Beranda / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 2. Kotak Warisan Leluhur

Share

Bab 2. Kotak Warisan Leluhur

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 09:51:33

Bimo pun menghampiri kotak jati warisan itu dan langsung menjamahnya.

“Ahks..!” Bimo berseru terkejut, saat merasakan tangannya bagai terkena setrum dan di jalari oleh ribuan semut.

Namun sekuat tenaga Bimo bertahan tetap memegang erat kotak jati ukir itu. Hingga akhirnya hawa hangat bercampur dengan hawa sejuk yang menenangkan, terasa menggantikan rasa mengejutkan itu.

‘Aku hampir saja lupa dengan kotak warisan leluhur warisan Kakek! Tak ada jalan lain lagi! Aku akan memakai warisan ilmu leluhurku ini! Tak peduli apapun resikonya..!’ batin Bimo bertekad.

Klagh! Clapsh..!

Bimo langsung membuka kotak jati ukir seukuran kotak sepatu itu, dan seberkas cahaya merah terang pun langsung memancar dari dalam kotak itu.

Aroma kayu akar wangi dan cendana pun seketika menguar semerbak, di dalam kamar Bimo. Sungguh menebarkan hawa mistis yang kental, namun damai dan menenangkan bagi Bimo.

Nampak sebuah benda bulat sebesar kelereng yang berpijar merah terang, berada di tengah sampul kitab tebal yang cekung di bagian tengahnya.

Srrrhh..!

“Ehh..!” seru terkejut Bimo. Dirasakannya hawa sejuk dan hangat bersamaan mengalir disertai rasa kesemutan di tangannya, saat dia memegang Mustika Merah Delima itu.

Pluk!

Namun dengan nekat Bimo langsung saja menelan Mustika itu, karena hatinya sudah bulat ingin mengubah nasib hidupnya.

“Arkh..!” seru gemetar Bimo, dia merasakan seperti ada ratusan semut yang tengah merayap dan mengalir di dalam rongga mulutnya.

Pyaarrh..!

Dan dirasakan Bimo ada sesuatu yang ambyar pecah di dadanya, saat mustika itu telah melalui tenggorokkannya.

“Ahhkssh..!” kembali Bimo berseru kaget, saat gejolak energi hangat bercampur dingin bagai berpusaran dahsyat dan mengalir di seluruh tubuhnya.

Ya, Bimo merasa tubuhnya bagai mengembang dan hendak meledak saja layaknya. Bimo merasa seluruh jaringan di dalam tubuhnya berdenyut dan bergejolak hebat. Keringat dingin pun seketika membanjiri tubuhnya. Sakit sekali!

“Huarghhks..!”

Akhirnya Bimo pun bergulingan di ranjangnya dengan menutup wajahnya dengan bantal. Agar suara teriakkan kesakitannya tak terdengar oleh orang di luar kamarnya.

Pandangan Bimo pun perlahan menjadi samar dan menggelap. Dan di ambang daya batas rasa sakit yang tak mampu di tahan lagi oleh Bimo, akhirnya dia pun pingsan di atas ranjangnya!

***

Pagi pun menjelang.

Jam dinding kamar Bimo sudah menunjukkan pukul 5 pagi, saat..

“Ahh..!” Bimo mulai terbangun dari tidurnya, sepasang matanya nampak perlahan membuka. Reflek dilihatnya jam dinding kamarnya.

“Wah! sudah jam 5..!” seru terkejut Bimo, seraya langsung beranjak duduk di tepi ranjangnya.

“Ehh..!” sentak Bimo, karena dia merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya.

Ya, Bimo merasa gerakkan tubuhnya lebih ringan dari biasanya, dan pandangan matanya pun kini terasa lebih terang dan jelas.

‘Aneh! apakah ini pengaruh dari Mustika Merah Delima yang kutelan semalam..?’ batin Bimo menduga.

Tak mau larut dalam kebingungannya, Bimo pun langsung masuk ke kamar mandinya.

‘Semoga saja Devi sudah tak marah lagi padaku’, batin Bimo berharap, sambil kenakan pakaiannya dan membayangkan sosok cantik Devi.

‘Ting!’

Seketika nampak jelas di benak Bimo, kilasan sosok Devi yang hendak mengenakan bra warna hitam renda di sebuah kamar mewah.

Sungguh buah dada yang kencang mencuat ke atas, dengan bulatan merah muda sebesar kelereng. Hal yang menandakan buah itu masih tersegel, dan belum terjamah oleh tangan lelaki manapun.

“Hahh..!” seruan terkejut terlepas tanpa disadari sendiri oleh Bimo.

Ya, karena sosok Devi yang terlintas di benaknya teramat nyata. Bimo bagai sedang berada dalam kamar Devi dan menatap langsung pemandangan itu!

Bahkan kini Bimo bisa melihat segitiga pengaman krem yang dikenakan Devi, serta betapa kenyal dan kencangnya belahan belakang gadis itu. Gila..!

“Hhh..! Aku bisa gila..!” sentak Bimo, seraya menggelengkan kepalanya mengusir bayangannya tentang Devi.

Dan kilasan itu pun lenyap, setelah Bimo tak lagi membayangkan sosok Devi. Bimo pun bergegas merapihkan diri dan bersiap untuk berangkat ke kantornya.

Namun matanya tak sengaja menatap ke arah pojok ranjang, di mana kotak kayu jati ukir warisan leluhurnya masih tergeletak di sana.

Cepat Bimo meraih kotak itu sambil sekilas menatap Kitab Pusaka di dalamnya. Nampak tulisan aksara kuno di sampul kitab itu.

‘Kitab ini hanya berjodoh bagi pemilik Mustika Merah Delima!’

‘Hahh..! Kenapa aku kini bisa membacanya..?!’ seru heran batin Bimo. Karena sebelumnya dia memang tak bisa membaca, apalagi memahami tulisan aksara kuno itu.

Bimo cepat meletakkan kembali kotak jati itu di sudut lemari pakaiannya, dia berniat nanti saja mempelajari isi dari kitab pusaka warisan leluhurnya itu.

“Berangkat ya Bimo,” sapa Tante Rindy, sang pemilik kost. Janda muda yang masih nampak cantik di usianya yang 35 tahun itu.

“Iya Tante Rindy. Maaf buru-buru Tante,” sahut Bimo tersenyum, seraya melintas di depan teras kediaman ibu kostnya itu.

“Silahkan Bimo,” ucap Rindy memaklumi.

‘Aneh! Kenapa Bimo nampak lebih gagah dan berwibawa hari ini..?’ bathin Rindy kagum dan heran, seraya menatap punggung Bimo hingga lenyap di balik pagar rumahnya.

***

“Tumben si Bimo belum datang..! Kalau sudah datang, suruh dia segera menemuiku ya,” ucap Pak Budi, sang kepala personalia kantor.

Ya, Budi terpaksa masuk lebih pagi hari itu, karena adanya laporan dari Devi tentang prilaku ceroboh Bimo kemarin.

“Baik Pak Budi. Nanti akan saya sampaikan begitu Bimo datang,” sahut Luki.

Tak lama kemudian Bimo pun tiba di kantornya. Belum terlambat memang, tapi para OB memang harus sudah masuk sebelum jam kantor dimulai.

“Bimo..! Cepat kemari..!” panggil Luki, saat dia melihat Bimo melintas.

“Ya Kak Luki,” sahut Bimo seraya menghampiri seniornya itu.

“Kau langsung saja ke ruangan Pak Budi. Dia sudah menunggumu di sana! Dan ingat Bimo! Aku juga akan melaporkan kejadian piring pecah kemarin ke bagian logistik hari ini. Bersiaplah kau dipotong gaji!” seru Luki, tanpa rasa kasihan sedikitpun pada Bimo, sebagai sesama OB.

“Baik Kak,” sahut Bimo seraya bergegas menuju ke ruang personalia. Sungguh dia sangat sebal dengan seniornya itu.

Tok, tok, tok!

“Masuk..!”...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
BayS
lanjut ka..
goodnovel comment avatar
Desnita Nita
enak juga dibaca kisahnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 3. Sanksi Dan Kejutan

    “Masuk..!” seru Budi dari dalam ruang kerjanya, setelah Bimo mengetuk pintu ruangan itu.“Selamat Pagi Pak Budi. Bapak memanggil saya?” ucap Bimo sopan.“Duduklah Bimo! Ada peringatan yang harus kaudengar dan perhatikan baik-baik!” ucap tegas Budi, dengan tatapan tajam ke arah Bimo.“Bimo! Aku mendapat laporan dari Bu Devi, tentang perilakumu yang ceroboh dan tak senonoh dalam bekerja! Karenanya aku langsung memberikan peringatan kedua padamu!”“Ahh! Langsung peringatan kedua Pak Budi..?” desah tegang Bimo bertanya.“Ya! Dan kau tahu artinya peringatan kedua itu Bimo..?! Sekali lagi kau membuat kesalahan, maka tak ada pilihan lain selain kau dipecat dan keluar dari kantor ini! Paham Bimo..?!”“Paham Pak Budi,” sahut Bimo, seraya memberanikan diri balas menatap wajah kepala personalia itu. Dan sebuah lintasan tentang Budi pun langsung tergambar jelas di benak Bimo.“Ahh..!” seru Bimo tanpa sadar. Hal yang tentu saja mengejutkan bagi Budi, pria berumur 39 tahun itu.“Kenapa kau terkejut

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 4. Tulah Dan Perkenalan

    Pertanyaan bernada sindiran dan juga senyum mengejek, nampak jelas di wajah para rekan OBnya itu.“Aman..!” seru Bimo seraya tersenyum, untuk membuat keki para rekan OB yang pastinya berharap dia celaka bahkan dipecat itu.“Kalau begitu, sekarang cepat kau bersihkan ruang toilet lalu pel lorong lantai 2 sekalian..!” seru Luki dengan nada kesal dan wajah tak senang.“Lho? Bukankah tugas mengepel lantai 2 adalah tugas Paul, Kak Luki..?” ujar Bimo heran dan bernada protes.“Ya, hari ini kau yang mengerjakannya Bimo! Karena aku dan Paul akan keluar untuk membeli perlengkapan logistik! Kerjakan saja, jangan banyak tanya!” seru Luki bertambah kesal.“Banyak omong kau Bimo! Hihh..!” Blaakh! Paul ikut memaki marah, seraya menyepak betis Bimo. Karena dia merasa cemas tak jadi di ajak Luki keluar kantor, dan urung mendapatkan uang lebihan belanja.“Aihh..!” seru kaget semua rekan OB di ruangan itu, saat mendengar kerasnya suara sepakkan kaki Paul membentur betis kaki Bimo.Namun Bimo sendiri tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 5. Lelah Dan Mimpi

    “Hei..! K-kenapa Bimo..?!” seru heran dan terkejut Lidya.“Ada apa Bimo..?!” seru Rindy yang ikut merasa kaget dan heran melihat sikap Bimo.“Mbak Lidya. Apakah ada rekan pria sekantor Mbak Lidya yang mengendarai Rubicon hitam dan mengenakan jam Rolex..?” tanya Bimo dengan wajah serius.“Heii..! Bagaimana kau bisa mengenali Rudy manajer pemasaran di perusahaanku Bimo..?! Apakah kau pernah bertemu dengannya..?” sentak terkejut Lidya, mendengar ciri-ciri Rudy disebutkan dengan tepat oleh Bimo.“Sama sekali aku tak pernah bertemu dengannya Mbak Lidya. Hanya saja sebaiknya Mbak Lidya berhati-hati dengan orang itu. Apakah dia tadi memberikan sesuatu pada Mbak Lidya..?” ujar Bimo tenang, seraya bertanya.“Hahh..! Rudy memang memberikan parfum untukku tadi siang Bimo. Katanya itu hadiah dari temannya yang baru kembali dari Paris. Memangnya ada apa dengan parfum itu Bimo..?” seru heran Lidya lagi, merasa takjub dengan ketepatan terawangan Bimo.“Bisa kulihat parfum yang diberikan si Rudy itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 6. Ungkapan Rindy

    'Heii..! Siapa Devi itu..?!' sentak penasaran batin sang penyelinap itu. Perlahan dia menghampiri ranjang tempat Bimo terbaring pulas. Perlahan dengan dada berdebar sosok penyelinap itu menatapi sosok Bimo, yang diam-diam telah lama mencuri hati dan menjadi obyek fantasinya. Ya, sosok itu adalah Rindy, sang pemilik kost! Malam itu usai Lidya pulang ke rumahnya, tiba-tiba saja Rindy merasa harus menuntaskan keinginan yang telah lama direncanakannya. Memiliki anak dari benih Bimo! Bahkan Rindy sudah mempersiapkan sebuah rumah di desa. Yang disiapkan untuk ditinggalinya, jika dia hamil dari benih Bimo nantinya. Dan dia akan kembali ke Kajarta setelah anaknya dilahirkan. Sementara dalam tidurnya, Bimo tiba-tiba saja bermimpi berada dalam ruangan Devi. Dalam mimpinya itu, Devi menyatakan rasa cintanya pada Bimo, dan tentu saja Bimo menerimanya. Bimo heran dengan keagresifan Devi dalam mimpinya itu, karena Devi dengan lincahnya membuka bajunya, sleetingnya, dan juga memelorotkan celan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 7. KESEPAKATAN RAHASIA

    "Bimo..! Kemarilah cepat..!" seru Luki memanggil dari arah pintu utara gedung kantor. Bimo pun bergegas menghampiri seniornya itu. "Ada apa Kak Luki..?" "Bimo, kau harus menjenguk Paul di klinik sebelah kantor secepatnya. Paul terus memanggil-manggil namamu sejak semalam. Sepertinya dia ingin bertemu denganmu!" seru Luki kesal. Karena sebenarnya dia enggan dan malas mengabarkan hal itu pada Bimo. 'Entah apa hubungannya Bimo dengan penyakitmu Paul', batin Luki bingung. "Baik Kak Luki. Aku akan menemuinya di klinik sebelah setelah berganti pakaian," sahut Bimo, seraya beranjak hendak masuk ke gedung kantor. "Baik! Cepatlah Bimo!" seru Luki lagi. Akhirnya usai berganti dengan pakaian kerjanya, Bimo pun langsung keluar kantor dan menuju ke klinik 24 jam yang berada di sebelah kantornya itu. Nampak Wanti, Tia, Dino, serta rekan OB lainnya yang tengah menunggui Paul, karena memang saat itu belum masuk jam kerja. "Ahh! Akhirnya kau datang Bimo! Lekaslah kau temui Paul, sejak semalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 8. Kesombongan Memuakkan

    "Hai cantik..! Kok pagi-pagi sudah melamun di lobi..?" Seruan seorang pria mengejutkan Devi dari lamunannya, dia pun sontak menoleh ke arah suara itu. "Ahh! Tony mengejutkan saja. Hehe," sahut Devi terkejut seraya terkekeh. Setelah melihat sosok yang datang adalah Tony, putra sang Direktur Umum kantor itu. "Kenapa dengan OB tadi itu Devi..?" tanya Tony, yang rupanya ikut melihat ke arah pandangan Devi tadi. Jujur saja ada rasa kurang senang dan cemburu di hati Tony. Saat dia melihat cara Devi menatap hangat, pada sosok Bimo yang tengah berjalan tadi. Dan walau sekilas saja. Hal itu sudah cukup bagi Tony, untuk mengenali dan mengingat sosok Bimo. OB yang baru saja diperhatikan Devi. "Ahh! Tak ada apa-apa Tony. Hanya kebetulan saja aku sedang melihat ke arah sana," desah Devi menyahut. Dia agak terkejut, karena Tony mengetahui siapa yang tengah diperhatikannya barusan. "Oh begitu. Baik Devi, mari kita bicara di ruanganmu. Kebetulan ada hal yang ingin kubicarakan denganmu," ajak To

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 9. PENGHINAAN DAN HADIAH

    "Tidak Bimo! Kau duduklah di lantai saja. Toh lantai ruangan ini dilapisi karpet, tak akan membuat celanamu kotor!" seru Tony lagi. "Baik Pak Tony." "Hhh..!" dan Devi pun hanya bisa menghela nafas sebalnya, terhadap prilaku semena-mena Tony di hadapannya. Namun dia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membela Bimo. 'Inilah yang menyebabkan aku tak sudi menerima cintamu Tony! Kau seperti anak kecil..!' sungut geram batin Devi. Dan memang sesungguhnya tak ada yang kotor atu pun salah dengan sepatu Tony. Dia hanya ingin menunjukkan kekuasaan dan kelebihannya saja atas diri Bimo, di hadapan Devi. Dengan berbuat begitu, maka Tony seperti ingin memperlihatkan pada Devi. Bahwa Bimo bukanlah apa-apa dan siapa-siapa dibanding dirinya! Sungguh Picik..! *** Akhirnya jam kerja pun usai. Bimo bergegas berganti pakaian dan beranjak hendak keluar dari gedung kantornya. "Bimo. Bisakah kita bicara sebentar di ruangku sebelum pulang?" ucap berbisik seseorang, yang bergegas menjajajri lang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 10. Aji Impen Roso Dan Fitnah

    'Awas kau Bimo..! Jika aku sampai dipecat, akan kuhadang dan kuhabisi kau bersama grupku!' bathin Luki mengancam, sambil terus berjalan keluar dari kantor. *** "Ini benar kau sudah ada uangnya Bimo..?" tanya Rindy agak heran, saat Bimo datang dan membayar sewa kost untuk dua bulan di muka. Ya, tentu saja begitu. Karena baru kemarin Bimo bicara padanya, soal kemungkinan akan telat membayar sewa kostnya. "Kebetulan Bimo ada rejeki tak terduga Tante," sahut Bimo tersenyum tenang. Hal yang membuat Rindy gemas, dan ingin mencium wajah Bimo saat itu juga. Namun dia masih sadar, jika mereka berada di teras terbuka kediamannya. Bimo memang telah menghitung isi amplop pemberian pak Budi. Amplop itu ternyata berisi uang senilai 15 juta. Uang yang cukup besar bagi Bimo, yang berpenghasilan di bawah UMR itu. "Baiklah, aku terima uangnya ya Bimo. Kalau kau butuh sesuatu, kau jangan sungkan bilang padaku ya," ucap Rindy akhirnya. "Baik Tante, terimakasih." "O ya Bimo. Jangan lupa dengan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 167.

    "Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 166.

    Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 165.

    'Ahh..! Tubuhnya masih diselimuti aura hijau itu', bathin Bimo. Dia pun kembali menutup mata bathinnya terhadap Lidya. Namun diam-diam kini timbul pertanyaan dan keheranan di hati Bimo terhadap Lidya. Ya, benda apa sesungguhnya yang berada dalam kantung merah dalam tas tangan Lidya, yang dilihatnya kemarin malam itu..?Karena benda itulah, yang menjadi sumber pancaran aura hijau, yang menyelimuti sosok Lidya. "Mas Bimo, duduklah. Ada camilan dan wedang jahe merah kesukaanmu nih. Bi Inah khusus membuatkannya buat Mas bImo," ujar Lidya tersenyum. "Wah..! Bi Inah tahu saja kesukaanku Lidya. Hehe," ujar Bimo terkekeh senang. Dan pembicaraan hangat dan santai pun terjadi di teras belakang kediaman Lidya itu. *** Sementara malam itu, di markas pusat gank Blantix yang telah diambil alih dan dikuasai oleh gank Shadow pimpinan Yoga. "Baik..! Kuputuskan 40 anggota Sahdow akan ikut aku ekspansi ke Kajarta..! Edo, kau paketkan 40 motor kita via ekspedisi. Kita akan jemput langsung motor i

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 164.

    Segumpalan asap hitam melayang di atas gedung Winata Group, gumpalan asap hitam itu bagai menyatu dengan kegelapan malam di angkasa. Dan saat Porsche merah yang dikemudikan Lidya meluncur keluar dari gedung Winata Group. 'Hmm. Itu dia..!' bathin sukma Andrew. Dan gumpalan asap hitam pekat itu pun ikut melayang cepat di atas ketinggian, mengikuti ke mana arah Porsche merah Lidya melaju. Sementara perbincangan hangat dan santai terus berlangsung antara Bimo dan Lidya di dalam mobil. Bimo merasa senang, melihat Lidya kini telah kembali ceria dan bisa melupakan rasa dukanya. Dan saat itu Bimo memang sama sekali tak menyadari, jika mereka tengah dikuntit dari ketinggian angkasa oleh Andrew. Ya, Andrew memang telah menerapkan ilmu 'Tabir Wujud'nya saat itu, sehingga pancaran aura sukma dan energinya tak terdeteksi oleh Bimo. Sementara Bimo sendiri masih menutup mata bathinnya pada Lidya, hingga sedikit banyak hal itu mempengaruhi kepekaan bathinnya akan keberadaan Andrew. Tutt.. Tut

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 163.

    "Terimakasih Mas Bimo, Lily. Kesepakatan akhirnya berakhir saling menguntungkan bagi Winata Group. Karena 45 Triliun bukanlah jumlah yang sedikit dalam investasi itu," ujar Hendra tersenyum puas, di sofa ruang kerja pribadinya. Ya, di ruang pribadi Hendra saat itu, memang hanya ada Bimo dan Lidya yang duduk menemaninya. "Syukurlah Pak Hendra. Bimo ikut senang mendengar kelancaran lobi Winata Group hari ini," sahut Bimo tersenyum. "Pah. Apakah Papah tak merasakan hal aneh, saat tadi berjabat tangan dengan si Andrew itu..?" tanya Lidya. "Hmm. Rasanya memang agak dingin tangan si Andrew itu tadi Lidya. Seperti... seperti.. "Seperti orang yang sudah mati ya Pah..?" "Wah..! I-iya benar Lidya, seperti itulah..!" sentak terbata Hendra, membenarkan pendapat putrinya itu. "Wah..! Selain dingin, Lidya bahkan merasa ada arus listrik kecil yang seperti menarik-narik aliran darah di tubuh Lidya, Ayah..!" "Ahh..! Begitukah..? Apa artinya itu Mas Bimo..?" seru kaget Hendra, dia pun langsung

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 162.

    'Brengsek..! Powernya mampu mengimbangiku..! Siapa dia sebenarnya..?!' maki bathin Andrew lagi. Kini dirinya bertambah murka dan penasaran dengan sosok Bimo. Namun Andrew sadar misi utamanya saat itu adalah menggolkan lobi Pieter, demi kejayaan Livingstone Group. Maka dia pun menahan sementara amarahnya pada Bimo. Namun Andrew juga maklum, tak urung dirinya juga akan berhadapan dengan Bimo. Karena tak mungkin Bimo akan berdiam diri, melihat 'aksinya' terhadap Hendra di dalam ruang lobi. Satu jam sudah lobi berjalan antara Pieter dan Hendra di dalam ruangan tertutup itu. Dan seperti hal yang sudah biasa dilakukan oleh Andrew, dia pun bersiap melakukan misinya. Untuk merasuki dan mengendalikan lawan lobi Pieter, Hendra Winata..! 'Hmm. Dia mulai beraksi', bathin Bimo yang mulai merasakan pancaran power yang menguat dari Andrew. Lalu... Sshhssp..! Dan secara tak kasat mata, nampak gumpalan asap hitam yang keluar dari kepala Andrew. Lalu asap hitam itu pun berhembus masuk menembus ke

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 161.

    'Hmm. Akhirnya aku bisa melihat kembali ceriamu Lidya..', bathin Bimo lega.Ya, walau sampai saat itu Bimo masih menutup mata bathinnya pada Lidya. Namun Bimo masih merasakan tarikkan kuat dari pesona Lidya padanya. Hal yang menandakan selimut aura hijau masih menyelimuti sosok Lidya. Dan memang Lidya saat itu telah memasukkan benda wasiat dari neneknya ke saku jasnya. Hal yang membuat dirinya merasa sejuk dan nyaman karenanya. Akhirnya Bimo dan Lidya pun berangkat dengan mengendarai Phorsche merahnya, karena audi hitam kesukaannya masih di rumah mendiang neneknya. Tak lama kemudian mereka pun tiba dan langsung masuk ke dalam gedung megah menjulang PT. Winata Group. *** Sementara di dalam sebuah limo yang tengah meluncur dan berkaca gelap, yang dikawal oleh dua mobil di depan dan tiga mobil di belakang mobil Limo itu. Tutt.. Tutt..! Klikh..! "Ya Tuan Hendra." Sahut seoarng pria paruh baya berambut blonde klimis, yang duduk di dampingi seorang pemuda tampan di sisinya yang jug

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 160.

    'Tapi sebenarnya benda apa yang ada di kantung merah itu..? Aku merasa aura hijau yang menyelimuti Lidya, berasal dari benda di dalam kantung merah itu', bathin Bimo penasaran. Akhirnya setelah sekilas mempelajari profil Pieter dan Livingstone Group di laptop, Bimo pun tidur dengan pulas di kamarnya. Pada jam 3 lewat Bimo pun kembali terbangun. Dan seperti biasanya, dia pun langsung melakukan hening di dalam kamar yang cukup luas itu. *** Pagi harinya. Entah kenapa Lidya merasa enggan mengetuk pintu kamar Bimo, untuk mengingatkannya tentang acara penting kantornya hari itu.Ya, Lidya ternyata masih merasa jengah dan risih, karena mengingat kejadian semalam bersama Bimo di kamarnya. Namun Lidya juga takut Bimo masih tertidur pulas di dalam kamar. Akhirnya, Lidya pun menyuruh Bi Inah, untuk mengetuk kamar Bimo. Tok, tok, tok..! "Mas Bimo. Non Lidya sudah menanti di meja makan," ujar Bi Inah setelah mengetuk pintu kamar Bimo. Sementara dari ruang makan. Lidya yang telah duduk di

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 159.

    "Hei..! M-mas Bimo..! K-kau kena.. Mmhhf..!... Seruan Lidya sontak langsung terbungkam, saat dengan cepat Bimo melumat bibirnya. Ya, rasa kerinduan yang aneh dan tak tertahankan, tiba-tiba saja melanda hati Bimo. Bagaikan seorang pria yang sekian lamanya tak bertemu dengan kekasihnya. Dan hal itu terjadi murni karena dorongan dari hati Bimo, dan bukan karena kutukan Ki Brajangkala. "Mmffh..! Mas B-bimo.. Hhh.. hhh..! I-ini..?!" seru lirih terbata Lidya, setelah menarik wajahnya dari lumatan bibir Bimo, hatinya sungguh tergetar tak karuan. "Kamu cantik sekali Lidya. Aku merindukanmu. Mmffh..!" Bimo bergumam lirih, seraya kembali merencah bbir merekah Lidya dalam lumatan bibirnya. 'Ada apa dengan dirimu Mas Bimo..? Mengapa tiba-tiba seperti ini..?' bathin Lidya heran dan bingung. Namun satu hal yang tak bisa dipungkirinya, dirinya juga menginginkan hal itu terjadi. "Mmhh...". dan pertahanan Lidya pun ikut lepas. Perlahan gadis cantik itu pun memejamkan matanya, pasrah meresapi se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status