"Bimo..! Kemarilah cepat..!" seru Luki memanggil dari arah pintu utara gedung kantor. Bimo pun bergegas menghampiri seniornya itu. "Ada apa Kak Luki..?" "Bimo, kau harus menjenguk Paul di klinik sebelah kantor secepatnya. Paul terus memanggil-manggil namamu sejak semalam. Sepertinya dia ingin bertemu denganmu!" seru Luki kesal. Karena sebenarnya dia enggan dan malas mengabarkan hal itu pada Bimo. 'Entah apa hubungannya Bimo dengan penyakitmu Paul', batin Luki bingung. "Baik Kak Luki. Aku akan menemuinya di klinik sebelah setelah berganti pakaian," sahut Bimo, seraya beranjak hendak masuk ke gedung kantor. "Baik! Cepatlah Bimo!" seru Luki lagi. Akhirnya usai berganti dengan pakaian kerjanya, Bimo pun langsung keluar kantor dan menuju ke klinik 24 jam yang berada di sebelah kantornya itu. Nampak Wanti, Tia, Dino, serta rekan OB lainnya yang tengah menunggui Paul, karena memang saat itu belum masuk jam kerja. "Ahh! Akhirnya kau datang Bimo! Lekaslah kau temui Paul, sejak semalam
"Hai cantik..! Kok pagi-pagi sudah melamun di lobi..?" Seruan seorang pria mengejutkan Devi dari lamunannya, dia pun sontak menoleh ke arah suara itu. "Ahh! Tony mengejutkan saja. Hehe," sahut Devi terkejut seraya terkekeh. Setelah melihat sosok yang datang adalah Tony, putra sang Direktur Umum kantor itu. "Kenapa dengan OB tadi itu Devi..?" tanya Tony, yang rupanya ikut melihat ke arah pandangan Devi tadi. Jujur saja ada rasa kurang senang dan cemburu di hati Tony. Saat dia melihat cara Devi menatap hangat, pada sosok Bimo yang tengah berjalan tadi. Dan walau sekilas saja. Hal itu sudah cukup bagi Tony, untuk mengenali dan mengingat sosok Bimo. OB yang baru saja diperhatikan Devi. "Ahh! Tak ada apa-apa Tony. Hanya kebetulan saja aku sedang melihat ke arah sana," desah Devi menyahut. Dia agak terkejut, karena Tony mengetahui siapa yang tengah diperhatikannya barusan. "Oh begitu. Baik Devi, mari kita bicara di ruanganmu. Kebetulan ada hal yang ingin kubicarakan denganmu," ajak To
"Tidak Bimo! Kau duduklah di lantai saja. Toh lantai ruangan ini dilapisi karpet, tak akan membuat celanamu kotor!" seru Tony lagi. "Baik Pak Tony." "Hhh..!" dan Devi pun hanya bisa menghela nafas sebalnya, terhadap prilaku semena-mena Tony di hadapannya. Namun dia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membela Bimo. 'Inilah yang menyebabkan aku tak sudi menerima cintamu Tony! Kau seperti anak kecil..!' sungut geram batin Devi. Dan memang sesungguhnya tak ada yang kotor atu pun salah dengan sepatu Tony. Dia hanya ingin menunjukkan kekuasaan dan kelebihannya saja atas diri Bimo, di hadapan Devi. Dengan berbuat begitu, maka Tony seperti ingin memperlihatkan pada Devi. Bahwa Bimo bukanlah apa-apa dan siapa-siapa dibanding dirinya! Sungguh Picik..! *** Akhirnya jam kerja pun usai. Bimo bergegas berganti pakaian dan beranjak hendak keluar dari gedung kantornya. "Bimo. Bisakah kita bicara sebentar di ruangku sebelum pulang?" ucap berbisik seseorang, yang bergegas menjajajri lang
'Awas kau Bimo..! Jika aku sampai dipecat, akan kuhadang dan kuhabisi kau bersama grupku!' bathin Luki mengancam, sambil terus berjalan keluar dari kantor. *** "Ini benar kau sudah ada uangnya Bimo..?" tanya Rindy agak heran, saat Bimo datang dan membayar sewa kost untuk dua bulan di muka. Ya, tentu saja begitu. Karena baru kemarin Bimo bicara padanya, soal kemungkinan akan telat membayar sewa kostnya. "Kebetulan Bimo ada rejeki tak terduga Tante," sahut Bimo tersenyum tenang. Hal yang membuat Rindy gemas, dan ingin mencium wajah Bimo saat itu juga. Namun dia masih sadar, jika mereka berada di teras terbuka kediamannya. Bimo memang telah menghitung isi amplop pemberian pak Budi. Amplop itu ternyata berisi uang senilai 15 juta. Uang yang cukup besar bagi Bimo, yang berpenghasilan di bawah UMR itu. "Baiklah, aku terima uangnya ya Bimo. Kalau kau butuh sesuatu, kau jangan sungkan bilang padaku ya," ucap Rindy akhirnya. "Baik Tante, terimakasih." "O ya Bimo. Jangan lupa dengan pe
"Heii..! Bimo..! Kau sungguh OB yang tak tahu diri dan tak becus dalam bekerja..! Bisa hancur nama perusahaan Ayahku ini, jika kau terus bekerja di sini..!" seru keras Tony di tengah ruang lobi. Bimo pun hanya tertunduk diam, mendengarkan seruan serta caci maki Tony di ruang lobi terbuka itu. Namun wajah Bimo sama sekali tak menampakkan rasa takut atau panik, mendengar teguran keras Tony itu. Dan sontak para karyawan lain pun heboh. Dengan diam-diam mereka mencoba mengintip, atau pura-pura melintas di ruang lobi. Hanya untuk mengetahui kenapa Bimo mendapat teguran keras dari Tony. Nampak Devi, Pak Budi, serta beberapa staf lain juga berjalan menuju ke arah lobi. Bahkan para OB seperti Wanti, Dino, Paul, dan lainnya juga ikut menyaksikan dari sudut koridor di sisi ruang lobi. *** Sementara di saat yang sama.Masuk ke area kantor Bimo sebuah sedan Audi A8L hitam, yang langsung memarkirkan mobilnya di area parkir kantor. Klekh! Turun sepasang kaki jenjang seorang wanita cantik dar
"Arrgghhkss..!!" Brughk..! Tony berteriak nyaring lalu ambruk ke lantai, bersama pecahan kaca kristal dan rangka lampu gantung yang cukup besar itu. "Arrghhksk..!!" Drap, drap, draph..!Sementara Luki yang berdiri tak jauh dari Tony juga berseru pilu, saat serpihan pecahan kaca lampu hias itu juga menerpa wajah dan tubuhnya. Dia pun berlari menjauh, sambil pegangi wajahnya yang berlumuran darah. "Ahhh..!!!" seru ngeri serentak semua orang yang menyaksikan hal itu. Nampak darah menggenang di sekitar sosok Tony, yang terkapar tak sadarkan diri seketika itu juga. "Ahh..! Tony..! Cepat siapkan mobil ambulan kantor..!" seru Donald panik dan sangat cemas, melihat putranya yang nampak terluka cukup parah itu. Dan kehebohan dan ketegangan pun kembali terjadi di lobi kantor. Kini semua orang nampak sibuk membantu mengamankan posisi Tony, yang tertimpa lampu gantung hias itu. Sementara Luki sendiri langsung di bawa ke klinik dekat kantor, oleh para rekan OBnya. Namun kini semua karyawan
"Dan untuk awalan, aku akan membayarmu seratus juta perbulan Bimo. Untuk tempat tinggal, kau boleh pilih di antara 5 lokasi rumah yang kumiliki." "Ahh..! Apakah itu tak terlalu berlebihan Mbak Lidya..?" sentak Bimo terkejut, mendengar penawaran yang sangat fantastis baginya itu. "Tentu saja tidak Bimo. Kau harus mulai menghargai dirimu dan kemampuanmu yang luar biasa itu Bimo. Kau bahkan pantas mendapatkan lebih, dari apa yang kutawarkan sementara ini," sahut Lidya tersenyum. "Baiklah. Terimakasih atas kemurahan hati Mbak Lidya," ucap Bimo penuh rasa syukur.Ya, sungguh Bimo tak menyangka, jika kehidupannya akan berubah drastis setelah dia memutuskan menggunakan ilmu warisan leluhurnya. Bagai langit dan bumi. Namun Bimo sadar, amanah ilmu yang diembannya menuntut pengendalian diri yang luar biasa beratnya. Agar dia tak sampai jatuh dan hanyut dalam kesenangan dunia yang melenakan jiwa dan bisa merusak batinnya. "Nah. Ayo silahkan minuman dan camilannya di cicipi ya Non Lidya, Tua
"Ahhh..! Apakah kehadiranku nanti tak mengaganggu keleluasaanmu bergerak di sana Lidya?" sentak Bimo agak terkejut seraya bertanya. "Tentu saja tidak Mas Bimo. Kehadiranmu justru membuatku merasa aman dan nyaman. Karena Mas adalah konsultan dan juga pengawal pribadiku. Hehe..!" sanggah halus Lidya, seraya terkekeh senang. "Ohh, baiklah kalau begitu Lidya," sahut Bimo akhirnya, dengan wajah agak jengah. Karena ucapan Lidya saat menyebut dirinya sebagai pengawal pribadi wanita itu, sungguh terdengar intim bagi Bimo. Ya, entah mengapa Lidya kini merasakan dirinya semakin percaya diri dan nyaman, saat dirinya di dampingi oleh Bimo. Akhirnya Bimo tiba kembali di kostnya, namun Lidya tak ikut turun menemui Rindy. Karena dia hendak langsung kembali ke kantornya, untuk memimpin sebuah meeting para stafnya. "Sampaikan saja salamku pada Kak Rindy ya Mas Bimo. Kita akan tetap berkomunikasi via ponsel nanti ya," ucap Lidya, setelah Bimo turun dari mobilnya. "Baik Lidya, akan kusampaikan nan
"Yoga..! Keluarlah kawan..! Daerah kita akan diserang Gank Krapyax nanti malam..!" seru Jono memanggil dari depan rumah Yoga.Ya, sudah sebulan lebih Yoga memang tak menampakkan dirinya di markas gank Shadow yang dipimpinnya. Dan Jono adalah wakilnya dalam gank itu. Sebenarnya sudah kerap kali Jono dan anggota gank Shadow lainnya mendatangi Yoga. Namun Yoga sama sekali tak merespon atau menjawab panggilan mereka. Walaupun mereka melihat bayangan sosok Yoga ada di dalam rumahnya itu. Dan tentu saja tak ada satu pun dari anggota gank Shadow yang berani mengusik Yoga. Karena mereka semua paham akan sifat dan watak Yoga. Karena tanpa diminta atau dipanggil pun biasanya Yoga pasti datang dan nongkrong di markas. Jika Yoga tak bergeming dari rumahnya, itu artinya Yoga memang sedang tak ingin diganggu.! Namun satu hal yang kini menjadi sebuah keanehan, bagi beberapa anggota gank Shadow yang pernah mendatangi rumah Yoga. Adalah adanya hawa dingin menusuk dan tatapan mengerikkan sepasang
"Pak Hendra. Pelaku dan pembunuh Tante Rindy sudah Bimo ketahui. Pak Hendra bisa minta tolong pada petugas kepolisian untuk menangkapnya segera," ujar Bimo pelan, setelah dia berada dekat dengan Hendra. "Ahh..! Baik Bimo. Mari ikuti aku," sentak Hendra, seraya langsung beranjak dari kursinya dan mengajak Bimo serta.Hendra pun langsung menghampiri seorang pria gagah berpakaian preman, yang berada di teras rumah. Pria itu adalah pimpinan, dari para petugas polisi yang berada di kediaman Rindy. "Pak Rahmat. Ada informasi penting yang di bawa oleh sahabatku Bimo ini. Ini soal kasus pembunuhan keponakkanku Rindy. Silahkan dibicarakan langsung dengan Bimo. Bimo, ini adalah IPDA Rahmat. Silahkan di informasikan saja apa yang kau ketahui soal kasus Rindy ini," ujar Hendra memperkenalkan,sekaligus mempersilahkan Bimo berbincang langsung dengan pihak berwenang. "Baik Pak Hendra..! Silahkan Mas Bimo, katakan saja apa yang Mas ketahui soal kasus ini," ujar Rahmat dengan wajah bersahabat. "M
"Sstth..! Sabarlah Pak Badar. Polisi masih berkeliaran di sekitar sini. Barangnya sudah kutaruh di tempat yang aman Pak. Tunggu saja di kios, sebentar lagi aku ke sana." "Baik Danang. Kutunggu..!" Klikh! "Hhh..! Awas saja jika kau berniat curang padaku Danang..!" gumam Badar, seraya menatap ke arah trotoar jalan depan kios Tukang Kuncinya. Ya, rupanya Badar telah bersekongkol dengan Danang, untuk melakukan aksi merampok di kediaman Rindy. Dan bagi seorang tukang kunci seperti Badar, menduplikasi sebuah kunci bukanlah hal yang sulit..!Badar hanya butuh sebuah foto dari kunci rumah Rindy, maka dia akan bisa membuatnya tanpa kesulitan. Dan dari situlah niat jahat Danang, yang telah jauh terjebak dalam permainan judi slot terbersit. Hal yang mendapat respon cepat dari Badar, yang kebetulan sedang sepi order. Namun perlawanan Rindy semalam, saat Badar hendak merampok dan memperkosanya sungguh hebat dan menyusahkan. Hal yang mau tak mau memaksa Badar, untuk menikamkan belati miliknya
'Ahh, pasti Tante Mira yang memberitahu Sari nomor rekeningku. Kenapa nomor rekeningku jadi menyebar begini..?' batin Bimo bingung sendiri. Bip.! Sebuah chat masuk dari nomor yang belum disimpan oleh Bimo. Namun Bimo ingat itu nomor si Sari. Sari :"Mas Bimo. Terimakasih ya. Semoga tanda terimakasih Sari bisa diterima Mas Bimo." Balas :"Baik Mbak Sari, terimakasih. Semoga Mbak Sari dilancarkan segala urusannya." Sari ;"Aamiin Mas Bimo. Makasih ya." Bimo pun langsung meraih handuknya dan menuju ke kamar mandi. Ya, karena pada hari itu Bimo memang sudah ada janjian, untuk bertemu dengan Devi. Bimo baru saja usai berpakaian rapih setelah mandi. Saat.. Tutt.. Tutt..! Ponselnya berdering dengan nama Lidya di layarnya. Klikh! "Ya Lidya." "M-mas Bimo..! C-cepatlah ke kediaman Kak Rindy, Mas..! K-kak Rindy tewas dibunuh perampok semalam Mas Bimo..! Aku mendapat kabar ini dari Bi Narsih, Mas Bimo..! Tsk, tsk..!"Tedengar suara panik, sedih, dan serak Lidya di sana, diiringi isak ta
"Brengsek..!! Keputusan apa ini..?! Aku akan lakukan gugatan sanggahan..!" seru Prayoga memaki, seraya cepat beranjak melangkah keluar bersama timnya. "Silahkan Tuan Prayoga. Jika Tuan melihat adanya persekongkolan dalam tender ini. Tuan Prayoga berhak menggugatnya," ujar tenang sang pembicara, yang juga adalah staf penyelenggara tender. Tentu saja tak ada persekongkolan dalam tender itu. Andai pun ada, maka pastilah pelakunya adalah Prayoga Group sendiri..! Hehe. Dalam langkahnya menuju keluar ruangan. Dewinda bahkan masih sempatkan diri melirik ke arah Bimo. Ya, hati dan langkah gadis itu serasa berat. Karena dia harus pergi dan menjauh dari Bimo. Sekilas sepasang mata Dewinda berkilat menatap Lidya. 'Tunggu saja tanggal mainnya Lidya..! Akan kubuat kau ternista, dan tak berharga untuk dicintai oleh lelaki terendah sekali pun..!' tekad hati Dewinda. Panas sekali rasa hatinya, melihat kedekatan Bimo dan Lidya saat itu. Hmm. Apalagi definisi perasaan si Dewinda itu, kalau bukan
Slaph..! Ki Naga Kencana pun beehenti melayang di hadapan Bimo. Lalu pusaka itu tundukkan ujung bilahnya ke bawah.Ya, Ki Naga Kencana memberi tanda patuh dan penghormatan pada Bimo. Lalu.. Weerrsh..! Ki Naga Kencana langsung terbang berputaran di sekitar sosok Bimo. Cahaya merah keemasan nampak bagaikan garis cahaya, menyelimuti Bimo yang duduk bersila. Perlahan Bimo pun pejamkan sepasang matanya. Dan otomatis Cakra Ajnanya pun terbuka. 'Hmm. Dia sedang bersiap menyerangku dengan pusaka Trisulanya' bathin Bimo. Ya, mata bathin Bimo melihat sebuah senjata trisula, yang tergenggam di tangan Ki Kusumo di ruang pribadinya. Nampak trisula itu pancarkan cahaya merah membara, yang berkeredepan menerangi kamar pribadi sepuh itu. Sementara Ki Kusumo masih fokus alirkan seluruh daya bathinnya pada Ki Sulapati. Senjata Trisula pusaka andalannya itu.! Hingga saat itu dia belum sempat, untuk melihat pusaka milik lawannya itu. Dan saat dirasanya Ki Sulapati telah manjing dengan power pe
Splassh..! Seberkas cahaya merah menyala yang tak kasat mata, nampak melesat keluar dari ponsel Prayoga. Namun tentu saja hal itu tak lepas dari ketajaman indra dan penglihatan mata bathin Bimo. 'Hmm. Dia datang. Hebat juga caranya menembus pagaran 'Selimut Jagad'ku, dan masuk ke ruangan ini', batin Bimo waspada. Cahaya merah menyala itu langsung melayang di sudut ruangan gedung itu. Seolah tengah mengamati seisi ruangan dari sana. Ya, cahaya itu adalah jelmaan sukma dari Ki Kusumo, yang kini tengah mencari keberadaan orang yang memagari gedung itu, Bimo..! 'Edan..! Semuda itu telah memiliki aji pagaran yang sangat kuat dan langka..!' seru batin Ki Kusumo. 'Dia telah menemukanku..! Apa boleh buat, akan kuikuti apa maunya dia', batin Bimo, seraya ulaskan sebuah senyum ke arah cahaya menyala itu. Hal itu srngaja dilakukan Bimo, sebagai warning dan pemberitahuan pada Ki Kusumo. Bahwa Bimo juga telah mengetahui keberadaannya.'Keparat..! Dia juga sudah melihat keberadaanku..!' se
'Hmm. Apakah Lidya sekarang sudah memiliki kekasih..? Tapi pembawaan cowok itu memang berbeda dari cowok kebanyakkan..! Siapa dia..?!' bathin Dewinda terus bertanya-tanya penasaran. Ya, baru kali itu Dewinda merasakan tatapan dingin matanya, bagai tenggelam dalam sebuah telaga hangat. Kala dia beradu tatap dengan pria tak dikenal, yang duduk di sebelah Lidya itu. 'Aku akan menyuruh orang-orangku, untuk menyelidiki tentang pria itu..!' batin Dewinda bertekad. Sementara tender itu memang sudah pada tahap negosiasi, terhadap penawaran dan rancang anggaran, yang telah diajukan ketiga peserta tender itu sebelumnya. Hingga nantinya pihak pemilik tender akan memilih dan memutuskan pada hari itu juga. Siapa di antara ketiga tim itu, yang berhak menandatangani kontrak proyek. Sementara di luar gedung tender telah mulai terjadi kehebohan. Byarrshk..! "Bedebah..! Rupanya gedung telah dipagari dengan energi yang sangat kuat Ki Sarnoto..!" seru Ki Panggah, seraya tubuhnya terhuyung dan mema
"Baiklah, kita berangkat sekarang.! Helikopter telah menanti kita di atap gedung," ujar Prayoga, seraya beranjak dari kursinya untuk bersiap. Sementara yang lainnya segera keluar dari ruang pribadi Prayoga, dan langsung menuju ke atap gedung. Ya, memang ada 3 helipad yang tersedia di atap gedung kantor Prayoga Group itu. Dewinda masih menemani ayahnya di ruangan itu. Mereka juga bergegas naik ke atap gedung, melalui tangga khusus dari ruang pribadi itu. *** Sementara itu Hendra dan rombongan Winata Group telah tiba di PT Mega Angkasa. Helikopter mereka landing di area khusus helipad, yang berada di sebelah kanan gedung kantor. Nampak Ki Sabdo dan Bimo langsung berbincang agak terpisah dengan yang lainnya. "Bimo, bagaimana sebaiknya kita mengatur penjagaan tender itu?" Ki Sabdo meminta pendapat Bimo. "Begini saja Ki Sabdo. Sebaiknya biar kupagari gedung tempat berlangsungnya tender ini. Ki Sabdo baiknya berjaga di luar gedung saja. Aku akan titipkan Ki Naga Kencana pada Ki Sa