah," angguk Rochman.

"Sementara karyawan lain yang akan menunggu restoran ini," lanjut Jackson.

Rochman mengangguk sekali lagi, kemudian Jackson segera masuk ke dalam mobilnya, dan perlahan mobil mulai melaju meninggalkan restoran itu.

Rochman pun masuk ke dalam restoran, dia melihat Sidney sedang duduk.

"Miss, apa mau diantar sekarang?" tanya Rochman sopan.

"Boleh," kata Sidney singkat.

Rochman pun mengangguk, namun diam-diam pria itu menelisik penampilan Sidney dari wajah hingga kakinya.

'cantik juga,' batinnya.

"Oh iya, ini kunci mobilnya," kata Sidney menyerahkan kontak mobil kepada Rochman.

Rochman pun menerima kontak mobil dari tangan Sidney, namun karena nervous, kontak tersebut terjatuh.

Rochman dan Sidney reflek, mereka sama-sama berjongkok hendak mengambil benda itu. Dan kini telapak tangan Sidney berada di bawah, sedangkan telapak tangan Rochman berada di atas telapak tangan Sidney.

Deg ....

Jantung Rochman berdetak kencang, iramanya tak beraturan. Begitu pun dengan Sidney. Perlahan kedua insan itu saling tatap. Wajah Sidney merah merona bak kepiting rebus.

"Ekhem!" Seorang karyawan yang kebetulan baru datang, tanpa sengaja melihat adegan tersebut.

Rochman pun terkesiap, dia segera berdiri sambil menoleh ke arah karyawan itu.

Kemudian Rochman kembali menatap Sidney. "Maaf ...."

"Tidak apa-apa." Sidney ikut berdiri dan kembali menyerahkan kontak mobil itu.

Kali ini Rochman mengambil kontak mobil itu dengan hati-hati.

"Rochman, aku ingin bicara sebentar," kata karyawan tersebut seraya berjalan ke belakang.

Karyawan itu bernama Theo, dia merupakan karyawan terlama yang bekerja di restoran itu. Theo memang tidak begitu menyukai Rochman, lantaran dia iri dengan Rochman karena dijadikan kepercayaan oleh Jackson.

Rochman pun berjalan mengikuti Theo. Kini kedua pria tersebut berada di depan toilet.

"Ada apa?" tanya Rochman tanpa basa basi.

"Aku hanya ingin mengingatkan kamu, untuk tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan," ujar Theo.

"Maksud kamu?" Rochman mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud ucapan Theo.

"Kamu jangan macam-macam dengan Miss Sidney, dia itu istri kesayangan Mister Jackson," tutur Theo.

"Macam-macam yang seperti apa maksud kamu?" tanya Rochman semakin tidak mengerti dengan ucapan Theo.

"Kamu renungkan saja sendiri, apa maksudnya. Sekali lagi aku mergokin kamu macam-macam dengan Miss Sidney, aku tidak segan-segan memberitahukan Mister Jackson, supaya kamu ditindak lanjuti."

Setelah berkata demikian, Theo berlalu begitu saja meninggalkan Rochman.

"Kenapa sih dia?" lirih Rochman sambil tersenyum menertawakan tingkah konyol Theo.

Rochman kemudian melangkahkan kaki panjangnya keluar restoran. Dia melihat Sidney sedang berdiri di dekat mobilnya.

"Maaf, Miss, tadi ada urusan sebentar," dalih Rochman.

"Tidak masalah," kata Sidney tersenyum ramah.

Kini mereka berdua telah berada di dalam mobil. Perlahan, Rochman menggerakkan stang bundarnya.

Tak lama, sampailah mereka di sebuah perusahaan besar. Rochman dan Sidney turun dari mobil.

"Man, tolong bantu saya bawa berkas ini ke ruangan saya, ya," titah Sidney dengan logat khas inggrisnya seraya menyerahkan beberapa dokumen kepada Rochman, dan diterima dengan baik oleh rochman.

"Baik, Miss," angguk Rochman.

Rochman pun berjalan mengekor di belakang Sidney masuk ke kantor, mereka menaiki tangga dan langsung menuju ruang kerja Sidney.

Related chapters

  • Hasrat sang PEBINOR   Pendekatan

    Tiba-tiba dari arah belakang, Sidney memeluk Rochman. Hal itu sontak membuat Rochman terkesiap.Deg ....Jantung Rochman berdetak kencang, iramanya tak beraturan.Cukup lama kedua insan itu diam tak bergeming. Perlahan, Rochman membalikkan tubuhnya hingga posisinya kini saling berhadapan dengan Sidney.Rochman menatap intens ke arah Sidney. Dia pun salah tingkah."Maaf, kalau saya lancang," kata Sidney menurunkan pandangannya."Eh, em ... tidak apa-apa, santai saja," gugup Rochman."Boleh minta nomer telpon mu?" kata Sidney."Boleh saja," sahut Rochman.Kemudian mereka bertukar nomor ponsel."Apa nanti malam kamu ada acara?" tanya Sidney."Tidak ada," jawab Rochman singkat."Saya ingin ngobrol denganmu," kata Sidney."Huh?" Rochman mengerutkan keningnya. "Mengobrol denganku? Memangnya, Tuan Jackson tidak marah?""Suami saya keluar kota selama tiga hari, jadi dia tidak akan tahu," ujar Sidney santai.Bagai pucuk dicinta ulam pun tiba, Rochman seolah mendapat kesempatan dalam kesempitan.

  • Hasrat sang PEBINOR   Ketahuan

    "Boleh," angguk Sidney tanpa sadar.Rochman pun memesan kamar hotel yang berada di lantai atas di dalam bar tersebut. Kini mereka berdua telah berada di dalam kamar. Mereka duduk di bibir ranjang.Rochman mengambil kesempatan untuk mendekati Sidney lebih jauh."Kenapa Miss mau menuruti ajakan saya?" tanya Rochman kepada Sidney."Sebenarnya, saya haus belaian walaupun saya punya suami," jawab Sidney."Haus belaian? Maksud Miss?" ujar Rochman yang masih belum mengerti dengan ucapan wanita di sebelahnya itu."Suami saya ...." Sidney menghentikan ucapannya."Miss, kalau anda punya uneg-uneg, cerita saja tidak apa-apa, mungkin bisa membuat anda lebih lega," kata Rochman.Sidney tersenyum dipaksa. "Suami saya impoten ...."Rochman terdiam seketika mendengar ucapan Sidney barusan. Dia pun mengesah pelan."Jadi selama ini, Miss tidak pernah berhubungan dengan suami Miss di ranjang?" tanya Rochman akhirnya.Sidney hanya menggeleng lemah."Terus, kenapa Miss mau menikah dengan dia?" heran Rochm

  • Hasrat sang PEBINOR   Pertemuan tak Terduga

    "Saya tahu, Tuan. Saya sudah lancang mengganggu istri Tuan," jawab Rochman tanpa ragu."Kenapa kamu tega melakukan itu?" Jackson mengerutkan keningnya.Rochman menurunkan pandangannya, dia tidak mungkin bercerita, kalau Sidney pun berusaha menggoda dirinya. Karena Rochman yakin, bahwa Jackson tidak akan percaya."Hei, saya sedang bertanya denganmu, tolong dijawab," ketus Jackson."Saya tidak menyangka, ternyata kamu ini seorang PEBINOR pemuas tante-tante. Kamu dapat uang berapa miliar, dari istri saya? Kalau kamu memang butuh uang banyak, jangan sungkan bilang ke saya. Tidak begini caranya," ujar Jackson lantang.Netra Rochman mulai memerah, dan tangannya mengepal. Ucapan Jackson membuatnya sangat terpukul, pria itu merasa harga dirinya mulai diinjak-injak."Maaf, Tuan, saya tahu saya salah, kalau saya harus diberhentikan dari kerjaan saya, saya siap," kata Rochman yang sudah malas berdebat."Kamu tidak akan saya berhentikan, tapi kamu akan saya pindahkan ke restoran cabang, di Kota B

  • Hasrat sang PEBINOR   Tak Ada Tujuan Pasti

    **Kediaman Rumah RochmanTak terasa hari telah menjelang petang. Rochman merasa lapar, dia pun keluar mengendarai mobil berkeliling jalan hingga akhirnya tiba di sebuah restoran mewah.Setelah memarkirkan mobil, pria itu melangkah masuk ke dalam dan langsung duduk di tempat yang telah tersedia.Tak lama seorang pelayan menghampiri. Dia memberikan buku menu kepada Rochman. Pria tersebut pun melihat-lihat menu dalam buku itu.'coba saja ada pembantu di rumah, pasti aku tidak akan repot-repot cari tempat makan. Tinggal bilang saja sama pembantuku, ingin dibuatkan masakan seperti apa,' batin Rochman.'tapi buat apa juga pembantu? Aku sekarang hidup sendiri. Kalau ada anak dan istri, sepertinya cocok pakai pembantu,' lanjut Rochman dalam hati."Maaf, Tuan, apa anda sudah memutuskan, makanan apa yang akan anda pesan?" Ucapan pelayan membuyarkan lamunan Rochman."Maaf, Mbak, saya pesan satu porsi bebek goreng dan coklat panas," kata Rochman akhirnya."Baik, Tuan, mohon ditunggu," angguk sang

  • Hasrat sang PEBINOR   Bertemu Calon Mertua

    Seketika Rochman teringat dengan Santi. "Ah, sebaiknya aku telpon Santi saja," gumamnya.Rochman pun mengambil ponselnya, dan menekan nomor Santi."Halo? Siapa, ya?" Tak lama terdengar jawaban dari seberang sana, namun suara seorang pria.Rochman mengerutkan keningnya, dia cepat-cepat memutuskan panggilan ....'sial, kenapa yang angkat laki-laki? Siapa dia? Apakah suami Santi?' batin Rochman bertanya-tanya.Akhirnya, Rochman memutuskan untuk pulang. Sampai di rumah, dia merebahkan tubuhnya di atas kasur di dalam kamarnya. Tentang pria yang mengangkat telponnya, pun masih menjadi tanda tanya dalam benak Rochman.******Kediaman Rumah Antonio"Sayang, aku pulang dulu, sudah malam," pamit Jhulie."Ya sudah, ayo aku antar," kata Antonio."Tidak perlu, aku kan bawa motor," tolak Jhulie."Tapi motor kamu kan bisa ditaruh sini dulu, ini sudah malam, tidak baik seorang perempuan pergi sendirian," ujar Antonio."Sudahlah, aku tidak apa-apa pulang sendiri, kok." Jhulie bersikeras."Ya sudah kal

  • Hasrat sang PEBINOR   Perkenalan

    "Kapan pun kamu mau, aku dan orang tuaku siap, kok," sahut Jhulie sambil memasukkan sendok berisi nasi ke mulutnya.Antonio tersenyum dan mengangguk kepada kedua orang tuanya. Seketika kedua orang tua Antonio memahami tingkah anaknya itu."Baiklah, nanti aku dan orang tuaku akan mengatur waktu yang tepat, setelah itu aku akan mengabarimu," kata Antonio."Oke," angguk Jhulie sambil terus mengunyah makanannya.Selesai makan, Jhulie mengobrol dengan Antonio dan kedua orang tuanya, di teras depan rumah. Lama-lama Jhulie merasa jenuh. Dan tak terasa, sore hari pun tiba ...."Sayang, aku pulang dulu," pamit Jhulie kepada Antonio."Lho, kok buru-buru sih?" heran Ibunda Antonio."Iya, sayang, main-main saja dulu di sini tidak apa-apa, kan," sambung Antonio."Tapi, ini sudah hampir malam," kata Jhulie."Tidak masalah," kata Antonio santai dijawab dengan anggukan kepala kedua orang tuanya."Baiklah," kata Jhulie pasrah.Malam hari tiba, Antonio mengajak Jhulie keluar. Mereka masuk ke dalam mobi

  • Hasrat sang PEBINOR   Mencari Suasana Baru

    Paman Antonio dan Antonio menoleh ke arah Jhulie secara bersamaan."Ada apa, sayang?" tanya Antonio."Eh, tidak ada apa-apa, kok," sangkal Jhulie."Jadi, kapan kalian akan menikah?" Paman Antonio mengulangi pertanyaannya."Saya akan urus secepatnya," sambung Antonio."Baiklah, silahkan habiskan makanannya," ujar Paman Antonio.Antonio dan Jhulie hanya mengangguk. Dan mereka melanjutkan makan malam sambil berbincang."Sayang, gimana sih, aku kan dari tadi di rumah kamu sudah mau pulang, malah diajak kesini," bisik Jhulie kepada Antonio."Sudah tidak perlu diributin, sekarang habiskan makanan mu, setelah ini aku akan mengantarmu pulang," sahut Antonio yang juga berbisik.****Sementara di tempat lain ....Rochman sedang berada di rumahnya menonton televisi, sambil memainkan ponselnya.'Santi sedang apa, ya? Coba aku hubungi,' batin Rochman.Kemudian Rochman mengirim pesan kepada Santi."Malam, San, sedang apa nih?"[Ini, aku sedang tiduran saja.]Sebuah balasan pun dibaca oleh Rochman.

  • Hasrat sang PEBINOR   Ketahuan Berselingkuh

    Rochman yang sedari tadi memperhatikan Santi, pun merasa heran. "Kamu kenapa?""Tidak tahu, tapi kepalaku pusing sekali, dan tubuhku juga lemas," lirih Santi.Rochman tersenyum penuh makna. Dia pun segera memesan kamar hotel yang terletak di lantai atas di dalam night club tersebut.Rochman membawa Santi masuk ke sebuah kamar hotel yang telah dipesan sebelumnya, kemudian dia mengunci pintu kamar itu. Dalam sekejap saja mereka berdua telah berada di atas kasur berukuran king size.Sementara itu, Santi sudah mulai tak sadarkan diri, kepalanya pusing berat, wanita itu melihat ribuan kunang-kunang mengelilingi kepalanya.Ternyata diam-diam Rochman telah memasukan obat perangsang ke dalam minuman yang dipesannya, dia sudah kerjasama dengan pelayan discotik itu, dengan memberikan sejumlah uang kepada pelayan itu.Rochman menatap tajam ke arah Santi, tanpa sadar dia menelan salivanya, ketika melihat tubuh sexy milik Santi. Sementara Santi merasakan sesuatu yang tak biasa dengan tatapan Rochma

Latest chapter

  • Hasrat sang PEBINOR   Akhirnya... (End)

    Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo

  • Hasrat sang PEBINOR   Sesuatu yang Tumbuh

    Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum

  • Hasrat sang PEBINOR   Kemesraan Dua Insan

    Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P

  • Hasrat sang PEBINOR   Cerita Cinta

    Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.

  • Hasrat sang PEBINOR   Cinta tapi Malu

    "Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah

  • Hasrat sang PEBINOR   Mengunjungi Musuh

    Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm

  • Hasrat sang PEBINOR   Sofa Panas

    Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari

  • Hasrat sang PEBINOR   Liburan

    Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan

  • Hasrat sang PEBINOR   Pesona Puput

    Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me

DMCA.com Protection Status