Beranda / Urban / Hasrat sang Konsultan Idaman / Bab 12. Ancaman Dari Utara

Share

Bab 12. Ancaman Dari Utara

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 17:56:25

"Arrgghhkss..!!" Brughk..!

Tony berteriak nyaring lalu ambruk ke lantai, bersama pecahan kaca kristal dan rangka lampu gantung yang cukup besar itu.

"Arrghhksk..!!" Drap, drap, draph..!

Sementara Luki yang berdiri tak jauh dari Tony juga berseru pilu, saat serpihan pecahan kaca lampu hias itu juga menerpa wajah dan tubuhnya. Dia pun berlari menjauh, sambil pegangi wajahnya yang berlumuran darah.

"Ahhh..!!!" seru ngeri serentak semua orang yang menyaksikan hal itu.

Nampak darah menggenang di sekitar sosok Tony, yang terkapar tak sadarkan diri seketika itu juga.

"Ahh..! Tony..! Cepat siapkan mobil ambulan kantor..!" seru Donald panik dan sangat cemas, melihat putranya yang nampak terluka cukup parah itu.

Dan kehebohan dan ketegangan pun kembali terjadi di lobi kantor. Kini semua orang nampak sibuk membantu mengamankan posisi Tony, yang tertimpa lampu gantung hias itu.

Sementara Luki sendiri langsung di bawa ke klinik dekat kantor, oleh para rekan OBnya.

Namun kini semua karyawan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 13. Tawaran Dan Godaan

    "Dan untuk awalan, aku akan membayarmu seratus juta perbulan Bimo. Untuk tempat tinggal, kau boleh pilih di antara 5 lokasi rumah yang kumiliki." "Ahh..! Apakah itu tak terlalu berlebihan Mbak Lidya..?" sentak Bimo terkejut, mendengar penawaran yang sangat fantastis baginya itu. "Tentu saja tidak Bimo. Kau harus mulai menghargai dirimu dan kemampuanmu yang luar biasa itu Bimo. Kau bahkan pantas mendapatkan lebih, dari apa yang kutawarkan sementara ini," sahut Lidya tersenyum. "Baiklah. Terimakasih atas kemurahan hati Mbak Lidya," ucap Bimo penuh rasa syukur.Ya, sungguh Bimo tak menyangka, jika kehidupannya akan berubah drastis setelah dia memutuskan menggunakan ilmu warisan leluhurnya. Bagai langit dan bumi. Namun Bimo sadar, amanah ilmu yang diembannya menuntut pengendalian diri yang luar biasa beratnya. Agar dia tak sampai jatuh dan hanyut dalam kesenangan dunia yang melenakan jiwa dan bisa merusak batinnya. "Nah. Ayo silahkan minuman dan camilannya di cicipi ya Non Lidya, Tua

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 14. Rasa Nyaman Dan Kedatangan

    "Ahhh..! Apakah kehadiranku nanti tak mengaganggu keleluasaanmu bergerak di sana Lidya?" sentak Bimo agak terkejut seraya bertanya. "Tentu saja tidak Mas Bimo. Kehadiranmu justru membuatku merasa aman dan nyaman. Karena Mas adalah konsultan dan juga pengawal pribadiku. Hehe..!" sanggah halus Lidya, seraya terkekeh senang. "Ohh, baiklah kalau begitu Lidya," sahut Bimo akhirnya, dengan wajah agak jengah. Karena ucapan Lidya saat menyebut dirinya sebagai pengawal pribadi wanita itu, sungguh terdengar intim bagi Bimo. Ya, entah mengapa Lidya kini merasakan dirinya semakin percaya diri dan nyaman, saat dirinya di dampingi oleh Bimo. Akhirnya Bimo tiba kembali di kostnya, namun Lidya tak ikut turun menemui Rindy. Karena dia hendak langsung kembali ke kantornya, untuk memimpin sebuah meeting para stafnya. "Sampaikan saja salamku pada Kak Rindy ya Mas Bimo. Kita akan tetap berkomunikasi via ponsel nanti ya," ucap Lidya, setelah Bimo turun dari mobilnya. "Baik Lidya, akan kusampaikan nan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 15. Kepo Tapi Cemburu

    'Ahh..! Mobil Devi. Ada apa gerangan?' batin Bimo agak terkejut. Klekh! "Malam Bimo. Kebetulan sekali aku bisa langsung bertemu denganmu," sapa Devi yang baru turun dari mobilnya. "Malam Bu Devi. Mari kita masuk saja dan bicara di teras Bu," ujar Bimo tersenyum ramah. "Hmm. Baiklah Bimo. Tapi sebaiknya kau memanggil namaku saja Bimo. Kita tidak sedang di kantor saat ini," ujar Devi, seraya ulaskan senyumny pada Bimo. "Baiklah Devi," sahut Bimo mengerti.Bimo dan Devi pun melangkah masuk halaman menuju ke teras kediaman Rindy. Teras itu memang dibebaskan oleh Rindy, untuk digunakan menerima tamu atau teman para penghuni kost itu. "Wah, siapa Mo..?" sapa Riko, rekan kost Bimo yang bekerja sebagai teknisi listrik pabrik. Sepasang matanya nampak menatap kagum pada kecantikkan Devi. Riko juga hendak keluar mencari makan malam, saat dia berpapasan dengan Bimo dan Devi. "Dia Devi, atasanku di kantor Rik," sahut Bimo santai. "Saya Riko, Mbak Devi. Teman kost Bimo," ucap Riko, seraya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 16. Fantasi Tante Dan Pagaran

    "Hahh..! B-baru seminggu Bimo..?!" seru gugup tak percaya Devi. 'Bagaimana mungkin dalam waktu seminggu Bimo bisa nampak begitu akrabnya dengan Lidya. Seperti dua sahabat yang telah saling kenal sejak lama!' bathin Devi tak percaya. "Benar Devi. Dan kebetulan Lidya adalah adik sepupu dari Tante Rindy tadi," sahut Bimo tersenyum. Dia bisa membaca ketak percayaan di wajah Devi.Namun Bimo tak hendak menceritakan perihal bantuannya pada Lidya, soal kejadian aneh yang menimpa gadis itu. Baginya itu adalah hal rahasia yang harus dijaganya. Akhirnya tak lama kemudian Devi pun pamit pulang pada Bimo. Dan saat mereka tiba di dekat mobil berkelas Devi,.. "Sebentar Bimo. Ada sesuatu yang harus kukembalikan padamu," ujar Devi, seraya masuk ke dalam mobilnya. "Bimo, ini tas ranselmu yang tertinggal di kantor tadi. Terimalah," ujar Devi tersenyum, seraya mengangsurkan tas Bimo yang tertinggal di ruang OB tadi. "Wahh! Aku hampir lupa dengan tasku itu Devi. Terimakasih ya," Bimo terkejut dan u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 17. Kutukan Ilmu Leluhur

    "Ahhk..!" Lidya pun menggeragap kaget. Karena mendengar suara Bimo yang serasa dekat sekali dengannya. Lidya pun spontan celingukkan menatap ke sekeliling kamarnya, namun dia sama sekali tak melihat sosok Bimo dalam kamarnya itu. 'Ahh, luar biasa kau Mas Bimo..!' bathin Lidya takjub. Kini bahkan dirinya bertambah yakin dan merasa aman, karena Bimo ternyata juga mampu memantaunya dari kejauhan. Dan sosok Bimo pun perlahan semakin jelas, memasuki lingkaran kehidupan Lidya. Malam itu Lidya tidur sangat pulas, dengan secercah senyuman di wajahnya. *** Hal yang sama juga dilakukan oleh Bimo. Bimo langsung tertidur nyenyak, usai dia melakukan pagaran pada diri Lidya dan kediamannya. Ya, daya batinnya memang cukup terkuras, setelah dia melakukan hal itu. Hingga saat dini hari, saat Bimo masih terlelap dan jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 2 dini hari lewat. Splash..! Sukma Bimo pun lepas dari raganya dan masuk ke pusaran dimensi masa lampau. "Hahh..! Di mana aku..?" sentak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 18. KERAS HATI DAN BAYARAN

    "Bagaimana keadaanmu Luki..?" tanya Paul, yang pagi itu menyempatkan diri menengok Luki di klinik 24 jam dekat kantornya. "Uhhss..! Entahlah Paul. Seharusnya rasa sakitnya sudah berkurang, karena aku sudah diberi obat pereda nyeri oleh Dokter. Namun .. Ahhsk..! Sakitnya terasa masih sama saja seperti kemarin. Uhhsk..!" erang Luki menahan rasa sakitnya, sambil berkata-kata. "Aku ikut prihatin Luki. Tapi maukah kau mendengar saranku demi kesembuhanmu..?" ucap Paul setengah berbisik. Sungguh dia tak tega melihat wajah Luki hingga dadanya, yang dipenuhi dengan tempelan perban berwarna merah. "Ahks..! Saran apakah itu Paul. Seribu persen pasti akan kulakukan, jika saranmu bisa menyembuhkanku dari rasa sakit sialan ini..! Uhhkss..!" "Kau minta maaflah pada Bimo, Luki. Itulah saranku padamu," ucap Paul lirih. Ya, Paul hanya bisa sebatas itu menyarankan pada Luki. Karena dia terikat janji pada Bimo, untuk tak menceritakan kesembuhan dirinya berkat kemampuan ajaib Bimo. "A-apa..?! Cuihh.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 19. Serangan Dan Aura Sesepuh

    Malam harinya di kediaman Lidya.Malam itu di kediaman Lidya. Tak ada yang aneh dengan suasana jelang tengah malam di sekitar kediaman itu. Namun Lidya telah berada di kamarnya sejak jam 9 malam dan berdiam di dalamnya. Ya, malam itu adalah malam yang paling mencekam bagi Lidya. Karena Bimo telah mewanti dirinya untuk tetap berada dalam rumah malam itu. Ya, Lidya memang sudah terbiasa hidup mandiri sejak dia berusia 18 tahun. Dan pada usianya yang ke-23 tahun lalu, Lidya sudah memutuskan untuk tinggal di rumah yang dibelinya sendiri, terpisah dari kedua orangtuanya. Hendra Winata sang ayah dan Helda ibunda Lidya, keduanya adalah orang sibuk dan sama-sama pebisnis handal. Hal yang terbukti dengan semakin kokoh dan megahnya kerajaan bisnis Winata Group, yang berhasil mereka bangun dan kembangkan. Namun hal itu tak membuat Lidya terlena dan menjadi anak manja. Rupanya gen pebisnis juga kental mengalir dalam diri Lidya. Walau ada hal yang harus dikorbankan keluarga Winata, untuk m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 20. Menyerah Dan Kecelakaan

    "Bedebah..! Aku tak peduli siapa pun yang berada di belakangmu Bimo..! Kau hadapilah Keris Kalageniku ini..!" seru Ki Sukmo, seraya angkat tangannya ke atas. Blaph! Seketika sebilah keris yang diselimuti kobaran api tergenggam di tangan Ki Sukmo yang terangkat itu. Nampak sekujur tubuh Ki Sukmo perlahan juga mulai diselimuti oleh kobaran api yang merambat dari Keris Kalageninya itu. Hawa panas pun menebar di seantero kamar itu. Hal yang membuat Rudy tergopoh berlari keluar dari kamar itu. Karena dia merasa tersengat oleh hawa sangat panas, dan juga rasa ketakutan. Pandangan bathin Bimo melihat semua itu, dan sementara dibiarkannya saja Rudy berlari keluar dari kamar itu. Karena Bimo bermaksud membereskan urusannya dulu dengan Ki Sukmo. 'Raden Bimo. Tengadahkan tangan kananmu di depan dada..'. Sebuah suara bergema di batin Bimo. Dan dengan tenang, Bimo tengadahkan tangan kanan di depan dadanya. Dan... Blashp! Sebilah keris pancarkan cahaya merah keemasan seketika muncul dan ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 164.

    Segumpalan asap hitam melayang di atas gedung Winata Group, gumpalan asap hitam itu bagai menyatu dengan kegelapan malam di angkasa. Dan saat Porsche merah yang dikemudikan Lidya meluncur keluar dari gedung Winata Group. 'Hmm. Itu dia..!' bathin sukma Andrew. Dan gumpalan asap hitam pekat itu pun ikut melayang cepat di atas ketinggian, mengikuti ke mana arah Porsche merah Lidya melaju. Sementara perbincangan hangat dan santai terus berlangsung antara Bimo dan Lidya di dalam mobil. Bimo merasa senang, melihat Lidya kini telah kembali ceria dan bisa melupakan rasa dukanya. Dan saat itu Bimo memang sama sekali tak menyadari, jika mereka tengah dikuntit dari ketinggian angkasa oleh Andrew. Ya, Andrew memang telah menerapkan ilmu 'Tabir Wujud'nya saat itu, sehingga pancaran aura sukma dan energinya tak terdeteksi oleh Bimo. Sementara Bimo sendiri masih menutup mata bathinnya pada Lidya, hingga sedikit banyak hal itu mempengaruhi kepekaan bathinnya akan keberadaan Andrew. Tutt.. Tut

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 163.

    "Terimakasih Mas Bimo, Lily. Kesepakatan akhirnya berakhir saling menguntungkan bagi Winata Group. Karena 45 Triliun bukanlah jumlah yang sedikit dalam investasi itu," ujar Hendra tersenyum puas, di sofa ruang kerja pribadinya. Ya, di ruang pribadi Hendra saat itu, memang hanya ada Bimo dan Lidya yang duduk menemaninya. "Syukurlah Pak Hendra. Bimo ikut senang mendengar kelancaran lobi Winata Group hari ini," sahut Bimo tersenyum. "Pah. Apakah Papah tak merasakan hal aneh, saat tadi berjabat tangan dengan si Andrew itu..?" tanya Lidya. "Hmm. Rasanya memang agak dingin tangan si Andrew itu tadi Lidya. Seperti... seperti.. "Seperti orang yang sudah mati ya Pah..?" "Wah..! I-iya benar Lidya, seperti itulah..!" sentak terbata Hendra, membenarkan pendapat putrinya itu. "Wah..! Selain dingin, Lidya bahkan merasa ada arus listrik kecil yang seperti menarik-narik aliran darah di tubuh Lidya, Ayah..!" "Ahh..! Begitukah..? Apa artinya itu Mas Bimo..?" seru kaget Hendra, dia pun langsung

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 162.

    'Brengsek..! Powernya mampu mengimbangiku..! Siapa dia sebenarnya..?!' maki bathin Andrew lagi. Kini dirinya bertambah murka dan penasaran dengan sosok Bimo. Namun Andrew sadar misi utamanya saat itu adalah menggolkan lobi Pieter, demi kejayaan Livingstone Group. Maka dia pun menahan sementara amarahnya pada Bimo. Namun Andrew juga maklum, tak urung dirinya juga akan berhadapan dengan Bimo. Karena tak mungkin Bimo akan berdiam diri, melihat 'aksinya' terhadap Hendra di dalam ruang lobi. Satu jam sudah lobi berjalan antara Pieter dan Hendra di dalam ruangan tertutup itu. Dan seperti hal yang sudah biasa dilakukan oleh Andrew, dia pun bersiap melakukan misinya. Untuk merasuki dan mengendalikan lawan lobi Pieter, Hendra Winata..! 'Hmm. Dia mulai beraksi', bathin Bimo yang mulai merasakan pancaran power yang menguat dari Andrew. Lalu... Sshhssp..! Dan secara tak kasat mata, nampak gumpalan asap hitam yang keluar dari kepala Andrew. Lalu asap hitam itu pun berhembus masuk menembus ke

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 161.

    'Hmm. Akhirnya aku bisa melihat kembali ceriamu Lidya..', bathin Bimo lega.Ya, walau sampai saat itu Bimo masih menutup mata bathinnya pada Lidya. Namun Bimo masih merasakan tarikkan kuat dari pesona Lidya padanya. Hal yang menandakan selimut aura hijau masih menyelimuti sosok Lidya. Dan memang Lidya saat itu telah memasukkan benda wasiat dari neneknya ke saku jasnya. Hal yang membuat dirinya merasa sejuk dan nyaman karenanya. Akhirnya Bimo dan Lidya pun berangkat dengan mengendarai Phorsche merahnya, karena audi hitam kesukaannya masih di rumah mendiang neneknya. Tak lama kemudian mereka pun tiba dan langsung masuk ke dalam gedung megah menjulang PT. Winata Group. *** Sementara di dalam sebuah limo yang tengah meluncur dan berkaca gelap, yang dikawal oleh dua mobil di depan dan tiga mobil di belakang mobil Limo itu. Tutt.. Tutt..! Klikh..! "Ya Tuan Hendra." Sahut seoarng pria paruh baya berambut blonde klimis, yang duduk di dampingi seorang pemuda tampan di sisinya yang jug

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 160.

    'Tapi sebenarnya benda apa yang ada di kantung merah itu..? Aku merasa aura hijau yang menyelimuti Lidya, berasal dari benda di dalam kantung merah itu', bathin Bimo penasaran. Akhirnya setelah sekilas mempelajari profil Pieter dan Livingstone Group di laptop, Bimo pun tidur dengan pulas di kamarnya. Pada jam 3 lewat Bimo pun kembali terbangun. Dan seperti biasanya, dia pun langsung melakukan hening di dalam kamar yang cukup luas itu. *** Pagi harinya. Entah kenapa Lidya merasa enggan mengetuk pintu kamar Bimo, untuk mengingatkannya tentang acara penting kantornya hari itu.Ya, Lidya ternyata masih merasa jengah dan risih, karena mengingat kejadian semalam bersama Bimo di kamarnya. Namun Lidya juga takut Bimo masih tertidur pulas di dalam kamar. Akhirnya, Lidya pun menyuruh Bi Inah, untuk mengetuk kamar Bimo. Tok, tok, tok..! "Mas Bimo. Non Lidya sudah menanti di meja makan," ujar Bi Inah setelah mengetuk pintu kamar Bimo. Sementara dari ruang makan. Lidya yang telah duduk di

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 159.

    "Hei..! M-mas Bimo..! K-kau kena.. Mmhhf..!... Seruan Lidya sontak langsung terbungkam, saat dengan cepat Bimo melumat bibirnya. Ya, rasa kerinduan yang aneh dan tak tertahankan, tiba-tiba saja melanda hati Bimo. Bagaikan seorang pria yang sekian lamanya tak bertemu dengan kekasihnya. Dan hal itu terjadi murni karena dorongan dari hati Bimo, dan bukan karena kutukan Ki Brajangkala. "Mmffh..! Mas B-bimo.. Hhh.. hhh..! I-ini..?!" seru lirih terbata Lidya, setelah menarik wajahnya dari lumatan bibir Bimo, hatinya sungguh tergetar tak karuan. "Kamu cantik sekali Lidya. Aku merindukanmu. Mmffh..!" Bimo bergumam lirih, seraya kembali merencah bbir merekah Lidya dalam lumatan bibirnya. 'Ada apa dengan dirimu Mas Bimo..? Mengapa tiba-tiba seperti ini..?' bathin Lidya heran dan bingung. Namun satu hal yang tak bisa dipungkirinya, dirinya juga menginginkan hal itu terjadi. "Mmhh...". dan pertahanan Lidya pun ikut lepas. Perlahan gadis cantik itu pun memejamkan matanya, pasrah meresapi se

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 158.

    Tentu saja aura hijau itu menghilang, karena Lidya tidak sedang menggenggam tas tangannya, yang diletakkan di dalam kamarnya. Ya, Lidya memang sama sekali tak menyangka, jika benda wasiat dari neneknya itulah hal yang menyebabkan dirinya diselimuti aura hijau.Sebuah pancaran aura yang tak terlihat oleh orang awam biasa, namun sangat jelas terlihat bagi orang-orang yang mata bathinnya telah terbuka. "Mas Bimo, apakah sampai saat ini belum ada wanita yang menjadi kekasihmu..? Aku takut dia salah paham, jika dia tahu kau menemaniku malam ini," tanya Lidya hati-hati. "Ahh, Lidya mengapa kau tanyakan hal itu? Jika aku sudah memiliki kekasih, maka pastilah kau termasuk orang yang pertama mengetahuinya," sahut Bimo tersenyum tenang. "Lalu bagaimana dengan Devi..? Mas Bimo pernah bilang, tak lama lagi akan mendirikan sebuah Biro Konsultan bersamanya..?" ujar Lidya, mencoba terus menyelami hati Bimo. "Devi hanya sebatas sahabat dan rekan kerja saja Lidya, tak ada yang spesial antara hubu

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 157.

    "Bangsat..!!" Dor..! Dor..! ... Dorr..!!! Makian keraas Ponco langsung diringi letusan sepasang senjatanya ke arah dada dan wajah Yoga. Yang diikuti pula oleh tembakkan kedua orang bawahannya. Namun... Clankh..! ... Claankh..!! Kesemua peluru yang melesat itu bagai menghantam sebuah tembok baja, lalu peluru itu langsung luruh dan jatuh ke lantai markas. "Hahh..?!! K-kebal.. Seth..! Yoga pun tak menyia-nyiakan keterkejutan dan keterpakuan ketiga lawannya itu. Dia pun melesat cepat dan memutar satu persatu leher ketiga lawannya, dalam kecepatan yang tak bisa diikuti oleh mata biasa. Klaghk..! ... KraghK..!! "Kekkhsk..!!" Brughk..! ... Brukh..!! Hanya suara tersedak yang terdengar hampir bersamaan, diringi dengan ambruknya Ponco dan kedua orang kepercayaannya itu dengan leher terkulai patah..! Ya, Ponco, ketua gank Blantix dan kedua orang kepercayaannya telah tewas di tangan Yoga..! Sementara tawuran masih berlangsung dengan berat sebelah, di halaman markas Blantix itu. Saat..

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 156.

    Ngnngg...! Cit..! Slakh..! Bimo hentikan motornya di depan pagar kediaman nenek Lidya, yang saat itu penuh dengan kendaraan para pelayat yang datang. Bimo bergegas mselewati gerbang pagar rumah yang terbuka lebar, dan melangkah melewati taman menuju ke pintu utama, saat... "Mas Bimo..!" seruan dan suara yang sangat dikenalnya, sontak menghentikan langkah Bimo. Dia pun menoleh ke arah kanan, tempat asal suara tersebut. "Lidya, kau di sana," ujar Bimo, saat dilihatnya Lidya yang sedang duduk sendiri di sisi sebuah gazebo taman. Bimo pun langsung menghampiri Lidya itu. Dan... 'Ahh..! Aura hijau apa itu..?!' terkejut bathin Bimo, saat melihat selimut aura hijau yang nampak melapisi sosok Lidya malam itu.Sontak Bimo langsung pertajam mata bathinnya menatap ke arah Lidya. 'Hmm. Bukan aura yang membahayakan, bahkan kecantikkan Lidya malah tambah bersinar saja di mataku', bathin Bimo, akhirnya dia tak mempermasalahkan aura hijau pada diri Lidya. "Lidya. Yang tabah ya," ujar lembut Bim

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status