Chapter: Akhirnya... (End)Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Terakhir Diperbarui: 2023-12-05
Chapter: Sesuatu yang TumbuhSatu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Terakhir Diperbarui: 2023-12-05
Chapter: Kemesraan Dua InsanRochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Terakhir Diperbarui: 2023-12-05
Chapter: Cerita CintaKedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
Terakhir Diperbarui: 2023-12-05
Chapter: Cinta tapi Malu"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Terakhir Diperbarui: 2023-12-05
Chapter: Mengunjungi MusuhPuput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Terakhir Diperbarui: 2023-12-05
Bayangan Kelam
Anisa adalah seorang wanita muda yang pernah memiliki segalanya. Karir yang cemerlang, kekasih yang penuh kasih, dan masa depan yang tampak cerah. Namun, dalam hitungan minggu, semuanya runtuh. Kekasihnya, Reza, meninggalkannya tanpa alasan yang jelas, dan karirnya hancur seiring dengan hilangnya kontrak besar yang selama ini menjadi kebanggaannya. Terpuruk dalam keputusasaan dan kesendirian, Anisa merasa hidupnya telah mencapai titik terendah.
Di tengah kegelapan dan kesedihannya, Anisa bertemu dengan seorang pria misterius bernama Arya. Arya muncul dalam hidupnya tanpa peringatan, membawa serta aura kelam yang tidak bisa Anisa abaikan. Meskipun terkesan menakutkan, ada sesuatu tentang Arya yang membuat Anisa merasa tertarik. Sebuah daya tarik yang sulit ia pahami, namun tidak bisa ia lawan.
Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan intens, tetapi juga semakin berbahaya. Arya memiliki rahasia-rahasia gelap yang perlahan mulai terungkap, menarik Anisa ke dalam jaringan manipulasi, ketergantungan, dan perasaan terperangkap yang semakin sulit untuk ia hindari.
Anisa kini terjebak di antara keinginannya untuk menemukan cinta yang ia dambakan dan kenyataan pahit yang dihadapi. Di dalam cinta yang berbalut kegelapan ini, Anisa harus memilih antara melarikan diri dan menyelamatkan diri dari bayang-bayang kelam Arya, atau tetap terjerat dalam hubungan yang berpotensi menghancurkannya.
Baca
Chapter: Bab 85Hari itu, Anisa sedang beristirahat di kamar setelah melewati pagi yang cukup melelahkan. Malik, seperti biasanya, ada di ruang kerja, menyelesaikan pekerjaannya dari rumah. Kehidupan mereka berangsur membaik sejak usia kandungan Anisa memasuki bulan keempat, meskipun Anisa masih sering mengalami rasa lelah.Namun ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi kegemparan ketika telepon rumah berdering dengan suara yang memecah keheningan. Malik yang pertama kali mengangkatnya. Wajahnya yang awalnya tenang mendadak pucat setelah mendengar suara di seberang.“Anisa!” panggilnya sambil berlari ke kamar.Anisa, yang sedang membaca buku, menatap Malik dengan kebingungan. “Ada apa, Malik? Kenapa kamu terlihat panik?”Malik menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum menyampaikan kabar buruk itu. “Rumah orang tuamu... kebakaran.”Kata-kata itu seperti petir di siang bolong bagi Anisa. Tubuhnya lemas, dan buku yang ia pegang terjatuh ke lantai. “Apa? Bagaimana bisa? Apa mereka selama
Terakhir Diperbarui: 2025-01-10
Chapter: Bab 84Empat bulan telah berlalu sejak Anisa dinyatakan hamil. Perutnya mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan, dan hal itu membawa kebahagiaan tersendiri bagi Malik. Ia selalu mencium perut Anisa setiap pagi sebelum berangkat kerja, berbicara pada bayi mereka dengan penuh kasih sayang.Namun, di balik kebahagiaan itu, ada kekhawatiran yang mulai muncul. Selama seminggu terakhir, Anisa sering merasakan kram di bagian bawah perutnya. Awalnya ia mengabaikannya, menganggap itu bagian dari kehamilan. Tetapi, rasa kram itu semakin sering datang, terutama ketika ia terlalu lama berdiri atau berjalan.Suatu pagi, setelah selesai sarapan, Anisa mencoba membereskan meja makan. Baru beberapa menit ia berdiri, rasa kram itu datang lagi, kali ini lebih menyakitkan dari sebelumnya. Anisa terhuyung dan segera duduk di kursi terdekat, menahan perutnya sambil meringis kesakitan.“Anisa, kamu kenapa?” tanya Malik yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat istrinya dalam keadaan seperti itu, ia segera m
Terakhir Diperbarui: 2025-01-09
Chapter: Bab 83Seminggu setelah dokter mengonfirmasi kehamilan Anisa, kehidupan mereka berubah menjadi serangkaian momen yang dipenuhi kebahagiaan. Anisa dan Malik mulai merencanakan masa depan dengan antusias. Malik, yang selalu menjadi pendamping setia, bahkan mulai mengurangi jam kerjanya agar bisa lebih banyak berada di rumah untuk menemani istrinya.Namun, kebahagiaan itu mulai terusik suatu pagi ketika Anisa merasakan kram yang tidak biasa di bagian bawah perutnya. Awalnya ia menganggap itu hanya gejala kehamilan biasa, seperti yang pernah ia baca di buku-buku kehamilan. Tetapi saat rasa sakit itu datang kembali dengan intensitas yang lebih kuat, kekhawatiran mulai merayapi dirinya.“Malik, aku merasa ada yang tidak beres,” ucap Anisa dengan suara pelan saat mereka sedang sarapan pagi. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya gemetar saat memegang cangkir teh hangat.Malik segera meletakkan sendoknya dan menatap istrinya dengan serius. “Apa yang kamu rasakan, Sayang? Apa perutmu sakit lagi?” tanya
Terakhir Diperbarui: 2025-01-05
Chapter: Bab 82Sudah sebulan sejak Anisa dan Malik melanjutkan hidup mereka sebagai pasangan suami istri. Setiap hari, mereka semakin merasakan kedalaman cinta yang terjalin di antara mereka. Setiap percakapan, setiap senyum, bahkan setiap sentuhan terasa lebih berarti. Mereka merasa bahwa hidup mereka penuh dengan kebahagiaan yang terus tumbuh.Namun, pada pagi yang cerah itu, Anisa merasa ada yang berbeda. Ada rasa mual yang tiba-tiba datang dan perutnya terasa tidak enak. Ia merasa lelah meskipun baru saja bangun dari tidur. Tetapi, ia mencoba mengabaikannya, berpikir itu hanya efek samping dari kelelahan beberapa hari terakhir karena kesibukan mereka yang semakin padat.Pagi itu, Malik juga merasa ada yang sedikit aneh dengan Anisa. Dia memperhatikan bahwa istrinya tampak pucat dan kurang bersemangat. Biasanya, Anisa selalu penuh energi, tetapi hari itu, ia terlihat berbeda. Malik memutuskan untuk tidak bertanya lebih dulu, namun perasaan cemas mulai menghinggapi dirinya."Apa kau merasa baik-ba
Terakhir Diperbarui: 2025-01-05
Chapter: Bab 81Malam itu adalah salah satu malam yang tidak akan pernah dilupakan oleh Anisa. Setelah seharian mereka sibuk mendiskusikan rencana pembangunan rumah impian mereka, Malik mengajaknya untuk menghabiskan malam dengan santai di rumah. Tidak ada rencana besar, hanya kebersamaan sederhana yang penuh cinta.Anisa mengenakan gaun tidur berwarna pastel yang ia pilih karena kelembutannya. Ia berjalan menuju ruang tamu, di mana Malik sudah menunggunya dengan sebotol anggur dan dua gelas.“Anggur?” tanya Anisa, sedikit terkejut. “Apa kita sedang merayakan sesuatu?”Malik tersenyum lembut. “Tidak perlu alasan besar untuk merayakan cinta kita, kan?”Anisa duduk di sofa, bersebelahan dengan Malik. Ia menerima gelas anggur yang disodorkan Malik dan menyesapnya perlahan. Rasa manis bercampur pahit menyentuh lidahnya, seperti mengingatkannya pada perjalanan panjang mereka hingga sampai ke titik ini.“Terima kasih, Malik,” kata Anisa tiba-tiba.“Untuk apa?” Malik menatapnya dengan penuh perhatian.“Untu
Terakhir Diperbarui: 2025-01-05
Chapter: Bab 80Hari-hari bersama Malik berlalu dengan penuh kedamaian. Anisa mulai merasakan bahwa hidupnya kembali berjalan di jalur yang benar. Setelah semua kekacauan yang terjadi dalam hidupnya, akhirnya ia menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya tanpa syarat. Malik bukan hanya suami, tapi juga sahabat, pelindung, dan pendamping yang setia.Namun, pagi itu, Anisa merasakan sesuatu yang berbeda. Ia terbangun lebih awal dari biasanya, mendapati Malik masih tertidur pulas di sampingnya. Wajah Malik terlihat tenang, seolah tidak ada beban yang membayangi pikirannya. Anisa tersenyum kecil, lalu menyentuh wajah Malik dengan lembut, menelusuri garis rahangnya yang tegas.“Terima kasih, Malik,” bisik Anisa pelan, meski ia tahu Malik tak akan mendengar. “Untuk segalanya.”Anisa turun dari ranjang dan melangkah menuju dapur. Ia memutuskan untuk membuatkan sarapan sederhana sebagai kejutan untuk Malik. Dalam hati, Anisa mulai memikirkan hal-hal yang ingin ia lakukan bersama Malik.“Aku ingin memu
Terakhir Diperbarui: 2025-01-02